NAMA KELOMPOK:
1. Fondha Mulyo Utomo 041514253048
2. Purwo Hadi Sukmana 041514253070
Magister Akuntansi
Universitas Airlangga Surabaya
2016
Target costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang
dikembangkan di Jepang pada tahun 1960an. Target costing adalah pengelolaan biaya
strategic untuk mendapatkan laba masa depan (Cooper dan Slagmulder, 1999). target costing
merupakan tahap pertama dari empat metode pembiayaan yang akan dipelajari dalam bab ini.
Masing-masing dari empat metode digunakan untuk perencanaan biaya pada siklus hidup
produk (atau jasa). Sebagai contoh, penentuan target costing digunakan pada tahap awal
siklus hidup produk untuk membantu perusahaan dalam mendesain produk guna mencapai
keuntungan yang diinginkan. Metode lainnya, yang digunakan pada tahapan berbeda dalam
siklus hidup adalah theory of constraints, life cycle cost, dan strategic pricing.
Sementara sesekali hanya terfokus pada biaya produksi, saat ini manajer melihat biaya
hulu (sebelum produksi) dan hilir (setelah produksi) dalam siklus hidup produk untuk
mendapatkan analisis yang komprehensif atas biaya produk dan peluang laba (Exhibit 13.1).
Misalnya, dalam penentuan target costing kita memepertimbangkan peran desain produk
(kegiatan hulu) dalam menghemat biaya selama tahap pembuatan dan fase hilir dari siklus
hidup.
Kemudian, kita melihat bagaimana theory of constraints digunakan dalam tahap
produksi untuk menghemat biaya produksi dan mempercepat pengiriman hilir. Selanjutnya
kita melihat biaya siklus hidup, yang memberikan evaluasi menyeluruh terhadap peluang laba
produk yang berbeda, termasuk biaya siklus hidup produk. Akhirnya, strategic pricing
menggunakan konsep siklus hidup dalam pengambilan keputusan harga.
Note :
Keempat metode perencanaan biaya, target costing, theory and constraints, life cycle
cost, didasarkan pada suklus hidup biaya produk atau jasa, sedangkan metode terakhir,
strategic pricing, mempertimbangkan siklus hidup biaya dan siklus hidup penjualan.
Siklus hidup biaya (cost life cycle) adalah rangkaian kegiatan di dalam perusahaan yang
diawali dengan penelitian dan pengembangan kemudian diikuti dengan desain, produksi (atau
penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan layanan pelanggan. Ini adalah siklus hidup
produk atau jasa dari sudut pandang biaya yang dikeluarkan.
Siklus hidup penjualan (sales life cycle) adalah rangkaian tahapan dalam jarring-jaring
produk atau jasa pada lingkungan pasar, pertumbuhan penjualan, dan akhirnya jatuh tempo,
penurunan penjualan, dan penarikan produk dari pasar. Penjualan pada awalnya berjumlah
kecil, memuncak pada tahap jatuh tempo, kemudian menurun, seperti yang digambarkan pada
Exhibit 13.2
TARGET COSTING
Henry Ford menjelaskan sebuah teknik yang disebut dengan Target Costing, dimana
perusahaan menentukan biaya (contohnya target) yang diperbolehkan untuk produk atau jasa,
pada sebuah harga pasar yang kompetitif , sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba
yang diinginkan :
Rumus: Target Costing = Harga Kompetitf Laba yang diinginkan
Penentuan biaya berdasarkan target sangatlah penting terutama pada saat yang
kompetitif, seperti saat resesi ekonomi, saat dimana banyak perusahaan berjuang untuk
bertahan. Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk mengurangi biaya menjadi sebuah
tingkat biaya target :
1. Dengan menyatukan teknologi produksi yang baru, menggunakan teknik manajemen
biaya yang lebih maju seperti pembiayaan berbasis aktivitas, dan mencari
produktivitas
yang lebih tinggi.
