Anda di halaman 1dari 4

Arah Kebijakan Pertanian dan Masa Depan

Petani Indonesia
Oleh: Axellina Muara Setyanti
Abstrak
Sektor pertanian telah lama menjadi
landasan perekonomian nasional dengan
menopang kehidupan sebagian besar masyarakat
Indonesia. Sifatnya sebagai treadable sector yang
memiliki penyerapan tenaga kerja tinggi justru
pertumbuhannya kian tahun kian menurun. Seiring
dengan perkembangan pembangunan, peran
pertanian mulai menurun setelah prioritas
pembangunan beralih ke sektor non pertanian.
Identitas kejayaan sebagai negara agraris pun kian
memudar. Kebijakan pertanian muncul sebagai
instrument dalam mencapai tujuan di dalam pasar
produk pertanian domestik yang bermuara pada
pengurangan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat, terutama petani.
Sayangnya, stabilitas pertanian nasional kini
seakan terabaikan.

Sektor pertanian memiliki andil yang besar dalam


perekonomian nasional. Untuk itu, dibentuk suatu kebijakan
pertanian yang bertujuan memajukan pertanian, mengusahakan
agar pertanian menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi
produksi naik dan akibatnya tingkat penghidupan dan
kesejahteraan petani meningkat. Arah kebijakan pertanian menuju
kemuliaan sektor pertanian belum menunjukkan hasil terbaik.
Kenyataannya, sektor pertanian kini mengalami kemerosotan dan
penuh problema mendasar yang tak kunjung teratasi. Berikut
merupakan beberapa potret pertanian nasional saat ini.
Diungguli Sektor Non-pertanian
Indonesia telah lama mengalami kemunduran sektor
pertanian. Pertumbuhan sector pertanian merosot dari 4,08%

TUGAS I: Ekonomi Internasional II 1

(2001) menjadi 1,79% (2005) dan BPS juga menunjukkan data


pertumbuhan pertanian hanya sebesar 2,9% pada 2010. Sementara
itu sektor non-treadable seperti pengangkutan dan komunikasi
tumbuh hingga 13,5%; hotel dan restoran pun mampu
mengungguli sektor pertanian dengan tumbuh sebesar 8,7%. Maka
fakta yang ada terbilang memprihatinkan. Kisah sukses masa
lampau seperti swasembada beras dan kemampuan produksi
beberapa komoditas pertanian seperti gula dan kedelai kini hanya
sebatas kenangan.
Pasca krisis 1998, Indonesia mulai kehilangan pegangan
untuk menempatkan pertanian sebagai basis perekonomian. Sejak
saat itu Indonesia menjadi importir komoditas pangan penting
akibat merosotnya jumlah produksi. Efeknya dirasakan hingga kini,
dimana pasar domestik masih terus bergantung pada impor untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebijakan pertanian yang bertujuan
mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif otomatis
belum terwujud. Jika memang produktivitas petani terus
diperjuangkan, seharusnya pasar domestik tidak sebegini
tergantung pada impor.
Buruknya Infrastruktur Pendukung Pertanian
Arah kebijakan pertanian untuk memajukan sektor pertanian
tidak akan berarti apa-apa selama infrastruktur pendukungnya
masih buruk. Buruknya infrastruktur, misalnya transportasi
angkutan dan kondisi jalan (memerlukan biaya mahal dan waktu
lama) berdampak pada kendala dalam struktur distribusi yang
secara langsung akan berpengaruh terhadap biaya produksi yang
ditanggung petani dan yang harus dibayarkan oleh konsumen.
Belum lagi jika terjadi hambatan pada angkutan hasil pertanian,
risiko produk rusak dan busuk selama perjalanan akan
menyebabkan kerugian tersendiri.

