Resume Konjugasi
Resume Konjugasi
Oleh :
Kelompok 3/Off A/2014
Arei Laxmie N.W.
(140341605233)
(140341605926)
BAB 13
KONJUGASI PADA BAKTERI
Konjugasi adalah suatu proses transfer informasi genetik satu arah yang terjadi
melalui kontak sel langsung antar suatu sel bakteri donor dan suatu sel bakteri
resipien (penerima). Konjugasi uga diartikan sebagai fusi temporer atau peleburan
sementara dari organisme sel tunggal dalam rangka transfer seksual materi
genetic. Selain tranformasi dan transduksi, konjugasi juga menyebabkan
terjadinya rekombinan pada bakteri.
Transformasi
Kriteria
Dibutuhkan kontak sel
Tidak
Tranduksi
Tidak
Tidak
Proses rekombinasi
Konjugasi
Ya
Tidak
Peristiwa konjugasi ditemukan pada E.coli yang berbeda
genetik yang terjadi bukan karena hasil sekresi oleh sel-sel bakteri. Kemudian
mereka menyimpulkan bahwa pada E. coli memiliki sistem perkawinan yang
disebut konjugasi yang memungkinkan terjadinya transfer materi gentik antar
bakteri. Konjugasi itulah yang menyebabkan terjadinya rekombinasi sabagai mana
yang dilaporkan Lederberg dan Tatum.
Pada sel-sel bakteri yang berperan menjadi donor memiliki F pili atau sex
pili yang menjadi karakter pembeda berupa juluran khusus yang serupa rambut di
permukaan sel. Pembentukan F pili dikontrol oleh beberapa gen yang terdapat
pada suatu molkeul DNA sirkuler kecil yang disebut kromosom mini. Kromosom
mini disebut fertility factor, sex factor atau plasmid F. Sel-sel bakteri yang
memiliki suatu F factor akan membentuk tabung konjugasi menghubungkannya
dengan sel resipien, serta melakukan transfer DNA. Di dalam sel bakteri, faktor F
dapat terintegrasi dengan kromosom sel inang atau bebas tidak terintegrasi.
Bakteri F+, F-, Hfr
Sel bakteri yang tidak mengandung yang tidak mengandung factor F (sel
resipien) disebut sebagai sel F-, sedangkan sel donor yang mengandung factor F
dalam keadaan tidak terintegrasi disebut sel F+, dalam keadaan terintegrasi disebut
sel Hfr, yang mempunyai laju/rekombinasi yang sangat tinggi. Pada konjugasi
antara sel Hfr dan sel F-, sel resipien hampir tidak pernah berubaha menjadi sel F+,
hal itu bersangkut paut dengan keutuhan faktor F yang ditransfer. Hal ini supaya
sel resipien menjadi sel F+, sel resipien tersebut harus menerima transfer faktor F
utuh. Namun hanya sebagian faktor F ditransfer pada awal proses konjugasi
sedangkan bagian sisanya berada pada ujung kromosom donor.
Faktor F1
F1 atau F prime. Faktro F1 merupakan faktor F yang mengandung sebagian
kromosom bakteri atau yang mengandung gen-gen bakteri, penyebabnya yaitu
Terlepasnya faktor F dari kromosom inang terkadang tidak sesuai dengan
ukurannya saat terintegrasi sehingga faktor F yang terlepas itu dapat mengandung
sebagian kecil kromosom inang yang letaknya berdekatan dengan faktor F di saat
berlangsungnya integrasi.
Pemetaan kromosom E. coli atas dasar hasil percobaan konjugasi terputus
(rentang inang lebar, lisis normal) yang dilakukan Hershey dan Rotman pada
1949. Pada percobaan tersebut digunakan pula strain induk fag T2 yang
bergenotip hr+, dan hr. Hasil ditunjukkan pada adanya fenotip berupa plak turunan
pada cawan petri. Frekuensi (presentase) rekombinasi dihitung menggunakan
rumus :
(h+r+) + ( hr+) / plak total x 100 = frekuensi rekombinan
Hasil dari persilangan menunjukkan kedua kelompok rekombinan
memiliki frekuensi yang hampir sama sehingga rekombinasi terjadi bersifat
resiprok. Mengacu pada frekuensi rekombinan yang keci banyak gen yang
terangkai bersama (berdekatan) sebagai satu kelompok, selalu menunjukkan jarak
kelompok pautan yang sama sebesar 30%, kemudian Hershey mengajukan
hipotesis yaitu ada tiga kelompok pautan pada fag T2, dinyatakan bahwa proses
penggabungan (kombinasi) secara bebas antara kelompok pautan ditandai oleh
frekuensi rekombinasi sebesar 30%, bukan 50%.
