Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dokumentasi Keperawatan


1. Definisi dokumentasi keperawatan
Dokumentasi merupakan bentuk komunikasi tertulis. Ini
merupakan bukti bahwa layanan asuhan kesehatan terjadi. Secara
tradisional, pencatatan tulis tangan merupakan satu-satunya sarana
dokumentasi. Namun, teknologi telah mengubah hal ini, dan sekarang
telah tersedia dokumentasi komputerisasi. Pilihan tersebut memiliki
keuntungan meningkat aksebilitas mengenai informasi pasien, namun
tentu ada tanggung jawab tambahan untuk melindungi hak privasi pasien
(Bennita, 2011, p.46).
Menurut Potter dan Perry (2005, p.233) dokumentasi didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan
sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. Catatan
medis harus mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien secara
komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan klien.
Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan
tetapi juga membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim
perawatan dalam memberikan perawatan.
2. Tujuan dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan sumber data yang
bermanfaat yang digunakan oleh semua anggota tim perawatan kesehatan.
Tujuannya mencakup komunikasi, tagihan finansial, edukasi, pengkajian,
riset, audit, dan dokumentasi legal (Potter & Perry, 2005, p.233).
a. Komunikasi

10

11

Komunikasi berfungsi sebagai sarana komunikasi bagi berbagai


profesional kesehatan yang berinteraksi dengan klien. Hal ini
mencegah fragmentasi, repetisi, dan keterlambatan dalam perawatan
klien (Kozier, 2010, p.447)
Menurut Potter dan Perry (2005, p.233) pencatatan adalah cara
melalui anggota tim kesehatan mengkomunikasikan kontribusinya
terhadap perawatan klien, termasuk terapi individual, edukasi klien,
dan penggunaan rujukan untuk perencanaan pemulangan. Bila anggota
staf merawat klien, catatan harus menjelaskan tindakan yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kontinuitas dan konsistensi
perawatan.
b. Merencanakan asuhan klien
Setiap tenaga kesehatan menggunakan data dari catatan klien untuk
merencanakan asuhan bagi klien tersebut. Perawat menggunakan data
dasar dan data yang berkelanjutan untuk mengevaluasi keefektifan
rencana asuhan keperawatan.
c. Tagihan finansial
Catatan perawatan klien adalah suatu dokumen yang
memperlihatkan sampai sejauh mana lembaga perawatan kesehatan
harus dibayar untuk pelayanan yang diberikan, hal tersebut adalah
tagihan klien. Dokumentasi keperawatan dapat mengakibatkan hal
yang berbeda untuk memastikan standar tertinggi kualitas perawatan
dan pembayaran maksimal bagi lembaga perawatan kesehatan.
d. Edukasi
Catatan klien mengandung berbagai informasi, termasuk diagnosa
medis dan keperawatan, tanda dan gejala penyakit, terapi yang berhasil
dan tidak berhasil, temuan diagnostik, dan perilaku klien. Peserta didik

12

keperawatan dan kedokteran, dan disiplin lain yang berkaitan dengan


kesehatan menggunakan catatan ini sebagai sumber edukasi.
Suatu cara efektif untuk mempelajari tentang sifat dari suatu
penyakit dan responnya terhadap penyakit tersebut adalah dengan
membaca catatan perawatan klien. Meski tidak ada dua klien yang
mempunyai catatan identis, pola informasi dapat diidentifikasi dalam
catatan klien yang mempunyai masalah kesehatan serupa.
Dengan informasi ini peserta didik belajar tentang pola yang harus
ditemui dalam berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu lebih
baik mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien.
e. Pengkajian
Catatan memberikan data yang digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mendukung diagnosa keperawatan dan
merencanakan intervensi yang sesuai untuk asuhan. Informasi dari
catatan memberikan tambahan hasil pengamatan dan pengkajian
perawat.
Catatan memberikan gambaran total mengenai status kesehatan
klien. Pengkajian yang dimasukkan oleh setiap anggota tim perawatan
kesehatan tidak semata-mata menguraikan peristiwa terisolasi. Setiap
pengamatan adalah teka-teki besar yang jika terpecahkan, akan
menunjukkan status kesehatan klien. Catatan mengandung data untuk
menjelaskan dan mengomfirmasi pengamatan atau menyangkal
iterpretasi.
f. Riset
Data statistik menunjukkan frekuensi gangguan klinik, komplikasi,
penggunaan terapi keperawatan atau medis tertentu, kematian dan
pemulihan dari penyakit dapat dikumpulkan dari catatan klien. Catatan

13

merupakan sumber berharga untuk menjabarkan karakteristik populasi


klien dalam lembaga perawatan kesehatan. Perawat dapat
menggunakan catatan klien sama studi riset untuk mengumpulkan
informasi tentang faktor-faktor tertentu.
g. Audit dan pemantauan
Tinjauan tertentu tentang informasi pada catatan klien memberikan
informasi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan
perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) mengharuskan
rumah sakit untuk menetapkan program perbaikan kualitas guna
melakukan tinjauan objektif berkelanjutan tentang perawatan klien.
Catatan medis juga diaudit untuk meninjau biaya perawatan klien.
h. Dokumentasi legal keperawatan
Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan
dokumen legal. Dalam kasus tuntutan catatan medis buka asuhan
keperawatan saja yang diperadilkan. Akibatnya pendokumentasian
yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan
yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Catatan berfungsi sebagai
deskripsi tentang apa yang sebenarya terjadi pada klien. Asuhan
keperawatan bisa saja sangat baik, namun asuhan yang tidak
didokumentasikan adalah asuhan yang tidak dilakukan dalam
peradilan hukum.
Selain itu, bahkan konsultasi dengan pemberi perawatan lainnya
sangat baik bila didokumentasikan. Untuk melindungi diri sendiri dari
akibat klien mengabaikan instruksi keperawatan, perawat harus

14

menunjukkan setiap instruksi atau rujukan dalam catatan medis (Potter


& Perry, 2005, p.235)
3. Pedoman untuk dokumentasi dan pelaporan kualitas
Dokumentasi dan pelaporan kualitas penting untuk meningkatkan
efisiensi perawatan klien secara individual. Enam pedoman penting yang
harus diikuti untuk dokumentasi dan pelaporan kualitas: dasar faktual,
keakuratan, kelengkapan, keterkinian, organisasi dan kerahasiaan (Potter
& Perry, 2005, p.236)
a. Dasar Faktual
Informasi tentang klien dan perawatan mereka harus berdasarkan
fakta. Catatan harus mengandung deskripsi, informasi objektif tentang
apa yang perlu dilihat, didengar, dirasakan dan dicium.
Suatu deskripsi objektif adalah hasil dari pengamatan dan
pengukuran langsung. Informasi faktual tidak akan menyebabkan salah
arah atau salah interpretasi. Penggunaan kata-kata seperti tampak,
terlihat, atau sepertinya/kelihatannya tidak dapat diterima karena katakata tersebut mengarahkan pada konklusi yang tidak dapat dikuatkan
oleh informasi objektif. Jika perawat mendokumentasikan kesimpulan
atau konklusi tanpa informasi aktual, kesalahan dalam perawatan dapat
terjadi.
Standar Joint Commission on Accreditation of Healthcare
Organization (JCAHO, 1995) mengharuskan bahwa semua entri
dalam catatan medis harus diberi tanggal dan tanda tangan identitas,
dan suatu metoda ditetapkan untuk mengidentifikasi penulis entri
tersebut.

15

Setiap rekam medis penerima pelayanan kesehatan harus dibubuhi


nama, waktu dan tanda tangan atau paraf tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan atau tindakan (UU RI Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan bagian keenam pasal 3).
b. Kelengkapan
Informasi di dalam entri yang dicatat atau laporan harus lengkap,
mengandung informasi singkat, lengkap tentang perawatan klien.
Pencatatan dan pelaporan yang jelas, singkat hanya memberikan
informasi penting dan menghindari penggunaan kata-kata atau rincian
yang tidak diperlukan. Laporan atau catatan yang baik adalah
menyeluruh dan mengandung infomasi lengkap tentang klien.
c. Kekinian
Mengentri data secara tepat waktu penting dalam perawatan
bersama klien (JCAHO, 1995). Penundaan dalam pencatatan atau
pelaporan dapat menyebabkan omisi serius dan penundaan tidak tepat
waktu untuk perawatan yang diperlukan. Secara hukum entri yang
lambat dalam catatan dapat diinterpretasikan sebagai kelalaian.
Keputusan berkelanjutan tentang perawatan harus didasarkan pada
informasi terbaru yang dilaporkan. Menuliskan catatan segera setelah
perawatan dilakukan menjamin bahwa entri yang dimasukkan kedalam
catatan akan menjadi akurat.
d. Organisasi
Perawat mengomunikasikan informasi dalam format atau tulisan
yang logis. Anggota tim perawatan kesehatan memahami informasi

16

lebih baik bila informasi tersebut disajikan sesuai ketika informasi


tersebut terjadi.
Catatan yang tidak terorganisasi adalah catatan yang terpencarpencar dan tidak jelas mengambarkan apa yang terjadi pertama kali.
Catatan yang kurang terorganisasi dapat menyebabkan kebingungan
mengenai apakah telah diberikan perawatan yang sesuai.
e. Kerahasiaan
Komunikasi yang terjaga adalah informasi yang diberikan oleh
seseorang ke orang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa
informasi tersebut tidak akan dibocorkan. Hukum melindungi
informasi tentang klien yang dikumpulkan melalui pemeriksaan,
pengamatan, percakapan, atau pengobatan.
Perawat secara hukum dan etis berkewajiban untuk menjaga
informasi tentang kerahasiaan penyakit dan pengobatan klien. Tuntutan
hukum dapat dikenakan terhadap perawat yang membocorkan
informasi tentang klien tanpa seizin klien.
4. Metoda pencatatan
Kualitas dokumentasi secara konstan berada dibawah tinjauan
manajer perawat sesuai dengan upaya mereka untuk menemukan cara
untuk membantu perawat memperbaiki catatan informasi. Dokumentasi
harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh JCAHO untuk
mempertahankan akreditasi institusional, untuk mengurangi
pertanggungjawaban, dan untuk menyesuaikan kebutuhan pelayanan
keperawatan (Potter & Perry, 2005, p.239).
a. Dokumentasi naratif
Dokumentasi naratif adalah metoda kuno untuk pencatatan asuhan
keperawatan. Metoda ini hanya menggunakan format seperti cerita

17

untuk mendokumentasikan informasi spesifik tentang kondisi klien


dan asuhan keperawatan.
Sekarang ini, pencatatan naratif jarang menjadi metoda
pendokumentasian primer dan telah digantikan dengan format lain
seperti Subjektif; Objektif; Assesment/pengkajian; Plan (SOAP), dan
Problem; Intervensi; Evaluasi (PIE).
b. Catatan medis berorientasi masalah
Catatan medis berorientasi-masalah atau Problem-Oriented
Medical Record (POMR) adalah suatu metoda dokumentasi yang
memberikan penekanan pada masalah klien. Metoda ini berhubungan
dengan proses keperawatan dan memudahkan komunkasi klien
(Gawlinskin & Rasmussen, 1984 dalam Potter & Perry, 2005, p.240).
Catatan negatif digunakan untuk pengkajian, perencanaan, intervensi,
dan informasi evaluatif yang spesifik terhadap status kesehatan klien.
Idealnya, setiap anggota tim perawatan kesehatan berkontribusi
terhadap daftar tunggal masalah klien yang teridentifikasi. Hal ini
membantu dalam mengkoordinasikan rencana asuhan yang umum.
Pada beberapa institusi metoda pencatatan POMR yang
dimodifikasi digunakan hanya pada bagian pencatatan catatan
keperawatan. POMR mempunyai bagian utama sebagai berikut: data
dasar, daftar masalah, rencana keperawatan, dan catatan
perkembangan.
1) Data dasar
Bagian data dasar mengandung semua informasi pengkajian
yang berkaitan dengan klien. Data dasar adalah fondasi untuk
mengidentifikasi masalah klien dan merencanakan perawatan. Data

18

dasar harus tetap aktif dan terbaru, dan revisi harus dibuat ketika
terdapat data baru. Data dasar menyertai klien sepanjang perawatan
atau kunjungan klinik selanjutnya.
2) Daftar masalah
Setelah data dianalisis, masalah diidentifikasi dan dibuat
satu daftar masalah. Masalah diurut berdasarkan kronologis dan
dicatat didepan catatan klien yang berfungsi sebagai pedoman
pengorganisasi perawatan klien.
3) Rencana perawatan
Rencana perawatan dikembangkan untuk setiap masalah
oleh disiplin yang terlibat dalam perawatan klien. Perawatan
mendokumentasikan rencana perawatan dalam berbagai format.
Secara umum, rencana perawatan ini mencakup diagnosa
keperawatan, hasil yang diharapkan dan intervensi.
4) Catatan perkembangan
Anggota tim perawatan kesehatan memantau dan mencatat
perkembangan masalah klien. Catatan naratif, lembar alur, dan
ringkasan pemulangan adalah format yang digunakan untuk
mendokumentasikan perkembangan klien. SOAP adalah akronim
(singkatan) dari metoda pendokumentasian yang berorientasi
masalah:
S
: Data subjektif (yang diungkapkan oleh klien)
O
: Data Objektif (data yang diukur dan diamati)
A
: Pengkajian (diagnosis didasarkan pada data)
P
: Rencana (apa yang direncanakan pemberi asuhan yang
dilakukan)
I dan E kadang ditambahkan (seperti SOAPIE) dalam
beragam situasi.
I
: Intervensi
E
: Evaluasi

19

I merupakan singkatan dari intervensi, dan E mewakili evaluasi.


Logika dari catatan SOAP (IE) serupa dengan yang terdapat
dalam proses keperawatan. Setiap catatan SOAP (IE) diberikan
nomor dan diberi judul sesuai dengan masalah yang
mencantumkannya.
Dokumentasi PIE serupa dengan pencatatan SOAP dalam
kaitannya dengan orientasi masalah. Namun demikian berbeda
dengan metoda SOAP dimana pencatatan PIE berasal dari
keperawatan, Sementara SOAP berasal dari model medis. PIE
adalah akronim dari masalah, intervensi, evaluasi sebagai berikut:
P

: Masalah atau diagnosa keperawatan yang dapat diterapkan


kepada klien

: Intervensi atau tindakan yang dilakukan

: Evaluasi hasil dari evaluasi dari intervensi keperawatan


dan respon klien terhadap terapi keperawatan
Format ini menyederhanakan dokumentasi dengan

mengabungkan rencana keperawatan dan catatan perkembangan


kedalam suatu catatan yang lengkap. Dalam format PIE, tidak
seperti SOAP, catatan naratif tidak mencakup informasi
pengkajian. Catatan PIE dapat diberi nomor atau label sesuai
dengan masalah klien. Masalah yang telah teratasi dihilangkan dari

20

dokumentasi harian setelah tinjauan perawat. Masalah yang


berkelanjutan didokumentasikan setiap hari.
5. Pedoman legal pencatatan dokumentasi
Catatan medis harus akurat karena catatan tersebut merupakan
dokumen legal. Dalam hukum catatan medis, bukan asuhan yang
diperadilkan namun dokumentasi. Tindakan yang didokumentasi adalah
tindakan yang dilakukan dan tindakan yang tidak didokumentasi adalah
tindakan yang tidak dilakukan (Potter & Perry, 2005, p.235)

Tabel 2.1
Pedoman legal untuk pencatatan
Pedoman

Rasional

Tindakan yang tepat

Jangan menghapus,

Catatan menjadi tidak dapat

Buat garis tunggal

menggunakan

dibaca: mungkin tampak seperti

sepanjang kesalahan,

cairan penghapus

anda berupaya untuk

tulis kata salah diatasnya;

atau mencoret

menyembunyikan informasi atau

kemudian buat catatan

kesalahan yang

memalsukan catatan

yang tepat

mencatat data klien


Jangan menuliskan

Peryataan dapat digunakan

Masukkan hanya

catatan buruk

sebagai bukti untuk perilaku non

deskriptif objektif

tentang klien atau

profesional atau perawatan

tentang perilaku klien;

perawatan yang

dengan kualitas yang buruk.

komentar klien harus

dibuat ketika

dilakukan oleh
profesional

dibuat dalam tanda kutip

21

perawatan
kesehatan lain

Perbaiki semua

Kesalahan dalam pencatatan

Hindari melengkapi

kesalahan dengan

dapat mengarah pada kesalahan

catatan dengan tergesa;

segera

pengobatan

pastikan bahwa informasi

Catat semua fakta

Catatan harus akurat dan dapat

akurat
Pastikan bahwa entri

diandalkan

berdasarkan fakta, jangan


menspekulasi atau

Jangan

Orang lain dapat menambahkan

mereka
Catat secara berurutan

meninggalkan

informasi yang tidak tepat

garis demi garis, jika

tempat kosong

ditempat yang kosong

masih ada ruang kosong

dalam catatan

buat garis horizontal dan

perawat

buat nama anda di

Catat semua entri

Entri yang tidak dapat terbaca

ujungnya
Jangan pernah

dengan jelas dapat

dapat menimbulkan kesalahan

menghapus entri atau

terbaca dan

interpretasi, sehingga

menggunakan cairan

menggunakan tinta

menyebabkan kesalahan dan

penghapus, dan jangan

tuntutan hukum; penulisan

pernah menggunakan

dengan menggunakan tinta yang

pensil

22

tidak dapat dihapus; catatan


dibuat salinan dan disimpan
Jika pesanan

dalam bentuk microfilm.


Jika anda melakukan pesanan

Jangan pernah

meragukan, catat

yang diketahui akan tidak tepat,

menuliskan dokter

bahwa telah

maka anda sama halnya dengan

membuat kesalahan.

dilakukan

dokter yang dapat dikenai

Tulis hal tersebut dr

klarifikasi

tuntutan

smith telah dihubungi


untuk mengklarifikasi

Catat hanya untuk

Anda tanggung gugat terhadap

pesanan tentang....
Jangan pernah mencatat

diri anda

informasi yang anda masukkan

untuk orang lain (kecuali:

ke dalam catatan

jika pemberi perawatan


telah meninggalkan unit
selama seharian dan
menghubungi mengenai

Hindari

Informasi spesifik tentang

informasi tersebut).
Gunakan deskriptif

penggunaan secara

kondisi klien dapat secara tidak

tentang perawatan yang

umum, frase tidak

sengaja terhapus jika

jelas dan lengkap

bermakna seperti

informasinya terlalu umum.

status tidak
berubah atau
mengalami hal
baik.

23

Mulai setiap entri

Pedoman ini memastikan bahwa

Jangan menunggu

dengan waktu, dan

urutan yang tepat dari peristiwa

sampai akhir tugas jaga

akhiri dengan tanda telah dicatat; tanda tangan

untuk melaporkan

tangan dan jabatan

menunjukkan siapa yang

perubahan yang penting

anda

bertanggung gugat terhadap

yang telah terjadi

perawatan yang diberikan

beberapa jam
sebelumnya; pastikan
untuk menandatangani
setiap entri.

Sumber: Potter & Perry, 2005, p.238


B. Konsep Aspek Legal Keperawatan
Aspek legal adalah Ilmu pengetahuan mengenai hak dan tanggung jawab
legal yang terkait dengan praktik keperawatan dan merupakan hal yang
penting bagi perawat.
1.

Pengertian hukum
Praktik keperawatan yang aman mencakup pemahaman tentang
batasan legal dimana perawat harus berfungsi. Hukum adalah seluruh
aturan dan undang-undang yang mengatur masyarakat. Dengan demikian,
hukum dibuat oleh masyarakat dan untuk mengatur semua anggota

2.

masyarakat (Potter & Perry, 2005, p.430)


Fungsi hukum dalam keperawatan
a. Hukum memberikan kerangka kerja untuk menetapkan jenis tindakan
keperawatan yang sah dalam asuhan klien.
b. Hukum membedakan tanggung jawab perawat dari tenaga kesehatan
profesional lain.
c. Hukum membantu memberikan batasan tindakan keperawatan yang
mandiri.

24

d. Hukum membantu mempertahankan standar praktik keperawatan


dengan membuat perawat bertanggung jawab dibawah hukum yang
3.

berlaku.
Sumber hukum dalam keperawatan di Indonesia
a. Undang-Undang Republik Indonesia (UURI)
1) UURI Nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan:
(a) hak dan kewajiaban tenaga kesehatan Pasal 58 ayat (4) tenaga
kesehatan wajib membuat dan menyimpan catatan dan/atau
dokumen tentang pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang
dilakukan.
(b) bagian keenam tentang rekam medis pasal 70:
(1) Setiap tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan
kesehatan perorangan wajib membuat rekam medis
penerima pelayanan kesehatan.
(2) Rekam medis penerima pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi setelah penerima pelayanan kesehatan selesai
menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap rekam medis penerima pelayanan kesehatan harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan atau paraf
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan atau
tindakan.
(4) Rekam medis penerima pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus disimpan dan
dijaga kerahasiaannya oleh tenaga kesehatan dan
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
2) UURI Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan:
(a) Pasal 37 dalam melaksanakan praktik keperawatan
berkewajiban:

25

(1) Melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan


Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan
Perundangundangan.
(2) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode
etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(3) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada
Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
(4) Mendokumentasikan asuhan keperawalan sesuai dengan
standar. Pedoman legal untuk pencatatan dapat dilihat
pada tabel (2.1).
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KMKRI)
1) KMKRI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan
praktik keperawatan
a) Bagian keempat pasal 15 perawat dalam melaksanakan
praktik keperawatan berwenang untuk:
(1) Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian,
penertapan diagnosa keperawatan, perencanaan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan;
(2) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi: Intevensi keperawatan, observasi
keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;
(3) Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan (2) harus sesuai dengan standar

26

asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi


profesi;
(4) Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan
berdasarkan permintaan tertulis dari dokter
b) Bagian keempat Pasal 16 dalam melaksanakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 perawat berkewajiban
untuk:
(2) Menghormati hak pasien
(3) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
(4) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku
(5) Memberikan informasi
(6) Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
(7) Melakukan catatan perawatan dengan baik
2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PMKRI)
Nomor HK.02.02/MENKES/148/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat
a) Bagian ketiga tentang penyelenggaraan praktik pasal 12
dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
(1) Menghormati hak pasien
(2) Melakukan rujukan
(3) Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundangundangan
(4) Memberikan informasi tentang masalah kesehatan
pasien/klien dan pelayanan yang dibutuhkan
(5) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
(6) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara
sistematis, dan
(7) mematuhi standar.
4. Tipe hukum

