Anda di halaman 1dari 43

PEMERIKSAAN

MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAJAK

Adalah HAK*)
bagi DIREKTUR JENDERAL PAJAK
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan

*) Hak ini bersifat terbatas dengan nama KEWENANGAN

RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

Merupakan cakupan dari jenis pajak dan


periode dari pencatatan atau pembukuan
yang menjadi objek untuk dilakukan
pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan atas satu, beberapa,


atau seluruh jenis pajak baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan

PEMERIKSAAN PAJAK
Pasal 1 angka 25 UU KUP

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan:


menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti

yang dilaksanakan secara objektif dan profesional

berdasarkan suatu standar pemeriksaan

untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Tujuan
Pemeriksaan

PENGERTIAN, TUJUAN, dan RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

PENGERTIAN PEMERIKSAAN

Pasal 1 angka 25 UU KUP

adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau


bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Meliputi standar umum, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar
pelaporan hasil Pemeriksaan. (Per. Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013)

TUJUAN PEMERIKSAAN
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN

Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7 Januari 2013

Ruang Lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.

TUJUAN PEMERIKSAAN

menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban
perpajakan

dan / atau

utk tujuan lain dlm rangka


melaksanakan ket. peraturan
per-UU an perpajakan

Pemeriksaan
Tujuan Lain

1. pemberian NPWP secara jabatan selain verifikasi;


2. penghapusan NPWP selain verifikasi;
3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak selain verifikasi;
4. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
5. pengumpulan bahan guna menyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
6. pencocokan data dan/atau alat keterangan;
7. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
8. penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
9. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
10. penentuan saat produksi dimulai atau
memperpanjang jangka waktu kompensasi kerugian
sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan;
11. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra
P3B

Pemeriksaan Lapangan
1.

Memperlihatkan/meminjamkan
buku, catatan, dokumen.

2. Memberi kesempatan pemeriksa


untuk mengakses/mengunduh data
elektronik

Pemeriksaan Kantor
1.

Memenuhi panggilan untuk datang


menghadiri pemeriksaan

2. Memperlihatkan/meminjamkan
catatan/dokumen

3. Memberi kesempatan pemeriksa


untuk memasuki tempat/ruang yang
patut diduga digunakan sebagai
tempat menyimpan
buku/catatan/dokumen/uang
/barang.

3. Memberi bantuan guna kelancaran


pemeriksaan

4. Memberi bantuan guna kelancaran


pemeriksaan

4. Menyampaikan tanggapan secara


tertulis atas SPHP

5. Menyampaikan tanggapan secara


tertulis atas SPHP

5. Meminjamkan kertas kerja


pemeriksaan yang dibuat oleh
Akuntan Publik

6. Memberikan keterangan lisan/tertulis


yang diperlukan

6. Memberikan lisan/tertulis yang


diperlukan
9

PENGHASILAN KENA PAJAK DIHITUNG SECARA JABATAN

WP tidak atau hanya menyerahkan sebagian


dari buku, catatan, dan dokumen yang wajib
dipinjamkan

Pemeriksa harus menentukan dapat tidaknya


melakukan pengujian untuk menghitung
penghasilan kena pajak

Dapat dihitung
berdasarkan bukti
kompeten yang cukup

Tidak dapat dihitung


berdasarkan bukti
kompeten yang cukup

WP OP yg melakukan
kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
Penghasilan Kena
Pajak dihitung secara
jabatan

WP Badan

Tindak
Lanjut

Penghasilan Kena
Pajak dihitung secara
jabatan

Pemeriksa Pajak dapat meminjam


tambahan buku, catatan, dan/atau
dokumen serta keterangan lain selain
yang sudah dipinjam

10

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak


secara Jabatan
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak
orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas atau Wajib Pajak badan, dan Pemeriksa Pajak tidak
dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung
besarnya penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), penghasilan kena pajak dapat dihitung secara
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Dalam hal Penghasilan Kena Pajak tidak dihitung secara
jabatan, Pemeriksa Pajak dapat meminjam tambahan buku,
catatan, dan/atau dokumen serta keterangan lain selain
yang sudah dipinjam.

