Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN BIAYA STRATEGIK

Review Theory & Journals


Pertemuan 7
Cost Planning for the Product Life Cycle : Target Costing,
Theory of Constraint, and Strategic Pricing
__
Strategic Pricing Possibilities of Grocery Retailers An empirical Study
&
The Adoption and Implementation of Target Costing Approach in
Manufacturing Companies in Jordan

NAMA KELOMPOK:
1. Fondha Mulyo Utomo 041514253048
2. Purwo Hadi Sukmana 041514253070

Magister Akuntansi
Universitas Airlangga Surabaya
2016

Target costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang
dikembangkan di Jepang pada tahun 1960an. Target costing adalah pengelolaan biaya
strategic untuk mendapatkan laba masa depan (Cooper dan Slagmulder, 1999). target costing
merupakan tahap pertama dari empat metode pembiayaan yang akan dipelajari dalam bab ini.
Masing-masing dari empat metode digunakan untuk perencanaan biaya pada siklus hidup
produk (atau jasa). Sebagai contoh, penentuan target costing digunakan pada tahap awal
siklus hidup produk untuk membantu perusahaan dalam mendesain produk guna mencapai
keuntungan yang diinginkan. Metode lainnya, yang digunakan pada tahapan berbeda dalam
siklus hidup adalah theory of constraints, life cycle cost, dan strategic pricing.
Sementara sesekali hanya terfokus pada biaya produksi, saat ini manajer melihat biaya
hulu (sebelum produksi) dan hilir (setelah produksi) dalam siklus hidup produk untuk
mendapatkan analisis yang komprehensif atas biaya produk dan peluang laba (Exhibit 13.1).
Misalnya, dalam penentuan target costing kita memepertimbangkan peran desain produk
(kegiatan hulu) dalam menghemat biaya selama tahap pembuatan dan fase hilir dari siklus
hidup.
Kemudian, kita melihat bagaimana theory of constraints digunakan dalam tahap
produksi untuk menghemat biaya produksi dan mempercepat pengiriman hilir. Selanjutnya
kita melihat biaya siklus hidup, yang memberikan evaluasi menyeluruh terhadap peluang laba
produk yang berbeda, termasuk biaya siklus hidup produk. Akhirnya, strategic pricing
menggunakan konsep siklus hidup dalam pengambilan keputusan harga.

Note :
Keempat metode perencanaan biaya, target costing, theory and constraints, life cycle
cost, didasarkan pada suklus hidup biaya produk atau jasa, sedangkan metode terakhir,
strategic pricing, mempertimbangkan siklus hidup biaya dan siklus hidup penjualan.
Siklus hidup biaya (cost life cycle) adalah rangkaian kegiatan di dalam perusahaan yang
diawali dengan penelitian dan pengembangan kemudian diikuti dengan desain, produksi (atau
penyediaan jasa), pemasaran/distribusi, dan layanan pelanggan. Ini adalah siklus hidup
produk atau jasa dari sudut pandang biaya yang dikeluarkan.

Siklus hidup penjualan (sales life cycle) adalah rangkaian tahapan dalam jarring-jaring
produk atau jasa pada lingkungan pasar, pertumbuhan penjualan, dan akhirnya jatuh tempo,
penurunan penjualan, dan penarikan produk dari pasar. Penjualan pada awalnya berjumlah
kecil, memuncak pada tahap jatuh tempo, kemudian menurun, seperti yang digambarkan pada
Exhibit 13.2

TARGET COSTING
Henry Ford menjelaskan sebuah teknik yang disebut dengan Target Costing, dimana
perusahaan menentukan biaya (contohnya target) yang diperbolehkan untuk produk atau jasa,
pada sebuah harga pasar yang kompetitif , sehingga perusahaan dapat menghasilkan laba
yang diinginkan :
Rumus: Target Costing = Harga Kompetitf Laba yang diinginkan
Penentuan biaya berdasarkan target sangatlah penting terutama pada saat yang
kompetitif, seperti saat resesi ekonomi, saat dimana banyak perusahaan berjuang untuk
bertahan. Perusahaan mempunyai dua pilihan untuk mengurangi biaya menjadi sebuah
tingkat biaya target :
1. Dengan menyatukan teknologi produksi yang baru, menggunakan teknik manajemen
biaya yang lebih maju seperti pembiayaan berbasis aktivitas, dan mencari
produktivitas
yang lebih tinggi.
2. Dengan mendesain ulang produk atau jasa. Metode ini sangat menguntungkan banyak
perusahaan karena menunjukan bahwa keputusan desain bernilai penting bagi
kebanyakan total siklus hidup produk. Dengan perhatian yang teliti terhadap desain,
penghematan yang signifikan pada total biaya menjadi mungkin.
Banyak perusahaan menerapkan kedua pilihan ini: usaha dalam meraih produktivitas yang
meningkat dan penentuan biaya berdasarkan target untuk menentukan desain yang hemat
biaya. Target Costing, berdasarkan analisis fungsi/trade-off biaya, adalah sebuah alat

manajemen yang sesuai untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif, peranti
lunak, dan produsen fitur.

