Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wabah atau

Kejadian

Luar

Biasa

(KLB)

penyakit

menular,

keracunan

makanan,keracunan bahan berbahaya lainya masih menjadi masalah kesehatan


masyarakat, karena menyebabkan jatuhnya korban kesakitan dan kematian yang besar,
menyerap anggaran biaya dalam upaya penanggulangannya,berdampak pada sektor
ekonomi, pariwisata serta berpotensi menyebar luas lintas daerah bahkan internasional
yang butuh koordinasi dalam penanggulangan
Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara cepat
baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat menimbulkan
malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Untuk penyakitpenyakit endemis (penyakit yang selalu ada pada keadaan biasa), maka KLB
didefinisikan sebagai suatu peningkatan jumlah kasus yang melebihi keadaan biasa, pada
waktu dan daerah tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai
timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara
epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Oleh karena itu, ketika terjadi wabah penyakit dan kejadian luar bisa haruslah
ditangani secara epidemiologi dengan cepat agar tidak terus berlanjut dan meluas.
1.2 Tujuan penyelidikan KLB
a. Tujuan umum
mencegah meluasnya kejadian dan mencegah terulangnya KLB dimasa yang akan datang
b. Tujuan khusus
Penyidikan KLB yaitu diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit,
memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, mengidentifikasi sumber dan cara
penularan, mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB, dan mengidentifikasi populasi
yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Investigasi Wabah Dan Kejadian Luar Biasa (KLB)

1. Konsep Wabah
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut
daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. (PMK
No.949, Tahun 2004)
a) Kriteria Wabah
Suatu penyakit dikatakan mengalami wabah bila :
1. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
2.

Insidens rate meningkat 2 kali atau lebih dibanding angka rata-rata sebulan atau
setahun sebelumnya.

3. Angka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita baru menunjukkan kenaikan
2 kali atau lebih dibandingkan angka yang sama untuk tahun sebelumnya.
4. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya
b) Jenis Wabah
Berdasarkan sifat wabah terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Common Source Epidemic (Point Source Epidemic)
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu
kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Adapun Common
Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum, biasa pada letusan keracunan makanan,

polusi kimia di udara terbuka, menggambarkan satu puncak epidemi, jarak antara satu kasus
dengan kasus, selanjutnya hanya dalam hitungan jam, tidak ada angka serangan ke dua
1. Propagated/Progresive Epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih lama dan masa
tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic terjadi karena adanya
penularan dari orang ke orang baik langsung maupun melalui vektor, relatif lama waktunya
dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota
masyarakat yang rentan serta morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama
dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis yang sesuai
dengan urutan generasi kasus.
2.

Konsep KLB

Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau
kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah. menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular
Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
a. Kriteria KLB
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/ kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3.

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan


periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. .
Menurut Masykuri (1997), untuk menentukan apakah jumlah kasus yang ada melampaui
jumlah yang diharapkan biasanya dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat
ini dengan jumlah beberapa minggu atau beberapa bulan sebelumnya atau dengan jumlah
yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya.
b. Jenis KLB
1. Menurut Penyebab
a. Toksin : Entero toksin, exotoxin, endotoxin
b. Infeksi : Virus, bakteri, cacing, protozoa
c. Toksin Biologis : Racun jamur, plankton, alfatoxin, racun ikan, racun,
tumbuh-tumbuhan
d. Toksin Kimia : Zat organic (logam berat, cyanide), insekta, gas beracun
2. Menurut Sumber
a. Dari Manusia : Jalan nafas, tangan, tenggorokan, hubungan seks, tinja
b. Kegiatan Manusia : Toksin bilogis dan kimia (tempe brongke, penyemprotan,
penangkapan ikan dengan racun), jarum suntik tidak steril
c. Dari Binatang : Binatang piaraan, ikan, binatang pengerat (contoh : leptospirosis)
d. Serangga : Lalat, nyamuk (DBD, filarial, malaria)
e. Dari Udara dan Air : stapilococcus, streptococcus, vibrio
f. Dari makanan dan minuman : Keracunan singkong, jamur makanan kaleng
3. Peran Penyelidikan Wabah/ KLB

Penyelidikan Epidemiologi merupakan suatu kegiatan penyelidikan atau survey yang


bertujuan untuk mendapatkan gambaran terhadap masalah kesehatan atau penyakit secara
lebih menyeluruh. Sedangkan Penyelidikan Wabah adalah suatu kegiatan untuk memastikan
adanya KLB/Wabah, mengetahui penyebab, mengetahui sumber penyebaran, mengetahui
faktor resiko dan menetapkan program penanggulangan KLB
Perbedaan keduanya penyelidikan epidemiologi dilakukan secara menyeluruh sedangkan
penyelidikan wabah dilakukan untuk memastikan adanya wabah.
Fungsi penyelidikan wabah/ KLB, yaitu:
1.

