Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan
kelainan yang benigna atau maligna. (Brooker C. , 2001). Tumor dapat terjadi di semua
sistem dalam tubuh, misalnya sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem perkemihan,
sistem pengindraan dan berbagai sistem lainnya.
Sitstem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme dalam tubuh. Tumor merupakan salah satu masalah
kesehatan yang dapat terjadi pada organ sistem perkemihan.
Tumor ginjal ada dua yaitu tumor ginjal padat jinak dan tumor ginjal ganas. Tumor ginjal
padat ialah adenoma, onkositoma, leiomioma, lipoma, hemangioma, dan hamartoma.
Sedangkan tumor ginjal ganas biasanya berupa tumor padat yang berasal dari urotelium,
yaitu karsinoma sel transional atau yang berasal dari sel epitel ginjal (Sjamsuhidajat, 2004).
Tumor renal karsinoma maligna terutama adenocarcinoma menduduki 2% dari semua
kanker. Tumor renal maligna yang kecil (adenoma) bisa timbul tanpa membawa kerusakan
yang jelas atau menimbulkan berbagai gejala. Carcinoma sel-sel ginjal jarang timbul sebelum
orang berusia 40 tahun, lebih sering berjangkit pada usia 50 tahun samapi 70 tahun, terjadi
lebih banyak pada pria daripada wanita (Admin, 2011)
Selain tumor ginjal yang berbahaya pada sistem perkemihan, tumor vessika urinaria juga
merupakan tumor yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan. Kanker kandung
kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan dengan pada wanita, dan tumortumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% pasien mempunyai lebih dari satu lesi pada
satu kali dibuat diagnosa. (Admin, 2011).
Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 %
sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker
kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi
schistosomahaematobium dan merokok. Tumor dari kandung kemih berurutan dari papiloma
benigna sampai ke carcinoma maligna yang invasif. Kebanyakan neoplasma adalah jenis selsel transisi, karena saluran kemih dilapisi epithelium transisi. Neoplasma bermula seperti
papiloma, karena itu setiap papiloma dari kandung kemih dianggap pramalignansi dan
diangkat bila diketahui. Karsinoma sel-sel squamosa jarang timbul dan prognosanya lebih
buruk. Neoplasma yang lain adalah adenocarcinoma. (Admin, 2011).
1

Maka dari itu perlunya kita untuk menjaga kesehatan dalam organ perkemihan kita agar
terhindar dari penyakit atau gangguan pada sistem perkemihan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi tumor ginjal?
2. Apa saja etiologi tumor ginjal?
3. Bagaimana patofisiologi tumor ginjal?
4. Apa saja manisfestasi klinis tumor ginjal?
5. Apa saja klasifikasi tumor ginjal?
6. Bagaimana penatalaksanaan tumor ginjal?
7. Bagaimana pencegahan tumor ginjal?
8. Apa definisi tumor buli-buli?
9. Apa saja etiologi tumor buli-buli?
10. Bagaimana patofisiologi tumor buli-buli?
11. Apa saja manisfestasi klinis tumor buli-buli?
12. Apa saja komplikasi pada tumor buli-buli?
13. Bagaimana pemeriksaan diagnostik tumor buli-buli?
14. Bagaimana penatalaksanaan tumor buli-buli?
15. Bagaimana asuhan keperawatan dari tumor ginjal ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tumor ginjal
2. Untuk mengetahui etiologitumor ginjal
3. Untuk mengetahui patofisiologitumor ginjal
4. Untuk mengetahui manisfestasi klinistumor ginjal
5. Untuk mengetahui klasifikasitumor ginjal
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan tumor ginjal
7. Untuk mengetahui pencegahantumor ginjal
8. Untuk mengetahui definisi tumor buli-buli
9. Untuk mengetahui etiologi tumor buli-buli
10. Untuk mengetahui patofisiologi tumor buli-buli
11. Untuk mengetahui manisfestasi klinis tumor buli-buli
12. Untuk mengetahui komplikasi tumor buli-buli
13. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik tumor buli-buli
14. Untuk mengetahui penatalaksanaan tumor buli-buli
15. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari tumor ginjal