2. Dengan mendesain ulang produk atau jasa. Metode ini sangat menguntungkan banyak
perusahaan karena menunjukan bahwa keputusan desain bernilai penting bagi
kebanyakan total siklus hidup produk. Dengan perhatian yang teliti terhadap desain,
penghematan yang signifikan pada total biaya menjadi mungkin.
Banyak perusahaan menerapkan kedua pilihan ini: usaha dalam meraih produktivitas yang
meningkat dan penentuan biaya berdasarkan target untuk menentukan desain yang hemat
biaya. Target Costing, berdasarkan analisis fungsi/trade-off biaya, adalah sebuah alat
manajemen yang sesuai untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif, peranti
lunak, dan produsen fitur.
produk, bahan yang digunakan dalam pembuatannya, dan sejumlah fitur. Perusahaan yang
memproduksi bagian-baguian dari ukuran yang berbeda dari desain yang sama menggunakan
tabel biaya untuk menunjukan perbedaan pada biaya untguk komponen dari ukuran dan jenis
bahan baku yang berbeda.
Group Technology (teknologi kelompok) adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi
kemiripan pada komponen-komponen produk yang diproduksi sehingga komponen yang
sama dapat digunakan dalam dua produk atau lebih, dengan demikian dapat menekan biaya.
Concurrent Engineering (rekayasa gabungan) atau rekayasa berkelanjutan adalah
perkembangan baru desain produk dan mengandalkan pada sebuah pendekatan yang bersatu
padu , dimana proses rekayasa/desain terletak pada keseluruhan siklus hidup biaya
menggunakan kelompok fungsional silang. Informasi dikumpulkan dari dan digunakan pada
setiap tahap dari value chain untuk meningkatkan desain produk.
Exhibit 13.5 menunjukan hubungan antara penentuan biaya berdasarkan Target Costing dan
Kaizen. Harga dianggap stabil atau menurun dari waktu ke waktu bagi perusahaanperusahaan
dimana penentuan biaya berdasarkan target dianggap cocok untuk digunakan mengingat
persaingan yang ketat pada harga, kualitas produk dan fungsi produk. Perusahaanperusahaan
ini menanggapi tekanan persaingan dengan mendesain ulang produk mereka secara berkala
dengan menggunakan penentuan biaya bersadarkan target untuk menekan harga produk dan
meningkatkan nilai produk-produk tersebut secara berkesinambungan. Sebagai catatan
perusahaan menggunakan Kaizen untuk menekan biaya produk dalam proses produksi
melalui penyederhanan jarring-jaring pasokan dan meningkatkan baik metode produksi dan
program produktivitas. Dengan demikian, penentuan biaya berdasarkan target dan Kaizen
adalah metode pelengkap yang digunakan untuk menekan biaya dan meningkatkan nilai
secara berkelanjutan.
Note :
Berdsarkan pada operasi dan tujuan perusahaan, awal dari waktu siklus juga dapat diartikan
sebagai waktu dari sebuah batch produksi dijadwalkan, saat bahan mentah dipesan, atau
waktu ketika produksi pesanan dimulai. Waktu penyelesaian siklus juga dapat diartikan
sebagai waktu ketika produksi selesai atau waktu ketika pesanan tersebut siap untuk dikirim.
Pengukuran lain yang berguna adalah efisiensi siklus produksi (manufacturing
cycle
efficiency MCE) adalah rasio dari waktu pengolahan terhadap waktu siklus total.
TOC dikembangkan untuk membantu manajer mengurangi waktu siklus dan biaya
operasional. Sebelum TOC, manajer sering memberikan usaha untuk meningkatkan efisiensi
dan kecepatan melaui keseluruhan proses produksi daripada memfokuskan perhatian hanya
pada kegiatan-kegiatan yang menjadi kendala (seperti hambatan) dalam proses yang ada.
Kendala (constraints) adalah kegiatan yang memperlambat waktu total siklus
produk. TOC telah mengalihkan perhatian untuk meningkatkan kecepatan pada kendala, yang
menyebabkan sebuah penurunan yang menguntungkandalam keseluruhan siklus waktu dan
persediaan. TOC bisa dibandingkan terhadap poroduksi tepat waktu (just in time JIT) yang
pada keduanya ditujukan untuk mengurangi waktu siklus dan mengurangi tingkat persediaan.
