LP LUKA BAKAR Fix
LP LUKA BAKAR Fix
BAKAR
DISUSUN OLEH :
DEWA GEDE SASTRA ANANTA WIJAYA
(PO7120214005)
TINGKAT 3 SEMESTER V
D IV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2016
I.
B. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) :
1. Riwayat terpaparnya
2. Lihat derajat luka bakar
3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor
Jenis
Lapisan
yang
dilibatkan
Tampilan
Tekstur
Sensasi
Waktu
Penyemb
uhan
Prognosis
Contoh
Nyeri
5-10 hari
Sembuh dengan
baik, Sengatan
matahari yang
berulang
meningkatkan
risiko kanker
kulit di
kemudian hari
Merah
denganlepuh
yang jelas.
Lembab
Pucat
dengan
tekanan.
Sangat
nyeri
kurang
dari 23
minggu
Infeksi lokal
biasanya tanpa
parut
Meluas ke
lapisan
dermis
(retikular)
dalam
Kuning atau
putih. Lebih
tidak pucat.
Mungkin
melepuh
Tekana
n dan
tidak
nyaman
38 ming
gu
Parut, kerut
(mungkin
memerlukan
eksisi
dancangkok
kulit)
Seluruh
lapisan
kulit
(Derajat
III)
Meluas ke
seluruh
lapisan
dermis
Kaku dan
putih/coklat
tidak pucat
Tidak
nyeri
Lama
(berbulan
-bulan)
dan tidak
sempurna
Parut, kerut,
amputasi (eksisi
dini dianjurkan)
Derajat IV
Meluas ke
seluruh
lapisan kulit,
dan ke dalam
lapisan
lemak, otot
dan tulang di
bawahnya
Hitam;
hangus
dengan eska
r
Perlu
eksisi
Amputasi,
gangguan
fungsional yang
signifikan dan,
dalam beberapa
kasus, kematian
Superfisial
(derajat I)
Epidermis
Merah tanpa
lepuh
Agak
superfisial,
mengenai
sebagian
lapisan
kulit
(derajat II)
Meluas ke
lapisan derm
is(papiler)
superfisial
Cukup
dalam,
mengenai
sebagian
lapisan
kulit
(derajat II)
Kering
Agak
kering
Kasar]
Kering
Tidak
nyeri
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap
panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
E. PATOFISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis
dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang
berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler ke dalam ruangan interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan
ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang
dan cairan mengalir kembali kedalam kompartemen vaskuler, volume darah akan
meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini
dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka
bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera
setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi
sel massif. Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan
tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan
sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan
plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan
respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai,
hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut
tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar
berisiko
tinggi
untuk
mengalami
sepsis.
Hilangnya
kulit
menyebabkan
F. KOMPLIKASI
Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang
paling sering sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat
meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan pernafasan.
Faktor risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka
bakar ketebalan lengkap, usia ekstrim (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi
pada kaki atau perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera
inhalasi.
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari
10% sering ditemukan. Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam
vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik
yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.Keloidbisa
terjadi sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan
berkulit gelap.Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma
dan mengalami gangguan stress paska trauma.Bekas luka juga bisa mengakibatkan
gangguan citra tubuh.Di Negara-negara berkembang, luka bakar parah bisa
mengakibatkan
isolasi
sosial, kemiskinan
ekstrim dan
di
kalangan
anak-
anak pengucilan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG LUKA BAKAR
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,
kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema
cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
13. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
14. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
15. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
16. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit
akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan.
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1.
Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini
terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara
perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti
sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien
dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2.
Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
3.
Obat-obatan
a. Antibiotika
b. Analgetik
c. Antasida
II.
fase emergency (48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang).
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat
dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan
kesehatan
keluarga
dan
penyakit
yang
lesi
Bagian tubuh
Kepala leher
1 th
18%
2 th
14%
Dewasa
9%
18%
18%
18%
27%
1%
18%
18%
18%
31%
1%
18 %
18%
18%
30%
1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade). Grade tersebut
ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya
kesembuhan luka
1) Grade I :
Luka bakar ini sangat ringan, hanya mengenai lapisan epidermis, terdapat warna
merah pada kulit tidak ada vesikel, tanpa odema, nyeri dan biasanya sembuh tanpa
adanya pengobatan dalam waktu 3-7 hari.