Pemeriksaan

Pemeriksaan
Bukti Permulaan

pada saat pelaksanaan


Pemeriksaan ditemukan
adanya indikasi tindak
pidana di bidang perpajakan

JANGKA WAKTU
PEMERIKSAAN
(Pengujian Kepatuhan)

Jangka Waktu Pengujian


KANTOR
paling lama 4 Bulan + 2 Bulan

Jangka waktu sejak Surat


Pemberitahuan
Pemeriksaan
disampaikan/Sejak WP
datang memenuhi
panggilan s.d. tanggal
SPHP disampaikan

Jk Wkt Pembahasan Akhir


& Pelaporan
LAPANGAN

Paling 6 Bulan + 2 Bulan

Jk Wkt sejak tgl


SPHP disampaikan
sampai dg tgl LHP

Jangka Waktu Pemeriksaan


PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PEMERIKSAAN LAPANGAN

Alasan:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan
data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga
c. ruang lingkup Pemeriksaan meliputi
seluruh jenis pajak
d. berdasarkan pertimbangan Kepala
UP2

2 BULAN

Apabila terkait dengan:

Alasan:
WP K3S MIGAS

WP GRUP

INDIKASI TRANSFER PRICING/


TRANSAKSI KHUSUS LAIN

3x 6 BULAN

14

Jangka Waktu Pemeriksaan


PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PEMERIKSAAN KANTOR

Alasan:
a. Pemeriksaan kantor diperluas ke Masa
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya
b. terdapat konfirmasi atau permintaan
data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga
c. ruang lingkup Pemeriksaan meliputi
seluruh jenis pajak
d. berdasarkan pertimbangan Kepala
UP2

2 BULAN

Apabila dalam Pemeriksaan Kantor


ditemukan indikasi transaksi yang terkait
dengan transfer pricing dan/atau transaksi
khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa
transaksi keuangan, pelaksanaan

Pemeriksaan Kantor diubah menjadi


Pemeriksaan Lapangan

Dalam hal dilakukan perpanjangan


jangka waktu pengujian Pemeriksaan
Lapangan atau Pemeriksaan Kantor,
Kepala UP2 harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada
Wajib Pajak

15

Jangka Waktu Pemeriksaan


SPHP

7 Hari
Tanggapan Tertulis

Jangka waktu sejak Surat


Pemberitahuan
Pemeriksaan
disampaikan/Sejak WP
datang memenuhi
panggilan s.d. tanggal
SPHP disampaikan
JANGKA WAKTU
PENGUJIAN
KANTOR
4 Bulan +
2 Bulan

LAPANGAN
6 Bulan +
2 Bulan

Perpanjangan
Penyampaian
Tanggapan Tertulis

3 Hari

Jangka waktu sejak


tanggal SPHP disampaikan
sampai dengan tanggal
LHP
JANGKA WAKTU PEMBAHASAN
AKHIR DAN PELAPORAN
2 BULAN

JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN


WP K3S MIGAS

WP GRUP

INDIKASI TRANSFER PRICING/


TRANSAKSI KHUSUS LAIN
KANTOR
4 Bulan +
3x6 Bulan

LAPANGAN
6 Bulan +
3x6 Bulan

3 Hari

Undangan Pembahasan
Akhir

Pembahasan Akhir

2 Bulan

Risalah
Pembahasan

3 hari
Permohonan
Pembahasan
dgn Tim QA
Pembahasan
Tim QA

Panggilan
Penandatanganan BA
(2 BULAN)

Penandatanganan BA

LHP

3 Hari

paling lama
4 bulan

paling lama
14 hari

sejak tanggal surat


pemberitahuan
pemeriksaan
disampaikan kepada
WP atau wakil, kuasa,
pegawai, atau
anggota keluarga
yang telah dewasa
dari WP, sampai
dengan tanggal LHP

sejak tanggal WP atau


wakil, kuasa,
pegawai, atau
anggota keluarga
yang telah dewasa
dari WP, datang
memenuhi surat
panggilan sampai
dengan tanggal LHP

Pemeriksaan
Lapangan

Pemeriksaan
Kantor

Dalam hal jangka waktu terlampaui,

Pemeriksaan harus diselesaikan.