Analisis TOC memiliki lima tahapan :
1. Mengidentifikasi kendala
Akuntan manajemen bekerjasama dengan manajer produksi dan para teknisi untuk
mengidentifikasi setiap kendala pada proses produksi dengan mengembangkan sebuah
diagam alur (flow chart) dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
2. Menentukan komposisi produk yang paling menguntungkan ketika dihadapkan
pada kendala yang ada
Komposisi produk yang paling menguntungkan adalah gabungan dari produk-produk
yang memaksimalkan total keuntungan untuk kedua produk tersebut. Untuk
menentukan produk yang paling menguntungkan, pertama-tama menentukan produk
yang paling menguntungkan, dengan kendala yang dihadapi. TOC mengukur peluang
laba produk menggunakan throughput margin, dimana harga produk dikurangi biaya
bahan baku (termasuk keseluruhan biaya yang digunakan bahan baku, komponenkomponen yang
dibeli, dan biaya pengendali bahan baku). Dalam contoh, pengukuran laba yang
relevan adalah batas keluaran per menit waktu pada perakitan dan pengecekan akhir.
3. Memaksimalkan arus produksi dengan kendala yang ada
Pada langkah ini, akuntan manajemen mencari cara untuk mempercepat arus melalui
kendala yang ada dengan menyederhanakan proses yang ada, meningkatkan desain
produk, mengurangi waktu pengaturan, dan mengurangi penundaan-penundaan
lainnya pada kegiatan yang tidak dijadwalkan dan tidak menambah nilai seperti
pemeriksaan atau rusaknya mesin, diantara yang lainnya.
Metode yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi kendala memperlancar arus
produksi adalah dengan penggunaan waktu takt (takt time). Sebagai contoh, asumsi
bahwa sebuah pabrik beroperasi untuk delapan jam per hari, dan setelah dipotong
dengan waktu istirahat, 400 menit dari waktu produksi per hari. Rata-rata permintaaan
pelanggan per hari adalah 800 unit, waktu takt adalah Waktu takt = Waktu produksi
yang tersedia Permintaan pelanggan
ABC VS TOC
Perusahaan menggunakan metode manajemen biaya seperti penentuan biaya
berdasarkan target dan teori kendala yang umumnya menggunakan pembiayaan berbasis
aktivitas (ABC). ABC digunakan untuk menilai peluang laba produk, sebagaimana seperti
TOC digunakan dalam ilustrasi sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa TOC mengambil
pendekatan jangka pendek untuk analisis peluang laba sementara pembiayaan ABC
mengembangkan suatu analisis jangka panjang. Analisis TOC memiliki fokus jangka pendek
karena penekanannya hanya pada biaya bahan terkait saja, sedangkan ABC meliputi semua
biaya produk. ABC tidak dapat digunakan untuk menentukan komposisi produk jangka
pendek terbaik. ABC dan TOC merupakan metode komplementer, ABC menyediakan analisis
komprehensif dari pengungkit biaya dan biaya unit akurat sebagai dasar untuk keputusan
strategis tentang penetapan harga jangka panjang dan komposisi produk. Sebaliknya TOC
memberikan metode yang berguna untuk meningkatkan peluang laba jangka pendek dari
pabrik melalui penyesuaian komposisi produk jangka pendek dan melalui perhatian terhadap
kendala produksi.
Pentingnya Desain
Faktor faktor penting pada tahap desain
Penghematan waktu pemasaran
Menekan biaya jasa yang diharapkan
biaya (cost leadership) untuk meningkatkan efisiensi operasional untuk menurunkan biaya
dan harga.
1. Biaya Produksi Penuh Ditambah Kenaikan Harga
Dalam metode ini, perusahaan menentukan biaya produksi penuh (total biaya tidak
tetap dan biaya produksi tetap) dan menerapkan presentase kenaikan harga untuk
menutup biaya operasional lainnya ditambah keuntungan.