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tumor Ginjal
A. Definisi
Tumor ginjal adalah massa abnormal yang berkembang di ginjal. ginjal adalah
organ berbentuk kacang yang berfungsi sebagai bagian dari sistem kemih seseorang. Ini
membantu untuk menyaring limbah dan cairan ekstra dari aliran darah, membuat urin,
yang pindah ke kandung kemih dan keluar dari tubuh. Manusia dilahirkan dengan dua
ginjal. Tumor Ginja terbentuk ketika sel tumbuh terlalu cepat dalam ginjal. Biasanya,
sel yang lebih tua mati dan diganti oleh sel baru. Ketika proses ini berjalan kacau, selsel tua tidak mati, dan sel-sel baru tumbuh ketika mereka tidak dibutuhkan, membuat
tumor. Ketika tumor ginjal jinak, tidak kanker dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Namun, kadang-kadang tumor dapat mengganggu fungsi organ, sehingga
mereka bisa diangkat melalui pembedahan.
B. Etiologi

Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian telah


menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya
kanker ginjal. Merokok merupakan faktor resiko yang paling dekat dengan timbulnya
kanker ginjal. Faktor resiko lainnya antara lain :
1. Kegemukan
2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Lingkungan kerja (pekerja perapian arang di pabrik baja memiliki resiko tinggi,
juga pekerja yang terpapar oleh asbes)
4. Dialisa (penderita gagal ginjal kronis yang menjalani dialisa menahun memiliki
resiko tinggi)
5. Penyebabnya tidak di ketahui secara pasti,tetapi juga di duga melibatkan faktor
genetik.
6. Kurang dari 2 % terjangkit karena faktor keturunan.Kebanyakan kasus terjadi
secara sporadik dan merupakan hasil dari mutasi genetik yang mempengaruhi
perkembangan sel-sel di ginjal.
C. Patofisiologi
Tumor ini berasal dari tubulus proksimalis ginjal yang mula-mula berada di dalam
korteks, dan kemudian menembus kapsul ginjal. Tidak jarang ditemukan kista-kista
yang berasal dari tumor yang mengalami nekrosis dan diresorbsi.
Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral.
Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai
gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan
ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh
sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan
homogen,lunak dan menyerupai jaringan ikat. Tumor tersebut akan menyebar atau
meluas hingga ke abdomen dan di katakana sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba
pada abdominal dengan di lakukan palpasi. Munculnya tumor dapat sejak dalam
perkembangan embrio dan aka tumbuh dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor
akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain. Tumor
yang biasanya baik terbatas dan sering terjadi nekrosis, cystic dan perdarahan.
Terjadinya hipertensi biasanya terkait iskemik pada renal.
D. Manifestasi Klinis
4

Gejala klinis yang biasa dikeluhkan adalah nyeri pinggang, jarang dilaporkan
adanya nyeri perut, namun nyeri perut dapat timbul bila terjadi infasi tumor yang
menembus ginjal sedangkan hematuria terjadi karena infasi tumor yang menembus
system velveo kalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat
protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul adalah:
1. Adanya massa dalam perut (tumor abdomen)
2. Hematuri akibat infiltrasi tumor ke dalam sistem kaliks
3. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluhpembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi
jaringan yang akan merangsang pelepasan renin atau tumor sendiri
mengeluarkan rennin
4. Anemia
5. Penurunan berat badan
6. Infeksi saluran kencing
7. Demam
8. Malaise
9. Anoreksia
10. Nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya gumpalan darah dalam saluran
kencing.
E. Klasifikasi
1. Tumor Jinak
a. Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri
atas komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan
merupakan tumor sejati, tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma.
Tumor jinak ini biasanya bulat atau lonjong dan menyebabkan terangkatnya
simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga pada lokasi ektrarenal karena
pertumbuhan yang multisentrik (De Jong, 2000). Lima puluh persen dari
hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville
yaitu suatu kelainan bawaan (Basuki, 2003).
b. Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis
atau tumor sel interstisial reno-medulari. Fibroma renalis berupa benjolan
massa yang kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm yang terletak

dalam medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan
kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
c. Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna
kuning kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak
dalam korteks ginjal.
d. Onkositoma
Onkositoma

merupakan

subtipe

dari

adenoma

yang

sitoplasma

granulernya (tanda terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan


mengalami distorsi) banyak ditemukan.
e. Tumor Jinak Lainnya
Tumor jinak dapat timbul dari jenis sel apapun dari dalam ginjal. Beberapa
menyebabkan masalah klinis, seperti hemangioma yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan, sehingga memberikan rasa nyeri atau merupakan
predisposisi kehilangan darah yang banyak sewaktu terjadi trauma.Tumor
yang jarang ditemukan ialah tumor sel jukstaglomerulor yang memproduksi
renin yang merupakan penyebab terjadinya hipertensi (Underwood, 2000).
Jenis tumor lain yang pernah ditemui adalah lipoma dan leiomioma (De Jong,
2000).
2. Tumor Ganas (kanker)
a. Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal
dari tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh
keganasan pada orang dewasa. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai :
tumor Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor
(Basuki, 2003).
b. Nefroblastoma
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia
kurang dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Tumor
ini merupakan tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-anak.
Kurang lebih 10% tumor ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan
(Basuki, 2003). Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun. Anak perempuan
6