Percobaan rekombinasi fag bakteri yang memanfaatkan infeksi simultan
tiga strain yang melibatkan tiga gen. hasil percoban inibahkan digunakan untuk
pemetaan gen fag. Kejadian rekombinasi hanya dapat terjadi karena ada
pertukaran genetik antara ketiga strain, pertukaran genetik itu berlangsung melalui
dua alternatif cara:
1. Terjadi dua rekombinasi berurutan dalam sel yang sama; kombinasi yang
pertama berlangsung antara kromosom dua strain, sedangkan rekombinasi
kedua berlangsung antara strain rekombinan yang telah terbentuk dan strain
ketiga.
2. Terjadi perkawinan serempak antara ketiga kromosom dari ketiga strain
pada suatu waktu yang sama.
Kejadian unik yang mengakibatkan terjadinya rekombinasi pada fag
ternyata juga berdampak pada nilai interferensi genetik, yang bersangkut paut
dengan nilai frekuensi rekombinasi pada daerah kromosom fag yang berdekatan.
Pada kebanyakan makhluk hidup, nilai interferensi gnetik positif yang
menandakan bahwa peristiwa pindah silang yang terjadi pada daerah kromosom
akan menghambat pindah silang pada bagian kromosom yang ada didekatnya.
Pada banyak persilangan antar fag, interferensi genetik justru negatif. Hal
itu berarti bahwa pindah silang pada suatu daerah kromosom akan meningkatkan
kejadian pindah silang pada daerah kromosom di dekatnya.
Terdapat fenomena lainnya yang disebut dengan high negative interference.
Pada fenomena ini frekuensi rekombinasi ganda dapat meningkatkan mencapai
nilai yang 30 kali lebih tinggi daripada frekuensi harapan. Salah satu contoh yaitu
pada data yang terungkap pada persilangan tiga gen yang dilakukan oleh Chase
dan Doermann. Persilangan ini dilakukan antara berbagai mutan r pada fag T4,
dan frekuensi harapan.
Jika frekuensi rekombinan pada dua interval kromosom berdekatan
menjadi lebih kecil maka terjadi peningkatan interferensi negatif yang mencolok.
Jadi, perpasangan dan pertukaran yang terjadi di lingkup suatu daerah kromosom
yang kecil akan meningkatkan peluang pertukaran genetik tambahan di dalam
kelas daerah sempit tersebut.
Rekombinasi Intragenik
Rekombinasi intragenik ternyata juga ditemukan pada fag. Rekombinasi
intragenik pada fag ini dilaporkan pada fag T4, yang merupakan buah karya
kesohor dari Seymor Benzer. Pada awal dekade 1950 Benzer melakukan
pengamatan dan pengkajian rinci terhadap lokus rII fag T4. Dalam hal ini Benzer
berhasil melaksanakan percobaan yang mengungkap keberadaan rekombinanrekombinan genetik yang sangat jarang terjadi akibat pertukaran yang
berlangsung dalam gen, bukan antar gen sebagaimana yang dipaparkan
sebelumnya. Benzer juga berhasil menunjukkan bahwa peristiwa rekombinasi
semacam itu terjadi antar DNA fag-fag bakteri selama infeksi simultan terhadap
E.coli.
Hasil akhir dari kerja Benzer adalah terungkapnya peta rinci dari lokus rII.
Karena informasi yang terungkap sangat rinci, maka kerja Benzer disebut sebagai
analisis struktur halus dari gen. Upaya pertama yang dilakukan benzer adalah
melakukan isolasi atas sejumlah besar mutan di dalam lokus rII fag T4. Ternyata
mutan dalam lokus rII ini menghasilkan plak-plak yang berlainan jika dibiakkan
pada cawan yang mengandung E.coli strain B.
maka rekombinan wild type dalam sel E.coli dapat hidup dan mampu
melakukan lisis terhadapnya, sedangkan mutan rekombinasi tidak mampu
melakukannya.
2. Apakah mungkin terjadi kesalahan pada saat konjugasi dan apabila iya,
apa dampaknya?
Ya kesalahan tersebut dapat terjadi pada saat pemotongan dan pemisahan
profag. Kesalahan pemotongan dan pemisahan profag seperti tersebut
adalah penyebab terbentuknmya partikel-partikel pentransduksi khusus
(Gardner, dkk., 1991). Dalam hal ini hanya gen-gen inang yang terletak
berdekatan dengan tapak insersi profag dapat terpisah bersama DNA fag
serta terbungkus di dalam partikel-partikel fag. Jelas terlihat bahwa proses
transduksi khusus memang hanya berperan terhadap transfer gen yang
terletak di dalam suatu rentang jarak
karena
itu
fag f80
berkembang
mentransduksi
penanda