TUGAS I: Ekonomi Internasional II 2

Minimnya Dukungan Pemerintah dan Perbankan


Sektor pertanian dikatakan penting dan menopang
perekonomian, namun alokasi anggaran pemerintah, khususnya
subsidi, telah habis pada BBM dan listrik dalam proporsi yang besar
(hampir 80%), maka pemihakan pada sektor non-energi termasuk
pertanian masih sangat kurang. Padahal, sektor pertanian
menampung sekitar 42% dari total tenaga kerja (formal).
Sedangkan dari sisi perbankan, dari data Bank Indonesia, pada
tahun 2000 persentase kredit yang dialirkan pada sektor pertanian
masih sangat rendah (7,07%), lalu pada 2010 malah menurun ke
5,15%. Hal ini mengimplikasikan merosotnya dukungan sektor
perbankan pada sektor riil khususnya pertanian, disaat bank dapat
memeroleh keuntungan berlipat.
Ketersediaan Lahan dan Irigasi Pertanian
Kebijakan pemerintah meningkatkan tanaman berorientasi
ekspor melalui perkebunan besar (korporasi) selama ini terbukti
berakibat pada terjadinya alih fungsi lahan dan konflik agraria
berkepanjangan. Alih fungsi lahan pertanian secara nasional
mengkhawatirkan yaitu berkisar 100 120 hektar pertahun. Kondisi
ini jelas-jelas menyudutkan para petani kecil yang praktis berada
pada posisi lemah. Kebijakan semacam ini bertentangan dengan
tujuan kebijakan pertanian untuk meningkatkan penghidupan dan
kesejahteraan petani. Indonesia tercatat memiliki lahan irigasi
seluas 7,23 juta hektar namun hanya 48% irigasi yang dalam
kondisi baik, sisanya sejumlah 52% dalam kondisi rusak.
Dengan diurainya sedikit dari berbagai permasalahan sektor
pertanian, harusnya ada alternatif kebijakan yang total mendukung
sektor pertanian. Pemerintah mesti bercermin pada krisis ekonomi
dimasa lalu dimana Indonesia mampu bertahan karena ditopang
sistem produksi pangan lokal yang mampu mencukupi kebutuhan

TUGAS I: Ekonomi Internasional II 3

pangan nasional. Demi memacu pertumbuhan ekonomi tinggi tidak


seharusnya pemerintah mengorbankan kedaulatan negara dan
rakyatnya atas pangan. Perlu dilakukan penguatan pertanian
pangan berbasis rakyat, bukan menyerahkan sepenuhnya pada
pengusaha besar yang berorientasi profit semata.
Salah satu syarat penting pembangunan pertanian adalah
tersedianya sarana pendukung, seperti jalan, pasar sebagai tujuan
dan lahan pengelolaan komoditi pasca panen, perkreditan, maupun
pemerintah daerah dalam memerhatikan potensi pertanian
wilayahnya, sehingga minimal kebutuhan daerah dapat terpenuhi
dan dapat dikendalikan.
Selanjutnya diperlukan kegiatan pemerintah untuk mengatur
distribusi hasil pertanian antar daerah dan waktu sehingga diantara
harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang diterima oleh
petani terdapat keseimbangan dan menjadi efisien. Pemasaran
yang tidak efisien menyebabkan bagian petani menjadi kecil, yang
pada gilirannya tidak akan mendukung peningkatan produksi lebih
lanjut.
Pada intinya, segala peraturan baik Peraturan-peraturan
Pemerintah, Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-lain
harus mampu menunjukkan sikap bijaksana pemerintah dalam
kehidupan pertanian yang memajukan pertanian, mengusahakan
agar petani menjadi lebih produktif, Meningkatkan taraf hidup
petani, dan memeratakan kesejahteraan mereka. Jika dirasa terlalu
sulit untuk mengembalikan kejayaan masa lampau untuk
swasembada pangan, setidaknya kondisi petani pelan-pelan harus
diperbaiki. Jangan sampai kebijakan pertanian yang bertujuan mulia
justru berbelok arah dan membahayakan masa depan petani kita.

TUGAS I: Ekonomi Internasional II 4

Anda mungkin juga menyukai