dan laki-laki sama banyaknya. (Underwood, 2000). Tumor Wilms merupakan


10% dari semua keganasan pada anak.
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma
sel embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa:
anridia, hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia (Basuki, 2003).
c. Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis
histopatologinya tumor ini dibedakan dalam dua jenis yaitu :
1. karsinoma sel transitional.
2. karsinoma sel skuamosa.
Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra
proksimal, pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai
kemungkinan untuk menjadi karsinoma transitional. Karsinoma sel skuamosa
biasanya merupakan metaplasia sel-sel pelvis renalis karena adanya batu yang
menahun pada pelvis renalis (Basuki, 2003).
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel
renalis, dimana sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel
transitional

yang

berasal

dari

urotelium

pelvis

renalis,

karena

pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini akan
ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi (Underwood, 2000)
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena
renalis (Underwood, 2000)
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan tumor renal adalah untuk menghilangkan tumor tersebut
sebelum terjadi metastasis.Nefrektomi radikal merupakan terapi pilihan jika tumornya
dapat diangkat. Tindakan ini mencakup pengangkatan ginjal (serta tumornya , kelenjar
adrenal, lemak perirenal; disekitarnya serta fasia Gerota dan nodus limfatikus. Terapi
radiasi, hormonal ataupun kemoterapi dapat dilakukan bersama-sama pembedahan.
Imunoterapi dapat pula membantu.
Embolisasi Arteri Renalis. Pada pasien dengan karsinoma renal yang sudah
bermetastasis, embolisasi arteri renalis dilakukan untuk menyumbat aliran darah
kedalam tumor dan dengan demikian akan membunuh sel-sel tumor. Terapi embolisasi
juga menstimulasi respon imun, karena infark pada jaringan kanker sel renal akan
7

melepaskan antigen yang berkaitan dengan tumor dan kemudian meningkatkan respons
pasien terhadap lesi metastatic.prosedur ini dapat pula mengurangi jumlah sel-sel tumor
yang masuk kedalam sirkulasi vena ketika dilakukan tindakan manipulasi selama
pembedahan.
Sesudah embolisasi arteri renalis dan membuat infark jaringan tumor, kompleks
gejala yang khas serta diberi nama sindrom pascainfark akan terjadi selama 2 hingga 3
hari. Pasien akan merasa nyeri yang terlokalisisr didaerah pinggang serta abdomen,
mengalami kenaikan suhu tubuh dan mengemukakan keluhan gastrointestinal. Rasa
nyeri diatasi dengan preparat analgetik parenteral sementara aspirin diberikan untuk
mengendalikan panas. Antiemetic, pembatasan maskan oral dan terapi rumatan dengan
cairan infus dilakukan untuk mengatasi keluhan gastrointestinal.
Terapi Biologi. Keberhasilan dalam mengatasi tumor renal dengan cara
memodifikasi respon biologi pernah dilaporkan. Pasien dapat diobati dengan
interleukin-2 (IL-2), yaitu suatu protein yang yang mengatur pertumbuhan sel. Cara ini
dapat dilakukan secara tunggal atau dalam bentuk kombinasi bersama dengan sel-sel
pembunuh yang diaktifkan oleh limfokin (LAK ; lymphokines-activated killer cells )
LAK merupakan sel darah putih yang sudah distimulasi oleh IL2 untuk meningkatkan
kemampuannya dalam membunuh sel-sel kanker. Interferon, yaitu pengubah respins
biologi lainnya juga sedang diselidiki sebagai sesuatu bentuk terapi untuk menangani
kanker ginjal yang sudah lanjut.
G. Pencegahaan
Pencegahan terhadap ancaman oenyakit ini adalah dengan menerapkan gaya
hidup sehat. Mengkonsumsi makanan yang sehat , yang dapat menurunkan risiko
terjadinya penyakit tumor ginjal ini. Tidak merokok, karena merokok salah satu yang
dapat mengakibatkan terjadinya tumor ginjal.
2.2 Kanker Ureter
A. Definisi
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Kanker dapat terjadi pada sel-sel yang melapisi pelvis renalis dan ureter.
8