2. Biaya Siklus Hidup Ditambah Kenaikan Harga
Pendekatan siklus hidup pada penetapan harga menggunakan biaya siklus hidup
penuh, daripada hanya menggunakan biaya produksi.
3. Biaya Penuh Dan Persentase Margin Bruto Yang Diinginkan
Dalam variasi ini, harga ditentukan sehingga persentase margin bruto yang diinginkan
dapat tercapai.
4. Biaya Penuh Ditambah Pengembalian Aset Yang Diinginkan
Pendekatan umum untuk penetapan harga lainnya adalah dengan mengatur harga
untuk mencapai pengembalian aset yang diinginkan.
b) Penetapan Harga Strategis Untuk Tahp-Tahap Pada Siklus Hidup Penjualan
Tahap 1 : Pengenalan
Tahap ini melibatkan sedikit persaingan, dan penjualan naik perlahan-lahan ketika pelanggan
sadar akan adanya produk atau jasa yang baru.
Tahap 2 : Pertumbuhan
Pada tahap ini penjualan mulai meningkat dengan cepat seperti hal nya keberagaman produk.
Tahap 3 : Jatuh Tempo
Tahap ini penjualan masih meningkat tetapi pada tingkat yang menurun
Tahap 4 : Penurunan Penjualan
Tahap ini penjualan dan harga terus menurun, seperti halnya jumlah pesaing.
Abstrak :
Harga produk adalah faktor penting dan berhubungan tentang perkembangan kinerja
keuangan perusahaan. Harga harus cukup rendah untuk menarik pelanggan dan pada saat
yang sama cukup tinggi untuk menutup semua biaya muncul sertakeuntungan yang
diharapkan. Penelitian ini menggambarkan bagaimana peta organisasi diri (SOM) dapat
digunakan untuk tujuan harga. Kita menunjukkan bagaimana perubahan dalam kebijakan
harga
perusahaan
akan
mempengaruhi
posisi
harga
perusahaan.
Penelitian
ini
menggambarkan dengan jelas bahwa perusahaan memiliki kemungkinan yang berbeda untuk
mengubah posisi harga mereka. Dengan metode som baru ini dapat diterapkan dalam
berbagai cara melalui simulasi harga yang berbeda.
PENDAHULUAN
Harga produk adalah hal penting dan tersulit dalam keputusan strategis perusahaan
karena umumnya mempengaruhi volume penjualan, pangsa pasar dan profitabilitas
keseluruhan perusahaan (lih Avlonitis & Indounas 2005 Bhattacharya & Friedman tahun
2001, Richards et al. 2005, Simmonds 1982 dan Steed & Gu 2005). Volume penjualan dan
pangsa pasar adalah faktor umum yang penting bagi bisnis. Profitabilitas penting karena
memungkinkan perusahaan untuk bertahan hidup, yaitu untuk berinvestasi dan untuk
menjamin pekerjaan dan pembayaran dividen. Selanjutnya harga jual harus cukup tinggi
untuk
menghasilkan keuntungan yang diperlukan (yaitu harga harus menutupi biaya) bagi
perusahaan
dan pemegang saham dan cukup rendah untuk memberikan kemungkinan insentif bagi
pelanggan yang cukup dan keuntungan dari pembelian (Avlonitis & Indounas 2005 Bourne
1999 dan Pitt et al. 2001).
Selanjutnya Sistem informasi akuntansi akan membantu untuk mengatur harga
diperlukan produk. Namun, sistem akuntansi belum mampu memberikan informasi yang
cukup
berharga, maka untuk ini keputusan dalam hal pricing berasal dari sudut pandang manajer
pemasaran (Foster & Gupta 1994). Menurut Foster dan Gupta (1994) informasi harga yang
berharga berkaitan, misalnya, untuk pemantauan kebijakan persaingan dan pesaing harga dan
perbedaan antara harga yang tercantum dan harga penjualan aktual.