27

Hukum mengatur hubungan individu pribadi dengan pemerintah


dan dengan individu lain. Menurut Kozier (2010) tipe hukum terbagi
menjadi beberapa tipe yaitu:
a. Hukum publik
Adalah bagian hukum yang mengatur hubungan antara individu
dan pemerintah dan lembaga pemerintahan.
b. Hukum pidana
Adalah segmen penting dalam hukum publik. Hukum pidana yang
mengatur tindakan yang membahayakan keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat. Contohnya antara lain pembunuhan,
pembunuhan tidak berencana dan pencurian. Kejahatan dapat
diklasifikasikan sebagai tindak pidana yang tergolong berat maupun
ringan.
c. Hukum perdata atau hukum sipil
Merupakan bagian yang mengatur hubungan antara individu dan
perorangan. Hukum ini dapat dikelompokkan kedalam beragam
kekhususan hukum seperti common law maupun tort law. Contract
law adalah perbuatan persetujuan diantara individu perorangan atau
pembayaran kompensasi atas segala kegagalan memenuhi persetujuan
tersebut.
Tort law membatasi dan menetapkan tugas dan hak diantara
individu perorangan yang tidak didasarkan atas persetujuan kontrak.
Beberapa contoh tort law yang diberlakukan pada perawat adalah
kelalaian dan malpraktik, pelanggaran privasi, dan penyerangan dan
kekerasan. Tabel 2-2 menjelaskan kategori hukum pilihan yang dapat
diberlakukan pada perawat.
Table 2.2 Kategori hukum pilihan yang dapat diberlakukan pada
perawat

28

Kategori
Konstitusi
Perundangan (legislatif)

Pidana (publik)

Contract law
(perdata/sipil)
Part law (perdata/sipil)

Contoh
Hak hukum individu
Perlindungan setara
Undang-undang praktik perawat
Hukum penganiayaan terhadap anak dan
orang dewasa
Surat wasiat
Hukum pelecehan seksual
Pembunuhan, pembunuhan tidak berencana
Pencurian
Pembakaran gedung dengan sengaja
Eutanisia aktif
Penyerangan seksual
Kepemilikan obat tercatat secara ilegal
Perawat dan klien
Perawat dan atasan
Perawat dan asuransi
Klien dan institusi
Kelalaian atau malpraktik
Pencemaran nama baik atau pemfitnahan
Pelanggaran privasi
Penyerangan dan kekerasan
Pembatasan yang tidak perlu
Penelantaran

Sumber: Kozier, 2010, p.65


5. Peran perawat berdasarakan hukum
Berdasarkan hukum perawat memiliki tiga peran berbeda yang
saling bergantung, masing-masing dengan hak dan kewajiban terkait yaitu
seperti penyedia layanan, pegawai atau penerima kontrak sebagai
penyedia layanan dan sebagai warga negara (Kozier, 2010, p.68)
a. Penyedia layanan
Perawat diharapkan memberikan perawatan yang aman dan
kompeten. tersirat dalam peran ini beberapa konten hukum, yakni
tanggung jawab tugas, standar asuhan dan kewajiban kontrak.
Tanggung jawab tugas adalah keadaan atau kondisi untuk
bertanggung jawab sesuai hukum terhadap kewajiban dan tindakan

29

seseorang dan pemberian ganti rugi secara finansial atas tindakan


pelanggaran. Perawat, contohnya memiliki kewajiban untuk
berpraktik dan mengarahkan praktik yang dilakukan orang lain
dibawah pengawasan perawat tersebut sehingga bahaya atau cedera
pada klien dapat dicegah dan standar asuhan dapat terjaga.
Standar asuhan yang dilakukan dan tidak dilakukan perawat secara
hukum diatasi oleh undang-undang praktik perawat dan oleh peraturan
tindakan keperawatan yang rasional dan bijaksana, yaitu tindakan
yang dilakukan oleh tenaga profesional yang rasional dan bijaksana,
dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sama pada
situasi yang sama.
Kewajiban kontrak adalah tugas perawat yang harus dilakukan oleh
perawat, yaitu tugas untuk memberikan asuhan, yang diterapakan
berdasarkan kontak tersurat atau tersirat.
b. Pegawai atau penerima kontrak sebagai penyedia layanan
Perawat yang diperkerjakan oleh suatu lembaga bekerja sebagai
perwakilan lembaga tersebut dan kontrak perawat dengan klien
merupakan bentuk kontrak tersirat.
Hubungan berdasarkan kontrak beragam diantara tatanan praktik.
Praktik perawat mandiri merupakan penerima kontrak sebagai
penyedia layanan dengan hubungan kontrak mandiri dengan klien.
Perawat yang bekerja dirumah sakit menjalankan fungsi dalam koridor
hubungan pegawai-atasan, yaitu perawat mewakili dan bertindak atas
nama rumah sakit sehingga harus mematuhi kebijakan institusi
tersebut.