Target Costing melibatkan lima tahap berikut :


1. Penentuan harga pasar
2. Penentuan laba yang diinginkan
3. Pembuatan perhitungan biaya target pada harga pasar dikurangi laba yang diinginkan
4. Penggunaan rekayasa nilai untuk mengidentifikasi cara-cara untuk menghemat biaya
produk.
5. Penggunaan pembiayaan kaizen dan kendali operasional untuk penghematan biaya secara
lebih baik.
Terdepat beberapa metode dalam target costing yang telah umum digunakan yaitu :
Value Engineering
Value Engineering (Rekayasa Nilai) digunakan dalam penentuan Target Costing untuk
menekan biaya produk dengan manganalisis trade-off antara berbagai jenis fungsi produk
(jenis fitur produk yang berbeda) dan biaya total produk. Langkah pertama yang penting
dalam rekayasa nilai adalah untuk melakukan analisis pelanggan selama tahap desain dari
produk baru atau yang diperbaiki. Analisis pelanggan mengidentifikasikan preferensi penting
pelanggan yang menentukan fungsi yang diinginkan untuk produk yang baru. Terdapat
beberapa istilah dalam value engginering yaitu :
Functional analysis (analisis fungsional) adalah sebuah jenis yang umum darai rekayasa nilai
dimana biaya dan kinerja dari setiap fungsi atau fitur utama dari produk diteliti. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menentukan keseimbangan yang diinginkan dari fungsi dan biaya.
Design Analysis (analisis desain) adalah bentuk umum dari rekayasa nilai dimana tim
desainer mempersiapkan desain yang memungkinkan dari sebuah produk, masing-masing
memiliki fitur yang serupa dengan tingkat kinerja dan biaya yang berbeda.
Cost Tables (tabel biaya) adalah basis data terkomputerisasi yang menyertakan informasi
menyeluruh mengenai pemicu biaya perusahaan. Pemicu biaya meliputi, misalnya, ukuran

produk, bahan yang digunakan dalam pembuatannya, dan sejumlah fitur. Perusahaan yang
memproduksi bagian-baguian dari ukuran yang berbeda dari desain yang sama menggunakan
tabel biaya untuk menunjukan perbedaan pada biaya untguk komponen dari ukuran dan jenis
bahan baku yang berbeda.
Group Technology (teknologi kelompok) adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi
kemiripan pada komponen-komponen produk yang diproduksi sehingga komponen yang
sama dapat digunakan dalam dua produk atau lebih, dengan demikian dapat menekan biaya.
Concurrent Engineering (rekayasa gabungan) atau rekayasa berkelanjutan adalah
perkembangan baru desain produk dan mengandalkan pada sebuah pendekatan yang bersatu
padu , dimana proses rekayasa/desain terletak pada keseluruhan siklus hidup biaya
menggunakan kelompok fungsional silang. Informasi dikumpulkan dari dan digunakan pada
setiap tahap dari value chain untuk meningkatkan desain produk.

Target Costing and Kaizen


Langkah kelima dalam penentuan biaya berdasarkan target adalah dengan
menggunakan perbaikan yang berkelanjutan (Kaizen) dan kendali operasional untuk menekan
biaya. Kaizen terjadi pada tahap produksi dimana efek rekayasa nilai dan desain yang telah
dikembangkan sudah terjadi;
Kaizen berarti perbaikan secara terus-menerus, yaitu pencarian yang sedang berlangsung
dalam mencari cara baru untuk menekan biaya dalam proses pembuatan sebuah produk
dengan desain dan fungsionalitas yang ada. Peranan pengurangan biaya pada tahap ini adalah
untuk mengembangkan metode produksi baru seperti sistem produksi fleksibel dan
menggunakan teknik-teknik manajemen baru seperti kendali operasional, manajemen mutu
total, dan theory and constraints untuk menekan biaya lebih jauh.

Exhibit 13.5 menunjukan hubungan antara penentuan biaya berdasarkan Target Costing dan
Kaizen. Harga dianggap stabil atau menurun dari waktu ke waktu bagi perusahaanperusahaan
dimana penentuan biaya berdasarkan target dianggap cocok untuk digunakan mengingat
persaingan yang ketat pada harga, kualitas produk dan fungsi produk. Perusahaanperusahaan
ini menanggapi tekanan persaingan dengan mendesain ulang produk mereka secara berkala
dengan menggunakan penentuan biaya bersadarkan target untuk menekan harga produk dan
meningkatkan nilai produk-produk tersebut secara berkesinambungan. Sebagai catatan
perusahaan menggunakan Kaizen untuk menekan biaya produk dalam proses produksi
melalui penyederhanan jarring-jaring pasokan dan meningkatkan baik metode produksi dan
program produktivitas. Dengan demikian, penentuan biaya berdasarkan target dan Kaizen
adalah metode pelengkap yang digunakan untuk menekan biaya dan meningkatkan nilai
secara berkelanjutan.
Note :

Penentuan Target Costing dapat menguntungkan karena hal-hal berikut ini :


1. Meningkatkan kepuasan pelanggan, sebagai desain yang berfokus pada nilai
Pelanggan
2. Menekan biaya, melalui desain yang lebih efektif dan efisien
3. Membantu perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diinginkan pada produk
baru atau yang telah dirancang ulang
4. Dapat menekan total waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan produk, melalui
koordinasi desain yang telah ditingkatkan, produksi, dan amanjer pemasaran
5. Dapat membantu menyediakan sebuah batasan persaingan pada waktu resesi
ekonomi
6. Dapat meningkatkan kualitas produk secara keseluruhan, sebagaimana desain telah
ditingkatkan secara cermat dan isu-isu produksi dipertimbangkan secara tegas pada
tahap desain.