Akuntansi manajemen strategis (SMA), yang telah menjadi respon Johnson dan
(1987)
kritik Kaplan dari hilangnya relevansi akuntansi, juga menekankan pentingnya informasi
harga
dalam proses pengambilan keputusan. SMA berbeda dari akuntansi manajemen tradisional
dengan berfokus pada pesaing, pemasaran dan masa depan (Bromwich 1990, guilding et al.
2000 dan Roslender & Hart 2003), sedangkan, akuntansi manajemen tradisional lebih
berfokus pada produksi dan sejarah. Akuntansi pesaing (monitoring posisi kompetitif,
penilaian biaya pesaing dan penilaian kinerja pesaing berdasarkan laporan keuangan yang
dipublikasikan), dan harga strategis (reaksi harga pesaing, elastisitas harga) adalah beberapa
praktek SMA yang terkenal (guilding et al. 2000).
Dalam penelitian ini kita fokus pada harga strategis karena lebih menarik daripada
pesaing akuntansi untuk keperluan studi ini. Harga strategis mencakup berbagai macam dan
jenis analisis strategis seperti reaksi harga pesaing (bagaimana pesaing bereaksi terhadap
harga baru, apa yang kemungkinan keuangan mereka untuk bereaksi), elastisitas harga
(bagaimana perubahan permintaan jika harga berubah), proyeksi pertumbuhan pasar (apa efek
dari pertumbuhan pada industri dan profitabilitas, jangan pangsa pasar berubah sebagai hasil
dari
pertumbuhan) dan skala ekonomi dan ruang lingkup (melakukan pesaing memiliki semacam
keuntungan ekonomi) (lih Simmonds 1982) .
Metode peta mengorganisir diri (SOM), khususnya, telah dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan visualisasi informasi (misalnya Churilov et al. 2005). SOM adalah
teknik jaringan saraf yang dapat menggunakan data multidimensi dan setelah pelatihan peta
itu
ke topologi jaringan dua dimensi. Teknik ini peta barang serupa data dekat satu sama lain di
grid, menjaga hubungan antara data dalam bentuk tampilan topologi. SOM telah digunakan di
lebih dari lima ribu aplikasi (Oja et al. 2003), di banyak daerah yang berbeda di mana
kemampuan visualisasi penting, seperti di diagnosis kanker payudara (misalnya Chen et al.
2000), profil pelanggan dan segmentasi (Ultsch 2002), analisis lingkungan ekonomi
(misalnya Lnsiluoto etal. 2002a), perbandingan industri siklus (misalnya Lnsiluoto et al.
2002b) dan klasifikasi pasien kanker prostat ke dalam kelompok risiko (misalnya Churilov et
al. 2005). Namun SOM belum digunakan untuk tujuan strategis.
Dari latar belakang diatas maka Penelitian ini membahas cara-cara di mana akuntan
strategis dapat menghasilkan dan menyampaikan informasi dalam proses penetapan harga,
juga mempertimbangkan tingkat harga pesaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan bagaimana SOM dapat digunakan untuk menilai efek dari perubahan
kebijakan harga (yaitu simulasi) pada posisi harga beberapa pengecer kelontong Finlandia.
Jenis penilaian ini menarik karena para pengecer dapat mengevaluasi kesenjangan antara saat
ini dan posisi harga yang diharapkan serta menilai berapa banyak mereka dapat atau harus
mengubah kebijakan harga untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Lalu ketika penilaian telah dilakukan pengecer dan akuntan strategis dapat
mengevaluasi bagaimana struktur biaya mereka harus diubah untuk mencapai posisi baru
yang diinginkan menguntungkan strategis. Di sisi lain, akuntan dapat melakukan penilaian
posisi harga untuk menganalisis berapa banyak mereka bisa menaikkan harga masih tetap
mempertahankan posisi harga saat ini. Akuntan strategis juga dapat mengevaluasi bagaimana
posisi pesaing berubah sebagai akibat dari kebijakan harga berubah. Ada juga banyak
kemungkinan lain untuk harga strategis meskipun kami hanya menunjukkan beberapa
kemungkinan ini dengan harga pasar yang real.
METODOLOGI
Data empiris dan variabel
Data kami diperoleh dari Pusat Penelitian Konsumen Nasional (Finlandia) seperti
asosiasi yang independen. Database kami berisi 135 pengecer kelontong dengan omset adalah
antara EUR 940 ribu juta dan EUR 30.100.000 pada tahun 1995. Data ini terdiri dari lima
kelompok pengecer kelontong Finlandia; K-kelompok (40 pengecer), S-kelompok (32), Tgroup (27), Eka (15), Elanto (3), baik pengecer kelontong independen (3) dan akhirnya lima
belas pengecer yang kelompok tidak dikenal.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana perubahan
kebijakan harga mempengaruhi posisi pengecer, kita akan fokus pada beberapa pengecer.
Ilustrasi fokus pada pengecer di salah satu kota karena database kami meliputi beberapa
pesaing dari kelompok pengecer yang berbeda di kota itu. Mereka juga memiliki lokasi dekat
dan dari cukup ukuran yang sama, yang memberikan alasan lain untuk fokus pada pengecer
ini.
Kami membatasi harga maksimum dari produk dalam analisis sehingga mereka tidak
bisa melebihi harga maksimum produk yang setelah kenaikan harga produk. Jadi jika harga
produk tersebut telah diangkat oleh beberapa pengecer sebesar 10 persen dalam analisis
kemudian beberapa harga dapat melebihi harga maksimum produk tersebut dan harga
melebihi ini telah disesuaikan sehingga tidak naik lebih dari harga maksimum produk di
seluruh dataset.
Keterbatasan yang sama diterapkan untuk harga berkurang.
Pemilihan teknik yang tepat untuk penelitian
Tiga teknik yang umum dan akan digunakan yaitu teknik clustering teknik partisi (Kmeans), teknik hirarkis (pohon keputusan) dan model berbasis teknik (peta mengorganisir
diri) (Han & Kamber 2001, 346-81 lihat juga Berry & Linoff 2000, 93-94 dan 102-21).
Dalam paragraf berikut kita membahas secara singkat alasan pemilihan SOM sebagai teknik
pengelompokan untuk tujuan penelitian kami. Teknik clustering memperkenalkan memiliki
kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
Kami memilih teknik SOM karena kami tidak ingin menentukan jumlah cluster a
priori (seperti yang harus kita lakukan dengan menggunakan k-means). Selain itu, kami ingin
memanfaatkan teknik benar melakukan jika ukuran cluster bervariasi (ini tidak akan terjadi
ketika menggunakan k-means). Meskipun teknik pohon keputusan menghasilkan mudah
Ada dua parameter pembelajaran yang harus dinyatakan: tingkat pembelajaran dan
parameter lebar lingkungan. Tingkat belajar mempengaruhi ukuran penyesuaian vektor
referensi setelah setiap langkah pelatihan, sedangkan parameter lebar lingkungan menentukan
sejauh mana neuron sekitarnya, tetangga, dipengaruhi oleh pemenang. Parameter tambahan
adalah panjang pelatihan, yang mengukur waktu proses, yaitu jumlah iterasi melalui data
pelatihan.
Data Pelatihan
Kami menggunakan Self-Organizing Map Paket Program (SOM_PAK) versi 3.1
dalam pelatihan peta. Tim SOM Programming dari Universitas Helsinki Teknologi telah
mengembangkan SOM_PAK tersebut. (Kohonen et al. 1995) Program menggunakan
algoritma pembelajaran kompetitif, seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya. Peta yang
dilatih yang divisualisasikan dengan menggunakan demo NENET versi 1.1 dimana kita
memiliki kemampuan visualisasi yang lebih baik daripada kemampuan SOM_PAK 3.1.
