Anda di halaman 1dari 31

0

DAFTAR PUSTAKA
1. Kerpean I : Tahap-tahap Anestesi ...................................................................................................... 2
2. Kerpean II : Cairan .............................................................................................................................. 12
3. Kerepan III : Syok................................................................................................................................. 14
4. Kerpean IV : Cairan Perioperatif ......................................................................................................... 16
5. Kerpean V : Obat-Obatan ................................................................................................................... 18
6. Kerpean VI : Kedaruratan Medik Anestesi .......................................................................................... 22
7. Kerpean VII : Langkah-Langkah Proses Anestesi di RSUP Fatmawati .................................................. 26
8. Daftar Pustaka...................................................................................................................................... 28

KEPREAN I : TAHAP-TAHAN ANESTESI


PERSIAPAN ANESTESI
Sebelum proses anestesi dimulai ada 3 hal yang perlu disiapkan, yaitu:
a. Pasien
b. Alat-alat dan mesin
c. Obat-obatan
Mungkin bahasan bab ini agak sedikit panjang, namun bab ini adalah bab yang sangat penting dan menjadi
basis bagi bab-bab selanjtnya. Baik kita bahas satu persatu ya
1. Persiapan Pasien
Persiapan pasien bertujuan untuk mengenal pasien, baik beberapa hari sebelum proses anestesi atau
beberapa jam sebelumnya. Biasanya sehari sebelum anestesi akan dilakukan KPA (Kunjungan Pra Anestesi).
KPA dilakukan untuk mengetahui hal-hal berikut:
a. Identitas
Identitas meliputi sekurang-kurangnya nama, nomor register, jenis kelamin, dan usia. Karena hal
tersebut berhubungan dengan proses anestesi nantinya
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang membawa pasien datang ke dokter
c. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan sebagaimana anamnesis pada pasien-pasien lainnya, namun lebih
diutamakan pada hal-hal yang berkaitan pada masalah kardiovaskular dan penyakit sistemik seperti
riwayat DM, hipertensi, penyakit jantung, alergi, asma, dan riwayat operasi sebelumnya.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan head to toe, namun lebih dikhususkan pada
daerah mulut, leher, pulmo, dan kardio.
Adapun pemeriksaan untuk mengetahui kesulitan jalur napas, ingat LEMON
L = Look externally, kita lihat dari pemampakan luar tanda-tanda kesulitan seperti trauma pada
wajah, obesitas, leher pendek, dll.
E = Evaluate,
3-3-2 rules digunakan untuk evaluasi. 3 jari antara gigi atas dan gigi bawah saat
mulut dibuka, 3 jari antara ujung rahang
sampai permulaan leher (bawah dagu), dan 2
jari antara penonjolan tiroid sampai bawah
mandibula (permulaan leher)
M = Mallapati,
terdapat 4 kelas; kelas 1 (mudah) = terlihat
palatum mole, uvula, arcus faring anterior
dan posterior; kelas 2 = terlihat palatum
mole, dan uvula. Kelas 3 = terlihat palatum
mole dan ujung atas (basis) dari uvula, kelas
4 (sulit) = palatum mole tidak terlihat
seluruhnya
O = Obstruction,
apakah terdapat sumbatan, baik seperti benda asing, ataupun tumor, abses,
dsb.
N = Neck,
kita lihat apakah ada gangguan gerak pada leher pasien, baik kekauan atau
setelah trauma servikal.

Mallapati classification modified by Samsoon and Young

Laryngoscopy according to the classification of Cormack


and Lahane
e. Hasil Lab
Pemeriksaan lab yang harus dilakukan sebelum proses anestesi atau operasi tergantung dari
pasiennya, namun yang rutin dilakukan adalah H2TL (Hb, Ht, Trombosit, Leukosit), lama perdarahan,
gula darah, ureum kratinin, dll.
f. Hasil Konsultasi dengan spesialis lain
Merupakan hasil yang didapat dari pertimbangan dari spesialis lain, seperti spesialis penyakit dalam,
paru, jantung, dan sebagainya
Dari proses persiapan pasien diatas, maka harus disimpulkan bahwa pasien bisa dilakukan anestesi atau
operasi atau tidak, dan klasifikasi pasien ini umumnya menggunakan klasifikasi ASA (American Society of
Anaesthesists)

2. Persiapan Alat-alat dan Mesin


Alat-alat yang perlu disiapkan yaitu STATICS, yang merupakan singkatan dari:
S = Scope,

stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung, serta posisi NGT dan ETT

T = Tubes,

Pipa Trakea sesuai umur. <5 tahun tanpa balon (Cuffed), dan >5 tahun dengan balon

A = Airway,

OPA (Oro-Pharingeal airway) atau NPA (Naso-Pharingeal Airway) berfungsi untuk menahan
lidah saat tidak sadar agar tidak menyumbat saluran napas, dan mencegah ETT tergigit

T = Tape,

plester untuk fiksasi pipa agar tidak tertarik atau terdorong

I = Inducer,

stilet atau mandrain yang berfungsi sebagai pemandu saat pemasangan ETT

C = Connector,Penyambung antara ETT dengan peralatan anestesi


S = Suction,

penyedot lendir, ludah, dll

Adapun mesin yang perlu disiapkan adalah


a. Mesin monitoring TD, Nadi, SpO2, dan EKG.
b. Mesin Ventilator, cek kebocoran !!!

A. Alat suction
B. Alat ventilator dan anestesi
C. Monitor TD, Nadi, SpO2,
EKG, dan CO2

3. Persiapan Obat
Obat-obat untuk anestesi secara garis besar ada 3 yang disebut Trias Anestesia, yaitu
1) Hipnotik (tidak sadarkan diri = mati ingatan)
2) Analgesia (bebas nyeri = mati rasa)
3) Relaksasi Otot rangka (mari gerak)
Catatan: Analgesik Kuat biasanya diberikan pada operasi kepala, jantung, tulang, dan hemoroid

PREMEDIKASI
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum dilakukan induksi anestesi. Secara garis besar
premedikasi bertujuan untuk melancarkan induksi, rumatan atau pemeliharaan anestesi, dan bangun dari
anestesi. Tujuan tersebut antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Meredakan kecemasan dan ketakutan


Memperlancar induksi
Mengurangi sekresi saliva dan bronkus
Mengurangi dosis obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi lambung
Mengurangi refleks yang membahayakan

Contoh obat premedikasi


-

Untuk cemas diazepam 10-15 mg


Untuk nyeri, petidin 50 mg i.m.
Untuk mengurangi asam lambung karena dapat menyebabkan pneumonitis asam, AH2 ranitidinm
(zantac) 150 mg
Mengurangi mual muntah, ondansetron (narfoz) 2-4 mg