Kanker pada sel-sel yang melapisi pelvis renalisdisebut karsinoma sel


transisional. Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang
mengalirkan air kemih ke ureter. Ureter adalah tabung/saluran yang menghubungkan
ginjal dengan kandung kemih.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas
major, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan
secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial
untuk mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik
urine setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
B. Etiologi
Kemungkinan besar perkembangan kanker adalah terkait dengan masalah
kromosom yang menyebabkan penampilan dan pertumbuhan sel-sel ganas. Hal ini bisa
disebabkan sebagai akibat dari paparan karsinogenik tertentu, rangsangan agen atau zat
yang dapat menyebabkan kanker.
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering di keluhkan adalah nyeri pinggang, hematuria, atapun adanya
gejala akibat obstruksi oleh tumor di daerah ureter. Sebagian besar penderita tumor
ureter tidak mengeluhkan gejala sama sekali. Di ketahui adanya tumor ureter pada
umumnya di temukan secara tidak sengaja ketika melakukan pemeriksaan IVU atau uji
sekrining dengan USG. Pada pemeriksaan IVU biasanya akan di temukan filing defect di
dalam lumen ureter, kadang-kadang terdapat hidronefrosis atau ginjal non visualized dan
dalam keadaan ini diagnosis di tegakkan dengan melakukan pielografi retrogard.
Sitologi urine di ambil langsung dari ureter dengan memakau kateter dan kadang
di lakukan biopsy dengan alat brush biopsy. Pemakaian ureteroskopi lebih di anjurkan
untuk melihat langsung tumor ureter dan sekaligus melakukan biopsy.
D. Terapi
Jika kanker belum menyebar, maka dilakukan pengangkatan ginjal dan ureter
(nefroureterektomi).

Tetapi jika ginjal tidak berfungsi dengan baik atau jika penderita hanya memiliki
1 ginjal, maka tidak dilakukan pengangkatan ginjal, karena penderita akan tergantung
kepada dialisa. Jika kanker telah menyebar, dilakukan kemoterapi.
2.3 Tumor Kandung Kemih
A. Definisi
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli (kandung
kemih).Karsinoma buli-buli merupakan tumor superficial.Tumor ini lama kelamaan
dapat mengadakan infiltrasi ke lamina phopria, otot dan lemak perivesika yang
kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitar (Basuki B. Purnomo, 2000).
Carsinoma sel skuamosa gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing
warna merah secara terus menerus (ilmu keperawatan, 2007).
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli atau kandung
kemih (ilmu bedah, 2008).
Tumor bulu-buli adalah tumor buli-buli yang dapat berbentuk papiler, tumor non invasif
(insitur), noduler (infiltratif) atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Dapat disimpulkan bahwa tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada
buli-buli atau kandung kemih yang akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
B. Etiologi
1. Pekerjaan : pekerja dipabrik kimia, laboratorium (senyawa amin aromatik)
2. Perokok : rokok mengandung amin aromatik dan nitrosamin.
3. Infeksi saluran kemih : Escherichia Coli dan proteus yang menghasilkan
karsinogen.
4. Kopi : pemanis buatan dan obat-obatan, untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan resiko karsinoma buli-buli.
C. Patofisiologi
Sel tumor transisional invasi ke dinding kandung kemih. Invasi ke lamina propia
dan merusak otot sebelum masuk ke lemak perivesikal dan organ lain lainnya.
Penyebaran secara hematogen atau limfatogenous menunjukkan metastasis tumor pada
kelenjar limfe regional, paru, tulang dan hati.
Stadium

(staging)

tumor

kandung

kemih

penting

programpengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :


Ta

:tumor terbatas pada epithelium.

Tis

: karsinoma in situ

T1

: tumor sampai dengan lapisan subepitelium.


10

untuk

menentukan

T2

: tumor sampai dengan lapisan otot superficial.

T3a : tumor sampai dengan otot dalam


T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4:tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus,vagina,
dinding pelvis dan dinding abdomen.
D. Manifestasi Klinis
1. Kencing campur darah yang intermitten
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekenan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
E. Komplikasi
1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
2. Retensi urine bila tumor mengadakan invai ke bladder neck
3. Hydronephrosis oleh karena ureter mengalami oklusi
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Ditemukan kelainan hematuria.Anemia dapat dijumpai sebagai tanda adanya
perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis kesumsum tulang. Uremia dapat
dijumpai bila tumor menyumbat kedua muara ureter baik karena obstruksi tumornya
sendiri atau limfadenopati.
a. Sitologi urine, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama
urine.
b. Cell Survey antigen study, yaitu pemeriksaan lab. Untuk mencari sel antigen
terhadap kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena.
c. Flow Cytometri, yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel
urtelium.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen.Pielografi intravena dan foto toraks. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai keadaan traktur urinarius yaitu berupa adanya gangguan
fungsi ekresi ginjal,hidronefrosis,hidroureter dan filling defect pada buli-buli dan
melihat adanya regional adalah jauh.
3. Sitoskopi dan Biopsi
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah
mutlak dilakukan,bila perlu dapat dilaukan CT-Scan.Pada pemeriksaan sistoskopi
11

