DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ABSTRAK
LESTARI AINUN MARDIYAH. Sintesis Superabsorben melalui Kopolimerisasi
Pencangkokan Akrilamida pada Onggok Dialdehida. Dibimbing oleh ZAINAL
ALIM MASUD dan M ANWAR NUR.
Onggok merupakan limbah industri pengolahan tapioka yang jumlahnya
melimpah di Indonesia. Onggok memiliki kandungan karbohidrat yang masih tinggi,
terutama pati dan glukosa, yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku
superabsorben. Penelitian ini telah membuat material superabsorben berbahan baku
onggok yang dimodifikasi melalui oksidasi, dilanjutkan dengan kopolimerisasi cangkok.
Oksidasi dilakukan dengan natrium periodat (NaIO4) untuk memutus ikatan C2-C3 pada
cincin glukosa. Ragam konsentrasi NaIO4 (0.01, 0.05, dan 0.10 M), waktu oksidasi (15
dan 60 menit), dan larutan pencuci (akuades, metanol, dan aseton) diterapkan untuk
menghasilkan jumlah gugus aldehida (pemutusan ikatan C2-C3) yang optimum dan
ketahanan terbaik produk terhadap mikroba. Kondisi oksidasi optimum ialah dengan
menggunakan NaIO4 0.05 M selama 1 jam dan dicuci dengan aseton. Proses
kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan menggunakan akrilamida, metilena-bisakrilamida, dan amonium persulfat. Produk kopolimerisasi selanjutnya disaponifikasi
untuk meningkatkan kapasitas serap airnya. Hasil uji menunjukkan bahwa superabsorben
dapat membengkak hingga lebih dari 400 kali bobotnya dalam akuades. Namun, kapasitas
tersebut menurun dalam larutan garam serta larutan asam dan basa.
ABSTRACT
LESTARI AINUN MARDIYAH. Synthesis of Superabsorbent through Grafting
Copolymerization Acrilamide on Onggok Dialdehyde. Supervised by ZAINAL
ALIM MASUD and M ANWAR NUR.
Cassava waste pulp (onggok) from the tapioca industry is abundant in Indonesia.
Cassava waste pulp still has relatively high carbohydrate content, mainly starch and
glucose, which is potencial to be utilized as superabsorbent raw material. The goal of this
work was to synthesize superabsorbent material from cassava waste pulp through
oxidation followed by graft copolymerization. The oxidation was carried out with sodium
periodate (NaIO4) to break the C2-C3 bond in the glucose ring. Various concentration of
NaIO4 solution (0.01, 0.05, and 0.10 M), oxidation time (15 and 60 min), and washing
solutions (distilled water, methanol, and acetone) were used to obtain the optimum
aldehyde group amount (the optimum C2-C3 bond cleavage) and the best products
resistance against microbes. Optimum oxidation conditions using 0.05 M NaIO4 in 1 hour
and washed with acetone. Graft copolymerization process was performed by using
acrylamide, methylene-bis-acrylamide, and ammonium persulfate. The Copolymerization
products were then saponified to increase the water absorption capacity. The test result
showed that the superabsorbent could swell up to 400 times of their original weight in
distilled water. However, the capacities were decreased in salt solution as well as in acid
and basic solutions.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah dengan judul Sintesis Superabsorben melalui Kopolimerisasi
Pencangkokan Akrilamida pada Onggok Dialdehida bertempat di Laboratorium
Terpadu IPB. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-Nya yang tetap berada di jalan-Nya
hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Bapak Dr Zainal Alim Masud, DEA selaku
pembimbing I, Bapak Prof (em) Dr Ir HM Anwar Nur, MSc selaku pembimbing
II. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Khotib M.Si, Bapak
M. Farid M.Si, Bapak Dr Komar Sutriah, Bapak Drs Syahreza, Bapak Budi Arifin
M.Si, Ibu Prof Tun Tedja Irawadi MS, Ibu Dr Henny Purwaningsih M.Si dan
seluruh staf Laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor atas bantuan serta
masukan selama penelitian berlangsung. Terima kasih tak terhingga penulis
sampaikan kepada seluruh keluarga terutama Ayah, Mamah, adikku, dan seluruh
teman Kimia 46 atas dukungan dan doanya. Selain itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada sahabatku Shinta Dewi PS dan teman-teman penelitian (Ka
Bekti, Ka Yono, Ka Dhail, Ka Baim, Ka Rita, Ka Indah, Ka Sarah, Febri, Mia,
Tama, Rahma, Noni, Tati, Rahmi, Denar, Agy, dan Fahmi) di Laboratorium
Terpadu IPB atas doa dan semangatnya yang telah membantu dalam penyelesaian
karya ilmiah ini. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
Metode
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
12
RIWAYAT HIDUP
20
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
12
13
16
17
18
19
PENDAHULUAN
Singkong merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia yang
produksinya pada tahun 2012 mencapai 24.2 juta ton (BPS 2012). Singkong
memiliki kandungan pati yang tinggi sebagai sumber karbohidrat. Saat ini
pemanfaatan singkong sebagai produk industri lebih banyak dalam bentuk tepung
tapioka atau produk makanan ringan. Beberapa industri juga mengolah singkong
untuk menghasilkan produk turunan berupa sorbitol yang salah satunya
dibutuhkan sebagai bahan baku dalam produksi vitamin C.