Nama
MIDAZOLAM
Sedacum
Dormicum

Nama
MIDAZOLAM
Sedacum
Dormicum
Miloz

Sediaan

Kandungan/cc

1 ampul = 25mg
(5cc)

5mg / cc
(diencerin dg aquades 4cc = 1mg/cc)

1 ampul = 5mg
(5cc)

1mg / cc

Cardio
TD
Vasodilatasi perifer
Pasien hipovolemi TD
nyata bgt

Respi
Depresi napas

Dosis
0,03
0,04
mg/kgBB
0,03
0,04
mg/kgBB

OOA

DOA

30
detik

15 80
menit

30
detik

15 80
menit

Otak

Efek Tambahan

Aliran darah otak,


menyebabkan
amnesea antegrad

Anti kejang (+)

Obat-obatan yang rutin diberikan saat premedikasi adalah obat-oabatan analgesik opioid, adapun obat
yang sering digunakan adalah fentanyl dengan dosis sesuai berat badan. Fentanyl diberikan secara
perlahan, karena pasien akan mengalami batuk apabila fentanyl diberikan terlalu cepat.

INDUKSI ANESTESI
Induksi anestesi dilakukan apabila semua persiapan sudah selesai dan pasien sudah diberikan premedikasi.
Adapun teknik anestesi umum dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu
1. Induksi Inhalasi, maintenance anestesi dengan inhalasi (VIMA)
2. Induksi intavena, maintenance anestesi dengan intravena (TIVA)
3. Induksi intravena, maintenance anestesi dengan inhalasi (Combine)
Cara ketiga yang sering digunakan, yaitu induksi anestesi dengan intravena dan maintenance dengan
inhalasi. Adaupun untuk bayi, teknik yang sering digunakan adalah teknik yang pertama yaitu dengan
inhalasi, baik pada induksi ataupun maintenance.
Obat yang sering digunakan untuk induksi adalah propofol sesuai dosis berdasarkan berat badan, kecuali
pada kasus-kasus tertentu seperti pada saat pasien yang mengalami perrdarahan atau sepsis, maka yang
digunakan adalah ketamin.
Adapun stadium anestesi yang digunakan setelah induksi adalah menggunakan kalsifikais Guedel (1920)
yang membagi anestesi umum dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:
Stadium I
Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini
pasien masih dapat mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan
ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan pada stadium ini.
Stadium II
Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran dan refleks bulu mata sampai
pernapasan kembali teratur. Pada stadium ini terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut
kehendak, pasien tertawa, berteriak, menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apne
dan hiperpnu, tonus otot rangka meningkat, inkontinensia urin dan alvi, muntah, midriasis, hipertensi serta
takikardia. stadium ini harus cepat dilewati karena dapat menyebabkan kematian.
StadiumIII
Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan spontan hilang.
StadiumIII dibagi menjadi 4 plana yaitu:
Plana 1:
Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang tidak
menurut kehendak pupil miosis, refleks cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan
muntah tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna (tonus otot mulai
menurun).
Plana 2:
Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun, frekuensi meningkat, bola
mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil midriasis, refleks cahaya mulai menurun,
relaksasi otot sedang, dan refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan intubasi.
Plana 3:
Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada,
pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir
sempurna (tonus otot semakin menurun).
Plana 4:
Pernapasan tidat teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis total, pupil sangat
midriasis; refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi
otot lurik sempurna (tonus otot sangat menurun).
Stadium lV
Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya pernapasan perut dibanding stadium
III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhimya terjadi
kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan buatan.
6

Pasien diberikan bantuan napas menggunakan sungkup muka (face mask) setelah pasien melewati stadium 1, yang
ditandai dengan hilangnya refleks bulu mata. Pasien diberikan O2 antara 4-6 L/menit. Karena setelah pasien diberikan
obat induksi pasien akan mengalami depresi napas, bahkan sampai menyebabkan apnoe.
Setelah pemberian oksigen adekuat, biasanya pasien akan diintubasi yaitu pemasangan selang untuk membantu
pernapasan, umumnya pasien yang mnegalami anestesi umum akan dipasang endotrakeal tube (ETT) untuk diberikan
ventilasi mekanik. Namun pada operasi dengan waktu singkat, pasien dapat diberikan bantuan napas dengan hanya
menggunakan sungkup atau laringeal mask. Sebelum pemasangan ETT pasien akan diberikan obat pelumpuh otot
(muscle relaxan) untuk memudahkan pemasangan ETT. Selagi menunggu onset dari obat pelumpuh otot tersebut
pasien diberikan preoksigenasi menggunakan 02 100% sekitar 1-2 menit menggunakan sungkup, selain untuk menunggu
onset dari obat tersebut preoksigenasi juga diberikan untuk mencukupi cadangan oksigen saat pemasangan intubasi
agar tidak terjadi penurunan saturasi.
Proses operasi dapat dilakukan setelah proses induksi anestesi telah dilakukan dan bantuan napas baik menggunakan
ETT, laringeal mask, ataupun hanya menggunakan sungkup sudah adekuat.

MAINTENANCE ANESTESI
Pasien yang telah dilakukan induksi harus diberikan pemeliharan (maintenance) agar pasien tidak bangun
sebelum proses operasi selesai dilakukan. Selama proses pemeliharaan anestesi pasien biasanya diberikan
beberapa obat anestesi, yang sering digunakan adalah isoflurane dan sevoflurane. Adapun pada anak-anak
yang digunakan adalah sevoflurane, karena isoflurane dapat meningkatkan sekresi saliva yang dapat
menyebabkan spasme otot napas. obat-obatan anasetesi ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah,
sehingga semakin tinggi dosis inhalasi yang diberikan semakin dalam anestsei yang terjadi dan semakin besar
penurunan tekanan darah.
Selain itu, pasien juga diberikan beberapa gas saat pemeliharaan. Gas yang diberikan biasanya 02 dengan
N2O atau O2 dengan Udara (Air). N2O dapat mengisi ruang-ruang, sehingga pada operasi seperti laparatomi,
operasi kranial, telinga, dan beberapa operasi lainnya tidak dapat diberikan. Dan karena sifatnya yang sangat
mudah mengisi ruang, setelah pemberian O2 dengan N20 maka pasien harus diberikan O2 100% selama 5-7
menit, agar rongga-rongga alveolus tidak terisi oleh N2O.
Pemeliharaan anestesi tidak hanya tentang memberikan obat anestesi atau gas, namun hal penting lainnya
adalah monitoring keadaan pasien melali: TD, Nadi, EKG, SpO2, Urine Output, dan frekuensi napas serta tidal
volume apabila pasien terpasang ventilator mekanik.
Monitoring tersebut biasanya ditulis di status anestesi,sebagai berikut:

PASCA-ANESTESI
Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :
-

Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang perawatan
Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar
Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik

Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada kondisi fisik pasien,
teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada pasien dengan:
1.
2.
3.
4.

Risiko tinggi
Kelainan organ
Syok yang lama
Dehidrasi berat

5.
6.
7.

Sepsis
Trauma multipel
Trauma kapitis
Gangguan organ penting, mis: otak

8.

Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring 6B:


-

1. Breath (nafas) sistem respirasi

Pasien belum sadar evaluasi :


Pola nafas
Tanda-tanda obstruksi
Pernafasan cuping hidung
Frekuensi nafas
Pergerakan
rongga
dada

simetris/tidak
Suara nafas tambahan (-) pada
obstruksi total
Udara nafas yang keluar dari hidung
Sianosis pada ekstremitas
Auskultasi wheezing, ronki
Pasien sadar tanyakan adakah keluhan
pernafasan :
(-) cukup berikan O2
Tanda-tanda obstruksi (+) terapi
sesuai
kondisi
(aminofilin,
kortikosteroid, tindakan triple manuver
airway)

Tekanan darah
Nadi
Perfusi perifer
Status hidrasi (hipotermi syok)
Kadar Hb

Periksa :
Dilatasi lambung
Tanda-tanda cairan bebas
Distensi abdomen
Perdarahan lambung postoperasi
Obstruksi hipoperistaltik, gangguan
organ lain, mis: hepar, lien, pankreas
Dilatasi usus halus
Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering
mengalami kembung mengganggu
pernafasan karena ia bernafas diafragma

6. Bone (tulang) sistem muskuloskeletal

3. Brain (otak) sistem SSP

Periksa kualitas, kuantitas, warna,


kepekatan urin mencerminkan kadar
elektrolit
Untuk menilai :
Apakah pasien masih dehidrasi
Apakah ada kerusakan ginjal saat
operasi acute renal failure, transfusi
hemolisis

5. Bowel (usus) sistem gastrointestinalis

2. Blood (darah) sistem kardiovaskuler

Perhatikan gejala kenaikan TIK

4. Bladder (kandung kencing) sistem urogenitalis

Menilai kesadaran pasien


Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale)

Periksa :
Tanda-tanda sianosis
Warna kuku
Perdarahan postoperasi
Gangguan neurologis
ekstremitas

gerakan

Penilaian di Ruang Pemulihan

Sebelum pasien dapat keluar dari ruang pemulihan, terdapat beberapa penilaian yang digunakan untuk
menilai apakah pasien sudah bisa dipindahkan atau tidak.
1. Adrete Score

Pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan (RR) apabila skor sudah mencapi > 8.

2. Steward Score (untuk anak-anak)

Pada pasien anak, pasien dapat dipindahkan dari ruang pemulihan apabila skor mencapai > 5.

3. Bromage Scale

Adapun untuk anestesi spinal,


yang digunakan adalah Bromage
Scale, pasien dapat dipindahkan
dari ruang pemulihan jika sudah
mencapai Grade 2.

KOMPLIKASI ANESTESI
Adapun komplikasi yang mungkin terjadi akibat anestesi, antara lain:

10

Penyebab
Anestesi

pembedahan

Kondisi pasien

Terapi
Penyebab
anestesi

pembedahan

Kondisi pasien

Terapi

ARITMIA BRADIKARDI
obat (suksametonium, prostigmin,
halotan, lignocain)
refleks bradikardi selama intubasi
stadium awal hipoksia
spinal

ARITMIA TAKIKARDI
obat (atropine, galamin, trilene,
siklopropan)
hiperkarbia
hipoksia
hipotensi
anestesi GA dangkal
traksi mesenterium
infilrasi adrenalin
traksi bola mata
traksi viscera
bedah saraf
operasi bedah saraf dan jantung
penyakit jantung bradikardi
tirotoksikosis
obat pre op (digoksin, beta bloker, demam
neostigmin)
hipovolemi
hipotensi
terapi pre digoxin
TIK meningkat
sakit payah
cari kausa, atropine
HIPOTENSI
obat (petidin, thiopenton, halotan,
eter, muscle relaxan)
inhalasi paru bertambah tekanan
meningkat
hipoksia dan hiperkarbia pada
stadium lanjut
transfusi darah tidak cocok
anestesi spinal atau epidural
posisi trandelenberg, lateral
kehilangan darah
stimulasi visceral
pelepasan tourniquet/calamp
emboli udara/lemak

HIPERTENSI
anestesi dangkal
ventilasi tidak adekuat retensi
CO2 hipoksia, hiperkarbia TD
meningkat
obat ketamin, pavulon
transfusi darah berlebihan
malignant hiperpireksia

infiltrasi adrenalin
traksi viscera
oksitosin, ergometrin
posisi trandelenberg
clamp pemb darah besar

anemia
dehidrasi
penyakit jantung iskemik, gagal
jantung, aritmia
sindrom posisi hipotensi
quadriplegi-TD bervariasi
syok septic
cari kausa
infus cepat cairan IV RL 10 cc/kgBB
naikkan koensentrasi O2
turunkan dosis obat anestesi jika TD
sistol < 80 mmHg (O2 100%)
vasopressor efedrin HCl
tinggikan kaki pasien untuk
kembalikan venous return

hipertensi tak terdiagnosa


dapat MAO inhibitor
vesica urinaria penuh
quadriplegi

cari kausa
naikkan kepala
sedasi (petidin, largactil)
monitoring tanda vital

11

KEPREAN II : CAIRAN
I. CAIRAN TUBUH

Zat Cair = 60% BB


Cairan transeluler
5%

Cairan interstisial
24%

CairanOther
ekstrasel
Cairan intrasel
63%

32%
Cairan
intravaskuler
8%

EBV = 70 cc/kgBB

Kebutuhan Air 30-35 cc/kgBB/hari


Kebutuhan elektrolit : Na+ 1,5 mEq/kgBB/hari dan K+ 1 mEq/kgBB/hari

Balans cairan =
cairan masuk
cairan keluar

Cairan masuk =
enteral +
parenteral + hasil
oksidasi

Hasil oksidasi = 5
cc/kgBB

Cairan keluar = urin


+ feses + IWL

Feses 1cc/hari

Urine output 0,5-1


cc/kgBB/jam

12

IWL (30-usia)
cc/kgBB/hari

II. JENIS CAIRAN


a. Cairan Kristaloid : cairan yang mengandung zat dengan BM rendah (<8000 dalton), cepat terdistribusi ke ruang
ekstraseluler (dalam 1 jam kira-kira yang tersisa di intravaskular tinggal sampai 1/3)
Cairan kristaloid elektrolit

Ringer Laktat : Paling fisiologis, untuk replacement therapy, dapat membantu atasi asidosis metabolik
dengan perubahan laktat menjadi bikarbonat di hati
Asering (Ringer asetat): sama efektifnya seperti RL sebagai replacement therapy, bedanya dimetabolisme di
otot.
NaCl 0,9%: Dapat dipakai untuk replacement therapy bila kadar Na+ rendah, sebelum transfusi, dan kasus
trauma kepala. Hati-hati pemakaiannya bisa meningkatkan Na dan Cl sehingga bisa asidosis hiperkloremia,
asidosis dilusional, dan hipernatremia

Cairan kristaloid non elektrolit

Dextrose 5% dan 10% dipakai untuk mencegah hipoglikemia, mempertahankan protein, serta menurunkan
level asam lemak bebas dan keton.