dapat dilihat adanya tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reaksi tumor
yang juga merupakan tindakan pengobatan pada tumor tumor superfisial.
G. Penatalaksanaan/Pengobatan
1. Penanganan tumor Kandung Kemih bergantung pada derajat tumornya(didasarkan
pada derajat diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local
sertaada tidaknya metastase) dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut
memiliki banyak pusat).
2. Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan dalam
menentu bentuk terapinya.
a. Reseksi transuretra atau fulgurasi(kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma
yang tunggal (tumor epitel benigna). Melenyapkan tumor lewat insisi bedah
dengan menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
b. Kemoterapi topical Pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi
(thiotepa, doxorubisin, mitomisin, ethouglusid dan Bacillus Calmette Guerin
(BCG) untuk meningkatkan penghancuran jaringan tumor.
c. Radiasi Dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroektensi
Neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor
d. Sistektomi dilakukan pada kanker kandung kemih yang invasive atau
multifocal.
1. Sistektomi pada laki-laki : pengangkatan kandung kemih, prostat serta
vesikulus serminalis dan jaringan vesikel disekitarnya.
2. Sistektomi pada wanita :pengangkatan kandumg kemih,ureter bagin
bawa,uterus,tuba fallopi,ovarium,vagina anterior dan uretra.
Pada Tindakan Sistektomi dilakukan Diversi Urine:
Untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ketempat keluarnya
yang baru,biasanya air kemih dialirkan kesuatu lubang didinding perut
(stoma).Selanjutnya air kemih ikumpulkan dalam suatu kantong.
Cara untuk mengalihkan air kemih pada penderita yang kandung
kemihnya telah diangkat, digolongkan kedalam 2 kategori:
1. Orthotopic Neobladder
Penampung ini dihubungkan dengan uretra.Penderita diajarkan untuk
mengosongkan penampung ini dengan cara mengendurkan otot dasar
panggul dan meningkatkan tekanan dalam perut, sehingga air kemih
mengalir melalui uretra.
2. Continent Cutaneous Diversion.
12

Penampung ini dihubungkan dengan sebuah lubang di dinding perut.


Diperlukan kantong luar,karena air kemih tetap berada dalam
penampung sebelum dikosongkan oleh penderita dengan cara
memasang selang melalui lubang di dinding perut kedalam
penampung. Penderita melakukan pengosongan ini secara teratur.
2.4 Kanker Uretra
A. Definisi
Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang ditemukan di
dalam uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air kemih dari kandung
kemih. Pada wanita, panjang uretra adalah sekitar 3,75 cm dan ujungnya adalah berupa
lubang yang terletak di atas vagina. Pada pria, panjang uretra adalah sekitar 20 cm,
menembus kelenjar prostat dan berakhir sebagai sebuah lubang di ujung penis.
Kanker uretra lebih sering terjadi pada wanita. Bagian dari uretra yang terletak di
dekat lubang keluarnya disebut uretra anterior dan kanker yang bermula dari daerah ini
disebut kanker uretra anterior.
Bagian dari uretra yang terletak di dekat kandung kemih disebut uretra posterior
dan kanker yang berawal di daerah ini disebut kanker uretra posterior. Uretra posterior
terletak lebih dekat dengan kandung kemih dan jaringan lainnya, sehingga kanker di
daerah ini lebih mungkin tumbuh menembus lapisan dalam uretra dan jaringan di
dekatnya.
Kadang penderita kanker kandung kemih juga menderita kanker uretra yang
disebut sebagai kanker uretra yang berhubungan dengan kanker kandung kemih. Kanker
uretra kambuhan adalah kanker uretra yang kambuh kembali setelah diobati, bisa
kambuh di tempat yang sama atau di bagian tubuh yang lain.
Karunkulus uretra adalah pertumbuhan jinak (non-kanker) yang lebih sering
terjadi, berupa pertumbuhan kecil, berwarna merah dan menimbulkan nyeri di samping
lubang uretra pada wanita. Karunkulus uretra menyebabkan adanya darah dalam air
kemih dan keadaan ini diatasi dengan pengangkatan melalui pembedahan.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya keganasan pada sel-se uretra tidak diketahui.
C. Manifestasi Klinis
Gejala pertama biasanya adanya darah di dalam air kemih (hematuria), yang
mungkin hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik atau bisa juga tampak
sebagai air kemih yang berwarna kemerahan. Aliran air kemih bisa tersumbat, sehingga

