PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah atau
Kejadian
Luar
Biasa
(KLB)
penyakit
menular,
keracunan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. (PMK
No.949, Tahun 2004)
a) Kriteria Wabah
Suatu penyakit dikatakan mengalami wabah bila :
1. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
2.
Insidens rate meningkat 2 kali atau lebih dibanding angka rata-rata sebulan atau
setahun sebelumnya.
3. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita baru menunjukkan kenaikan
2 kali atau lebih dibandingkan angka yang sama untuk tahun sebelumnya.
4. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya
b) Jenis Wabah
Berdasarkan sifat wabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Common Source Epidemic (Point Source Epidemic)
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common
Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,
polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan ke dua
1. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya
dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota
masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai
dengan urutan generasi kasus.
2.
Konsep KLB
Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
a. Kriteria KLB
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. .
Menurut Masykuri (1997), untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada melampaui
jumlah yang diharapkan biasanya dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat
ini dengan jumlah beberapa minggu atau beberapa bulan sebelumnya atau dengan jumlah
yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
b. Jenis KLB
1. Menurut Penyebab
a. Toksin : Entero toksin, exotoxin, endotoxin
b. Infeksi : Virus, bakteri, cacing, protozoa
c. Toksin Biologis : Racun jamur, plankton, alfatoxin, racun ikan, racun,
tumbuh-tumbuhan
d. Toksin Kimia : Zat organic (logam berat, cyanide), insekta, gas beracun
2. Menurut Sumber
a. Dari Manusia : Jalan nafas, tangan, tenggorokan, hubungan seks, tinja
b. Kegiatan Manusia : Toksin bilogis dan kimia (tempe brongke, penyemprotan,
penangkapan ikan dengan racun), jarum suntik tidak steril
c. Dari Binatang : Binatang piaraan, ikan, binatang pengerat (contoh : leptospirosis)
d. Serangga : Lalat, nyamuk (DBD, filarial, malaria)
e. Dari Udara dan Air : stapilococcus, streptococcus, vibrio
f. Dari makanan dan minuman : Keracunan singkong, jamur makanan kaleng
3. Peran Penyelidikan Wabah/ KLB
3. DBD,
4. Campak,
5. Polio,
6. Difteri,
7. Pertusis
8. Rabies,
9. Malaria,
10. Avian Influenza H5N1,
11. Anthrax.
12. Leptospirosis
13. Hepatitis
14. Influenza A baru (H1N1)/ Pandemi 2009
15. Meningitis,
16. Yellow Fever,
17. Chikungunya
Penyakit menular tertentu lainnya ditetapkan dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan RI.
5.Langkah-langkah Investigasi KLB/Wabah
Langkah-langkah investigasi KLB/wabah (CDC, 1992; Dwyer dan Groves, dalam Nelson,
dkk, 2005) meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan lapangan
b. Persiapan administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif dari investigasi
seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/legal dalam melakukan
investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi yang dapat diandalkan, kerapian
dalam dokumentasi, pembagian tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.
c. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam proses
investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim kesehatan memiliki peran
langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari pejabat/petugas kesehatan setempat
(misalnya tim atau organisasi kesehatan Arab Saudi), atau berperan memberikan bantuan
konsultasi terhadap pejabat/petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan
petugas/staf/kontak lokal serta otoritas setempat adalah sangat penting.
- dll.
b. Verifikasi Diagnosis
Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
1) memastikan bahwa penyakit/masalah kesehatan yang muncul memang telah didiagnosis
secara tepat dan cermat.
2) menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan laboratorium sebagai pendukung
diagnostik.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:
1) ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
2) kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu yang diharapkan
3) komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan jamaah sakit, untuk menggali secara lebih
akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial
2) Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang ditegakkan
berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium
3) Kasus mungkin/dicurigai (possible/suspected case) adalah diagnosis kasus yang
ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium.
b. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan
Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:
1. karateristik demografis, misal; umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan
2. karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang dialami, serta hasil
lab
3. karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan faktorfaktor pemajanan spesifik yang relevan dengan penyakit yang diteliti.
4. informasi pelapor kasus.
Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format pelaporan yang standar,
kuesioner atau form abstraksi/kompilasi data. Form abstraksi/kompilasi data berisi pilihan
informasi-informasi terpenting yang perlu didata untuk setiap kasus. Bentuk format kompilasi
tsb berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada format line listing ini setiap kasus yang
ditemui diletakkan pada setiap baris, sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus
tsb. Kasus baru akan dimasukkan/ditambahkan pada baris di bawah kasus sebelumnya,
sehingga kita dapat memiliki daftar kasus yang selalu diperbaharui (up-dated) berikut
jumlahnya dari waktu ke waktu.
dari diare Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare terjadi ketika seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumber daya, tercemar
selama perjalanan sampai kerumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Tidak
memberi ASI secara penuuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi
ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. Menggunakan botol susu, penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.