Cairan kristaloid hipertonis : NaCl 3%, manitol 20%, Natrikus bikarbonatus


b. Cairan Koloid : cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (>8000 dalton), mengisi ruang intravaskuler

Albumin 25%
Komponen darah : PRC, FFP, Whole blood, cryoprecipitate
Sintesis dari hewan : gelofusin (gelatin)
Sintesis dari tumbuhan : voluven (HES : Hidroxy etil starch)

13

KEPREAN III : SYOK


Syok adalah sindroma klinis akibat kegagalan sirkulasi dalam mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh
Stadium kompensasi

Stadium dekompensasi

Stadium irreversible

Simpatis , takikardi,
gelisah, kulit pucat,
dingin, CRT>2"

Hipoksia, takikardi,
TD, asidosis, oliguria,
kesadaran

Multi organ failure,


nadi tidak teraba, TD
tidak terukur, anuria

Penyebab Syok :

Hipovolemik (volume intravaskuler berkurang)


Cardiogenic (pompa jantung terganggu)
Obstructive (hambatan sirkulasi menuju jantung)
Distributive (vasomotor terganggu)

1. Syok Hipovolemik

Kehilangan cairan (Dehidrasi)

Defisit
Hemodinamik

Jaringan
Urin
SSP

Ringan
3-5%
Takikardia, nadi lemah

Mukosa kering, turgor


turun
Pekat
Mengantuk

Sedang
6-8%
Takikardia, nadi sangat
lemah, volume kolaps,
hipotensi ortostatik
Lidah keriput, turgor
kurang
Jumlah turun
Apatis

Berat
>10%
Takikardia, nadi tdk
teraba, akral dingin,
sianosis
Atonia, turgor buruk
Oliguria
Koma

Atasi syok : kristaloid elektrolit 20cc/kgBB dalam 1 jam (dapat diulang)


Sisa defisit 50% dalam 8 jam pertama dan 50% dalam 16 jam berikutnya
Pantau urine output

Perdarahan

Sistolik
Nadi
Nafas
Mental
Blood Loss

Kelas I
>110
<100
16
Anxious
<750 cc (<15%)

Kelas II
>100
>100
16-20
Agitasi
750-1000cc (1530%)

Maximal allowable blood loss = (Ht-30)/Ht x EBV


Cairan kristaloid = 3 x volume darah yang hilang
Cairan koloid = sesuai jumlah darah yang hilang
Transfusi PRC = (Hb target Hb pasien) x BB x 3
Transfusi WB = (Hb target Hb pasien) x BB x 6
14

Kelas III
>90
>120
21-26
Confused
1500-2000cc (3040%)

Kelas IV
<90
>140
>26
Lethargic
>2000cc (>40%)

Note : sebenarnya ini sudah tidak up-to-date tapi beberapa konsulen masih oke oke aja sih sama ilmu ini,
mohon rajin membaca ilmu terbaru
2. Syok Kardiogenik
-

Penyebab gangguan kontraktilitas miokardium perbaiki fungsi miokardium dan sirkulasi


Terapi : infus (perbaiki sirkulasi) dan permberian inotropik (dobutamin norepinefrin)

3. Syok Obstruktif
-

Penyebab hambatan terhadap aliran darah menuju jantung (tension pneumotoraks, cardiac tamponade)
Terapi : kristaloid isotonik, pembedahan

4. Syok Distributif
a. Syok anafilaktik
-

Penyebab reaksi antigen antibodi


Terapi : adrenalin 0,3 0,5 mg; pasang infus NaCl 0,9%; Dexamethasone 0,2mg/kg iv

b. Syok Neurogenik
c.
-

Penyebab spinal cord injury (cervical atau high torachic)


Tindakan resusitasi cairan dan vasopresor

Syok sepsis
Penyebab SEPSIS SIRS dengan fokal infeksi
SIRS (Suhu>38OC atau <36OC; HR>90x/m; RR>20x/m; Leukosit>10ribu/ul atau <4ribu/ul)
Terapi : antibiotik, cairan, vasopresor (norepinefrin), inotrpik(dobutamin), terapi oksigen

Daftar singkatan
EBV : Estimated blood volume
IWL : Insensible water loss
BM : berat molekul
SIRS : systemic inflammatory respons syndrome

15

KEPREAN IV : CAIRAN PERIOPERATIF


Cairan perioperatif adalah cairan yang yang diberikan saat operasi. Adapun cairan yang diberikan adalah
cairan maintenance selama operasi, cairan yang mungkin mengalami evaporasi saat operasi, dan cairan yang
hilang akibat puasa sebelum operasi.
1. Cairan Maintenance (M)
Cairan maintenance seseorang per jam nya dihitung berdasarkan berat badan (BB) dengan menggunakan 42-1 rules, yaitu 10 kg BB pertama dikalikan 4, 10 kg kedua dikalikan 2, dan berat badan sisanya dikalikan 1.
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg, Cairan maintenance per jam pasien adalah

10 kg x 4
10 kg x 2
40 kg x 1
60 kg -->

= 40 ml
= 20 ml
= 40 ml +
100 ml/jam

Jadi Cairan maintenace pasien dengan BB 60 kg, sebesar 100 ml/jam


2. Cairan Evaporasi selama Operasi (E)
Jumlah cairan yang mengalami evaporasi per jam selama operasi tergantung dari besarnya operasi dan BB
pasien. Berikut jumlah cairan evaporasi berdasarkan jenis operasi:

Dalam sumber yang lain, perhitungannya yaitu 4-6-8, 4 untuk ringan, 6 untuk sedang, 8 untuk operasi besar.
Dan jumlah inilah yang digunakan.
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg akan mengalami operasi laparatomi, perkiraan cairan evaporasi selama operasi
sebesar:

8 ml x 60 kg

= 240 480 ml/jam

3. Cairan Defisit Sebelum Operasi (D)


Cairan defisit selama operasi biasanya didapat dari puasa sebelum operasi, jumlah jam puasa berdasarkan
operasi adalah sebagai berikut:

Anestesi Umum
Anestesi Regional

= 8 jam
= 6 jam

Adapun jumlah cairan defisit dihitung dengan mengalikan cairan maintenance perjam berdasarkan BB
dengan lamanya puasa.
Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg (cairan maintenance 100 ml/jam) akan mengalami operasi laparatomi, dan akan
dilakukan anestesi umum, dan puasa selama 8 jam. Jumlah cairan defisit sebelum operasi sebesar:

8 jam x {(10x4)+(10x2)+(40x1)} = 8 x 100 ml/jam = 800 ml


16

4. Perhitungan Cairan Perioperatif


Setelah kita mendapatkan jumlah cairan maintenace per jam (M), cairan evaporasi perjam berdasarkan
operasi (E), dan cairan defisit sebelum operasi (D), kita bisa menghitung cairan yang harus diberikan selama
operasi. Dengan rumus sebagai berikut:

Jam pertama
Jam kedua
Jam Ketiga
Jam Keempat
Jam Keliam

:M+E+D
:M+E+D
:M+E+D
:M+E
: M + E, dan seterusnya

Contoh:
Pasien dengan BB 60 kg akan mengalami operasi laparatomi, dan akan dilakukan anestesi umum, dan puasa
selama 8 jam. Ternyata operasi dilakukan selama 4 jam.
a. Cairan maintenance

10 kg x 4
10 kg x 2
40 kg x 1
60 kg -->

= 40 ml
= 20 ml
= 40 ml +
100 ml/jam

b. Cairan Evaporasi

8 ml x 60 kg

= 480 ml/jam

c. Defisit cairan sebelumnya

8 jam x {(10x4)+(10x2)+(40x1)} = 8 x 100 ml/jam = 800 ml

d. jumlah cairan perioperatif

Jam pertama
Jam kedua
Jam Ketiga
Jam Keempat

:M+E+D
:M+E+D
:M+E+D
:M+E

= 100 ml + 480 ml + 800 ml = 980 ml


= 100 ml + 480 ml + 800 ml = 780 ml
= 100 ml + 480 ml + 800 ml = 780 ml
= 100 ml + 480 ml
= 580 ml

17

KEPREAN V : OBAT-OBATAN
Ringkasan obat yang sering digunakan
Propofol
Penthotal
tiopenton
Ketalar
anesject
Sedacum
dormicum

Barbiturate
Anestesi
intravena

Ketamin
Midazolam

Anestesi inhalasi

N 2o
Isoflurane
Sevoflurane
Halotan
Enflurane
Desflurane
Fentanyl

Analgetik opioid

Pethidine

Meperidine
Demerol
Pantalgin

Morfin
Depolarisasi

Suksinilkolin
Long acting

Muscle relaxan

Nondepolarisasi

Intermediate

Short acting

18

Pankuronium
Pipekuronium
Doksakurium
Atrakurium
Recuronium
Vecuronium
Cistacuronium
Gallamin
Mivakurium
Ropacuronium

A. Obat Anestesi
1. Anestetik Intravena
Nama
PROPOFOL

Sediaan
1 ampul = 200mg
(20cc)

BARBITURAT
Pentothal
Tiopenton
KETAMIN
Ketalar
Anesject

1 ampul = 1cc

Kandungan/cc
10mg / cc

100mg / cc
(diencerin dg aquades 9cc = 10mg/cc)

Dosis
2 2,5
mg/kgBB

OOA
30
detik

DOA
5 10
menit

46
mg/kgBB

10
detik

5 15
menit

13
mg/kgBB

30
detik

10 20
menit

Efek Obat anestetik intravena


Nama
PROPOFOL
Presofol

BARBITURAT
Pentothal
Tiopenton

KETAMIN
Ketalar
Anesject

Cardio
TD
Resistensi Vascular

Kontraksi jantung
CO
TD
Vasodilatasi p.darah
perifer
TD
HR
Vasokontriksi p.darah
paru
Bisa Aritmia

Respi
Depresi napas
Dilatasi bronkus
TV
(tidalvolume)
RR

Otak

Depresi napas
Bisa spasme laring

Metabolisme otak
TIK

Anti kejang (-)


Histamin
release (-)

Aliran darah otak


TIK
Konsumsi oksigen
otak

Anti kejang (+)


TIO

Vasodilatasi p. darah
Hipersekresi saliva
otak
(ad: SA 0.01
Aliran darah otak
mg/kgbb)
TIK
Bronkodilator
Halusinasi, Delirium

Anti kejang (+)


TIO

2. Anestetik Inhalasi
Nama
N 2O
(analgetik kuat,
anestetik lemah)

ISOFLURANE

SEVOFLURANE

Cardio
Katekolamin jadinya bikin TD,
HR, CO
Disritmia
Depresi kardiak minimal
TD
HR
aliran darah koroner = cocok u/
px gangguan koroner
TD (lebih rendah drpd
isoflurane)
NORMO HR
Jarang aritmia
19

Respi
RR
TV

Otak
Aliran darah
otak
TIK

RR minimal
Bronkodilator
yg baik

Aliran darah
otak
TIK

RR
Bronkodilator

TIK
Aliran darah
otak

Not
relaxan

Relaxan

Relaxan

B. Obat Analgesik
Nama

Sediaan
1 ampul =
100mcg (2cc)

FENTANYL

Kandungan/cc

Dosis

OOA

DOA

50mcg / cc

Premed 1 2
mcg/kgBB

1-2 menit

30 menit

5-10 menit

2-3 jam

5-10 menit

3-5 jam

PETIDIN

0,5 1 mg/kgBB
0.05 0,2
mg/kgBB

MORFIN

ANTIDOTUM
(NALOXONE)

Nama
FENTANYL

PETIDIN

MORFIN

1 ampul = 1cc

Cardio
TD
HR
TD
HR, mulut kering,
pandangan
Kabur (like atropine)
TD
HR
Vasodilatasi p.darah kulit

0,4mg / cc
(diencerin dg
aquades 9 cc
jadinya 0,04mg /
cc)

1-2 mcg/kgBB
diulang tiap 3-5
menit (u/ depresi
napas)
3-10 mcg/kgBB
per infus (u/
keracunan
opioid)

Respi
Depresi napas
Apnoe

Depresi napas
Histamine release

Depresi napas
Histamine release
= bronkokontriksi

20

Otak
Metabolisme otak
Aliran darah otak
TIK

Antidotum
Depresi napas :
naloxone
Bradikardi : SA

Aliran darah otak


TIK
Konsumsi oksigen
otak
TIK akibat PCO2

Anti kejang (+)


TIO (ad: SA)
Retensi urin

C. Muscle Relaxan (Non-Depo = (-) Fasikulasi, Depo = (+) Fasikulasi)


Nama
PANCURONIUM
(Long acting)
ATRACURIUM
(Intermediate)
RECURONIUM
(Intermediate)
SUCCINYLCHOLINE
(khasnya ada
fasikulasi)