THE THEORY OF CONSTRAINTS


Sebelum melihat theory of constraints (TOC) lebih dekat, maka kita perlu
mempertimbangakn isu-isu tentang bagaimana kecepatan diukur dan ditingkatkan melalui
siklus hidup biaya, sebagaimana digambarkan pada Exhibit 13.6. Pengukurannya diartikan
dengan cara yang berbeda oleh beberapa perusahaan yang berbeda pula, bergantung pada
sifat dari operasi perusahaan yang bersangkutan. Sebagai contoh, waktu siklus (cycle time)
produksi (atau waktu tempuh produksi atau waktu keluaran-manufacturing lead time or
throughput time) biasanya diartikan sebagai berikut :
Waktu Siklus = Jumlah waktu antara penerimaan pesanan pelanggan dan pengiriman
pesanan tersebut

Berdsarkan pada operasi dan tujuan perusahaan, awal dari waktu siklus juga dapat diartikan
sebagai waktu dari sebuah batch produksi dijadwalkan, saat bahan mentah dipesan, atau
waktu ketika produksi pesanan dimulai. Waktu penyelesaian siklus juga dapat diartikan
sebagai waktu ketika produksi selesai atau waktu ketika pesanan tersebut siap untuk dikirim.
Pengukuran lain yang berguna adalah efisiensi siklus produksi (manufacturing
cycle
efficiency MCE) adalah rasio dari waktu pengolahan terhadap waktu siklus total.

TOC dikembangkan untuk membantu manajer mengurangi waktu siklus dan biaya
operasional. Sebelum TOC, manajer sering memberikan usaha untuk meningkatkan efisiensi
dan kecepatan melaui keseluruhan proses produksi daripada memfokuskan perhatian hanya
pada kegiatan-kegiatan yang menjadi kendala (seperti hambatan) dalam proses yang ada.
Kendala (constraints) adalah kegiatan yang memperlambat waktu total siklus
produk. TOC telah mengalihkan perhatian untuk meningkatkan kecepatan pada kendala, yang
menyebabkan sebuah penurunan yang menguntungkandalam keseluruhan siklus waktu dan
persediaan. TOC bisa dibandingkan terhadap poroduksi tepat waktu (just in time JIT) yang
pada keduanya ditujukan untuk mengurangi waktu siklus dan mengurangi tingkat persediaan.
Analisis TOC memiliki lima tahapan :
1. Mengidentifikasi kendala
Akuntan manajemen bekerjasama dengan manajer produksi dan para teknisi untuk
mengidentifikasi setiap kendala pada proses produksi dengan mengembangkan sebuah
diagam alur (flow chart) dari pekerjaan yang telah diselesaikan.
2. Menentukan komposisi produk yang paling menguntungkan ketika dihadapkan
pada kendala yang ada
Komposisi produk yang paling menguntungkan adalah gabungan dari produk-produk
yang memaksimalkan total keuntungan untuk kedua produk tersebut. Untuk
menentukan produk yang paling menguntungkan, pertama-tama menentukan produk
yang paling menguntungkan, dengan kendala yang dihadapi. TOC mengukur peluang
laba produk menggunakan throughput margin, dimana harga produk dikurangi biaya
bahan baku (termasuk keseluruhan biaya yang digunakan bahan baku, komponenkomponen yang
dibeli, dan biaya pengendali bahan baku). Dalam contoh, pengukuran laba yang
relevan adalah batas keluaran per menit waktu pada perakitan dan pengecekan akhir.
3. Memaksimalkan arus produksi dengan kendala yang ada
Pada langkah ini, akuntan manajemen mencari cara untuk mempercepat arus melalui
kendala yang ada dengan menyederhanakan proses yang ada, meningkatkan desain
produk, mengurangi waktu pengaturan, dan mengurangi penundaan-penundaan
lainnya pada kegiatan yang tidak dijadwalkan dan tidak menambah nilai seperti
pemeriksaan atau rusaknya mesin, diantara yang lainnya.
Metode yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi kendala memperlancar arus
produksi adalah dengan penggunaan waktu takt (takt time). Sebagai contoh, asumsi
bahwa sebuah pabrik beroperasi untuk delapan jam per hari, dan setelah dipotong

dengan waktu istirahat, 400 menit dari waktu produksi per hari. Rata-rata permintaaan
pelanggan per hari adalah 800 unit, waktu takt adalah Waktu takt = Waktu produksi
yang tersedia Permintaan pelanggan

4. Meningkatkan daya tahan ketika menghadapi kendala tersebut


Sebagai tindakan jangka panjang untuk meringankan kendala dan meningkatkan
waktu
siklus, manajemen harus mempertimbangkan menambah kapasitas pada kendala
dengan
menambahkan mesin baru atau yang ditingkatkan dan/atau tenaga kerja tambahan.
5. Mendesain ulang proses produksi demi fleksibilitas dan waktu siklus yang cepat
Tanggapan strategis yang paling lengkap untuk kendala adalah untuk mendesain ulang
proses produksi, termasuk pengenalan teknologi produksi baru, penghentian beberapa
produksi dari produk yang sulit untuk diproduksi, dan mendesain ulang beberapa
produk untuk kasus produksi yang lebih besar.

