DAFTAR PUSTAKA
1. Kerpean I : Tahap-tahap Anestesi ...................................................................................................... 2
2. Kerpean II : Cairan .............................................................................................................................. 12
3. Kerepan III : Syok................................................................................................................................. 14
4. Kerpean IV : Cairan Perioperatif ......................................................................................................... 16
5. Kerpean V : Obat-Obatan ................................................................................................................... 18
6. Kerpean VI : Kedaruratan Medik Anestesi .......................................................................................... 22
7. Kerpean VII : Langkah-Langkah Proses Anestesi di RSUP Fatmawati .................................................. 26
8. Daftar Pustaka...................................................................................................................................... 28
stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung, serta posisi NGT dan ETT
T = Tubes,
Pipa Trakea sesuai umur. <5 tahun tanpa balon (Cuffed), dan >5 tahun dengan balon
A = Airway,
OPA (Oro-Pharingeal airway) atau NPA (Naso-Pharingeal Airway) berfungsi untuk menahan
lidah saat tidak sadar agar tidak menyumbat saluran napas, dan mencegah ETT tergigit
T = Tape,
I = Inducer,
stilet atau mandrain yang berfungsi sebagai pemandu saat pemasangan ETT
A. Alat suction
B. Alat ventilator dan anestesi
C. Monitor TD, Nadi, SpO2,
EKG, dan CO2
3. Persiapan Obat
Obat-obat untuk anestesi secara garis besar ada 3 yang disebut Trias Anestesia, yaitu
1) Hipnotik (tidak sadarkan diri = mati ingatan)
2) Analgesia (bebas nyeri = mati rasa)
3) Relaksasi Otot rangka (mari gerak)
Catatan: Analgesik Kuat biasanya diberikan pada operasi kepala, jantung, tulang, dan hemoroid
PREMEDIKASI
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum dilakukan induksi anestesi. Secara garis besar
premedikasi bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan atau pemeliharaan anestesi, dan bangun dari
anestesi. Tujuan tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Nama
MIDAZOLAM
Sedacum
Dormicum
Nama
MIDAZOLAM
Sedacum
Dormicum
Miloz
Sediaan
Kandungan/cc
1 ampul = 25mg
(5cc)
5mg / cc
(diencerin dg aquades 4cc = 1mg/cc)
1 ampul = 5mg
(5cc)
1mg / cc
Cardio
TD
Vasodilatasi perifer
Pasien hipovolemi TD
nyata bgt
Respi
Depresi napas
Dosis
0,03
0,04
mg/kgBB
0,03
0,04
mg/kgBB
OOA
DOA
30
detik
15 80
menit
30
detik
15 80
menit
Otak
Efek Tambahan
Obat-obatan yang rutin diberikan saat premedikasi adalah obat-oabatan analgesik opioid, adapun obat
yang sering digunakan adalah fentanyl dengan dosis sesuai berat badan. Fentanyl diberikan secara
perlahan, karena pasien akan mengalami batuk apabila fentanyl diberikan terlalu cepat.
INDUKSI ANESTESI
Induksi anestesi dilakukan apabila semua persiapan sudah selesai dan pasien sudah diberikan premedikasi.
Adapun teknik anestesi umum dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu
1. Induksi Inhalasi, maintenance anestesi dengan inhalasi (VIMA)
2. Induksi intavena, maintenance anestesi dengan intravena (TIVA)
3. Induksi intravena, maintenance anestesi dengan inhalasi (Combine)
Cara ketiga yang sering digunakan, yaitu induksi anestesi dengan intravena dan maintenance dengan
inhalasi. Adaupun untuk bayi, teknik yang sering digunakan adalah teknik yang pertama yaitu dengan
inhalasi, baik pada induksi ataupun maintenance.
Obat yang sering digunakan untuk induksi adalah propofol sesuai dosis berdasarkan berat badan, kecuali
pada kasus-kasus tertentu seperti pada saat pasien yang mengalami perrdarahan atau sepsis, maka yang
digunakan adalah ketamin.
