Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik keperawatan yang aman mencakup pemahaman perawat
tentang

hukum

dalam

keperawatan

dan

fungsi

perawat

untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang akan diberikan serta


untuk memantau riwayat kesehatan seseorang, untuk melindungi diri dari
tanggung jawab, dan tanggung gugat. Dalam melakukan asuhan
keperawatan perawat berkewajiban membuat rekam medis untuk
membuktikan bahwa perawat telah melakukan asuhan yang sesuai dengan
yang direncanakan (Potter & Perry, 2005, p.430)
Pelayanan keperawatan mempunyai implikasi terhadap hukum,
karena semua tindakan asuhan yang diberikan oleh perawat berdampak
kepada pasien, dengan demikian perlu adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan dikarenakan
perawat harus memiliki bukti yang sah dan dapat diterima di mata hukum
(Hariyati, 1999).
Dokumentasi yang sesuai dengan pedoman, lengkap, dan objektif
berperan sebagai bukti standar asuhan keperawatan yang diberikan dan
dapat menjadi bukti yang sah dan dapat diterima dipengadilan (Potter &
Perry, 2005, p.434). Perawat tidak perlu takut hukum tetapi harus
memandang informasi yang mengikutinya sebagai dasar pemahaman apa
yang diharapkan oleh masyarakat dari perawat yang memberikan asuhan

keperawatan secara profesional dan kompeten (Potter & Perry, 2005,


p.430).
Berdasarkan hukum perawat memiliki tiga peran berbeda, masingmasing dengan hak dan kewajiban terkait yaitu sebagai penyedia layanan
yang memberikan asuhan sesuai dengan standar keperawatan, pegawai
atau penerima kontrak sebagai penyedia pelayanan yang melakukan
kewajiban kesempakatan kontrak dengan pihak terkait, dan sebagai warga
negara yang memberikan hak-hak kepada pasien (Kozier, 2010, p.68)
Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 36 Tahun
2014 Tentang Tenaga Kesehatan, perawat merupakan salah satu tenaga
profesional, sehingga perawat mempunyai hak dan juga dapat diminta
tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Perawat yang lalai,
ceroboh, dan salah dalam melaksanakan tugasnya dapat dimintai tanggung
jawab dan tanggung gugatnya sehingga untuk menjaga dari masalah
tersebut diatas diperlukan pengetahuan aspek hukum pada perawat.
Menurut Kozier (2010, p.63) Hukum merupakan seluruh aturan
dan undang-undang yang mengatur sekelompok masyarakat, sehingga
hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua anggota
masyarakat.

Hukum

membantu

mempertahankan

standar

praktik

keperawatan dangan membuat perawat bertanggung gugat atas semua


tindakan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien
berdasarkan hukum yang berlaku.
Dalam melakukan praktek keperawatan, perawat secara langsung
berhubungan dan berinteraksi kepada penerima jasa pelayanan, dan pada
saat interaksi inilah sering timbul beberapa hal yang tidak diinginkan baik

disengaja maupun tidak disengaja, kondisi seperti ini sering menimbulkan


konflik baik pada diri pelaku dan penerima praktek keperawatan. Oleh
karena itu profesi keperawatan harus mempunyai standar profesi dan
aturan lainnya yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang dimilikinya,
guna memberi perlindungan kepada masyarakat. Dengan adanya standar
praktek profesi keperawatan inilah dapat dilihat apakah seorang perawat
melakukan malpraktek, kelalaian ataupun bentuk pelanggaran praktek
keperawatan lainnya.
Kelalaian adalah perilaku yang tidak sesuai dengan standar
keperawatan yang dapat membahayakan pasien, kelalaian dapat saja
terjadi tanpa ada kesengajaan dan kelalaian yang terjadi akibat
kesengajaan adalah malpraktik. Perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien namun tidak melakukan dokumentasi segera setelah
melakukan asuhan keperawatan adalah hal yang dianggap lalai dalam
keperawatan (Potter & Perry, 2005, p.433)
UU RI Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan bagian
keenam pasal 70 menjelaskan bahwa setiap tenaga kesehatan yang
melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan wajib membuat rekam
medis penerima pelayanan kesehatan. Pada pasal 37 ayat (4) dalam UU RI
Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan bagian kesatu juga dijelaskan
bahwa dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat berkewajiban
mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar. Dengan
demikian dokumentasi merupakan kewajiban yang menjadi bukti atas

semua tindakan pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien dan
menjadi dokumen yang sah dipengadilan.
Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tertulis atau tercetak
yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti individu yang
berwenang dan dapat menjadi sumber data yang bermanfaat yang dapat
digunakan oleh semua anggota tim perawatan kesehatan (Potter & Perry,
2005, p.233). Setiap tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perorangan wajib membuat rekam medis penerima pelayanan
kesehatan dan setiap rekam medis penerima pelayanan kesehatan harus
disertai nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan atau tindakan (UU RI Nomor 36 tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan bagian keenam pasal 70 ayat 1 & 3).
Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri
terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan dan
catatan berfungsi sebagai deskripsi tentang apa yang sebenarnya terjadi
pada klien. Asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat dan
telah didokumentasikan adalah asuhan yang telah dilakukan dan menjadi
pegangan bukti tentang apa yang dilakukan oleh perawat kepada pasien,
sedangkan asuhan yang telah diberikan oleh perawat kepada pasien namun
perawat tidak melakukan pencatatan/dokumentasi adalah asuhan yang
dianggap tidak dilakukan dimata hukum, karena dokumentasi merupakan
bukti yang sah atas tindakan perawat kepada pasien (kozier, 2010, p.477).
UURI Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 82
ayat (1) setiap tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan pasal
70 ayat (2) dan (3) tentang rekam medis/dokumentasi dikenai sanksi