13

penderita mengalami kesulitan dalam berkemih atau aliran air kemih menjadi lambat dan
sedikit.
D. Pengobatan
Pengobatan untuk kanker uretra bisa dilakukan dengan cara:
1. Pembedahan
2. Terapi penyinaran, menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi
lainnya untuk membunuh sel-sel kanker
3. Kemoterapi, menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Pembedahan untuk mengangkat kanker uretra terdiri dari:
1. Elektrofulgurasi, menggunakan arus listrik untuk mengangkat kanker. Tumor dan
daerah di sekitarnya dibakar lalu diangkat dengan pisau bedah.
2. Terapi laser.
3. Sistouretrektomi (pengangkatan kandung kemih dan uretra).
Pada pria, sebagian penis yang mengandung kanker uretra bisa diangkat melalui
pembedahan yang disebut penektomi parsial. Kadang dilakukan pengangkatan seluruh
penis (penektomi). Setelah sebagian atau seluruh penisnya diangkat, bisa dilakukan bedah
plastik untuk membuat penis yang baru. Pada wanita bisa dilakukan pembedahan untuk
mengangkat uretra, kandung kemih dan vagina. Untuk membuat vagian baru, dilakukan
bedah plastik.
Kanker uretra anterior
a. Untuk wanita:
Elektrofulgurasi
Terapi laser
Terapi penyinaran eksternal atau internal
Terapi penyinaran diikuti oleh pembedahan atau terapi pembedahan saja
untuk mengangkat uretra dan organ di panggul bawah (eksanterasi anterior)
atau untuk mengangkat tumornya saja (jika kecil). Dibuat saluran baru
untuk membuang air kemih (diversi uriner).

14

b. Untuk pria:
Elektrofulgurasi
Terapi laser
Penektomi parsial
Terapi penyinaran.
Kanker uretra posterior
Untuk wanita, dilakukan terapi penyinaran yang diikuti oleh pembedahan atau
pembedahan saja untuk mengangkat uretra, organ panggul bawah (eksenterasi anterior)
atau tumornya saja (jika kecil). Kelenjar getah bening di dalam panggul biasanya
diangkat (diseksi kelenjar getah bening) dan kelenjar getah bening di paha bagian atas
bisa diangkat atau bisa juga dibiarkan. Dibuat saluran baru untuk membuang air kemih.
Untuk pria, pengobatan terdiri dari terapi penyinaran yang diikuti dengan pembedahan
atau pembedahan saja untuk mengangkat kandung kemih dan prostat (sistoprostatektomi)
serta penis dan uretra (penektomi). Kelenjar getah bening di dalam pelvis diangkat,
kelenjar getah bening di paha bagian atas bisa diangkat bisa tidak. Dibuat saluran baru
untuk membuang air kemih.
Kanker uretra yang berhubungan dengan kanker kandung kemih
Dilakukan pengangkatan kandung kemih dan uretra (sistouretrektomi).
Kanker uretra kambuhan
Pengobatan tergantung kepada teknik pengobatan yang pernah dijalani penderita
sebelumnya. Jika sebelumnya telah dilakukan pembedahan, maka pengobatannya berupa
terapi penyinaran dan pembedahan untuk mengangkat kanker. Jika sebelumnya telah
dilakukan terapi penyinaran, maka pengobatannya berupa pembedahan.

15

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR GINJAL
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar mata dan
seluruh tubuh.Tidak nafsu makan, mual , muntahdan diare. Badan panas hanya sutu
hari pertama sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau gejala-gejala
tumor wilms.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor sebelumnya.
3. Pengkajian fisik
Pengkajian Perpola
1]. Pola nutrisidan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dananoreksiamenyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
2]. Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri: gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresidan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguriasampai anuria,proteinuri, hematuria.

16

3]. Pola Aktifitas dan latihan :


Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus karena
adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dandan tekanan darah mutlak selama 2minggu dan mobilisasiduduk
dimulaibila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu.Adanya edema paru maka
pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba , auskultasi
terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas. Kelebihan beban
sirkulasidapatmenyebabkanpemmbesaran jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien
terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh
darah.