Mencegah meluasnya Wabah/ KLB

2. Mencegah terulangnya Wabah/ KLB dimasa yang akan datang


3. Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit.
4. Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
5. Mengidentifikasi sumber dan cara penularan
6. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
7. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko
4.Penyakit-Penyakit Potensial Wabah
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis
Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya
adalah :
1. Jenis- jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai
berikut :
1. Kholera,
2. Pes,

3. DBD,
4. Campak,
5. Polio,
6. Difteri,
7. Pertusis
8. Rabies,
9. Malaria,
10. Avian Influenza H5N1,
11. Anthrax.
12. Leptospirosis
13. Hepatitis
14. Influenza A baru (H1N1)/ Pandemi 2009
15. Meningitis,
16. Yellow Fever,
17. Chikungunya
Penyakit menular tertentu lainnya ditetapkan dapat menimbulkan wabah ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan RI.
5.Langkah-langkah Investigasi KLB/Wabah
Langkah-langkah investigasi KLB/wabah (CDC, 1992; Dwyer dan Groves, dalam Nelson,
dkk, 2005) meliputi beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan lapangan

Pada tahap ini harus dipersiapkan 3 kategori:


a. Persiapan investigasi
Termasuk dalam kategori ini adalah mempersiapkan:
- pengetahuan tentang berbagai penyakit yang potensial menjadi KLB/wabah
- pengetahuan tentang dan ketrampilan melakukan investigasi lapangan, termasuk
pengetahuan & teknik pengumpulan data dan manajemen spesimen
- pengetahuan dan ketrampilan melakukan analisis data dengan komputer
- dukungan tinjauan kepustakaan ilmiah yang memadai
- material dan instrumen investigasi, seperti kuesioner, bahan/sediaan spesimen dan tes
laboratorium

b. Persiapan administrasi
Dalam kategori ini tim kesehatan harus mempersiapkan aspek administratif dari investigasi
seperti: penyediaan perijinan, surat-surat atau dokumen formal/legal dalam melakukan
investigasi, penyediaan dana yang memadai, transportasi yang dapat diandalkan, kerapian
dalam dokumentasi, pembagian tugas dan koordinasi dalam tim kesehatan, dll.
c. Persiapan konsultasi
Pada tahap ini sudah harus dipikirkan peran dan posisi tim kesehatan dalam proses
investigasi. Sebelum melakukan investigasi harus jelas, apakah tim kesehatan memiliki peran
langsung memimpin investigasi, atau hanya mitra dari pejabat/petugas kesehatan setempat
(misalnya tim atau organisasi kesehatan Arab Saudi), atau berperan memberikan bantuan
konsultasi terhadap pejabat/petugas lokal. Mengenal dan menjalin kerjasama dengan
petugas/staf/kontak lokal serta otoritas setempat adalah sangat penting.

2. Konfirmasi kejadian KLB/wabah dan verifikasi diagnosis


a. Konfirmasi kejadian KLB/wabah
Pada situasi KLB/wabah, umumnya diasumsikan bahwa semua kasus-kasus yang muncul
saling terkait satu sama lain dan terjadi akibat hal atau sebab yang sama. Oleh karena itu
harus dipastikan bahwa:
1) Kumpulan kejadian kesakitan (cluster) tersebut memang merupakan peningkatan tidak
wajar dari kasus-kasus yang saling berhubungan dan memiliki sebab yang sama dan
bukannya cluster sporadis kasus-kasus penyakit yang sama tapi tidak saling berhubungan
atau bahkan kumpulan kasus-kasus yang mirip yang sebenarnya berasal dari beberapa
penyakit yang berbeda.
2) Jumlah kasus memang melebihi yang diperkirakan (expected).
Biasanya perkiraan dapat dilakukan dengan membandingkan dengan jumlah kasus pada
minggu atau bulan sebelumnya atau dengan bulan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Data tentang jumlah kasus sebelumnya tentu harus diperoleh dari berbagai sumber-sumber
data yang tersedia di wilayah tersebut baik dari sistem surveilens lokal, pencatatan dan
pelaporan yang rutin di komunitas atau di berbagai fasilitas kesehatan lokal, kegiatan survei
atau asesmen yang bersifat dll.
3) Peningkatan jumlah kasus yang melebihi yang diperkirakan tersebut bukan disebabkan
oleh faktor-faktor lain yang artifisal (diluar peningkatan insiden penyakit yang
sesungguhnya),seperti misalnya peningkatan karena:
- perubahan definisi kasus
- peningkatan kegiatan penemuan kasus (case finding)
- peningkatan sistem/prosedur pelaporan lokal
- peningkatan kesadaran masyarakat untuk mecari pengobatan
- penambahan besar populasi