Pemeriksaan dalam rangka permohonan
penghapusan NPWP, harus memperhatikan
jangka waktu penyelesaian permohonan
Pemeriksaan dalam rangka permohonan
pencabutan pengukuhan PKP, harus
memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan

17

KEWENANGAN dan TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK


KEWENANGAN

(Pasal 29 ayat 1 UU KUP)


Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK

(Pasal 31 UU KUP)

1 Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.
2 Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di

antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu


pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.
Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7 Januari 2013

Kriteria dilakukan pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan WP
HARUS DILAKUKAN

DAPAT DILAKUKAN

dalam hal WP

dalam hal WP

mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17B UU KUP

a.

Surat Ketetapan Pajak harus


diterbitkan paling lama 12
(dua belas) bulan sejak surat
permohonan diterima secara
lengkap, kecuali sedang
dilakukan pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan.

d.

b.
c.

e.

menyampaikan SPT yang menyatakan lebih


bayar, termasuk yang telah diberikan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
tidak menyampaikan atau menyampaikan
SPT tetapi melampaui jangka waktu yang
telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
melakukan penggabungan, peleburan,
pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya; atau
menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria
seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk
based selection) mengindikasikan adanya
kewajiban perpajakan WP yang tidak
dipenuhi sesuai ketentuan.

JENIS PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN KANTOR
Pemeriksaan yang dilakukan di kantor
Direktorat Jenderal Pajak

PEMERIKSAAN LAPANGAN
Pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal WP, atau
tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak

Dilakukan dalam jangka waktu paling

lama 4 (empat) bulan dan dapat


diperpanjang menjadi paling lama 2
(dua) bulan yg dihitung sejak
tanggal WP datang memnuhi
panggilan dalam rangka Pemeriksaan
Kantor s/d tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan

Apabila ditemukan transfer pricing


/transaksi khusus lainnya yang
berindikasi ada rekayasa, pemeriksaan
diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan

Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6

(enam) bulan dan dapat diperpanjang


menjadi paling lama 2 (dua) bulan yg
dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan disampaikan
s/d tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan
Apabila ditemukan transfer pricing /transaksi khusus
lainnya yang berindikasi ada rekayasa, Pemeriksaan
Lapangan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan & dapat
dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali

Dalam hal pemeriksaan terhadap permohonan lebih bayar (Pasal 17B) maka harus
memperhatikan jangka waktu penerbitan skp

KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:

a.

Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau
tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan
buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;

KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:

d.

e.
f.
g.

Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan,
antara lain berupa:
1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus;
2) Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan/atau
3) Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam
hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk
dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak;
Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak dan/atau
tidak bergerak;
Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan
Meminta keterangan dan/atau buku yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala unit
pelaksana Pemeriksaan.

KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam PEMERIKSAAN KANTOR untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:
a.
b.

c.
d.
e.
f.

Memanggil WP untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan


menggunakan surat panggilan;
Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, termasuk data yang dikelola secara elektronik, yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;
Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik melalui WP; dan
Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa melalui kepala unit pelaksana
Pemeriksaan.

KEWAJIBAN WAJIB PAJAK YANG DIPERIKSA


Pasal 29 UU KUP
a.
b.
c.

Wajib Pajak yang diperiksa wajib:

memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi


dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
memberikan keterangan lain yang diperlukan.

Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain tersebut wajib
dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan disampaikan.
Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta keterangan
yang diminta, WP terikat oleh suatu kewajiban untuk merahasiakannya, maka kewajiban
untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Dalam hal WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas tidak
memenuhi ketentuan tersebut sehingga tidak dapat dihitung besarnya penghasilan kena
pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat dihitung secara jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan untuk tujuan lain


Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan,
atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.

Dilakukan dengan kriteria antara lain:


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

k.

pemberian NPWP secara jabatan;


Penghapusan NPWP;
Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP;
WP mengajukan keberatan;
Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil;
Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/
atau
Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran
Pajak Berganda.

SKPKB

Pokok Pajak

>

Kredit Pajak
Pokok Pajak

Produk
pemeriksaan
untuk tujuan
menguji
kepatuhan

SKPLB
SKPN

<

Kredit Pajak
Pokok Pajak

Kredit Pajak

SKPKBT
STP
BUKTI PERMULAAN

Ada data baru &


utang pajak
Sanksi adm.

K
E
T
E
T
A
P
A
N

SANKSI ADMINISTRASI BERKAITAN DENGAN PEMERIKSAAN


apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, atas jumlah kekurangan
pajak yang terutang dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB. (Pasal 13 ayat 2 UU KUP)

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan PPnBM
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya
dikenai tarif 0% (nol persen) atas jumlah kekurangan pembayaran pajak dalam SKPKB
ditambah sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)

apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, atas jumlah pajak dalam
SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar: a. 50% (dari PPh
yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak; b. 100% dari PPh yang tidak
atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor; atau c. 100% dari PPN Barang
dan Jasa dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)

SANKSI WP MENOLAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN

sehingga tidak dapat diketahui besarnya


pajak yang terutang

Atas pajak yang kurang bayar, dikenakan


SANKSI ADMINISTRASI

berupa kenaikan sebesar :


a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang
dibayar dlm satu Tahun Pajak; b.
100 % dari PPh yg tidak/kurang
dipotong, tidak/kurang dipungut,
tidak/kurang disetorkan, dan
dipotong/ dipungut tetapi
tidak/kurang disetorkan; c. 100 %
dari PPN dan PPnBM yang tidak atau
kurang dibayar. {Pasal 13 (3)}

Penghitungan penghasilan kena


pajak dilakukan secara jabatan.

sengaja
Menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
SANKSI PIDANA
Pasal 39 UU KUP
dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2
(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.

Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika


dilakukan pemeriksaan
WP TIDAK MEMPERLIHATKAN/MEMINJAMKAN BUKU

sehingga tidak dapat diketahui


besarnya pajak yang terutang
Penghitungan penghasilan kena pajak
dilakukan secara jabatan.
Atas pajak yang kurang bayar
SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}

sengaja
Menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
SANKSI PIDANA

Pasal 39 UU KUP
dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2
(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.

Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika


dilakukan pemeriksaan
memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
Penghitungan penghasilan kena pajak
dilakukan secara jabatan.
Atas pajak yang kurang bayar
SANKSI ADMINISTRASI

berupa kenaikan sebesar :


a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}

sengaja
Menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
SANKSI PIDANA

Pasal 39 UU KUP
dipidana dengan pidana penjara paling singkat
6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pidana ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2
(dua) kali sanksi pidana apabila seseorang
melakukan lagi tindak pidana di bidang
perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana
penjara yang dijatuhkan.

Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika


dilakukan pemeriksaan

WP tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang


dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan

sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang


Penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan secara jabatan

Atas pajak yang kurang bayar

SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak;

b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut,


tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang
disetorkan;
c.

100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.

{Pasal 13 ayat 3 UU KUP}

Dapat juga meminta bantuan polisi setelah dilakukan penyegelan.

Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika


dilakukan pemeriksaan
WP tidak memberikan keterangan yang diperlukan
sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang
Penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan secara jabatan

Atas pajak yang kurang bayar


SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak;
b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut
tetapi tidak/kurang disetorkan;
c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.

VERIFIKASI

VERIFIKASI
serangkaian kegiatan
pengujian pemenuhan
kewajiban

subjektif dan
objektif

penghitungan dan
pembayaran pajak

berdasarkan permohonan Wajib Pajak


atau
berdasarkan data dan informasi
perpajakan yang dimiliki atau diperoleh
Direktur Jenderal Pajak

dalam rangka

menerbitkan surat ketetapan pajak


menerbitkan/menghapus Nomor Pokok
Wajib Pajak dan/atau
mengukuhkan/mencabut pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak

atau

TUJUAN VERIFIKASI

Verifikasi

Menerbitkan NPWP

Secara jabatan

Menghapus NPWP

Secara jabatan

Mengukuhkan PKP

Secara jabatan

Mengukuhkan PKP

Permohonan WP

Mencabut PKP

Menerbitkan surat
ketetapan pajak

Secara jabatan

Permohonan WP

Permohonan WP

VERIFIKASI UNTUK MENERBITKAN NPWP SECARA JABATAN


WP OP tidak
menjalankan
usaha/pekerjaan bebas

WP OP yang menjalankan
usaha/pekerjaan bebas

WP sesuai hasil kegiatan


ekstensifikasi yang dilakukan
secara massal (termasuk hasil
SPN)

Mengaktifkan kembali NPWP


yang telah dihapus

Menentukan kebenaran pemenuhan


persyaratan subjektif dan objektif

kegiatan

LL

Konfirmasi kepada
pemberi kerja

LL

Pengujian apakah
penghasilan diatas
PTKP

LL

Konfirmasi Lapangan
tempat
kedudukan/kegiatan usaha

LL

Pengujian apakah
penghasilan diatas
PTKP

LL

Analisa Angsuran PPh


Pasal 25

LL

Pengujian kebenaran
formulir isian data hasil
ekstensifikasi massal/
SPN

LL

Pengujian kebenaran
data/informasi yang
diperoleh

LL

Pencocokan data
dengan basis data
perpajakan

LL

Pencocokan data
dengan basis data
perpajakan

Verifikasi Untuk Menghapus NPWP secara Jabatan/berdasarkan permohonan WP


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.
k.
l.

OP telah meninggal dunia & tidak meninggalkan warisan;


Bendahara Pemerintah yg tidak lagi memenuhi syarat sebagai WP;
OP yg telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
WP memiliki lebih dari 1 NPWP untuk menentukan NPWP yg dapat digunakan sebagai sarana administratif
dlm pelaksanaan hak & pemenuhan kewajiban perpajakan;
WP OP yang telah diberikan NPWP melalui pemberi kerja/bendahara dan penghasilan netonya tidak melebihi
PTKP
WP badan kantor perwakilan perusahaan asing yg tidak mempunyai kewajiban PPh Badan yg telah
menghentikan kegiatan usahanya;
Warisan yg belum terbagi dlm kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi;
Wanita yg sebelumnya telah memiliki NPWP & menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta &
penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak & memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya;
Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP suami dan pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakannya digabung dengan suami
Anak belum dewasa yang telah memiliki NPWP
WP BUT yg telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;
WP Badan tertentu selain PT dengan status non efektif yang tidak memiliki kewajiban PPh dan secara nyata
tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha

Menentukan apakah WP sudah tidak


lagi memenuhi syarat subjektif dan
objektif
Pencocokan
data/informasi

vLL

Konfirmasi
data/informasi

Apabila diperoleh data/informasi yang


menunjukkan adanya hak dan kewajiban
perpajakan, terhadap WP dapat diterbitkan skp
dan/atau STP

VERIFIKASI UNTUK MENGUKUHKAN PKP


Secara jabatan

WP OP sebagai
Pengusaha

WP OP dan Badan sebagai


pengusaha sesuai hasil
kegiatan ekstensifikasi yang
dilakukan secara massal
(termasuk hasil SPN)

Atas permohonan WP

WP OP sebagai Pengusaha
(termasuk WP OP PTT)

WP Badan sebagai
Pengusaha

Menentukan kebenaran pemenuhan persyaratan


subjektif dan objektif sebagai PKP
Pengujian pemenuhan persyaratan
subjektif
Pengujian kelengkapan dokumen terkait dengan
identitas pengusaha
(KTP Pengusaha, KTP Pengurus, akta pendirian, surat
keterangan domisili)