administratif. Pada ayat (4) dijelaskan sanksi administratif yang dimaksud


dapat berupa teguran lisan, peringatan tertulis, denda administratif,
dan/atau pencabutan izin.
Penelitian yang dilakukan oleh Tajuddin (2012) Faktor Penyebab
Medication Error di Instalasi Rawat Darurat (IRD) menyimpulkan bahwa
medication error terjadi di IRD Rumah Sakit dr. Wahid Sudirohusodo
meliputi; prescribing error meliputi kesalahan dosis dan kesalahan
penulisan dosis obat; dispensing error meliputi kesalahan membaca resep,
jumlah obat yang tidak tepat, jenis obat yang tidak sesuai resep, pemberian
dosis yang tidak tepat dan kesalahan bentuk sediaan; administration error
meliputi tidak tepat waktu pemberian obat, teknik pemberian obat, dan
obat tertukar pada pasien yang sama namanya.
Penelitian Ardika (2012) Hubungan Antara Pengetahuan Perawat
Tentang

Rekam

Medis

Dengan

Kelengkapan

Pengisian

Catatan

Keperawatan menyimpulkan pengetahuan perawat tentang rekam medis


yang meliputi aspek hukum rekam medis dan tata cara pengisian
dokumentasi asuhan keperawatan pada rekam medis memiliki hubungan
dengan kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan pada
rekam medis.
Menurut

Iyer

(2014)

terdapat

24

kesalahan

dokumentasi

keperawatan yang dapat dituntut oleh pasien, salah satu dari 24 kesalahan
tersebut adalah penundaan dalam melakukan pencatatan keperawatan.
Maksudnya adalah ketika perawat memberikan tindakan keperawatan
kepada pasiennya, perawat tidak melakukan dokumentasi sesegera
mungkin setelah memberikan tindakan. Catatan yang tidak dilakukan

dengan cepat dapat mengarah kepada kesalahan dokumentasi yang


berakibat kepada ketidaktepatan dokumetasi. Dokumentasi yang tidak
tepat/akurat ini bisa menyebabkan salah pemahaman oleh perawat yang
melanjutkan tindakan keperawatan.
Penelitian
Nurjanah
(2013)

Gambaran

Kelengkapan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di RSUD Pandan Arang


Boyolali menyimpulkan secara umum kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan di RSUD Pandan Arang Boyolali di nyatakan tidak
lengkap pada angka 69,0%. Angka ini menunjukkan bahwa kurangnya
pengetahuan tentang dokumentasi dan menjadi hal yang perlu untuk
dievaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun,
perlu dikaji apakah pengetahuan perawat tentang dokumentasi secara teori
atau pengetahuan perawat bahwa dokumentasi adalah bagian dari
kewajiban perawat.
Ketika pengetahuan perawat baik tentang dokumentasi secara teori
namun pengetahuan perawat kurang baik tentang dokumentasi sebagai
kewajiban dan menjadi perlindungan hukum bagi dirinya, bisa saja
perawat melakukan dokumetasi hanya karena takut kepada atasan atau
dokumentasi dilakukan namun tidak sesuai fakta.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perawat yang berurusan
dengan hukum dan seringkali ketika perawat dimintai bukti tentang
tindakan yang perawat berikan seringkali bukti itu lemah dan membuat
perawat tidak memiliki bukti yang kuat dan sah dimata hukum. Dalam
keperawatan bukti yang kuat adalah dokumentasi yang sesuai dengan

pedoman, akurat serta objektif sehingga dokumentasi bisa menjadi bukti


yang sah dan dapat diterima oleh hukum.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
merupakan rumah sakit tipe A tingkat paripurna yang menjadi pusat
rujukan dan pusat pendidikan terbesar di Aceh. Oleh sebab itu Pelayanan
keperawatan harus ditingkatkan untuk peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan menjadi bahan evaluasi pengetahuan perawat terutama
hal yang menyangkut tentang dokumentasi keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan data diatas, penulis tertarik
meneliti tentang Pengetahuan Perawat Tentang Peran Berdasarkan
Hukum Dalam Melaksanakan Dokumentasi Keperawatan di Ruang
Rawat Inap Kelas II dan III Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang peran berdasarkan
hukum dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan di ruang rawat
inap kelas III RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pemberi pelayanan dalam dokumentasi keperawatan di ruang rawat
inap kelas III RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
b. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang peran sebagai
pegawai atau penerima kontrak sabagai penyedia layanan dalam
dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap kelas III RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.

c. Untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang peran sebagai


warga negara dalam dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap
kelas III RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

D. Manfaat
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang
bermanfaat untuk perkembangan wawasan keperawatan tentang aspek
legal keperawatan khususnya dokumentasi keperawatan
2. Pemecahan Masalah Praktik Keperawatan di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi perawat
tentang pentingnya mengetahui tentang hukum-hukum yang telah
ditetapkan untuk kemajuan profesi keperawatan.
3. Pengembangan Metodologi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat

dalam

pengembangan riset-riset keperawatan, asuhan keperawatan dan


tindakan keperawatan khususnya tentang hukum dalam dokumentasi
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai