Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati.
Bagaimana peran perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi
proses penyakit terminal ?
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran
perawat adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari
bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologissosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat
kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984).
Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama perawat untuk memenuhi
kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien
senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir
hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang
terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai fasilisator
(memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai
dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
B. Tujuan
1.

Mendefinisikan bagaimana kondisi seseorang yang berada pada tahap


terminal

2.

Mengetahui konsep teori dari kebutuhan terminal atau menjelang ajal.

3.

Mengkaji dan memaparkan diagnosa dari kebutuhan terminal.

4.

Memberi intervensi serta mengevaluasi pada klien yang menjelang ajal.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Penyakit Terminal
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak
ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh
suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kondisi terminal adalah suatu proses yang
progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik,
psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa, 1969).
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu
(Carpenito, 1999).

B. Jenis Penyakit Terminal


Beberapa jenis penyakit terminal
1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi.
3. Congestif Renal Falure (CRF).
4. Stroke Multiple Sklerosis.
5. Akibat kecelakaan fatal.
6. AIDS.

C. Manifestasi Klinik Fisik


1. Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki dan ujung jari.
2. Aktivitas dari GI berkurang.
3. Reflek mulai menghilang.
4. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki
dan tangan dan ujung-ujung ekstremitas.
5. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.

6. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.


7. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok.
8. Penglihatan mulai kabur.
9. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
10. Klien dapat tidak sadarkan diri.
D. Tahap Berduka
Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang
dapat terjadi pada pasien dengan penyakit terminal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak dapat
menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya.
2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal.
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar waktu
untuk hidup.
4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan segera
mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama lagi bersama
keluarga dan teman-teman.
5. Acceptance ( penerimaan)
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan bahwa ia
akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang
belum terselesaikan.
E. Rentang Respon Kehilangan
Denial> Anger> Bergaining> Depresi> Acceptance

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi .
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah


a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
Verbalisasi; kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan saya
seandainya saya hati-hati .
4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah,
akhirnya saya harus operasi
F. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian
Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1.

Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui,


yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik.
2.
Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui,
baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik.
3.

Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh


belum pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya
kanker.

4.

Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu.


Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.

G. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis


Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi,
respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan
beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu:
1.

Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara


total.

2.

Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.

3.

Tidak ada reflek.

4.

Gambaran mendatar pada EKG.

H. Macam Tingkat Kesadaran atau Pengertian Pasien dan Keluarganya


Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type:
1.Closed Awareness/Tidak Mengerti.
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan
tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat
hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada
pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaanpertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.
2.Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi.
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala
sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3.Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka.
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya ajal
yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir.
Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal
tersebut.
I. Bantuan yang Dapat Diberikan Saat Tahap Berduka

Bantuan terpenting berupa emosional.


a. Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan

tentang

kondisinya

atau

prognosisnya

dan

pasien

dapat

mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik
bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan
asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.

c. Pada Fase Menawar


Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang
tidak masuk akal.
d.Pada Fase Depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari
pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e.Pada Fase Penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan
perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL
A. Pengkajian Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
2. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama
3. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien
4. Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
a.
b.

Pasien kurang rensponsif


Fungsi tubuh melamban

c.

Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja

d.

Rahang cendrung jatuh

e.

Pernafasan tidak teratur dan dangkal

f.

Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.

g.

Kulit pucat

h.

Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas/ ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang
dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang
lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan
stres ( tempat perawatan )
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari
system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri
dalam menghadapi ancaman kematian

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan denga situasi yang tak
dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. mengungkapkan ketakutannya yang brhubungan dengan gangguan
2. menceriktakan tentang efek ganmguan pada fungsi normal, tanggungn jawab,
peran dan gaya hidup

No

Intervensi
Bantu klien untuk mengurangi
1 ansietasnya :
1. berikan kepastian dan
kenyamanan
2. tunjukkan perasaan tentang
pemahman dan empti, jangan

Rasional
Klien yang cemas mempunyai
penyempitan lapang persepsi
dengan penurunan kemampuan
untuk belajar. Ansietas cendrung
untuk memperburuk masalah.
Menjebak klien pada lingkaran

menghindari pertanyaan
peningkatan ansietas tegang,
3. dorong klien untuk
emosional dan nyeri fisik
mengungkapkan setiap ketakutan
permasalahan yang berhubungan
dengan pengobtannya
4. identifikasi dan dukung
mekaniosme koping efektif
Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan Beberapa rasa takut didasari oleh
2 pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau informasi yang tidak akurat dan
sedang
dapat dihilangkan denga
memberikan informasi akurat.
Klien dengan ansietas berat
atauparah tidak menyerap pelajaran
Dorong keluarga dan teman untuk
Pengungkapan memungkinkan
untuk saling berbagi dan
3 mengungkapkan ketakutan-ketakutan
mereka
memberiakn kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak
benar
Berika klien dan keluarga kesempatan
Menghargai klien untuk koping
efektif dapat menguatkan renson
4 dan penguatan koping positif
koping positif yang akan datang

Diagnosa II
Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
No
1

Intervensi
Berikan kesempatan pada klien da
keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, didiskusikan kehilangan
secara terbuka , dan gali makna
pribadi dari kehilangan.jelaskan
bahwa berduka adalah reaksi yang
umum dan sehat

Rasional
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi
pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa
kematian sedang menanti dapat
menyebabkan menimbulkan perasaan
ketidak berdayaan, marah dan kesedihan
yang dalam dan respon berduka yang
lainnya. Diskusi terbuka dan jujur dapat
membantu klien dan anggota keluarga
menerima dan mengatasi situasi dan respon
mereka terhdap situasi tersebut
Berikan dorongan penggunaan
Stategi koping fositif membantu penerimaan
strategi koping positif yang terbukti dan pemecahan masalah
yang memberikan keberhasilan
pada masa lalu
Berikan dorongan pada klien untuk Memfokuskan pada atribut yang positif
mengekpresikan atribut diri yang meningkatkan penerimaan diri dan

positif
Bantu klien mengatakan dan
menerima kematian yang akan
terjadi, jawab semua pertanyaan
dengan jujur
Tingkatkan harapan dengan
perawatan penuh perhatian,
menghilangkan ketidak nyamanan
dan dukungan

penerimaan kematian yang terjadi


Proses berduka, proses berkabung adaptif
tidak dapat dimulai sampai kematian yang
akan terjadi di terima
Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit
terminal paling menghargai tindakan
keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan
b. Mendukung fungsi kemandirian
c. Memberikan obat nyeri saat diperlukandan
d. meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka
dan bonet 1982 )

Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubunga dengan gangguan kehidupan takut akan
hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan )
No
1

Intervensi
Rasional
Luangkan waktu bersama keluarga Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan
atau orang terdekat klien dan
sikap perhatian dan peduli dapat
tunjukkan pengertian yang empati membantu mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pembelajaran
Izinkan keluarga klien atau orang Saling berbagi memungkinkan perawat
terdekat untuk mengekspresikan untuk mengintifikasi ketakutan dan
perasaan, ketakutan dan
kekhawatiran kemudian merencanakan
kekawatiran.
intervensi untuk mengatasinya
Jelaskan lingkungan dan peralatan
ICU
Agar kelurga tahu tentang peralatan yang
digunakan pada tahap terminal
Jelaskan tindakan keperawatan dan Informasi ini dapat membantu, mengurangi
kemajuan postoperasi yang
ansietas yang berkaitan dengan ketidak
dipikirkan dan berikan informasi takutan
spesifik tentang kemajuan klien
Anjurkan untuk sering berkunjung Kunjungan dan partisipasi yang sering
dan berpartisipasi dalam tindakan dapat meningakatkan interaksi keluarga
perawan
berkelanjutan
Konsul dengan atau berikan
Keluarga denagan masalah-masalh seperti
rujukan kesumber komunitas dan kebutuhan financial , koping yang tidak
sumber lainnya
berhasil atau konflik yang tidak selesai
memerlukan sumber-sumber tambahan
untuk membantu mempertahankankan
fungsi keluarga

Diagnosa IV

Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian
No
1

Intervensi
Rasional
Gali apakah klien menginginkan untuk Bagi klien yang mendapatkan nilai
melaksanakan praktek atau ritual
tinggi pada do,a atau praktek spiritual
keagamaan atau spiritual yang diinginkan lainnya , praktek ini dapat memberikan
bila yang memberi kesemptan pada klien arti dan tujuan dan dapat menjadi
untuk melakukannya
sumber kenyamanan dan kekuatan
Ekspesikan pengertrian dan penerimaan Menunjukkan sikap tak menilai dapat
anda tentang pentingnya keyakinan dan membantu mengurangi kesulitan klien
praktik religius atau spiritual klien
dalam mengekspresikan keyakinan dan
prakteknya
Berikan prifasi dan ketenangan untuk
Privasi dan ketenangan memberikan
ritual spiritual sesuai kebutuhan klien
lingkungan yang memudahkan refresi
dapat dilaksanakan
dan perenungan
Bila anda menginginkan tawarkan untuk Perawat meskipun yang tidak
berdo,a bersama klien lainnya atau
menganut agama atau keyakinan yang
membaca buku ke agamaan
sama dengan klien dapat membantu
klien memenuhi kebutuhan spritualnya
Tawarkan untuk menghubungkan
Tindakan ini dapat membantu klien
pemimpin religius atau rohaniwan rumah mempertahankan ikatan spiritual dan
sakit untuk mengatur kunjungan.
mempraktikkan ritual yang penting
Jelaskan ketidak setiaan pelayanan
( Carson 1989 )
( kapel dan injil RS )

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit
atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat
dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual
tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang
ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan
menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai

jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang


yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan,
ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani
hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian
itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri
tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai.
.
B. Saran
1.

Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.

2.

Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat
harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.

3.

Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan
klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya
dan untuk mempertahankan kualitas hidup pasien

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geisster C Alice. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan jiwa Edisi 8. Jakarta:
EGC
Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
dan Penyakit kronik dan terminal Jakarta: Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ikm TM 2 2023
    Ikm TM 2 2023
    Dokumen18 halaman
    Ikm TM 2 2023
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Hasil Rapat
    Hasil Rapat
    Dokumen2 halaman
    Hasil Rapat
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • PED. PELAYANAN FARMASI New
    PED. PELAYANAN FARMASI New
    Dokumen44 halaman
    PED. PELAYANAN FARMASI New
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Dokumen25 halaman
    Pedoman Pelayanan PERINA 2023
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Aktualisasi-Windy
    Rancangan Aktualisasi-Windy
    Dokumen22 halaman
    Rancangan Aktualisasi-Windy
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Lembar Mentoring
    Lembar Mentoring
    Dokumen9 halaman
    Lembar Mentoring
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Laudry
    Laudry
    Dokumen1 halaman
    Laudry
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Identifikasi Isu
    Identifikasi Isu
    Dokumen2 halaman
    Identifikasi Isu
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Fitri Lestari
    Jurnal Fitri Lestari
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Fitri Lestari
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen2 halaman
    Gizi
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen1 halaman
    Book 1
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • BAB V Lampiran
    BAB V Lampiran
    Dokumen15 halaman
    BAB V Lampiran
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Penurunan Curah Jantung
    NCP Penurunan Curah Jantung
    Dokumen12 halaman
    NCP Penurunan Curah Jantung
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Nyeri Kronis
    NCP Nyeri Kronis
    Dokumen20 halaman
    NCP Nyeri Kronis
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP NAUSEA Fix
    NCP NAUSEA Fix
    Dokumen11 halaman
    NCP NAUSEA Fix
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat
  • NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    Dokumen16 halaman
    NCP Intoleransi Aktifitas Fix
    Rudhieanto Medrizal II
    Belum ada peringkat