Sediaan

Kandungan
/ cc

Dosis
1 1,5 mg/kgBB

1 ampul =
2,5cc

10mg/cc

0,5 0,6 mg/kgBB

1 ampul = 5cc

10mg/cc

0,6 1 mg/kgBB

OOA

DOA

3 menit 2 jam
2,5
menit
1 1,5
menit
30
detik
1 menit

30-45
menit
30-45
menit
5-10
menit

0,04 0,08 mg/kgBB


NEOSTIGMIN
Prostigmin
(Antidotum Muscle
relaxan)

SULFAS ATROPIN
PANCURONIUM
(Long acting)
ATRACURIUM
(Intermediate)
RECURONIUM
(Intermediate)
SUCCINYLCHOLINE
(Depo --> khasnya
ada fasikulasi)

1 ampul = 1cc

0,5 mg/cc

1 ampul = 1cc

0,25 mg/cc

(pemberian prostigmin
menyebabkan hipersalivasi,
bradikardi, kejang bronkus,
hipermotilitas usus, kabur jadi
pemberiannya harus disertai
Sulfas Atropine)
0,01 0,02 mg/kgBB
TD
HR

Pilihan pd pasien gangguan


ginjal dan hepar
KI pada pasien dg gangguan
ginjal karena eliminasi di ginjal
Badikardi
Aritmia

Histamine release (+)


KI pasien asma
Histamine release (-)
Boleh u/ px asma
Onset cepat

TD
HR
90% Myalgia
Nyeri otot

Antidotum : golongan antikolinesterase (mencegah enzim asetkolin-esterase kerja, sehingga asetilkolin dpt
bekerja)
1. Neostigmin
2. Pridostigmin
3. Edrophonium

21

KEPREAN VI : KEDARURATAN MEDIK ANESTESI


Tujuan dari Stase Anestesi ini adalah koass mampu:
-

BHD
Tatalaksana jalan napas dan kedaruratan akut
Tindakan anestesi sederhana

Sumbatan jalan napas, hipoventilasi, henti napas,


syok, bahkan henti jantung cepat sekali
menyebabkan kematian bila tidak mendapat
pertolongan yg cepat dan tepat. Kerusakan otak
permanen dpt terjadi jika aliran darah terhenti lebih
dr 4-6 menit atau sesudah terjadi suatu trauma
dengan hipoksia berat atau kehilangan banyak
darah yang tidak dikoreksi.
Pertama, bahas BHD dulu (ini ngomongin utk pasien
Dewasa ya). Pada BHD ada 3 komponen yg dinilai:
Airway, Breathing, dan Circulation dari pasien. RJP
adalah usaha untuk mengembalikan fungsi
pernapasan dan atau sirkulasi yang terhenti
mendadak. Pada AHA 2010 hal2 yg mengalami
pembaharuan adalah:
1. Kenali suddent cardiac arrest (SCA) dari
respon (AVPU) dan pernapasan
2. Look, listen, feel! sudah tidak digunakan
dlm algoritma!
3. Hands only chest compression ditujukan
kepada siapa saja yg tidak terlatih
4. Urutannya berubah dari ABC jadi CAB: chest
compresssion, airway, breathing
5. Lebih fokus pada kualitas CPR
Berikut ada 5 hal untuk menjadikan High Quality CPR, berdasarkan AHA 2015:

1. Darurat Medik Airway


REVIEW FAAL. Respirasi pada manusia ada 2: respirasi eksternal (pertukaran gas antara darah dan
udara sekitar di saluran napas) dan respirasi internal (pertukaran gas antara darah dan jaringan di
dlm sel). Fungsi utama respirasi adalah pertukaran O2 dan CO2 antara darah dan udara pernafasan,
fungsi lainnya keseimbangan asam basa, metabolisme hormon, pembuangan partikel, dll.
22

REVIEW ANATOMI. Sal. napas atas: hidung, ruang hidung, sinus paranasal, dan faring. Sedangkan sal.
napas bawah: laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, alveolus.
Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCO2 dalam darah arteri meningkat) rangsang kemoreseptor di
badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah napas dalam dan cepat
(hiperventilasi).
Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia (PaCO2 dalam darah arteri menurun) hambat
kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas, terjadilah nafas dangkal dan
lambat (hipoventilasi).
Berdasarkan derajat: parsial dan total.
Obstruksi yg Parsial dia masih ada usaha napas, masih terdengar suara napas.
Aktivitas otot bantu napas , ada retraksi suprasternal dan interkostal, stidor, terdapat tanda
hipoksia dan hiperkarbia.
Obstruksi Total sama sekali ga ada suara napas, tidak terasa desiran udara, timbul gerakan dada
paradoksal dan otot bantu napas lebih , tanda hipoksi dan hiperkarbia lebih
Berdasarkan lokasi sumbatan: sumbatan diatas laring, di laring, dan dibawah laring:
Di atas laring
Lidah yang jatuh karena tidak sadar (tonus otot penyangga lidah sehingga lidah jatuh ke posterior
sehingga terdengar suara ngorok (snoring)
Tx: TRIPLE AIRWAY MANAUVER:
ekstensi kepala
dorong mandibula kedpn
buka mulut
Posisikan kepala miring agar mencegah sumbatan benda cair,
jika tidak berhasil dapat dipasang Oropharingeal Airway (OPA).
Benda asing semisal lendir atau cairan (akan terdengar gargling
karena sumbatan benda cair), bekuan darah, gigi palsu,
muntahan, makanan.
Tx: Muntahan, darah dan sekret di tangani dengan penghisap (suction). Caranya udah tau kan ya? Klo
penanganan obstruksi benda asing pada pasien yg sadar adalah dengan Heimlich Manauver atau back
blow.
Selain lidah jatuh, benda asing semisal cairan, sumbatan diatas laring juga bisa disebabkan oleh
infeksi atau tumor pada jalan napas atas: pembesaran tonsil, polip pd rongga hidung, dan tumor lain
pd rongga mulut dan dasar lidah.
Tx: dengan cara operatif atau jika darurat dengan krikotirotomi dan dilanjutkan trakeostomi.
Di laring
Benda asing dapat menyumbat rima glotis sehingga terjadi sumbatan total jalan napas atas. Gejala
korban memegang leher spt tercekik, tidak bisa napas, bicara, dan batuk. Diikuti sianosis, dan
penurunan kesadaran.
Tx: Bila korban sadar, berdiri di belakangnya dengan kedua tangan disilangkan di uluhati, hentakan
dengan kuat 4kali atau bisa dengan pukul punggung di antara skapula.
Bila tidak sadar, tidurkan terlentang dan lakukan hentakan pada uluhati. Bila belum berhasil lakukan
laringoskopi.
Reaksi alergi menyebabkan udema pada laring menimbulkan sumbatan jalan napas Parsial sampai
Total.
Tx: pemberian medikamentosa dpt diberikan (Adrenalin), tetapi perhatikan keadaan pasien, jika
pasien bertambah buruk (jika sumbatan Total) segera lakukan krikotirotomi atau trakeostomi.
23

Spasme laring karena peregangan nervus vagus. Suara napas khas yaitu seperti botol ditiup (krowing).
Tx: memberika obat pelumpuh otot (muscle relaxan).