2) Grade II :
Dangkal mengenai lapisan dermis, ada bulla (lepuh), terdapat penumpukan cairan,
intersisiel. Timbul rasa nyeri yang hebat, biasanya sembuh 21-28 hari. tanpa
disertai jaringan parut bila tidak terjadi infeksi.
3) Grade III :
Dalam gambaran klinis sama tetapi gambaran lepuh, pucat dan agak kering,
keluhan nyeri berkurang karena jaringan lemak, otot terkena. Biasanya
penyembuhan agak lama 1bulan atau lebih dan terdapat jaringan granulasi
4) Grade IV :
Sudah mengenai lapisan paling dalam bahkan sampai tulang. Keadaan luka
kering, warna merah, putih, hitam / coklat, tidak nyeri pada grade ini.
Kesembuhannya lama dan memerlukan tindakan skin graft.
Adapun data pengkajian pasien luka bakar tergantung pada tipe, berat dan permukaan
tubuh yang terkena, antara lain :
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan
tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cidera,
3.
4.
5.
6.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
b.
Batasan Karakteristik
1) Perubahan kedalaman pernapasan
2) Perubahan ekskursi dada
3) Mengambil posisi tiga titik
4) Bradipneu
5) Penurunan tekanan ekspirasi
6) Penurunan ventilasi semenit
7) Penurunan kapasitas vital
8) Dipneu
9) Peningkatan diameter anterior-posterior
10) Pernapasan cuping hidung
11) Ortopneu
12) Fase ekspirasi memanjang
13) Pernapasan bibir
14) Takipneu
15) Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
c. Faktor yang Berhubungan
1) Ansietas
2) Posisi tubuh
3) Deformitas tulang
4) Deformitas dinding dada
5) Keletihan
6) Hiperventilasi
7) Sindrom hipoventilasi
8) Gangguan muskuloskeletal
9) Kerusakan neurologis
10) Imaturitas neurologis
11) Disfungsi neuromuskular
12) Obesitas
13) Nyeri
14) Keletihan otot pernapasan
15) Cedera medula spinalis
2. Risiko Kekurangan Volume Cairan
Factor risiko:
1.
Kehilangan volume cairan aktif
2.
Kurang pengetahuan
3.
Usia lanjut
4.
Kegagalan fungsi regulator
5.
Status hipermetabolik
6.
Penyimpangan absorpsi
3. Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri Akut)
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of
Pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6
bulan
b. Batasan Karakteristik
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernapasan
5) Laporan isyarat
6) Diafroesis
7) Perilaku distraksi (mis, berjalan modar mandir, mencari orang lain
dan/atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis, waspada,
iritabilitas, mendesah)
9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
10) Sikap melindungi are nyeri
11) Fokus menyempit (mis,gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Fokus pada diri sendiri
18) Gangguan tidur
c. Faktor yang Berhubungan
Agens cedera (mis.,biologis, zat kimia, fisik, psikologis.
4. Kerusakan Integritas Kulit
a. Definisi :
Perubahan / gangguan epidermis dan atau dermis
b. Batasan Karateristik :
1) Kerusakan lapisan kulit (dermis)
2) Gangguan permukaan kulit (epdermis)
imunosupresan,
steroid,
antibodi
imunomudulator)
c) Supresi respon inflamasi
5)Vaksinasi tidak adekuat
6)
Pemanjanan terhadap patogen lingkungan meningkat
a) Wabah
7)
Prosedur invasif
monoklonal,
8)
Malnutrisi
6. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Otak
a. Definisi :
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu
kesehatan
b. Batasan Karakteristik :
1)
Masa tromboplastin parsial abnormal
2)
Masa protrombin abnormal
3)
Sekmen ventrikel kiri akinetik
4)
Ateroklerosis aerotik
5)
Diseksi arteri
6)
Fibrilasi atrium
7)
Miksoma atrium
8)
Tumor otak
9)
Stenosis karotid
10) Aneurisme serebri
11) Koagulopati (mis. Anemia sel sabit)
12) Kardiomiopati dilatasi
13) Embolisme
14) Trauma kepala
15) Hierkolesterolemia
16) Hipertensi
17) Endokarditis infeksi
18) Katup prostetik mekanis
19) Stenosis mitral
20) Neoplasma otak
21) Baru terjadi infak miokardium
22) Sindrom sick sinus
23) Penyalahgunaan zat
24) Terapi trobolitik
25) Efek samping terkait terapi (bypass kardiopulmunal,obat)
7. Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal
a.