Adapun stadium anestesi yang digunakan setelah induksi adalah menggunakan kalsifikais Guedel (1920)
yang membagi anestesi umum dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini
pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan
ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai
pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut
kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne
dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta
takikardia. stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.
StadiumIII
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang.
StadiumIII dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana 1:
Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak
menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan
muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai
menurun).
Plana 2:
Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola
mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun,
relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
Plana 3:
Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada,
pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir
sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4:
Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat
midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi
otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium lV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium
III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhimya terjadi
kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
6
Pasien diberikan bantuan napas menggunakan sungkup muka (face mask) setelah pasien melewati stadium 1, yang
ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata. Pasien diberikan O2 antara 4-6 L/menit. Karena setelah pasien diberikan
obat induksi pasien akan mengalami depresi napas, bahkan sampai menyebabkan apnoe.
Setelah pemberian oksigen adekuat, biasanya pasien akan diintubasi yaitu pemasangan selang untuk membantu
pernapasan, umumnya pasien yang mnegalami anestesi umum akan dipasang endotrakeal tube (ETT) untuk diberikan
ventilasi mekanik. Namun pada operasi dengan waktu singkat, pasien dapat diberikan bantuan napas dengan hanya
menggunakan sungkup atau laringeal mask. Sebelum pemasangan ETT pasien akan diberikan obat pelumpuh otot
(muscle relaxan) untuk memudahkan pemasangan ETT. Selagi menunggu onset dari obat pelumpuh otot tersebut
pasien diberikan preoksigenasi menggunakan 02 100% sekitar 1-2 menit menggunakan sungkup, selain untuk menunggu
onset dari obat tersebut preoksigenasi juga diberikan untuk mencukupi cadangan oksigen saat pemasangan intubasi
agar tidak terjadi penurunan saturasi.
Proses operasi dapat dilakukan setelah proses induksi anestesi telah dilakukan dan bantuan napas baik menggunakan
ETT, laringeal mask, ataupun hanya menggunakan sungkup sudah adekuat.
MAINTENANCE ANESTESI
Pasien yang telah dilakukan induksi harus diberikan pemeliharan (maintenance) agar pasien tidak bangun
sebelum proses operasi selesai dilakukan. Selama proses pemeliharaan anestesi pasien biasanya diberikan
beberapa obat anestesi, yang sering digunakan adalah isoflurane dan sevoflurane. Adapun pada anak-anak
yang digunakan adalah sevoflurane, karena isoflurane dapat meningkatkan sekresi saliva yang dapat
menyebabkan spasme otot napas. obat-obatan anasetesi ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,
sehingga semakin tinggi dosis inhalasi yang diberikan semakin dalam anestsei yang terjadi dan semakin besar
penurunan tekanan darah.
Selain itu, pasien juga diberikan beberapa gas saat pemeliharaan. Gas yang diberikan biasanya 02 dengan
N2O atau O2 dengan Udara (Air). N2O dapat mengisi ruang-ruang, sehingga pada operasi seperti laparatomi,
operasi kranial, telinga, dan beberapa operasi lainnya tidak dapat diberikan. Dan karena sifatnya yang sangat
mudah mengisi ruang, setelah pemberian O2 dengan N20 maka pasien harus diberikan O2 100% selama 5-7
menit, agar rongga-rongga alveolus tidak terisi oleh N2O.
Pemeliharaan anestesi tidak hanya tentang memberikan obat anestesi atau gas, namun hal penting lainnya
adalah monitoring keadaan pasien melali: TD, Nadi, EKG, SpO2, Urine Output, dan frekuensi napas serta tidal
volume apabila pasien terpasang ventilator mekanik.
Monitoring tersebut biasanya ditulis di status anestesi,sebagai berikut:
PASCA-ANESTESI
Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :
-
Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang perawatan
Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar
Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik pasien,
teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada pasien dengan:
1.
2.
3.
4.
Risiko tinggi
Kelainan organ
Syok yang lama
Dehidrasi berat
5.
6.
7.
Sepsis
Trauma multipel
Trauma kapitis
Gangguan organ penting, mis: otak
8.
simetris/tidak
Suara nafas tambahan (-) pada
obstruksi total
Udara nafas yang keluar dari hidung
Sianosis pada ekstremitas
Auskultasi wheezing, ronki
Pasien sadar tanyakan adakah keluhan
pernafasan :
(-) cukup berikan O2
Tanda-tanda obstruksi (+) terapi
sesuai
kondisi
(aminofilin,
kortikosteroid, tindakan triple manuver
airway)
Tekanan darah
Nadi
Perfusi perifer
Status hidrasi (hipotermi syok)
Kadar Hb
Periksa :
Dilatasi lambung
Tanda-tanda cairan bebas
Distensi abdomen
Perdarahan lambung postoperasi
Obstruksi hipoperistaltik, gangguan
organ lain, mis: hepar, lien, pankreas
Dilatasi usus halus
Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering
mengalami kembung mengganggu
pernafasan karena ia bernafas diafragma
Periksa :
Tanda-tanda sianosis
Warna kuku
Perdarahan postoperasi
Gangguan neurologis
ekstremitas
gerakan
Sebelum pasien dapat keluar dari ruang pemulihan, terdapat beberapa penilaian yang digunakan untuk
menilai apakah pasien sudah bisa dipindahkan atau tidak.
1. Adrete Score
Pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan (RR) apabila skor sudah mencapi > 8.
Pada pasien anak, pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan apabila skor mencapai > 5.
3. Bromage Scale
KOMPLIKASI ANESTESI
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi akibat anestesi, antara lain:
10
Penyebab
Anestesi
pembedahan
Kondisi pasien
Terapi
Penyebab
anestesi
pembedahan
Kondisi pasien
Terapi
ARITMIA BRADIKARDI
obat (suksametonium, prostigmin,
halotan, lignocain)
refleks bradikardi selama intubasi
stadium awal hipoksia
spinal
ARITMIA TAKIKARDI
obat (atropine, galamin, trilene,
siklopropan)
hiperkarbia
hipoksia
hipotensi
anestesi GA dangkal
traksi mesenterium
infilrasi adrenalin
traksi bola mata
traksi viscera
bedah saraf
operasi bedah saraf dan jantung
penyakit jantung bradikardi
tirotoksikosis
obat pre op (digoksin, beta bloker, demam
neostigmin)
hipovolemi
hipotensi
terapi pre digoxin
TIK meningkat
sakit payah
cari kausa, atropine
HIPOTENSI
obat (petidin, thiopenton, halotan,
eter, muscle relaxan)
inhalasi paru bertambah tekanan
meningkat
hipoksia dan hiperkarbia pada
stadium lanjut
transfusi darah tidak cocok
anestesi spinal atau epidural
posisi trandelenberg, lateral
kehilangan darah
stimulasi visceral
pelepasan tourniquet/calamp
emboli udara/lemak
HIPERTENSI
anestesi dangkal
ventilasi tidak adekuat retensi
CO2 hipoksia, hiperkarbia TD
meningkat
obat ketamin, pavulon
transfusi darah berlebihan
malignant hiperpireksia
infiltrasi adrenalin
traksi viscera
oksitosin, ergometrin
posisi trandelenberg
clamp pemb darah besar
anemia
dehidrasi
penyakit jantung iskemik, gagal
jantung, aritmia
sindrom posisi hipotensi
quadriplegi-TD bervariasi
syok septic
cari kausa
infus cepat cairan IV RL 10 cc/kgBB
naikkan koensentrasi O2
turunkan dosis obat anestesi jika TD
sistol < 80 mmHg (O2 100%)
vasopressor efedrin HCl
tinggikan kaki pasien untuk
kembalikan venous return
cari kausa
naikkan kepala
sedasi (petidin, largactil)
monitoring tanda vital
11
KEPREAN II : CAIRAN
I. CAIRAN TUBUH
Cairan interstisial
24%
CairanOther
ekstrasel
Cairan intrasel
63%
32%
Cairan
intravaskuler
8%
EBV = 70 cc/kgBB
Balans cairan =
cairan masuk
cairan keluar
Cairan masuk =
enteral +
parenteral + hasil
oksidasi
Hasil oksidasi = 5
cc/kgBB
Feses 1cc/hari
12
IWL (30-usia)
cc/kgBB/hari
Ringer Laktat : Paling fisiologis, untuk replacement therapy, dapat membantu atasi asidosis metabolik
dengan perubahan laktat menjadi bikarbonat di hati
Asering (Ringer asetat): sama efektifnya seperti RL sebagai replacement therapy, bedanya dimetabolisme di
otot.