Pengujian pemenuhan persyaratan


objektif
Pengujian kelengkapan dokumen izin usaha
(surat izin usaha perdagangan, surat izin usaha konstruksi)

Pengujian kebenaran status pengusaha,


kebenaran alamat, kebenaran keberadaan

Pengujian kesesuaian dokumen izin usaha dengan


kegiatan usaha yang dilakukan

(Peta lokasi kegiatan usaha, foto tempat kegiatan usaha)

(gambaran kegiatan usaha, data peredaran usaha,


daftar harta)

VERIFIKASI UNTUK MENCABUT PENGUKUHKAN PKP


Secara jabatan
WP OP sebagai Pengusaha
Hasil Konfirmasi lapangan
Hasil kegiatan lain

Atas permohonan WP
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

PKP OP meninggal dunia


PKP telah dipusatkan tempat terutangnya PPN
PKP pindah ke wilayah kerja KPP lainnya
PKP yang peredaran usaha/penerimaan bruto untuk 1 tahun
buku tidak melebihi batas peredaran usaha pengusaha kecil
dan tidak memilih menjadi PKP
PKP selain PT dengan status non efektif dan secara nyata
tidak menunjukkan adanya kegiatan usaha
PKP yang tidak menyampaikan SPT Masa PPN Jan sd Des
PKP yang menyampaikan SPT Masa PPN yang PK dan PM nya
nihil untuk Jan sd Des
PKP BUT yang telah menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia

Untuk tertib administrasi dan/atau menguji pemenuhan persyaratan subjektif dan objektif sebagai
PKP
Pencocokan data/informasi
Konfirmasi lapangan terhadap tempat
kedudukan/ kegiatan usaha

Pengujian terhadap jumlah nilai peredaran


bruto atas penyerahan BKP atau JKP yang
dilakukan oleh WP yang telah melampaui
batasan pengusaha kecil

RUANG LINGKUP DAN KRITERIA


Satu atau beberapa jenis pajak

Ruang Lingkup

Baik untuk satu atau beberapa masa


pajak, bagian tahun pajak, tahun pajak

Kriteria:
Dalam rangka penerbitan

SKPKB

Keterangan lain
Putusan Pengadilan yang didalamnya
memuat data konkret
Keterangan tertulis dari WP

Dalam rangka penerbitan SKPKBT

Tanpa
SPHV dan
PAHV

Data baru hasil klarifikasi/konfirmasi


FP
Putusan pengadilan yang memuat
data baru berupa FP

Dalam rangka penerbitan

SKPLB

Terdapat permohonan kelebihan


pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang (Pasal 17 ayat 2 UU
KUP)

Tanpa
SPHV dan
PAHV

Bukti transaksi/ data


perpajakan
Yang dapat digunakan untuk
menghitung kewajiban
perpajakan WP

Hasil klarifikasi/
konfirmasi FP

KETERANGAN
LAIN

Data perpajakan
Terkait WP yang tidak
menyampaikan SPT dalam
jangka waktu sebagaimana
diatur dalam Pasal 3 ayat (3)
UU KUP dan setelah ditegur
secara tertulis WP tidak
menyampaikan SPT
sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran

Bukti pemotongan
PPh

HASIL KEGIATAN VERIFIKASI


Tidak ada pajak yang
kurang atau tidak
dibayar

Membuat LHV tanpa usulan


penerbitan skp

Membuat LHV tanpa usulan


penerbitan skp apabila pembetulan
sudah sesuai dengan keterangan lain

WP membetulkan SPT
sebelum SPHV

Tidak terdapat kelebihan


pembayaran pajak

Membuat LHV dengan usulan


penerbitan skp berdasarkan PAHV
apabila pembetulan SPT belum sesuai
dengan keterangan lain

Membuat LHV tanpa usulan


penerbitan skp

Anda mungkin juga menyukai