Definisi :
Berisiko terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal yang dapat mengganggu
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
kesehatan
Faktor Risiko
Sindrome kompartemen abdomen
Usia lanjut
Nekrosis kortikal bilateral
Luka bakar
Pembedahan jantung
Bypass kardiopulmunal
Diabetes melitus
Pajanan terhadap toksin
Jenis kelamin wanita
Glomeluronefritis
Hipertensi
Hipoksemia, hipoksia
Infeksi (mis.,sepsis ,infeksi likal)
14)
Interstitial nephritis
15)
Keganasan
16)
Hipertensi malignan
17)
Asidosis metabolic
18)
Multitrauma, Polinefritis
19)
Stenosis arteri renalis
20)
Penyakit ginjal (ginjal polikistik)
21)
Merokok
22)
Penyalahgunaan zat
23)
Sindrome respon inflamasi sistemik
24)
Efek samping terkait terapi (mis., obat, pembedahan) emboli vascular
25)
Vaskulitis
8. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Batasan Karakteristik :
1) Kram abdomen
2) Nyeri abdomen
3) Menghindari makanan
4) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
5) Kerapuhan kapiler
6) Diare
7) Kehilangan rambut berlebihan
8) Bising usus hiperaktif
9) Kurang makanan
10) Kurang informasi
11) Kurang minat pada makanan
12) Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
13) Kesalahan konsepsi
14) Kesalahann informasi
15) Membran mukosa pucat
16) Ketidakmampuan memakan makanan
17) Tonus otot menurun
18) Mengeluh gangguan sensasi rasa
19) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA
20) Cepat kenyang setelah makan
21) Sariawan rongga mulut
22) Steatorea
23) Kelemahan otot pengunyah
24) Kelemahan otot untuk menelan
c. Faktor-faktor yang berhubungan :
1) Faktor biologis
2) Faktor ekonomi
3) Ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien
4) Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
5) Ketidakmampuan menelan makanan
6) Faktor psikologis
9. Ansietas
a. Definisi :
Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan
adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
bencana
b. Batasan Karakteristik :
Menurut NANDA,2012 batasan karakteristik dari ansietas adalah sebagai
berikut
1) Perilaku
a)
Penurunan produktivitas
b)
c)
Gelisah
d)
Melihat sepintas
e)
Insomnia
f)
g)
h)
Agitasi
i)
Mengintai
j)
Tampak waspada
2) Afektif
a)
Gelisah
b)
c)
Distress
d)
Ketakutan
e)
f)
g)
Peningkatan kewaspadaan
h)
Iritabilitas
i)
Gugup
j)
Senang berlebihan
k)
l)
m)
Bingung
n)
Menyesal
o)
p)
Khawatir
3) Fisiologis
a)
Wajah tegang
b)
Tremor tangan
c)
Peningkatan keringat
d)
Peningkatan ketegangan
e)
Gemetar
f)
Tremor
g)
Suara bergetar
4) Simpatik
a)
Anoreksia
b)
Eksitasi kardiovaskuler
c)
Diare
d)
Mulut kering
e)
Wajah merah
f)
Jantung berdebar-debar
g)
h)
i)
Peningkatan reflex
j)
k)
Pupil melebar
l)
Kesulitan bernapas
m)
Vasokonstriksi superficial
n)
o)
Lemah
5) Parasimpatik
a)
Nyeri abdomen
b)
c)
d)
Diare
e)
Vertigo
f)
Letih
g)
Mual
h)
Gangguan tidur
i)
j)
Sering berkemih
k)
Anyang-anyangan
l)
a)
b)
Bloking pikiran
c)
Konfusi
d)
e)
Kesulitan berkonsentrasi
f)
g)
h)
i)
Lupa
j)
Gangguan perhatian
k)
Khawatir
l)
Melamun
m)
1)
Perubahan dalam :
a)
Status ekonomi
b)
Lingkungan
c)
Status kesehatan
d)
Pola interaksi
e)
Fungsi peran
f)
Status peran
2)
Pemajanan toksin
3)
Terkait keluarga
4)
Herediter
5)
Infeksi/kontaminan interpersonal
6)
7)
Krisis maturasi
8)
Krisis situasional
9)
Stress
10)
Penyalahgunaan zat
11)
Ancaman kematian
12)
Ancaman pada :
a)
Status ekonomi
b)
Lingkungan
c)
Status kesehatan
d)
Pola interaksi
e)
Fungsi peran
f)
Status peran
g)
Konsep diri
13)
14)
15)
9) Spiritual
10) Pembedahan
11) Trauma
12) Terapi penyakit
11. Defisiensi Pengetahuan
a. Definisi
Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik
tertentu.
b. Batasan Karakteristik
1) Perilaku hiperbola
2) Ketidakakuratan mengikuti perintah
3) Ketidakakuratan melakukan tes
4) Perilaku tidak tepat (misalnya: histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
5) Pengungkapan masalah
c. Faktor yang Berhubungan
1) Keterbatasan kognitif
2) Salah interpretasi informasi
3) Kurang pajanan
4) Kurang minat dalam belajar
5) Kurang dapat mengingat
6) Tidak familier dengan sumber informasi
12. Penurunan Curah Jantung
a. Definisi:
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh.
b. Batasan Karakteristik:
1. Perubahan frekuensi/irama jantung
a. Aritmia
b. Bradikardia, takikardia
c. Perubahan EKG
d. Palpitasi
2. Perubahan pre load
a. Penurunan tekanan vena sentral (CVP)
b. Penurunan tekanan arteri paru (PAWP)
c. Edema, keletihan
d. Peningkatan CVP dan PAWP
e. Distensi vena jugular
f. Murmur
g. Peningkatan berat badan
3. Perubahan afterload
a. Kulit lembab
b. Penurunan nadi perifer
c. Penurunan resistensi vascular paru
4. Perubahan kontraktilitas
a. Batuk, crackle
b. Penurunan indeks jantung
c. Ortopnea
d. Bunyi S3 dan S4
5. Perilaku
a. Ansietas, gelisah
13. Hambatan mobilitas fisik
Adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara
mandiri dan terarah
Batasan karakteristik:
a. Kesulitan membolak-balik posisi
b. Dispnea setelah beraktivitas
c. Perubahan cara berjalan
d. Gerakan bergetar
e. Keterbatasan rentang pergerakan sendi
f. Pergerakan lambat
g. Pergerakan tidak terkoordinasi
Factor berhubungan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Intoleran aktivitas
Ansietas
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan kekuatan otot
Kaku sendi
Nyeri
Malnutrisi
Gaya hidup monoton
Agens antihipertensi
Agens antiansietas
Diuretic
Hipnotik
Obat penenang
Fisiologis
a. Sakit akut
b. Anemia
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Arthritis
Neoplasma
Kesulitan melihat
Kesulitan mendengar
Gangguan keseimbangan
Kondisi postoperatif
Neuropati
Penurunan kekuatan ekstremitas
C. INTERVENSI
N
o
Diagnosa
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
NOC :
NIC :
efektif
Airway Management
Respiratory status:
Airway patency
- Rentang nafas
1 2 3 4 5
- Rithme pernafasan
1 2 3 4 5
- Depth of inspiration
1 2 3 4 5
Vital Signs
- Suhu tubuh
1 2 3 4 5
- Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
- Ritme nadi
1 2 3 4 5
- Frekuensi
pernafasan
1 2 3 4 5
Ritme pernafasan
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukanfisioterapi dada jika
perlu
Keluarkan sekret dengan
1 2 3 4 5
TD sistol
1 2 3 4 5
TD diastole
1 2 3 4 5
perlu
Berikan pelembab udara
Respiratory status :
Ventilation
- Rentang pernafaan
1 2 3 4 5
- Ritme pernafasan
1 2 3 4 5
- Volume tidal
1 2 3 4 5
- Kapasitas vital
1 2 3 4 5
- Tes fungsi paru
1 2 3 4 5
- Hasil pemeriksaan
foto thorak (sinar x)
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan
parah
skala2
mengoptimalkan
-
O2
Terapi Oksigen
secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang
paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status
Risiko Kekurangan
Volume Cairan
NOC:
Fluid balance
-
Fluid management
Tekanan darah
1 2 3 4 5
Turgor kulit
1 2 3 4 5
Kelembaban
diperlukan
Pertahankan catatan intake dan
Membrane mukosa
1 2 3 4 5
Elektrolit serum
1 2 3 4 5
Hematokrit
1 2 3 4 5
Keseimbangan input
Penurunan sodium
serum
1 2 3 4 5
Peningkatan sodium
serum
1 2 3 4 5
Electrolyte balance
-
harian
Kolaborasi pemberian cairan IV
Berikan cairan
Berikan diuretik sesuai interuksi
Electrolyte management
- Pertahankan pemberian
cairan IV
Peningkatan klorida
Monitor ketidaknormalan
serum
1 2 3 4 5
Penurunan klorida
serum
1 2 3 4 5
Peningkatan kalsium
serum
1 2 3 4 5
Penurunan kalsium
serum
1 2 3 4 5
Peningkatan
magnesium
1 2 3 4 5
Penurunan
magnesium
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan
parah
skala2
penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
Risiko
penyimpangan
NOC :
NIC :
Ketidakefektifan
Circulation status
perfusi jaringan
otak
TD sistol
1 2 3 4 5
TD diastole
1 2 3 4 5
MAP
1 2 3 4 5
Saturasi oksigen
1 2 3 4 5
CRT
insuficiene
Hitung ABI
Monitor edema dan nadi perifer
Monitor tingkat kesadaran dan
GCS pasien
Monitor peningkatan leukost dan
peningkatan suhu tubuh
1 2 3 4 5
Keterangan:
skala 1 = penyimpangan
intrakranial)
Berikan informasi kepada
keluarga
Monitor tekanan perfusi serebral
Catat respon pasien terhadap
stimuli
Monitor tekanan intrakranial
parah
skala2
penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
Resiko infeksi
penyimpangan
NOC :
Risk control
-
Mencari informasi
terhadap aktivitas
Monitor intake dan output cairan
Monitor vital signs
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
mengenai factor
risiko infeksi
1 2 3 4 5
Mengidentifikasi
factor risiko
1 2 3 4 5
Monitor factor risiko
lingkungan
1 2 3 4 5
Monitor factor risiko
individu/
perseorangan
1 2 3 4 5
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah
dilakukan
Skala 2: jarang dilakukan
kandung kencing
Knowledge: Infection
perlu
Management
-
cara penularan
infeksi
1 2 3 4 5
Mempraktikkan cara
mencegah penularan
1 2 3 4 5
Menjelaskan tanda
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
infeksi
1 2 3 4 5
Follow up diagnose
penyakit menular
Partahankan teknik asepsis pada
infeksi
1 2 3 4 5
area epidema
Inspeksi kulit dan membran
pengobatan terhadap
Keterangan:
Skala 1: tidak tahu
Skala 2: pengetahuan
terbatas
Skala 3: pengetahuan
sedang
Skala 4: pengetahuan
substantial
Skala 5: tahu detail
Nyeri
nyeri):
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum
NOC :
a. Pain
level
adanya nyeri
1 2 3 4 5
-
Klien
tidak
merintih
ataupun menangis
1 2 3 4 5
-
Klien
menunjukkan ekspresi
wajah terhadap nyeri
-
Klien
tidak
respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
tampak
berkeringat dingin
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
tidak
1 2 3 4 5
Keterangan:
Skala 1: parah
Skala 2: substansial
Skala 3: sedang
Skala 4: ringan
Skala 5: tidak
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyerinya
nyeri):
menggunakan
dengan
teknik
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
1 2 3 4 5
-
dapat
farmakologi
Berikan analgetik untuk
sesuai
mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol
Klien
menggunakan
analgesik
indikasi
1 2 3 4 5
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk
Klien melaporkan
nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
nyeri terkontrol
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah
dilakukan
Skala 2: jarang dilakukan
Analgesic Administration
kadang
nyeri
Tentukan analgesik pilihan, rute
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
Kerusakan
NOC :
membran
Temperatur kulit
1 2 3 4 5
tidur
Sensasi kulit
1 2 3 4 5
-
sekali
Elastisitas kulit
1 2 3 4 5
Hidrasi kulit
Warna kulit
yang tertekan
1 2 3 4 5
-
Ketebalan kulit
1 2 3 4 5
penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
Tekstur kulit
1 2 3 4 5
-
1 2 3 4 5
-
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala 5 = tidak ada
Gangguan Citra
Tubuh
penyimpangan
NOC Label :
Body Image
-
NIC Label :
Body Image Enhancement
kondisi
fisiknya
1 2 3 4 5
Klien mengungkapkan
body presentation
1 2 3 4 5
Puas dengan fungsi
yang
berdasarkan
tubuh
1 2 3 4 5
tahap
perkembangan.
Bantu klien untuk mendiskusikan
penyebab
perubahan
penyakitnya.
Monitor frekuensi
karena
pernyataan
mengkritik diri.
Identifikasi strategi koping yang
digunakan klien dalam merespon
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah
perubahan penampilan.
Bantu
klien
dalam
positif
Skala 2: jarang positif
Skala 3: kadang-kadang
positif
Skala 4: sering positif
Skala 5: selalu positif
support
NOC :
NIC :
Karakter spesifik
penyakit
1 2 3 4 5
Factor risiko
1 2 3 4 5
Tanda dan gejala
penyakit
1 2 3 4 5
Komplikasi yang
potensial terjadi
1 2 3 4 5
Manfaat manajemen
penyakit
1 2 3 4 5
Factor penyebab
penyakit
1 2 3 4 5
Keterangan:
Skala 1: tidak tahu
Skala 3: pengetahuan
substantial
yang tepat
Hindari harapan yang kosong
Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan
sedang
Skala 4: pengetahuan
tepat
Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara
Skala 2: pengetahuan
terbatas
tepat.
Gambarkan tanda dan gejala
penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal,
NOC :
NIC :
Anxiety level
gelisah
kecemasan)
1 2 3 4 5
Gunakan pendekatan yang
Klien distress
1 2 3 4 5
menenangkan
Klien panik
Nyatakan dengan jelas harapan
1 2 3 4 5
terhadap pelaku pasien
Klien mengungkapkan
Jelaskan semua prosedur dan apa
ansietas
yang dirasakan selama prosedur
1 2 3 4 5
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
Keterangan:
Skala 1: parah
Skala 2: substansial
Skala 3: sedang
Skala 4: ringan
Skala 5: tidak
mengurangi takut
Berikan informasi faktual
prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
Ketidakseimbangan
NOC :
NIC :
1. Nutritional status
- Intake nutrient
1 2 3 4 5
- Intake makanan
1 2 3 4 5
- Intake cairan
1 2 3 4 5
- Tenaga
1 2 3 4 5
- Rasio berat badan dan
tinggi badan
1 2 3 4 5
Hidrasi
1 2 3 4 5
1. Nutritional Monitoring
- Pantau berat badan pasien
- Pantau
pertumbuhan
-
dan
perkembangan
Pantau turgor kulit
Identifikasi abnormalitas kulit
(perdarahan,
terlalu
banyak
buruk)
Identifikasi abnormalitas rambut
Ket :
(bentuk
skala 1 = penyimpangan
parah
skala 2 = penyimpangan -
berpuncak runcing)
Pantau mual dan muntah
Pantau intake dan diet kalori
Tentukan rekomendasi sumber
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
berat
skala 4 = penyimpangan
-
aktivitasfisik)
Identifikasi perubahan aktivitas
akibat kelelahan
Pantau tipe dan jumlah latihan
: -
biasa
Pantau status mental (bingung,
depresi, cemas)
Mulai pengobatan atau rujukan,
ringan
skala
tidak
ada
penyimpangan
2. Nutritional
-
Status
Nutrient Intake
Intake kalori
1 2 3 4 5
Intake protein
1 2 3 4 5
Intake karbohidrat
1 2 3 4 5
Intake vitamin
1 2 3 4 5
Intake mineral
1 2 3 4 5
jenis
kelamin,
intoleransi
Beritahu
pasien
tentang
kebutuhan
nutrisi
(diskusi
panduan
diet
dan
piramida
makanan)
Tentukan banyaknya kalori dan
badan,
rapuh,
bila diperlukan
2. Nutrition Management
- Tentukan status nutrisi pasien
- Identifikasi alergi makanan atau
ket :
skala 1 = tidak adekuat
sendok,
skala 4 = penyimpangan
makanan
tinggi
ringan
mengurangi
atau
skala 5 = adekuat
kalori,
protein,
menambah
mengurangi
atau
suplemen)
Rawat kebersihan mulut pasien
sebelum makan
Kelola
pengobatan/medikasi
sebelum makan
Pantau intake dan diet kalori
Pantau gejala kelebihan atau
kekurangan berat badan
Instruksikan pasien untuk
memantau intake dan diet kalori
Penurunan Curah
NOC
NIC
Jantung
TD sistol
1 2 3 4 5
TD diastole
1 2 3 4 5
MAP
1 2 3 4 5
Enzim Jantung
1 2 3 4 5
Frekuensi denyut nadi
1 2 3 4 5
lainnya
Monitor EKG, enzim jantung
Monitor adanya hipoksia
(saturasi oksigen, saturasi
tekanan vena sentra (CVP)
Tekanan intracranial
1 2 3 4 5
Hasil pemeriksaan
angiogram serebral
1 2 3 4 5
-
pernafasan
Monitor tekanan darah pasien
Tissue perfusion:
peripheral
-
CRT
1 2 3 4 5
Suhu ekstremitas
1 2 3 4 5
karotis kanan
1 2 3 4 5
Kekuatan denyut nadi
kiri
1 2 3 4 5
Kekuatan nadi
brakhialis kanan
1 2 3 4 5
Kekuatan nadi
brakhialis kiri
1 2 3 4 5
Kekuatan nadi radialis
kanan
1 2 3 4 5
Kekuatan nadi radialis
kiri
1 2 3 4 5
riwayat keluarga)
Identifikasikan gaya hidup yang
baik untuk pasien (diet, olah
raga, berhenti rokok dan alcohol,
rendah kolesterol)
Beritahukan pasien untuk
mengurangi stress dan depresi
Tissue perfusion:
Pulmonary
jantung
Hambatan
mobilitas
berhubungan
dengan nyeri
NIC :
Exercise therapy : ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
2. Konsultasikan dengan terapi
fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
3. Bantu klien untuk menggunakan
tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
1 2 3 4 5
5. bahu kann
1 2 3 4 5
ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam
6. bahu kiri
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
1 2 3 4 5
7. tumit kanan
1 2 3 4 5
sesuai kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
8. tumit kiri
1 2 3 4 5
9. lutut kanan
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika klien
1 2 3 4 5
10. lutut kiri
memerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
1 2 3 4 5
skala 1 = penyimpangan
parah
skala 2 = penyimpangan
substansial
skala 3 = penyimpangan
sedang
skala 4 = penyimpangan
ringan
skala
tidak
ada
penyimpangan
Risiko
jatuh NOC
Fall prevention
berhubungan
behavior
dengan
1. menempatkan pengaman
penurunan
untuk mencegah jatuh
kekuatan
1 2 3 4 5
ekstremitas
2kontrol kegelisahan
1 2 3 4 5
NIC
Fall Prevention
1. Mengidentifikasi faktor resiko
pasien terjadinya jatuh
2.
kaji
kemampuan
mobilitas
pasien
3. Monitor tanda tanda vital
4. Bantu pasien dalam berjalan atau
3. menggunakan
prosedur transfer
aman
1 2 3 4 5
4. menggunakan
mobilisasi
5. Ciptakan lingkungan yang aman
bagi pasien
6. Berikan
Bantu
jika
diperlukan
tindakan pencegahan
ketika mengambil
alat
7. Libatkan
obat yang
keluarga
dalam
meningkatkan risiko
untuk jatuh
1 2 3 45
Keterangan:
Skala 1: tidak pernah
dilakukan
Skala 2: jarang dilakukan
Skala 3: dilakukan kadangkadang
Skala 4: sering dilakukan
Skala 5: selalu dilakukan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam hal ini, prinsip yang harus diterapkan dalam pembuatan implementasi
keperawatan adalah kita harus menentukan perencanaan yang tepat sebelum kita
membuat implementasi keperawatan, adapun yang harus diperhatikan adalah:
1
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan
klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan)
DAFTAR PUSTAKA