NaCl 0,9%: Dapat dipakai untuk replacement therapy bila kadar Na+ rendah, sebelum transfusi, dan kasus
trauma kepala. Hati-hati pemakaiannya bisa meningkatkan Na dan Cl sehingga bisa asidosis hiperkloremia,
asidosis dilusional, dan hipernatremia
Dextrose 5% dan 10% dipakai untuk mencegah hipoglikemia, mempertahankan protein, serta menurunkan
level asam lemak bebas dan keton.
Albumin 25%
Komponen darah : PRC, FFP, Whole blood, cryoprecipitate
Sintesis dari hewan : gelofusin (gelatin)
Sintesis dari tumbuhan : voluven (HES : Hidroxy etil starch)
13
Stadium dekompensasi
Stadium irreversible
Simpatis , takikardi,
gelisah, kulit pucat,
dingin, CRT>2"
Hipoksia, takikardi,
TD, asidosis, oliguria,
kesadaran
Penyebab Syok :
1. Syok Hipovolemik
Defisit
Hemodinamik
Jaringan
Urin
SSP
Ringan
3-5%
Takikardia, nadi lemah
Sedang
6-8%
Takikardia, nadi sangat
lemah, volume kolaps,
hipotensi ortostatik
Lidah keriput, turgor
kurang
Jumlah turun
Apatis
Berat
>10%
Takikardia, nadi tdk
teraba, akral dingin,
sianosis
Atonia, turgor buruk
Oliguria
Koma
Perdarahan
Sistolik
Nadi
Nafas
Mental
Blood Loss
Kelas I
>110
<100
16
Anxious
<750 cc (<15%)
Kelas II
>100
>100
16-20
Agitasi
750-1000cc (1530%)
Kelas III
>90
>120
21-26
Confused
1500-2000cc (3040%)
Kelas IV
<90
>140
>26
Lethargic
>2000cc (>40%)
Note : sebenarnya ini sudah tidak up-to-date tapi beberapa konsulen masih oke oke aja sih sama ilmu ini,
mohon rajin membaca ilmu terbaru
2. Syok Kardiogenik
-
3. Syok Obstruktif
-
Penyebab hambatan terhadap aliran darah menuju jantung (tension pneumotoraks, cardiac tamponade)
Terapi : kristaloid isotonik, pembedahan
4. Syok Distributif
a. Syok anafilaktik
-
b. Syok Neurogenik
c.
-
Syok sepsis
Penyebab SEPSIS SIRS dengan fokal infeksi
SIRS (Suhu>38OC atau <36OC; HR>90x/m; RR>20x/m; Leukosit>10ribu/ul atau <4ribu/ul)
Terapi : antibiotik, cairan, vasopresor (norepinefrin), inotrpik(dobutamin), terapi oksigen
Daftar singkatan
EBV : Estimated blood volume
IWL : Insensible water loss
BM : berat molekul
SIRS : systemic inflammatory respons syndrome
15
10 kg x 4
10 kg x 2
40 kg x 1
60 kg -->
= 40 ml
= 20 ml
= 40 ml +
100 ml/jam
Dalam sumber yang lain, perhitungannya yaitu 4-6-8, 4 untuk ringan, 6 untuk sedang, 8 untuk operasi besar.
Dan jumlah inilah yang digunakan.
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg akan mengalami operasi laparatomi, perkiraan cairan evaporasi selama operasi
sebesar:
8 ml x 60 kg
Anestesi Umum
Anestesi Regional
= 8 jam
= 6 jam
Adapun jumlah cairan defisit dihitung dengan mengalikan cairan maintenance perjam berdasarkan BB
dengan lamanya puasa.