- dll.
b. Verifikasi Diagnosis
Tujuan verifikasi diagnosis adalah:
1) memastikan bahwa penyakit/masalah kesehatan yang muncul memang telah didiagnosis
secara tepat dan cermat.
2) menyingkirkan kemungkinan kesalahan pemeriksaan laboratorium sebagai pendukung
diagnostik.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan:
1) ketrampilan klinis yang memadai dari tim kesehatan
2) kualitas pemeriksaan lab yang baik dan memenuhi standar tertentu yang diharapkan
3) komunikasi yang baik antara tim kesehatan dan jamaah sakit, untuk menggali secara lebih
akurat riwayat penyakit dan pajanan potensial

3. Penentuan definisi kasus, identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan


a. Penentuan definisi kaasus
Definisi kasus adalah kumpulan (set) yang standar tentang kriteria klinis untuk menentukan
apakah seseorang dapat diklasifikasikan sebagai penderita penyakit tsb. Definis kasus dalam
konteks KLB/wabah haruslah dibatasi oleh karateristik tertentu dari, orang tempat dan waktu.
Sekali ditetapkan maka definisi kasus ini harus dipakai secara konsisten pada semua situasi
dalam investigasi.
Berdasarkan derajat ketidakpastiannya diagnosis kasus dapat dibagi menjadi:
1) Kasus definitif/konfirmatif (definite/confirmed case) adalah diagnosis kasus yang
dianggap pasti berdasarkan verifikasi laboratorium

2) Kasus sangat mungkin (probable case) adalah diagnosis kasus yang ditegakkan
berdasarkan berbagai gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium
3) Kasus mungkin/dicurigai (possible/suspected case) adalah diagnosis kasus yang
ditegakkan berdasarkan sedikit gambaran klinis yang khas tanpa verifikasi laboratorium.
b. Identifikasi dan penghitungan kasus dan pajanan
Informasi yang dapat digali dari setiap kasus adalah:
1. karateristik demografis, misal; umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan
2. karateristik klinis, misal riwayat penyakit, keluhan dan tanda sakit yang dialami, serta hasil
lab
3. karateristik faktor-faktor risikoyang berkaitan dengan sebab-sebab penyakit dan faktorfaktor pemajanan spesifik yang relevan dengan penyakit yang diteliti.
4. informasi pelapor kasus.
Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format pelaporan yang standar,
kuesioner atau form abstraksi/kompilasi data. Form abstraksi/kompilasi data berisi pilihan
informasi-informasi terpenting yang perlu didata untuk setiap kasus. Bentuk format kompilasi
tsb berupa baris-baris daftar kasus (line listing). Pada format line listing ini setiap kasus yang
ditemui diletakkan pada setiap baris, sementara setiap kolomnya berisi variabel penting kasus
tsb. Kasus baru akan dimasukkan/ditambahkan pada baris di bawah kasus sebelumnya,
sehingga kita dapat memiliki daftar kasus yang selalu diperbaharui (up-dated) berikut
jumlahnya dari waktu ke waktu.

Isi Laporan Penyelidikan KLB


Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Di Indonesia , laporan yang
masuk ke departemen kesehatan menunjukan bahwa setiap anak mengalami serangang diare
1,6-2kali setahun. Kejadian diare di kecamatan gondanglegi 5 tahun terakhir menunjukkan
adanya suatu peningkatan pada setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena Infeksi internal,
yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Media penularan

dari diare Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare terjadi ketika seseorang
menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumber daya, tercemar
selama perjalanan sampai kerumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan dirumah. Tidak
memberi ASI secara penuuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi
ASI resiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. Menggunakan botol susu, penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan.

Anda mungkin juga menyukai