Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan Terapi Cairan

Rehidrasi cairan pada anak diare berat paling utama dilakukan menggunakan cairan
ringer laktat. Jika tidak tersedia dapat digunakan NaCl 0,9%. Banyaknya cairan serta waktu
pemberiannya tergantung pada usia anak. Apabila anak kurang dari 12 bulan, pertama kita
berikan cairan 30 ml/kgBB dalam 1 jam dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 5 jam. Sementara itu,
untuk anak lebih dari setahun, rehidrasi dilakukan lebih cepat, yaitu 30 ml/kgBB dalam 30
menit kemudian dilanjutkan 70 ml/kgBB dalam 2,5 jam. Setelah pemberian cairan yang
pertama, kita harus melakukan evaluasi terutama denyut nadi radial. Apabila masih lemah
atau tidak teraba, kita harus mengulangi kembali pemberian cairan pertama (30 ml/kg dalam
1 jam untuk <12 bulan atau dalam 30 menit untuk 12 bulan.

Pemantauan dilakukan setiap 15-30 menit melalui pemeriksaan nadi radial. Sementara
itu, tanda perbaikan hidrasi dapat dipantau melalui turgor, kesadaran dan kemampuan anak
untuk minum setiap setidaknya 1 jam. Mata biasanya masih akan cekung meski hidrasi sudah
membaik sehingga tidak menjadi patokan untuk pemantauan.

Jika status hidrasi belum membaik, tetesan intravena dapat dilakukan lebih cepat.
Apabila anak sudah mau minum, oralit dapat segera diberikan, sekitar 5ml/kg/jam. Biasanya
anak sudah mau minum setelah 1-2 jam rehidrasi dengan infus serta 3-4 jam pada bayi. Jika
masih menyusu, ASI dapat diberikan dengan lebih sering. Selain itu, anak sudah dapat
diberikan tablet zinc. Zinc diberikan tablet perhari (10 mg) untuk anak <6 bulan dan 1
tablet perhari (20 mg) pada anak 6 bulan ke atas. Tablet zinc dapat diberikan selama 10 hari.
Zinc ini penting untuk membantu penyembuhan selama diare serta mencegah timbulnya diare
berikutnya.

Sementara itu, pada diare ringan/sedang, yang ditandai dengan anak gelisah, rewel,
haus dan minum dengan lahap, mata cekung dan turgor menurun, hal utama yang perlu
dilakukan adalah rehidrasi dengan larutan oralit. Targetnya adalah dalam 3 jam pertama.
Jumlah oralit yang diperlukan adalah sekitar 75 ml/kgBB. Jika berat badan tidak diketahui,
kita dapat menggunakan patokan usia.

1. Usia sampai 4 bulan, perkiraan BB <6 kg, jumlah cairan yang diperlukan 200-400 ml
2. Usia 4-12 bulan, perkiraan BB 6-10 kg, jumlah cairan yang diperlukan 400-700 ml
3. Usia 12-24 bulan, perkiraan BB 10-12 kg, jumlah cairan yang diperlukan 700-900 ml
4. Usia 2-5 tahun, perkiraan BB 12-19 kg, jumlah cairan yang diperlukan 900-1400 ml
Oralit dapat diberikan dengan menggunakan sendok, setidaknya sebanyak 1 sendok tiap 1-2
menit pada anak kurang dari 2 tahun. Jika anak sudah lebih besar, oralit dapat diberikan
menggunakan cangkir.

Jika anak muntah, kita dapat menunggu selama 10 menit, kemudian berikan oralit
secara lebih lambat, misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Apabila kelopak mata bengkak,
pemberian oralit dihentikan dan anak diberi air matang atau ASI. ASI dapat terus diberikan
apabila anak masih mau menyusu.

Anak dapat kembali dinilai setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi
sebelumnya. Namun, pemeriksaan dapat lebih cepat dilakukan apabila anak tidak bisa minum
oralit atau keadaannya nampak memburuk. Jika anak sudah tidak nampak dehidrasi, anak
dapat dipulangkan dengan pemberian cairan tambahan selama di rumah, tablet zinc (dosis
sesuai usia) selama 10 hari. Pemberian makan dan minum tetap dilanjutkan. Kunjungan ulang
dapat dilakukan apabila anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu, kondisi anak
memburuk, demam, dan terdapat darah dalam tinja.

Sementara itu, jika setelah pemberian oralit ternyata masih ada dehidrasi, prinsipnya
adalah kembali lakukan rehidrasi. Pemberian oralit untuk 3 jam berikutnya dapat kembali
diberikan. Anak dapat mulai diberi makanan, susu, atau jus serta ASI sesering mungkin.

Jika anak justru nampak menjadi dehidrasi berat, tatalaksana akan dilakukan sesuai
dengan terapi pada dehidrasi berat di atas. Meskipun belum tampak tanda dehidrasi berat,
apabila anak tidak bisa minum sama sekali seperti karena muntah profus, dapat dilakukan
pemberian infus dengan pemberian cairan secepatnya. Pada kondisi ini, banyaknya cairan
yang diberikan adalah 70 ml/kg selama 5 jam pada bayi (<12 bulan) atau selama 2,5 jam pada
anak 12 bulan. Dapat diperhatikan bahwa terapi ini sama seperti terapi pada dehidrasi berat,
hanya saja tanpa pemberian cairan awal sebesar 30 ml/kg.

Klasifikasi ketiga adalah diare tanpa dehidrasi. Kondisi ini terjadi pada anak yang
diare, tetapi tidak mempunyai tanda dan gejala akan adanya dehidrasi karena cairan yang
terbuang karena diare tidak terlalu banyak atau karena rehidrasi sudah mengimbangi
hilangnya cairan.

Anak dengan diare tanpa dehidrasi tidak perlu dirawat. Meskipun begitu, cairan
tambahan tetap perlu diberikan mengingat anak dalam kondisi kehilangan cairan. Jika masih
minum ASI, anak dapat disusui lebih sering dan lebih lama. Anak yang mendapatkan ASI
eksklusif perlu mendapatkan oralit yang dapat diberikan menggunakan sendok. Jika bukan
oralit, air matang dapat diberikan. Pilihan lainya, pada anak yang sudah mendapatkan MPASI
adalah sup, air tajin dan kuah sayuran.

Anak yang mengalami diare selalu memiliki risiko mengalami dehidrasi. Oleh karena
itu, setiap kehilangan cairan melalu BAB, cairan harus diganti. Pada anak kurang dari dua
tahun, tiap kali BAB diberikan cairan tambahan sebanyak 50-100 ml sedangkan pada anak
yang berusia dua tahun atau lebih perlu 100-200 ml setiap kali BAB. Jika anak muntah,
tindakannya serupa sebagaimana pada pemberian cairan di diare ringan sedang yaitu tunggu
sekitar 10 menit, baru kemudian diberikan kembali cairan secara perlahan. Sebagaimana
derajat dehidrasi yang lain, diare tanpa dehidrasi juga memerlukan pemberian suplementasi
zinc dengan dosis dan lama pemberian serupa.

Anda mungkin juga menyukai