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg (cairan maintenance 100 ml/jam) akan mengalami operasi laparatomi, dan akan
dilakukan anestesi umum, dan puasa selama 8 jam. Jumlah cairan defisit sebelum operasi sebesar:
Jam pertama
Jam kedua
Jam Ketiga
Jam Keempat
Jam Keliam
:M+E+D
:M+E+D
:M+E+D
:M+E
: M + E, dan seterusnya
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg akan mengalami operasi laparatomi, dan akan dilakukan anestesi umum, dan puasa
selama 8 jam. Ternyata operasi dilakukan selama 4 jam.
a. Cairan maintenance
10 kg x 4
10 kg x 2
40 kg x 1
60 kg -->
= 40 ml
= 20 ml
= 40 ml +
100 ml/jam
b. Cairan Evaporasi
8 ml x 60 kg
= 480 ml/jam
Jam pertama
Jam kedua
Jam Ketiga
Jam Keempat
:M+E+D
:M+E+D
:M+E+D
:M+E
17
KEPREAN V : OBAT-OBATAN
Ringkasan obat yang sering digunakan
Propofol
Penthotal
tiopenton
Ketalar
anesject
Sedacum
dormicum
Barbiturate
Anestesi
intravena
Ketamin
Midazolam
Anestesi inhalasi
N 2o
Isoflurane
Sevoflurane
Halotan
Enflurane
Desflurane
Fentanyl
Analgetik opioid
Pethidine
Meperidine
Demerol
Pantalgin
Morfin
Depolarisasi
Suksinilkolin
Long acting
Muscle relaxan
Nondepolarisasi
Intermediate
Short acting
18
Pankuronium
Pipekuronium
Doksakurium
Atrakurium
Recuronium
Vecuronium
Cistacuronium
Gallamin
Mivakurium
Ropacuronium
A. Obat Anestesi
1. Anestetik Intravena
Nama
PROPOFOL
Sediaan
1 ampul = 200mg
(20cc)
BARBITURAT
Pentothal
Tiopenton
KETAMIN
Ketalar
Anesject
1 ampul = 1cc
Kandungan/cc
10mg / cc
100mg / cc
(diencerin dg aquades 9cc = 10mg/cc)
Dosis
2 2,5
mg/kgBB
OOA
30
detik
DOA
5 10
menit
46
mg/kgBB
10
detik
5 15
menit
13
mg/kgBB
30
detik
10 20
menit
BARBITURAT
Pentothal
Tiopenton
KETAMIN
Ketalar
Anesject
Cardio
TD
Resistensi Vascular
Kontraksi jantung
CO
TD
Vasodilatasi p.darah
perifer
TD
HR
Vasokontriksi p.darah
paru
Bisa Aritmia
Respi
Depresi napas
Dilatasi bronkus
TV
(tidalvolume)
RR
Otak
Depresi napas
Bisa spasme laring
Metabolisme otak
TIK
Vasodilatasi p. darah
Hipersekresi saliva
otak
(ad: SA 0.01
Aliran darah otak
mg/kgbb)
TIK
Bronkodilator
Halusinasi, Delirium
2. Anestetik Inhalasi
Nama
N 2O
(analgetik kuat,
anestetik lemah)
ISOFLURANE
SEVOFLURANE
Cardio
Katekolamin jadinya bikin TD,
HR, CO
Disritmia
Depresi kardiak minimal
TD
HR
aliran darah koroner = cocok u/
px gangguan koroner
TD (lebih rendah drpd
isoflurane)
NORMO HR
Jarang aritmia
19
Respi
RR
TV
Otak
Aliran darah
otak
TIK
RR minimal
Bronkodilator
yg baik
Aliran darah
otak
TIK
RR
Bronkodilator
TIK
Aliran darah
otak
Not
relaxan
Relaxan
Relaxan
B. Obat Analgesik
Nama
Sediaan
1 ampul =
100mcg (2cc)
FENTANYL
Kandungan/cc
Dosis
OOA
DOA
50mcg / cc
Premed 1 2
mcg/kgBB
1-2 menit
30 menit
5-10 menit
2-3 jam
5-10 menit
3-5 jam
PETIDIN
0,5 1 mg/kgBB
0.05 0,2
mg/kgBB
MORFIN
ANTIDOTUM
(NALOXONE)
Nama
FENTANYL
PETIDIN
MORFIN
1 ampul = 1cc
Cardio
TD
HR
TD
HR, mulut kering,
pandangan
Kabur (like atropine)
TD
HR
Vasodilatasi p.darah kulit
0,4mg / cc