Di bawah laring (pada trakea dan bronkus)


Sumbatan pada Trakea oleh tumor yang mendesak, trauma trakea akibat operasi, trauma langsung.
Tx: pemasangan pipa endotrakea (ETT) kemudian dilanjutkan
dengan trakeostomi.
Sumbatan pada Bronkus disebabkan oleh benda asing, spasme
bronkus, tumor. Jk yang menyumbat benda asing, akan
cenderung masuk ke bronkus kanan karena posisi anatomisnya
lebih vertikal. Tx: dgn bronkoskop untuk melihat nya lalu
menghisap dgn alat penjepit khusus.
Jika sumbatan bronkus karena spasme akan terdengar wheezing, tanda hipoksia dan hiperkarbia.
Tx: memberikan bronkodilator.
DEVICE AIRWAY: OPA atau Guedel, NPA

2. Darurat medik Breathing


Kata dr.NE Sp.An klinisnya liat dari frekuensi napas dan VT nya(Volume Tidal).
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2
sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. Jalan napas yang
tersumbat akan menyebabkan gangguan ventilasi karena itu langkah yang pertama adalah membuka
jalan napas dan menjaganya agar tetap bebas! Setelah jalan napas bebas tetapi masih ada gangguan
ventilasi mak harus dicari penyebab yang lain.
Untuk inspirasi, agar diperoleh volume udara yang cukup diperlukan jalan nafas yang bebas, kekuatan
otot respirasi yang kuat, dinding thoraks yang utuh, rongga pleura yang negative dan susunan saraf
yang baik. Bila ada gangguan dari unsur-unsur mekanik di atas volume inspirasi tidak adekuat
terjadi hipoventiasi mengakibatkan hiperkarbia dan hipoksemia. Hiperkarbia menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah otak yang akan
meningkatkan tekanan intracranial, yang dapat
menurunkan kesadaran dan menekan pusat nafas
bila disertai hipoksemia keadaan akan makin
memburuk. Penekanan pusat nafas akan
menurunkan ventilasi. Lingkaran ini harus
dipatahkan dengan memberikan ventilasi dan
oksigenasi.
Parameter ventilasi:
24

PaCO2 (N: 35-45 mmHg)


ETCO2 (N: 25-35 mmHg)

Parameter oksigenasi

PaO2 (N: 80-100 mmHg)

SaO2 (N: 95-100%)

Normalnya frekuensi pernapasan 12-20/mnt. Artinya setiap 5dtk 1x napas. Jadi klo pada orang
normal, kita bagging nya setiap hitungan ke 5. Nah beda utk kasus asma (obstruksi sal. napas
bawah), dia kan ekspirasinya memanjang jadi nahannya lebih lama.
3. Darurat medik Circulation
Inget komponen hemodinamik apa aja? Ya ada3: isi nya darah atau volumenya, pembuluh darah atau
pipa, dan jantung sebagai pompanya.
Pada syok hipovolemik ec hemoragik karena dia butuh byk resusitasi cairan jadinya kita bantu buat
nambahin pipa alias kanul intravena. Klo masang triway doang ga efektif, karena itu hanya untuk
menambah kekuatannya aja.
Kapan diputuskan utk transfusi? Biasanya Hb <8 gr/dl dan atau perdarahan yang massive. Dan
biasanya yg lebih aman dan efektif utk transfusi adalah PRC dan FFP. Kecuali jika life-threatening
maka klo adanya Whole Blood ya pake WB. WB juga ada 3 jenis: darah segar, darah baru, dan darah
simpan.
Hati2 komplikasi yg ditakutkan terjadi saat transfusi darah yang masif adalah DIC (Disseminated
intravascular coagulation) yang merupaka gangguan pada mekanisme pembekuan darah pada tubuh.
Normalnya tubuh membentuk bekuan darah sebagai reaksi terhadap trauma. Pada DIC, tubuh
membentuk bekuan darah kecil secara berlebihan, mengurangi jumlah faktor pembekuan dan
trombosit dalam tubuh. Bekuan-bekuan darah kecil ini berbahaya, dan dapat mempengaruhi suplai
darah ke organ tubuh, menyebabkan disfungsi dan kerusakan organ.
Nah setelah diresusitasi harus perhatikan juga balans dari cairan yang masuk dan keluar, sekali lagi
lihat klinisnya. Klo overload cairan kata dr.NE kamu pasang stetoskop dengarkan basal paru ada
ronkhi basah kasar atau tidak klo iya, berarti pasien udah overload sampe menyebabkan edema
paru. Nah selain itu bisa juga diliat dari CVPnya jika terpasang, nilai normalnya 5-10 cmH2O. Jika lebih
dari 10 kemungkinan cairannya udah overload.