Hipertensi

yangmenetap

dapatmenyebabkan

gagal

jantung.Hipertensi

ensefalopatimerupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan


kabur, pusing, muntah,dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tibaorang tua tidak
mengetahui penyebab danpenanganan penyakit ini.
4]. Polatidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasardan rasa gatal.
Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi. Hipertemi
terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena inumnitas
yangmenurun.
6]. Persepsi diri :
Kliencemasdan takut karena urinenya berwarna merah dan edema danperawatan
yanglama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula
7]. Hubungan peran :
Anaktidak dibesuk oleh teman temannya karena jauhdan lingkungan perawatann
yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.

5.
17

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a.

Pre operasi
1)

Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia

2)

Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan


kebutuhan metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake

3)

Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan


prosedur pembedahan

4)

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya nutrisi tubuh

Nyeri Akut
DIAGNOSA 1
DOMAIN 12
KELAS 1

: Nyeri Akut
: Kenyamanan
: Kenyamanan Fisik

NS.
DIAGN
OSIS :

Nyeri Akut

(NAND
A-I)
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
DEFINI

digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang

TION:

tiba-tiba atau lambat intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung < 6 bulan

DEFINI
NG
CHARA
CTERIS
TICS

Perubahan selera makan


Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi(mis.berjalan mondar mandir,mencari orang

lain dan atau aktivitas lain)


Mengekspresikan perilaku(mis.gelisah, merengek, menangis,

waspada, iritabilitas, mendesah)


Masker wajah(mis.mata kurang bercahaya, tampak kacau,
18

gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)


Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri
Fokus menyempit(mis.gangguan persepsi nyeri, hambatan
proses berpikir, penurunan intereaksi dengan orang dan

RELAT

lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
Agens cedera (mis, biologis, zat kimia, fisik, psikologi)

ED
FACTO
RS:

b.

Pasca operasi
1)

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2)

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi


Resiko Infeksi
DIAGNOSA 1
DOMAIN 12
KELAS 1

: Resiko Infeksi
:
:

19

NS.
DIAGNOSI

Resiko Infeksi

S:
(NANDA-I)
DEFINITI

Beresiko terhadap invasi organisme pathogen.

ON:

Penyakit kronis
Penekanan system imun
Ketidakadekuatan imunitas dapatan
Pertahanan primer tidak adekuat ( mis : kulit luka, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh,

perubahan pH sekresi, dan gangguan peristaltis)


Pertahanan lapis ke dua yang tidak memadai ( mis : Hb

turun, leukositopenia, dan supresi respons inflamasi )


Peningkaan pemajanan lingkungan terhadap pathogen
Pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan

pathogen.
Prosedur invasive
Malnutrisi
Agens farmasi ( mis : obat imunosupresan )
Pecah ketuban
Kerusakan jaringan
Trauma.

RISK
FACTORS:

C. Intervensi
1. Nyeri Akut
Inisial Pasien
:
Nama Mhs
:
Tanggal
:
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri Akut
Definisi
: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang actual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa (international asosiation for the study of pain). Awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dan

20

akhirnya yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung


selama 6 bulan.

NIC
INTERVENSI
Manajemen
Nyeri

NOC

AKTIVITAS
1. Lakukan

OUTCOME

INDICATOR

Level Nyeri

1. Nyeri

pengkajian
nyeri

berkurang atau

secara

komprehensif

hilang : 4
2. Pasien
dapat
Def :

identifikasi

termasuk

Def :

lokasi,

Kekuatan dari

Mengurangi

karakteristik,

nyeri

yang

Nyeri

durasi,

diamati

atau

menurunkan

frekuensi,

dilaporkan.

nyeri ke level

kualitas,

kenyamanan

kekuatan nyeri

yang diterima

dan

atau

oleh pasien

faktor

presipitasi.
2. Observasi

aktivitas

meningkatkan
dan
menurunkan
nyeri :3
3. Menggambarka
an rasa nyaman
dari orang lain
selama

reaksi

non

verbal

dari

ketidaknyama
nan, terutama
dalam
ketidakmampu
an komunikasi
secara efektif.
3. Gunakan
teknik
21