(diencerin dg
aquades 9 cc
jadinya 0,04mg /
cc)
1-2 mcg/kgBB
diulang tiap 3-5
menit (u/ depresi
napas)
3-10 mcg/kgBB
per infus (u/
keracunan
opioid)
Respi
Depresi napas
Apnoe
Depresi napas
Histamine release
Depresi napas
Histamine release
= bronkokontriksi
20
Otak
Metabolisme otak
Aliran darah otak
TIK
Antidotum
Depresi napas :
naloxone
Bradikardi : SA
Sediaan
Kandungan
/ cc
Dosis
1 1,5 mg/kgBB
1 ampul =
2,5cc
10mg/cc
1 ampul = 5cc
10mg/cc
0,6 1 mg/kgBB
OOA
DOA
3 menit 2 jam
2,5
menit
1 1,5
menit
30
detik
1 menit
30-45
menit
30-45
menit
5-10
menit
SULFAS ATROPIN
PANCURONIUM
(Long acting)
ATRACURIUM
(Intermediate)
RECURONIUM
(Intermediate)
SUCCINYLCHOLINE
(Depo --> khasnya
ada fasikulasi)
1 ampul = 1cc
0,5 mg/cc
1 ampul = 1cc
0,25 mg/cc
(pemberian prostigmin
menyebabkan hipersalivasi,
bradikardi, kejang bronkus,
hipermotilitas usus, kabur jadi
pemberiannya harus disertai
Sulfas Atropine)
0,01 0,02 mg/kgBB
TD
HR
TD
HR
90% Myalgia
Nyeri otot
Antidotum : golongan antikolinesterase (mencegah enzim asetkolin-esterase kerja, sehingga asetilkolin dpt
bekerja)
1. Neostigmin
2. Pridostigmin
3. Edrophonium
21
BHD
Tatalaksana jalan napas dan kedaruratan akut
Tindakan anestesi sederhana
REVIEW ANATOMI. Sal. napas atas: hidung, ruang hidung, sinus paranasal, dan faring. Sedangkan sal.
napas bawah: laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCO2 dalam darah arteri meningkat) rangsang kemoreseptor di
badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah napas dalam dan cepat
(hiperventilasi).
Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2 dalam darah arteri menurun) hambat
kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah nafas dangkal dan
lambat (hipoventilasi).
Berdasarkan derajat: parsial dan total.
Obstruksi yg Parsial dia masih ada usaha napas, masih terdengar suara napas.
Aktivitas otot bantu napas , ada retraksi suprasternal dan interkostal, stidor, terdapat tanda
hipoksia dan hiperkarbia.
Obstruksi Total sama sekali ga ada suara napas, tidak terasa desiran udara, timbul gerakan dada
paradoksal dan otot bantu napas lebih , tanda hipoksi dan hiperkarbia lebih
Berdasarkan lokasi sumbatan: sumbatan diatas laring, di laring, dan dibawah laring:
Di atas laring
Lidah yang jatuh karena tidak sadar (tonus otot penyangga lidah sehingga lidah jatuh ke posterior
sehingga terdengar suara ngorok (snoring)
Tx: TRIPLE AIRWAY MANAUVER:
ekstensi kepala
dorong mandibula kedpn
buka mulut
Posisikan kepala miring agar mencegah sumbatan benda cair,
jika tidak berhasil dapat dipasang Oropharingeal Airway (OPA).
Benda asing semisal lendir atau cairan (akan terdengar gargling
karena sumbatan benda cair), bekuan darah, gigi palsu,
muntahan, makanan.
Tx: Muntahan, darah dan sekret di tangani dengan penghisap (suction). Caranya udah tau kan ya? Klo
penanganan obstruksi benda asing pada pasien yg sadar adalah dengan Heimlich Manauver atau back
blow.