ABC VS TOC
Perusahaan menggunakan metode manajemen biaya seperti penentuan biaya
berdasarkan target dan teori kendala yang umumnya menggunakan pembiayaan berbasis
aktivitas (ABC). ABC digunakan untuk menilai peluang laba produk, sebagaimana seperti
TOC digunakan dalam ilustrasi sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa TOC mengambil
pendekatan jangka pendek untuk analisis peluang laba sementara pembiayaan ABC
mengembangkan suatu analisis jangka panjang. Analisis TOC memiliki fokus jangka pendek
karena penekanannya hanya pada biaya bahan terkait saja, sedangkan ABC meliputi semua
biaya produk. ABC tidak dapat digunakan untuk menentukan komposisi produk jangka
pendek terbaik. ABC dan TOC merupakan metode komplementer, ABC menyediakan analisis
komprehensif dari pengungkit biaya dan biaya unit akurat sebagai dasar untuk keputusan
strategis tentang penetapan harga jangka panjang dan komposisi produk. Sebaliknya TOC
memberikan metode yang berguna untuk meningkatkan peluang laba jangka pendek dari

pabrik melalui penyesuaian komposisi produk jangka pendek dan melalui perhatian terhadap
kendala produksi.

Penentuan Biaya Siklus Hidup


Metode manajemen biaya memiliki kecenderungan untuk berfokus hanya pada biaya
produksi, biaya hulu dan hilir dapat menunjukkan sebuah porsi yang signifikan dari biaya
siklus hidup total, khususnya pada industri tertentu. Biaya hulu dan hilir dikelola pada
beberapa cara termasuk peningkatan hubungan baik dengan pemasok dan distributor, hal
yang paling penting adalah desain produk dan proses produksi.

Pentingnya Desain
Faktor faktor penting pada tahap desain
Penghematan waktu pemasaran
Menekan biaya jasa yang diharapkan

Menekan pengaruh lingkungan produk


Meningkatakan kemudahan produksi
Proses perencanaan dan desain

Manfaat Penetuan Biaya Siklus Hidup Pada Perusahaan Peranti Lunak


Sebuah contoh dalam penerapan penentuan biaya siklus hidup, pengambang peranti
lunak Analytical Decisions, Inc. (ADI), yang menyediakan peranti lunak khusus untuk bankbank dan institusi keuangan lainnya yang digunakan untuk menganalisa cadangan kerugian
pinjaman dan untuk merencanakan portofolio pinjaman. ADI memiliki dua produk, yaitu
ADI-1 untuk bankbank besar dan ADI-2 untuk bank-bank kecil, juga untuk tabungan serta
pinjaman. Masingmasing dari produk ini selalu diperbaharui setiap tahunnya, dan kadangkadang dengan sebuah membaharuan khusus pada tahun berjalan. Setiap pembaharuan
meningkatkan fungsionalitas dari produk tersebut pada beberapa hal yang signifikan.

Penetapan Harga Strategis Menggunakan Siklus Hidup Produk


a) Penetapan Harga Menggunakan Siklus Hidup Biaya
Penetapan harga berbasis biaya adalah pendekatan umum untuk perusahaan manufaktur dan
jasa. Mereka adalah yang bersaing pada informasi biaya yang menggunakan kepemimpinan

biaya (cost leadership) untuk meningkatkan efisiensi operasional untuk menurunkan biaya
dan harga.
1. Biaya Produksi Penuh Ditambah Kenaikan Harga
Dalam metode ini, perusahaan menentukan biaya produksi penuh (total biaya tidak
tetap dan biaya produksi tetap) dan menerapkan presentase kenaikan harga untuk
menutup biaya operasional lainnya ditambah keuntungan.
2. Biaya Siklus Hidup Ditambah Kenaikan Harga
Pendekatan siklus hidup pada penetapan harga menggunakan biaya siklus hidup
penuh, daripada hanya menggunakan biaya produksi.
3. Biaya Penuh Dan Persentase Margin Bruto Yang Diinginkan
Dalam variasi ini, harga ditentukan sehingga persentase margin bruto yang diinginkan
dapat tercapai.
4. Biaya Penuh Ditambah Pengembalian Aset Yang Diinginkan
Pendekatan umum untuk penetapan harga lainnya adalah dengan mengatur harga
untuk mencapai pengembalian aset yang diinginkan.
b) Penetapan Harga Strategis Untuk Tahp-Tahap Pada Siklus Hidup Penjualan
Tahap 1 : Pengenalan
Tahap ini melibatkan sedikit persaingan, dan penjualan naik perlahan-lahan ketika pelanggan
sadar akan adanya produk atau jasa yang baru.
Tahap 2 : Pertumbuhan
Pada tahap ini penjualan mulai meningkat dengan cepat seperti hal nya keberagaman produk.
Tahap 3 : Jatuh Tempo
Tahap ini penjualan masih meningkat tetapi pada tingkat yang menurun
Tahap 4 : Penurunan Penjualan
Tahap ini penjualan dan harga terus menurun, seperti halnya jumlah pesaing.