30

Perawat yang berperan sebagai pegawai atau penerima kontrak


sebagai penyedia layanan memiliki kewajiban kepada pihak yang
mempekerjakannya, klien dan personal lain. Asuhan keperawatan
yang diberikan harus berada pada batas dan ketentuan yang berlaku.
Perawat memiliki kewajiban atas kontrak hanya untuk tanggung jawab
yang mampu dilakukan oleh perawat. Sebagai contoh perawat harus
berpraktik menurut undang-undang praktik perawat negara bagian dan
kebijakan serta prosedur fasilitas atau organisasi.
Perawat diharapkan mampu menghormati hak dan kewajiban
tenaga perawatan kesehatan lainnya. Sebagai contoh, meski
menjelaskan tindakan keperawatan kepeda klien, perawat tidak berhak
memberi komentar mengenai praktik kedokterak dalam cara yang
menggangu klien ataupun mencela dokter. Pada saat bersamaan,
perawat berhak mengharapkan perilaku yang pantas dan baik dari
profesional lain.
c. Warga negara
Hak dan kewajiban perawat sebagai warga negara sama dengan
setiap individu yang berada dibawah sistem hukum. Hak-hak
kewarganegaraan melindungi klien dari bahaya dan menjamin
pemberian hak atas harta pribadi mereka, hak atas privasi, kerahasiaan
dan hak-hak lain. Hak-hak ini juga berlaku bagi perawat.
Perawat silih berganti menjalankan peran ini saat menjalankan
tanggung jawab profesional dan personal. Pemahaman mengenai
peran ini, serta hak dan tanggung jawab terkait peran ini dapat
meningkatkan tingkah laku dan praktik yang bertanggung jawab

31

secara hukum oleh perawat. Hak merupakan kewenangan atau


kekuasaan fundamental yang dimiliki oleh setiap individu. Tanggung
jawab merupakan kewajiban yang terkait dengan suatu hak.
Tabel 2.3 Peran hak, dan tanggung jawab hukum
Peran

Tanggung jawab

Hak

Penyedia

Memberikan asuhan yang

Hak untuk mendapat

layanan

aman dan kompeten setaraf

bantuan yang adekuat

dengan latar belakang

dan berkualitas sesuai

pendidikan dan pengalaman

kebutuhan

perawat, serta situasi

Hak untuk mendapat

Menyampaikan informasi

perlakuan yang pantas

kepada klien mengenai

dan baik dari klien

konsekwensi berbagai pilihan

(mis: pemberian

dan hasil asuhan

informasi yang akurat

Memberikan pengawasan

sesuai kebutuhan)

yang adekuat dan


mengevauasi perawat
pelaksana yang berkerja
dibawah pimpinan perawat
Mempertahankan kompetensi
Pegawai

Memenuhi kewajiban

Hak untuk mendapat

atau

pemberian layanan sesuai

lingkungan yang

penerima

kontrak yang disepakati

memadai (mis: fasilitas

32

kontrak

dengan pihak yang

dan peralatan yang

sebagai

memperkerjakan

aman)

pemberi

Menghargai pihak yang

Hak untuk mendapat

asuhan

mempekerjakan

kompensasi atas

Menghargai hak dan

layanan yang diberikan

tanggung jawab penyedia

Hak untuk mendapat-

layanan kesehatan lain

kan perilaku yang


pantas dan baik dari
penyedia layanan

Warga

Melindungi hak-hak

kesehatan lain
Hak utnuk dihargai

negara

penerima asuhan

oleh orang lain sesuai


dengan hak dan
tanggung jawab
perawat
Hak atas keamanan
fisik

Sumber: Kozier, 2010, p.70

Anda mungkin juga menyukai