Selain lidah jatuh, benda asing semisal cairan, sumbatan diatas laring juga bisa disebabkan oleh
infeksi atau tumor pada jalan napas atas: pembesaran tonsil, polip pd rongga hidung, dan tumor lain
pd rongga mulut dan dasar lidah.
Tx: dengan cara operatif atau jika darurat dengan krikotirotomi dan dilanjutkan trakeostomi.
Di laring
Benda asing dapat menyumbat rima glotis sehingga terjadi sumbatan total jalan napas atas. Gejala
korban memegang leher spt tercekik, tidak bisa napas, bicara, dan batuk. Diikuti sianosis, dan
penurunan kesadaran.
Tx: Bila korban sadar, berdiri di belakangnya dengan kedua tangan disilangkan di uluhati, hentakan
dengan kuat 4kali atau bisa dengan pukul punggung di antara skapula.
Bila tidak sadar, tidurkan terlentang dan lakukan hentakan pada uluhati. Bila belum berhasil lakukan
laringoskopi.
Reaksi alergi menyebabkan udema pada laring menimbulkan sumbatan jalan napas Parsial sampai
Total.
Tx: pemberian medikamentosa dpt diberikan (Adrenalin), tetapi perhatikan keadaan pasien, jika
pasien bertambah buruk (jika sumbatan Total) segera lakukan krikotirotomi atau trakeostomi.
23
Spasme laring karena peregangan nervus vagus. Suara napas khas yaitu seperti botol ditiup (krowing).
Tx: memberika obat pelumpuh otot (muscle relaxan).
Parameter oksigenasi
Normalnya frekuensi pernapasan 12-20/mnt. Artinya setiap 5dtk 1x napas. Jadi klo pada orang
normal, kita bagging nya setiap hitungan ke 5. Nah beda utk kasus asma (obstruksi sal. napas
bawah), dia kan ekspirasinya memanjang jadi nahannya lebih lama.
3. Darurat medik Circulation
Inget komponen hemodinamik apa aja? Ya ada3: isi nya darah atau volumenya, pembuluh darah atau
pipa, dan jantung sebagai pompanya.
Pada syok hipovolemik ec hemoragik karena dia butuh byk resusitasi cairan jadinya kita bantu buat
nambahin pipa alias kanul intravena. Klo masang triway doang ga efektif, karena itu hanya untuk
menambah kekuatannya aja.
Kapan diputuskan utk transfusi? Biasanya Hb <8 gr/dl dan atau perdarahan yang massive. Dan
biasanya yg lebih aman dan efektif utk transfusi adalah PRC dan FFP. Kecuali jika life-threatening
maka klo adanya Whole Blood ya pake WB. WB juga ada 3 jenis: darah segar, darah baru, dan darah
simpan.
Hati2 komplikasi yg ditakutkan terjadi saat transfusi darah yang masif adalah DIC (Disseminated
intravascular coagulation) yang merupaka gangguan pada mekanisme pembekuan darah pada tubuh.
Normalnya tubuh membentuk bekuan darah sebagai reaksi terhadap trauma. Pada DIC, tubuh
membentuk bekuan darah kecil secara berlebihan, mengurangi jumlah faktor pembekuan dan
trombosit dalam tubuh. Bekuan-bekuan darah kecil ini berbahaya, dan dapat mempengaruhi suplai
darah ke organ tubuh, menyebabkan disfungsi dan kerusakan organ.
Nah setelah diresusitasi harus perhatikan juga balans dari cairan yang masuk dan keluar, sekali lagi
lihat klinisnya. Klo overload cairan kata dr.NE kamu pasang stetoskop dengarkan basal paru ada
ronkhi basah kasar atau tidak klo iya, berarti pasien udah overload sampe menyebabkan edema
paru. Nah selain itu bisa juga diliat dari CVPnya jika terpasang, nilai normalnya 5-10 cmH2O. Jika lebih
dari 10 kemungkinan cairannya udah overload.
25
26
siapa yang ngomong), nanti di cek sambil digerak2in lehernya kalau udah tidak kaku berarti udh
ngefek dan boleh diintub.