Strategic pricing Possibilities of Grocery Retailers An


empirical study
Aapo Lnsiluoto.
Seinjoki University of applied sciences. Finland.aapo. lansiluoto@seamk.fi
Barbro Back.
bo Akademi University. Finland. barbro.back@abo.fi
Hannu Vanharanta.
Tampere University of Technology. Finland. hannu.vanharanta@pori.tut.fi

Abstrak :
Harga produk adalah faktor penting dan berhubungan tentang perkembangan kinerja
keuangan perusahaan. Harga harus cukup rendah untuk menarik pelanggan dan pada saat
yang sama cukup tinggi untuk menutup semua biaya muncul sertakeuntungan yang
diharapkan. Penelitian ini menggambarkan bagaimana peta organisasi diri (SOM) dapat
digunakan untuk tujuan harga. Kita menunjukkan bagaimana perubahan dalam kebijakan
harga

perusahaan

akan

mempengaruhi

posisi

harga

perusahaan.

Penelitian

ini

menggambarkan dengan jelas bahwa perusahaan memiliki kemungkinan yang berbeda untuk
mengubah posisi harga mereka. Dengan metode som baru ini dapat diterapkan dalam
berbagai cara melalui simulasi harga yang berbeda.

PENDAHULUAN

Harga produk adalah hal penting dan tersulit dalam keputusan strategis perusahaan
karena umumnya mempengaruhi volume penjualan, pangsa pasar dan profitabilitas
keseluruhan perusahaan (lih Avlonitis & Indounas 2005 Bhattacharya & Friedman tahun
2001, Richards et al. 2005, Simmonds 1982 dan Steed & Gu 2005). Volume penjualan dan
pangsa pasar adalah faktor umum yang penting bagi bisnis. Profitabilitas penting karena
memungkinkan perusahaan untuk bertahan hidup, yaitu untuk berinvestasi dan untuk
menjamin pekerjaan dan pembayaran dividen. Selanjutnya harga jual harus cukup tinggi
untuk
menghasilkan keuntungan yang diperlukan (yaitu harga harus menutupi biaya) bagi
perusahaan
dan pemegang saham dan cukup rendah untuk memberikan kemungkinan insentif bagi
pelanggan yang cukup dan keuntungan dari pembelian (Avlonitis & Indounas 2005 Bourne
1999 dan Pitt et al. 2001).
Selanjutnya Sistem informasi akuntansi akan membantu untuk mengatur harga
diperlukan produk. Namun, sistem akuntansi belum mampu memberikan informasi yang
cukup
berharga, maka untuk ini keputusan dalam hal pricing berasal dari sudut pandang manajer
pemasaran (Foster & Gupta 1994). Menurut Foster dan Gupta (1994) informasi harga yang
berharga berkaitan, misalnya, untuk pemantauan kebijakan persaingan dan pesaing harga dan
perbedaan antara harga yang tercantum dan harga penjualan aktual.
Akuntansi manajemen strategis (SMA), yang telah menjadi respon Johnson dan
(1987)
kritik Kaplan dari hilangnya relevansi akuntansi, juga menekankan pentingnya informasi
harga
dalam proses pengambilan keputusan. SMA berbeda dari akuntansi manajemen tradisional
dengan berfokus pada pesaing, pemasaran dan masa depan (Bromwich 1990, guilding et al.
2000 dan Roslender & Hart 2003), sedangkan, akuntansi manajemen tradisional lebih
berfokus pada produksi dan sejarah. Akuntansi pesaing (monitoring posisi kompetitif,
penilaian biaya pesaing dan penilaian kinerja pesaing berdasarkan laporan keuangan yang
dipublikasikan), dan harga strategis (reaksi harga pesaing, elastisitas harga) adalah beberapa
praktek SMA yang terkenal (guilding et al. 2000).
Dalam penelitian ini kita fokus pada harga strategis karena lebih menarik daripada
pesaing akuntansi untuk keperluan studi ini. Harga strategis mencakup berbagai macam dan
jenis analisis strategis seperti reaksi harga pesaing (bagaimana pesaing bereaksi terhadap

harga baru, apa yang kemungkinan keuangan mereka untuk bereaksi), elastisitas harga
(bagaimana perubahan permintaan jika harga berubah), proyeksi pertumbuhan pasar (apa efek
dari pertumbuhan pada industri dan profitabilitas, jangan pangsa pasar berubah sebagai hasil
dari
pertumbuhan) dan skala ekonomi dan ruang lingkup (melakukan pesaing memiliki semacam
keuntungan ekonomi) (lih Simmonds 1982) .
Metode peta mengorganisir diri (SOM), khususnya, telah dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan visualisasi informasi (misalnya Churilov et al. 2005). SOM adalah
teknik jaringan saraf yang dapat menggunakan data multidimensi dan setelah pelatihan peta
itu
ke topologi jaringan dua dimensi. Teknik ini peta barang serupa data dekat satu sama lain di
grid, menjaga hubungan antara data dalam bentuk tampilan topologi. SOM telah digunakan di
lebih dari lima ribu aplikasi (Oja et al. 2003), di banyak daerah yang berbeda di mana
kemampuan visualisasi penting, seperti di diagnosis kanker payudara (misalnya Chen et al.
2000), profil pelanggan dan segmentasi (Ultsch 2002), analisis lingkungan ekonomi
(misalnya Lnsiluoto etal. 2002a), perbandingan industri siklus (misalnya Lnsiluoto et al.
2002b) dan klasifikasi pasien kanker prostat ke dalam kelompok risiko (misalnya Churilov et
al. 2005). Namun SOM belum digunakan untuk tujuan strategis.
Dari latar belakang diatas maka Penelitian ini membahas cara-cara di mana akuntan
strategis dapat menghasilkan dan menyampaikan informasi dalam proses penetapan harga,
juga mempertimbangkan tingkat harga pesaing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan bagaimana SOM dapat digunakan untuk menilai efek dari perubahan
kebijakan harga (yaitu simulasi) pada posisi harga beberapa pengecer kelontong Finlandia.
Jenis penilaian ini menarik karena para pengecer dapat mengevaluasi kesenjangan antara saat
ini dan posisi harga yang diharapkan serta menilai berapa banyak mereka dapat atau harus
mengubah kebijakan harga untuk mencapai posisi yang diinginkan.
Lalu ketika penilaian telah dilakukan pengecer dan akuntan strategis dapat
mengevaluasi bagaimana struktur biaya mereka harus diubah untuk mencapai posisi baru
yang diinginkan menguntungkan strategis. Di sisi lain, akuntan dapat melakukan penilaian
posisi harga untuk menganalisis berapa banyak mereka bisa menaikkan harga masih tetap
mempertahankan posisi harga saat ini. Akuntan strategis juga dapat mengevaluasi bagaimana
posisi pesaing berubah sebagai akibat dari kebijakan harga berubah. Ada juga banyak
kemungkinan lain untuk harga strategis meskipun kami hanya menunjukkan beberapa
kemungkinan ini dengan harga pasar yang real.