25

KEPREAN VII : LANGKAH-LANGKAH PROSES ANESTESI DI RSUP FATMAWATI


1) Ambil kotak alat dan obat di depo
2) Nyalakan ventilator mekanik
3) Periksa mesinnya, meliputi:
a. Periksa iso dan eso apakah habis atau tidak dengan cara melihat batas garis bawahnya
b. Cek kebocoran. Kebocoran itu bisa terjadi di sepanjang saluran tersebut. Cara untuk
mengecek kebocoran adalah:
Tutup APL nya dengan cara diputar ke kanan sampai penuh
Kemudian tutup juga ujung dari selang yang akan disambungkan ke face mask (selang
V)
Lalu buka oksigennya. Oksigen bisa O2+ atau O2 biasa
Apakah balonnya mengembang?? Kalau ya, berarti tidak bocor
4) Siapin alat2, inget ya, S (Stetoskop, laringoskop) T (Tube/ETT) A (Airway: guedel) T(Tape/plaster) I
(Introducer/stilet) C(Connector: penyambung selang dan facemask/ penyambung selang dan ETT/
penyambung selang oksigen) S (Suction) .
Secara umum, ukuran diameter ETT untuk wanita dewasa adalah 6,5-8,5 mm dan pria dewasa itu 7,510 mm. Nah kalau guedel yang sering kita lihat ada dua warna. Yang hijau buat dewasa, yang putih
buat anak.
5) Lalu siapkan obat-obatannya. Untuk transamin, vit.K dan vit.C alias gado-gado diberikan pada
operasi yang kemungkinan perdarahannya banyak.
6) Persiapkan pasiennya. Pake EKG, saturasi, dan tensi.
7) Masukan obat-obat premedikasi, yaitu sedacum/miloz/dormicum (sedacum = 1ml nya diencerin
dengan nacl 4ml, dormicum = ga perlu diencerin, dosis 0,03-0,04 mg/kgBB) kemudian baru fentanyl
(1-2 mikrogram/kgBB)
8) Masukin obat-obat induksi intravena yaitu propofol (2-2,5 mg/kgBB) sesuai dosisnya
9) Setelah tiga obat itu diberikan, maka efeknya pasien akan depresi nafas. Darimana taunya obat udah
bekerja? Refleks bulu matanya sudah tidak ada lagi. Makanya setelah pemberian obat kita akan
melakukan face mask
10) Preoksigenasi dengan face mask. Jangan lupa posisi kepala pasien harus ekstensi kecuali pada orang
yang cidera servikal dan harus CE tangannya. Nah posisi E pada jari menunjukkan triple airway
maneuver. Jaw trust, head tilt, chin lift. Harus benar ya peletakan jari-jarinya. Jaw trust di angulus
mandibula pake kelingking, jari manis, dan chin lift di bawah tulang dagu pake telunjuk. Lama preoksigenasi kurang lebih 1-2 menit ya. Pompa balonnya setiap 5 detik sekali. Pre-oksigenasi ini kan
dokternya bakal melihat keberhasilan kita face mask. Tandanya apa sih kalau berhasil? Dada pasien
terangkat dan balonnya akan ngembang dengan baik alias ga kempot. Nah biasanya suka kebiasaan
tuh kalau ngelakuin ini, tiba-tiba kepalanya udah ga ekstensi lagi, dibiasain ekstensi terus ya biar
saluran napasnya tidak obstruksi. Pada beberapa dokter, biasanya guedelnya udah dipasang pas face
mask sekalian tapi nanti pas mau intub dilepas lagi. Pemakaian guedel simpelnya kalau udah dipompa
tapi dadanya tidak keangkat. Posisi badan kita saat melakukan face mask adalah badannya harus
tegap, tangannya relaks dan kaki kirinya dimajuin aja biar tumpuan tangannya ada di dagu pasien.
Kalau terlalu rendah, naikin aja meja operasinya.
11) Pre-oksigenasi dilakukan sembari masukin esmeron (0.6-1 mg/kgBB) atau atracurium (0,5-0,6
mg/kgBB) supaya mencapai relaksasi otot agar pasien lebih mudah diintub. Kalau kata koas (lupa

26

siapa yang ngomong), nanti di cek sambil digerak2in lehernya kalau udah tidak kaku berarti udh
ngefek dan boleh diintub.
12) Intubasi. Seperti biasa, face mask nya dibuka, pasien kita ekstensiin kepalanya, pegang laringoskop
pake tangan kiri terus tangan kanan buka mulut dengan gentle. Lalu arahin lidah pasien ke kiri.
Temukan epiglottis, masukin sedikit lagi ujung laringoskopnya dan naikin ke atas buat temuin lobang
trakeanya. Kalau udah nemu dan jelas titidakl masukin, tapi kalau belum minta tolong asisten buat
tekan cricoids di leher. Kalau udah jelaas banget, baru dimasukin ya. Terus masukin sampe angka
20an di mulut pasien. Biasanya konsulennya bakal ngeliat dulu beneran masuk atau tidak, jadi
laringoskopnya jangan buru2 dilepas. Kalau udah yakin masuk, tagan kanan kita stand by nahan ETT
di pinggir mulut. Sudah oke, kita hubungin ke selang, terus dipompa. Cek masuk atau tidak nya pake
stetoskop. Hasil pemeriksaan stetoskop MASUK dan SAMA KANAN KIRI. Terus kembangin cuff nya
pake spuit. Masukin guedel, trus plaster deh. Sekalian inget plaster, inget tutup matanya juga yah.
Terus kalau pasiennya mau di NGT juga sekalian setelah intub.
13) Habis itu, kita ganti pernapasan pasien sama mesin, klik aja tombol volume control terus atur volume
tidal dan RR/freq nya. Perhitungan VT adalah: 6 sampai 10 dikali BB. Ex: BB 50 berarti VT kurang lebih
300-500. Sedangkan RR biasanya kisaran 12-14 per menit
Cara Ekstubasi
1) Pertama alihkan napas mesin pada pasien menjadi napas spontan. ISO dan ESO jadiin 0, O2 putar
sampai 5. Nah, tandanya pasien udah napas spontan adalah balonnya kembang kempis sendiri.
Tapi karena napas spontan awal belum adekuat, gapapa kita pompa, tapi jangan terlalu sering,
nanti pasiennya jadi malas napas. Terus tanda napasnya kalau udah adekuat apa? Kalau VT nya
sudah sampai setengahnya. Misal BB pasien 40, VT adalah BB dikali 10 = 400. Udah adekuat kalau
VT nya di angka 200 an.
2) Sambil dialihin napasnya, pasien juga kita suction. Kalau suctionnya belum dibuka buka dulu,
terus bisa kita masukin suctionnya di lubang guedel atau dari kanan kiri pinggir mulut. Caranya
adalah masukin pipa suctionnya, terus kalau udah rasa2 mentok pipanya baru kita tutup lubang
suctionnya, nanti sekretnya bakal terhisap sendiri.
3) Pasien dirangsang nyeri. Bisa di telinga, bisa di angulus mandibula, bisa dicubit-cubit, dst
4) Nah, sebenarnya apa sih tanda pasti yang nandain kalau kita boleh ekstubasi? Yap! Refleks
menelan pasien. Kelihatan di lehernya kayak ada yang turun (kayak kita nelen aja)
5) Ekstubasi, cabutin ETTnya plus plaster2nya, guedel biasanya ga dilepas dulu

27

DAFTAR PUSTAKA
Latief S A, Suyadi K A, Dachlan M R. Petunjuk Praktis Anaestesiologi Edisi Kedua. Jakarta: Bagian
Anaestesiologi dan Terapi Intensif FK UI. 2001.
Mangku G, Senapathi T G A. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Indeks. 2010.
Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. Semarang: SMF Anastesi dan Terapi Intensif FK UNDIP. 2004.
Soerasdi e, Satriyanto D. dan Susanto E. Obat-obat Anasteshia Sehari-hari. Bandung: Keperawatan Anastesi
dan Gawat Darurat Medik. 2010.
American Heart Association. Fokus Utama: Pembaharuan Pedoman American Heart Association 2015
untruk CPR dan ECC. American Heart Association. 2015.
American Society of Anesthesiologist. ASA Physical Status Calssification System. 2014.
NCCEP. Difficult Airway Evaluation. North Carolina. 2009.

28

29

Anda mungkin juga menyukai