12) Intubasi. Seperti biasa, face mask nya dibuka, pasien kita ekstensiin kepalanya, pegang laringoskop
pake tangan kiri terus tangan kanan buka mulut dengan gentle. Lalu arahin lidah pasien ke kiri.
Temukan epiglottis, masukin sedikit lagi ujung laringoskopnya dan naikin ke atas buat temuin lobang
trakeanya. Kalau udah nemu dan jelas titidakl masukin, tapi kalau belum minta tolong asisten buat
tekan cricoids di leher. Kalau udah jelaas banget, baru dimasukin ya. Terus masukin sampe angka
20an di mulut pasien. Biasanya konsulennya bakal ngeliat dulu beneran masuk atau tidak, jadi
laringoskopnya jangan buru2 dilepas. Kalau udah yakin masuk, tagan kanan kita stand by nahan ETT
di pinggir mulut. Sudah oke, kita hubungin ke selang, terus dipompa. Cek masuk atau tidak nya pake
stetoskop. Hasil pemeriksaan stetoskop MASUK dan SAMA KANAN KIRI. Terus kembangin cuff nya
pake spuit. Masukin guedel, trus plaster deh. Sekalian inget plaster, inget tutup matanya juga yah.
Terus kalau pasiennya mau di NGT juga sekalian setelah intub.
13) Habis itu, kita ganti pernapasan pasien sama mesin, klik aja tombol volume control terus atur volume
tidal dan RR/freq nya. Perhitungan VT adalah: 6 sampai 10 dikali BB. Ex: BB 50 berarti VT kurang lebih
300-500. Sedangkan RR biasanya kisaran 12-14 per menit
Cara Ekstubasi
1) Pertama alihkan napas mesin pada pasien menjadi napas spontan. ISO dan ESO jadiin 0, O2 putar
sampai 5. Nah, tandanya pasien udah napas spontan adalah balonnya kembang kempis sendiri.
Tapi karena napas spontan awal belum adekuat, gapapa kita pompa, tapi jangan terlalu sering,
nanti pasiennya jadi malas napas. Terus tanda napasnya kalau udah adekuat apa? Kalau VT nya
sudah sampai setengahnya. Misal BB pasien 40, VT adalah BB dikali 10 = 400. Udah adekuat kalau
VT nya di angka 200 an.
2) Sambil dialihin napasnya, pasien juga kita suction. Kalau suctionnya belum dibuka buka dulu,
terus bisa kita masukin suctionnya di lubang guedel atau dari kanan kiri pinggir mulut. Caranya
adalah masukin pipa suctionnya, terus kalau udah rasa2 mentok pipanya baru kita tutup lubang
suctionnya, nanti sekretnya bakal terhisap sendiri.
3) Pasien dirangsang nyeri. Bisa di telinga, bisa di angulus mandibula, bisa dicubit-cubit, dst
4) Nah, sebenarnya apa sih tanda pasti yang nandain kalau kita boleh ekstubasi? Yap! Refleks
menelan pasien. Kelihatan di lehernya kayak ada yang turun (kayak kita nelen aja)
5) Ekstubasi, cabutin ETTnya plus plaster2nya, guedel biasanya ga dilepas dulu
27
DAFTAR PUSTAKA
Latief S A, Suyadi K A, Dachlan M R. Petunjuk Praktis Anaestesiologi Edisi Kedua. Jakarta: Bagian
Anaestesiologi dan Terapi Intensif FK UI. 2001.
Mangku G, Senapathi T G A. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Indeks. 2010.
Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. Semarang: SMF Anastesi dan Terapi Intensif FK UNDIP. 2004.
Soerasdi e, Satriyanto D. dan Susanto E. Obat-obat Anasteshia Sehari-hari. Bandung: Keperawatan Anastesi
dan Gawat Darurat Medik. 2010.
American Heart Association. Fokus Utama: Pembaharuan Pedoman American Heart Association 2015
untruk CPR dan ECC. American Heart Association. 2015.
American Society of Anesthesiologist. ASA Physical Status Calssification System. 2014.
NCCEP. Difficult Airway Evaluation. North Carolina. 2009.
28
29