METODOLOGI
Data empiris dan variabel
Data kami diperoleh dari Pusat Penelitian Konsumen Nasional (Finlandia) seperti
asosiasi yang independen. Database kami berisi 135 pengecer kelontong dengan omset adalah
antara EUR 940 ribu juta dan EUR 30.100.000 pada tahun 1995. Data ini terdiri dari lima
kelompok pengecer kelontong Finlandia; K-kelompok (40 pengecer), S-kelompok (32), Tgroup (27), Eka (15), Elanto (3), baik pengecer kelontong independen (3) dan akhirnya lima
belas pengecer yang kelompok tidak dikenal.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana perubahan
kebijakan harga mempengaruhi posisi pengecer, kita akan fokus pada beberapa pengecer.
Ilustrasi fokus pada pengecer di salah satu kota karena database kami meliputi beberapa
pesaing dari kelompok pengecer yang berbeda di kota itu. Mereka juga memiliki lokasi dekat
dan dari cukup ukuran yang sama, yang memberikan alasan lain untuk fokus pada pengecer
ini.
Kami membatasi harga maksimum dari produk dalam analisis sehingga mereka tidak
bisa melebihi harga maksimum produk yang setelah kenaikan harga produk. Jadi jika harga
produk tersebut telah diangkat oleh beberapa pengecer sebesar 10 persen dalam analisis
kemudian beberapa harga dapat melebihi harga maksimum produk tersebut dan harga
melebihi ini telah disesuaikan sehingga tidak naik lebih dari harga maksimum produk di
seluruh dataset.
Keterbatasan yang sama diterapkan untuk harga berkurang.
Pemilihan teknik yang tepat untuk penelitian
Tiga teknik yang umum dan akan digunakan yaitu teknik clustering teknik partisi (Kmeans), teknik hirarkis (pohon keputusan) dan model berbasis teknik (peta mengorganisir
diri) (Han & Kamber 2001, 346-81 lihat juga Berry & Linoff 2000, 93-94 dan 102-21).
Dalam paragraf berikut kita membahas secara singkat alasan pemilihan SOM sebagai teknik
pengelompokan untuk tujuan penelitian kami. Teknik clustering memperkenalkan memiliki
kekuatan dan kelemahan mereka sendiri.
Kami memilih teknik SOM karena kami tidak ingin menentukan jumlah cluster a
priori (seperti yang harus kita lakukan dengan menggunakan k-means). Selain itu, kami ingin
memanfaatkan teknik benar melakukan jika ukuran cluster bervariasi (ini tidak akan terjadi
ketika menggunakan k-means). Meskipun teknik pohon keputusan menghasilkan mudah

dimengerti cluster, juga kadang-kadang menghasilkan klaster cukup kompleks konstruksi


terutama jika data multidimensi (seperti dalam kasus kami). Alasan-alasan ini berdampak
pada pemilihan teknik SOM yang dijelaskan secara lebih rinci dalam subbab lainnya dalam
paper ini.
Peta mengorganisir diri (SOM)
Jaringan di peta yang mengatur dirinya sendiri biasanya terdiri dari dua lapisan
neuron:
lapisan input dan lapisan output. Neuron pada lapisan output disusun dalam grid dan
dipengaruhi oleh tetangga mereka dalam grid ini. Tujuannya adalah untuk secara otomatis
mengelompokkan pola masukan sedemikian rupa bahwa pola-pola yang sama yang diwakili
oleh output neuron yang sama, atau oleh salah satu tetangganya. Input adalah 237 harga
produk dari 135 pengecer kelontong.
Output dalam kasus kami adalah kelompok pengecer yang memiliki tingkat harga
yang sama. Cluster ini tidak diketahui kapan proses pelatihan dimulai, yaitu, selama proses
pelatihan jaringan tidak memiliki pengetahuan tentang output yang diinginkan. Proses
pelatihan ini ditandai dengan persaingan antara neuron output. Pola input (harga produk
pengecer kelontong ini) disajikan ke jaringan satu per satu, secara acak. Neuron keluaran
bersaing satu sama lain untuk diaktifkan atau dipecat. Output neuron dengan vektor referensi
yang terdekat dengan vektor input disebut pemenang (Haykin 1999 58). Vektor referensi
pemenang disesuaikan dalam arah vektor input, dan begitu pula vektor referensi dari neuron
sekitarnya di output array (Ultsch 1993, 308). Ukuran penyesuaian dalam vektor referensi
dari neuron tetangga tergantung pada jarak neuron yang dari pemenang dalam array output.
Ada beberapa metrik yang berbeda untuk mengekspresikan jarak antara dua vektor (Han &
Kamber 2001 339- 341).
Kami telah menggunakan jarak Euclidean, yang sering digunakan dalam analisis
kuantitatif (Kiang & Kumar 2001). Hal ini didefinisikan sebagai Min {| x - mi |}, di mana x
adalah vektor input data dan mi adalah vektor referensi (Kohonen 1997, 86)
Biasanya, neuron pada lapisan output diatur baik dalam kotak persegi panjang atau
heksagonal (Ripley tahun 1996, 323). Sebuah neuron dalam kotak persegi panjang memiliki
empat tetangga dan neuron di grid heksagonal memiliki enam tetangga, kecuali orang-orang
di
tepi grid.

Ada dua parameter pembelajaran yang harus dinyatakan: tingkat pembelajaran dan
parameter lebar lingkungan. Tingkat belajar mempengaruhi ukuran penyesuaian vektor
referensi setelah setiap langkah pelatihan, sedangkan parameter lebar lingkungan menentukan
sejauh mana neuron sekitarnya, tetangga, dipengaruhi oleh pemenang. Parameter tambahan
adalah panjang pelatihan, yang mengukur waktu proses, yaitu jumlah iterasi melalui data
pelatihan.
Data Pelatihan
Kami menggunakan Self-Organizing Map Paket Program (SOM_PAK) versi 3.1
dalam pelatihan peta. Tim SOM Programming dari Universitas Helsinki Teknologi telah
mengembangkan SOM_PAK tersebut. (Kohonen et al. 1995) Program menggunakan
algoritma pembelajaran kompetitif, seperti yang dijelaskan di bagian sebelumnya. Peta yang
dilatih yang divisualisasikan dengan menggunakan demo NENET versi 1.1 dimana kita
memiliki kemampuan visualisasi yang lebih baik daripada kemampuan SOM_PAK 3.1.
Kami mulai dengan standarisasi variabel masukan ke kisaran [-1,1] karena kita
mencoba untuk memberikan semua variabel berat yang sama dan untuk meningkatkan
akurasi dan efisiensi pelatihan peta (Han & Kamber 2001, 105 & 339 lihat juga Kaski &
Kohonen 1998). Kami membangun beberapa peta - semua peta termasuk seluruh database
dengan 135 pengecer dan harga dari 237 toko dan memilih produk-peta dengan kesalahan
kuantisasi terendah. Kami memilih topologi jaringan yang heksagonal dengan 4 x 5 neuron.
Panjang pelatihan adalah 10000 di bagian pertama, 100 000 di bagian kedua dan bagian
200000. terakhir Tingkat pembelajaran adalah 0,5 di bagian pertama, 0,05 di bagian kedua
dan 0,01 di bagian terakhir.
Kami menggunakan nilai-nilai ini karena setelah beberapa set pelatihan yang berbeda
kami menemukan bahwa nilai-nilai ini membawa hasil terbaik. Jarak Euclidean dari setiap
vektor input dan vektor referensi pencocokan (kesalahan kuantisasi) yang terbaik adalah
4,521150.
HASIL
Analisis kelompok produk tertentu yang menarik ketika pengecer menganalisis
kemungkinan efek pada posisi harga dalam kasus ketika mereka mampu (atau harus)
mengubah harga mereka dalam satu kelompok produk tertentu sebagai hasil dari operasi yang
lebih efisien.

Di pengecer lainnya akan tertarik untuk mengetahui apakah posisi mereka akan
berubah jika mereka ingin menaikkan harga mereka dalam satu kelompok produk tertentu
ketika bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas mereka. Jenis kelompok produk yang
lebih kecil perubahan spesifik yang lebih realistis dalam pengaturan harga pengecer karena
perubahan ini lebih mudah diterapkan daripada perubahan harga semua produk. Di sisi lain,
mungkin sulit untuk memilih produk harga yang akan diubah. Kesulitan ini memberikan
alasan untuk menganalisis perubahan dari semua harga produk dan efek mereka mungkin
pada posisi.
Mengidentifikasi cluster
Gambar 1a menunjukkan misalnya daerah hitam horisontal antara dua neuron di
tengah peta, yang menunjukkan perbedaan antara dua sel yaitu perbatasan cluster. Dan
Gambar 1b menunjukkan delapan cluster A-F2 dengan 237 variabel (yaitu harga produk
kelontong). Kami
berasal properti dari cluster dari pesawat fitur manual. Beberapa pesawat ini, khususnya peta
biasa yang telah disebut dalam Tabel 1, disajikan pada Gambar 2. Kita dapat memahami
hubungan antara pesawat fitur (Gambar 2) dan U-matriks (Gambar 1) dengan cara yang
Umatrix dicapai ketika semua pesawat fitur yang disatukan. Karena itu, ketika peritel 55
terletak di pojok kanan pada Gambar 1 juga akan berada di tempat yang sama di semua
pesawat fitur pada Gambar 2.
Perubahan harga dari semua produk
Gambar 3 menunjukkan bahwa kenaikan tujuh persen di harga 53 akan membawanya
ke cluster yang sama dengan 57 (B). Jarak geografis mereka hanya beberapa kilometer dan
kenaikan ini mungkin dalam harga bisa merangsang pelanggan dengan sensitivitas harga
tinggi
untuk mengubah pengecer kelontong mereka. Situasi pengecer 54 (awalnya dalam cluster E)
cukup menakjubkan dan tidak menguntungkan karena jika perubahan harga yang antara -5
dan +3 persen lokasinya tidak berubah. Kemudian hanya pengurangan tujuh persen harga
akan membawa 54 untuk cluster termurah (F2).
Di sisi lain, kenaikan sepuluh persen dari harga membawa 54 untuk cluster paling
mahal kedua (A2). Dalam sub bab berikutnya kita fokus pada perubahan dalam kelompok
produk tertentu dan efek mereka pada posisi harga pengecer. Kita mulai dengan menganalisis
perubahan tingkat harga produk susu.

Mengubah harga produk susu


Pada Gambar 4 menggambarkan situasi di mana harga produk susu (yaitu produk 5565) telah diubah dan semua harga produk lainnya telah tinggal di tingkat yang asli. Pertamatama kita dapat melihat bahwa perubahan pada peta yang lebih kecil (meskipun kelompok
produk tertentu perubahan tingkat harga yang lebih besar) pada Gambar 4 dari pada Gambar
3 sebagai akibat dari perubahan dalam jumlah yang lebih kecil dari harga produk. Dan
akhirnya, Gambar 4 menunjukkan bahwa pengecer 58 dan 56 tidak dapat mengubah posisi
mereka dengan menurunkan atau meningkatkan hanya untuk harga produk susu.
Mengubah harga buah-buahan dan sayuran
Berikutnya, kita menyelidiki dampak dari buah dan sayuran (yaitu produk 89-109)
perubahan harga pada posisi pengecer. Umumnya, Gambar 5 menunjukkan bahwa perubahan
harga buah-buahan dan sayuran memiliki efek lebih pada posisi pengecer daripada perubahan
harga produk susu. Salah satu alasan untuk efek bisa menjadi lebih banyak produk dari dalam
analisis sebelumnya.
Pengecer yang paling mahal, 58 (A2), tidak mampu mengubah posisinya dengan
mengurangi harga buah dan sayuran sedangkan kenaikan 15 persen bergerak 58 ke sudut
paling mahal di peta. Jika 57 (B) menimbulkan harga hanya 5 persen, itu akan datang lebih
dekat dengan pesaing 58 meskipun mereka tidak akan berada di cluster yang sama meskipun
57 akan
menaikkan harga sampai 50 persen.

Perubahan harga produk daging


Kenaikan harga produk daging sampai 50 persen tidak menyebabkan setiap gerakan
untuk 56 (cluster D). Bertentangan dengan stabilitas harga ini, penurunan tiga puluh persen
dalam daging harga produk mengarah 56 dekat dengan 54. Mereka akan berada di neuron
yang
sama sebenarnya jika 56 mengurangi harga daging sebesar 30 persen dan 54 menaikkan harga
sebesar 10 persen secara bersamaan. Oleh karena itu, jika 54 berencana untuk menaikkan
harga
produk yang daging mereka harus menyadari hasil akhir jika 56 mampu mengurangi harga
pada waktu yang sama.

Mengubah harga biskuit dan permen


Akhirnya, kita menggambarkan gerakan dari posisi harga saat kita mengubah harga
biskuit dan permen (yaitu produk 128-138 dan 200-224). Pada Gambar umum 7
menggambarkan bahwa posisi pengecer berubah ketika mereka mengurangi atau menaikkan
harga. Oleh karena itu, pengecer dapat mempengaruhi posisi mereka dengan mengubah harga
biskuit dan permen. Permen dan biskuit digabungkan karena mereka dapat dipahami sebagai
produk makanan kecil yang tidak perlu.
KESIMPULAN
Dalam penelitian ini kami telah digambarkan beberapa cara berbeda untuk mengubah
posisi harga strategis dari beberapa pengecer kelontong Finlandia. Seperti yang diharapkan
gerakan terbesar yang dicapai dengan mengubah harga semua produk. Jenis perubahan total
bisa sangat sulit untuk melakukan dalam praktek sejak posisi juga dapat dipindahkan dengan
melakukan perubahan kecil dalam kelompok produk tertentu. Penelitian ini juga
menunjukkan
bahwa tidak semua perubahan kebijakan harga produk mempengaruhi posisi harga pengecer,
yang menekankan pentingnya analisis individu masing-masing pengecer.
Beberapa perubahan kebijakan harga tidak mempengaruhi posisi sama sekali dan
beberapa perubahan yang lebih besar tidak mempengaruhi posisi apapun lebih dari perubahan
kecil sudah dilakukan. Namun, dalam beberapa kasus bahkan perubahan kebijakan harga
kecil mempengaruhi posisi pengecer.
Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa beberapa pengecer memiliki kemungkinan
yang lebih sedikit untuk mengubah posisi harga mereka dengan mengurangi harga produk
kelontong daripada yang lain.

Anda mungkin juga menyukai