Kami mulai dengan standarisasi variabel masukan ke kisaran [-1,1] karena kita
mencoba untuk memberikan semua variabel berat yang sama dan untuk meningkatkan
akurasi dan efisiensi pelatihan peta (Han & Kamber 2001, 105 & 339 lihat juga Kaski &
Kohonen 1998). Kami membangun beberapa peta - semua peta termasuk seluruh database
dengan 135 pengecer dan harga dari 237 toko dan memilih produk-peta dengan kesalahan
kuantisasi terendah. Kami memilih topologi jaringan yang heksagonal dengan 4 x 5 neuron.
Panjang pelatihan adalah 10000 di bagian pertama, 100 000 di bagian kedua dan bagian
200000. terakhir Tingkat pembelajaran adalah 0,5 di bagian pertama, 0,05 di bagian kedua
dan 0,01 di bagian terakhir.
Kami menggunakan nilai-nilai ini karena setelah beberapa set pelatihan yang berbeda
kami menemukan bahwa nilai-nilai ini membawa hasil terbaik. Jarak Euclidean dari setiap
vektor input dan vektor referensi pencocokan (kesalahan kuantisasi) yang terbaik adalah
4,521150.
HASIL
Analisis kelompok produk tertentu yang menarik ketika pengecer menganalisis
kemungkinan efek pada posisi harga dalam kasus ketika mereka mampu (atau harus)
mengubah harga mereka dalam satu kelompok produk tertentu sebagai hasil dari operasi yang
lebih efisien.
Di pengecer lainnya akan tertarik untuk mengetahui apakah posisi mereka akan
berubah jika mereka ingin menaikkan harga mereka dalam satu kelompok produk tertentu
ketika bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas mereka. Jenis kelompok produk yang
lebih kecil perubahan spesifik yang lebih realistis dalam pengaturan harga pengecer karena
perubahan ini lebih mudah diterapkan daripada perubahan harga semua produk. Di sisi lain,
mungkin sulit untuk memilih produk harga yang akan diubah. Kesulitan ini memberikan
alasan untuk menganalisis perubahan dari semua harga produk dan efek mereka mungkin
pada posisi.
Mengidentifikasi cluster
Gambar 1a menunjukkan misalnya daerah hitam horisontal antara dua neuron di
tengah peta, yang menunjukkan perbedaan antara dua sel yaitu perbatasan cluster. Dan
Gambar 1b menunjukkan delapan cluster A-F2 dengan 237 variabel (yaitu harga produk
kelontong). Kami
berasal properti dari cluster dari pesawat fitur manual. Beberapa pesawat ini, khususnya peta
biasa yang telah disebut dalam Tabel 1, disajikan pada Gambar 2. Kita dapat memahami
hubungan antara pesawat fitur (Gambar 2) dan U-matriks (Gambar 1) dengan cara yang
Umatrix dicapai ketika semua pesawat fitur yang disatukan. Karena itu, ketika peritel 55
terletak di pojok kanan pada Gambar 1 juga akan berada di tempat yang sama di semua
pesawat fitur pada Gambar 2.
Perubahan harga dari semua produk
Gambar 3 menunjukkan bahwa kenaikan tujuh persen di harga 53 akan membawanya
ke cluster yang sama dengan 57 (B). Jarak geografis mereka hanya beberapa kilometer dan
kenaikan ini mungkin dalam harga bisa merangsang pelanggan dengan sensitivitas harga
tinggi
untuk mengubah pengecer kelontong mereka. Situasi pengecer 54 (awalnya dalam cluster E)
cukup menakjubkan dan tidak menguntungkan karena jika perubahan harga yang antara -5
dan +3 persen lokasinya tidak berubah. Kemudian hanya pengurangan tujuh persen harga
akan membawa 54 untuk cluster termurah (F2).
Di sisi lain, kenaikan sepuluh persen dari harga membawa 54 untuk cluster paling
mahal kedua (A2). Dalam sub bab berikutnya kita fokus pada perubahan dalam kelompok
produk tertentu dan efek mereka pada posisi harga pengecer. Kita mulai dengan menganalisis
perubahan tingkat harga produk susu.