yang

mengalami
nyeri : 3

komunikasi
terapeutik
untuk
mengetahui
pengalaman
nyeri

pasien

dan
menyampaika
n penerimaan
dari

respon

pasien
terhadap
nyeri.
4. Kaji

kultur

yang
mempengaruh
i respon nyeri.
5. Evaluasi
pengalaman
nyeri

masa

lampau meliputi
individu

atau

riwayat keluarga
mengenai
kronis

nyeri
atau

menghasilkan
ketidaknyamanan
,

seperti

kesesuaian.
6. Evaluasi bersama
pasien dan tim
22

kesehatan

lain

tentang
ketidakefektifan
kontrol

nyeri

masa lampau.
7. Bantu pasien
dan

keluarga

untuk mencari
dan
menemukan
dukungan.
8. Kontrol
lingkungan
yang

dapat

mempengaruh
i Nyeri seperti
(

suhu

ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan).
9. Kurangi faktor
presipitasi
atau
peningkatan
pengalaman
nyeri
(

seperti

ketakutan,

kelelahan,
sifat
membosankan
23

dan

ketiadaan
pengetahuan ).
10. Pilih
dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
interpersonal)
untuk
memudahkan
menghilangka
n nyeri seperti
kesesuaian.
11. Kaji tipe dan
sumber

nyeri

untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang
teknik

non

farmakologi
13. Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
keefektifan
24

kontrol nyeri
15. Tingkatkan
istirahat

2. Resiko Infeksi
Inisial Pasien
:
Nama Mhs
:
Tanggal
:
Diagnosa Keperawatan 1 : Resiko Infeksi
Definisi
: Beresiko terhadap invasi organisme pathogen.

NIC
INTERVENSI

NOC

AKTIVITAS

OUTCOME

Control infeksi 1. Bersihkan

Control Infeksi 1. Pasien

lingkungan
Def :
Meminimalkan
agents
infeksius

yang

tepat

setelah

di

cara-cara
penyebaaran : 3
2. Pasien
dpat

oleh

menjelaskan

pasien
2. Ganti peralatan

tanda dan gejala

perawatan pasien
setiap

dapat

menerangkan

secara
gunakan

transmisi

INDICATOR

:3
3. Pasien

selesai

dapat

menjelaskan

tindakan
3. Batasi
jumlah

aktivitas

pengunjung
4. Ajarkan tekhnik

dapat
25

yang

mencuci

tangan

meningkatkan

yang benar untuk

resistensi

menjaga

terhadap infeksi

kesehatan

:4

individu
5. Gunakan

sabun

antimikrobakteri
untuk

mencuci

tangan
6. Anjurkan
pengunjung
untuk cuci tangan
sebelum

dan

sesudah
meninggalkan
ruangan pasien
7. Cuci
tangan
sebelum

dan

sesudah

kontak

dengan pasien
8. Lakukan
universal
precautions
9. Gunakan sarung
tangan steril
10. Lakukan teknik
perawatan aseptic
pada semua jalur
IV
11. Lakukan
perawatan

teknik
yang

tepat
12. Tingkatkan
26

asupan nutrisi
13. Anjurkan asupan
cairan
14. Anjurkan
istirahat
15. Kolaborasi
dengan tim medis
lain

untuk

pemberian terapi
antibiotic
16. Ajarkan pasien
dan

keluarga

tentng tanda dan


gejala infeksi
17. Ajarkan pasien
dan

keluarga

bagaimana
mencegah infeksi

27

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Tumor adalah proliferasi sel yang abnormal tanpa terkendali dan bisa merupakan kelainan yang
benigna atau maligna. Tumor saluran kemih merupakan tumor yang ada pada organ sistem
perkemihan.
Tumor pada saluran kemih ada beberapa, diantaranya
1. Tumor ginjal
2. Tumor kandung kemih
Pada tumor Ginjal, dibagi lagi menjadi 2 yaitu :
1. Tumor ganas
2. Tumor jinak
Penatalaksanaan tumor saluran kemih Penanganan tumor Kandung Kemih bergantung pada
derajat tumornya(didasarkan pada derajat diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat
invasi local sertaada tidaknya metastase) dan multi sentrisitas tumor (apaka tumor tersebut
memiliki banyak pusat) dan Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus
dipertimbangkan dalam menentu bentuk terapinya.
4.2 Saran
Dengan mengetahui materi tentang Tumor saluran kemih ini diharapkan pembaca dapat
memahami sehingga dapat mencegah agar tidak mengalami tumor saluran kemih.

DAFTAR PUSTAKA
28

Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.Jakarta : EGC
NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi Santosa, Prima
Medika, NANDA.
Syvia A.Price Marylin : Patofisiologi.Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6.Penerbit buku
kedokteran Jakarta :EGC,2000
Wilkinson, Judith.M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil Noc, EGC, Jakarta.
Dorland, 2001, KAMUS KEDOKTERAN, EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
Price, Sylvia A. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi
6.EGC. Jakarta

29

Anda mungkin juga menyukai