Pengolahan singkong menjadi produk turunan umumnya menghasilkan
produk samping berupa limbah padat (onggok) dalam jumlah besar. Dalam
industri pembuatan tepung tapioka, jumlahnya dapat mencapai lebih dari 10%.
Supriyadi (2009) menyebutkan bahwa untuk setiap 1 ton singkong dapat diperoleh
114 kg onggok. Selama ini onggok baru digunakan sebagai bahan baku pakan
ternak, antinyamuk bakar, dan campuran saus sambal. Berdasarkan
kandungannya, onggok memiliki potensi untuk dibuat menjadi produk dengan
nilai tambah yang lebih tinggi. Pada dasarnya, kandungan terbesar dalam onggok
ialah senyawa karbohidrat terutama pati dan glukosa. Komponen tersebut
memiliki kandungan gugus hidroksil yang tinggi dan telah dimodifikasi untuk
tujuan lain, salah satunya untuk membentuk material superabsorben. Akan tetapi,
belum ada penelitian sebelumnya menggunakan proses oksidasi sebagai bentuk
modifikasinya.
Superabsorben adalah suatu material yang memiliki kemampuan dasar
menyerap sejumlah tertentu air, hingga lebih dari 100 kali bobotnya (Zhang et al.
2007). Material superabsorben yang berupa polimer memiliki gugus hidrofilik
yang mampu menyerap dan mempertahankan sejumlah cairan, serta
mengeluarkannya dalam kondisi tertentu (Zhang et al. 2006). Polimer
superabsorben (SAP) pada hakikatnya adalah polimer bertautan-silang yang
mampu menyerap air ratusan kali bobot keringnya, tetapi tidak larut dalam air
karena terdapat struktur 3 dimensi pada jaringan polimernya.
Ciri khas SAP tersebut membuat material ini mempunyai cakupan aplikasi
yang relatif luas, antara lain dapat digunakan untuk popok bayi, wadah penyimpan
air di daerah kering/pertanian, sumber air pada tanaman holtikultura, pengantar
obat, detoksifikasi limbah minyak, dan penyerap zat warna (Erizal 2009). Namun,
kebanyakan SAP yang ada saat ini memiliki tingkat keteruraian-hayati yang
rendah sehingga berpotensi merusak lingkungan. Oleh karena itu, banyak
dikembangkan penelitian pembuatan SAP yang teruraikan secara alami berbahan
dasar polimer alam seperti pati dan selulosa (Nakason et al. 2010).
Polimer superabsorben dapat disintesis dengan kopolimerisasi
pencangkokan untuk memodifikasi karbohidrat. Salah satu SAP yang telah dibuat
dari sumber karbohidrat adalah kopolimer antara pati dan akrilamida yang
disintesis menggunakan amonium persulfat dan N,N-metilena bis-akrilamida
sebagai penaut-silang (Lanthong et al. 2006). Modifikasi polisakarida dalam
onggok tapioka dengan kopolimerisasi pencangkokan dan penautan-silang dengan
monomer akrilamida telah dilakukan oleh Teli dan Waghmare (2009).
Kopolimerisasi pencangkokan dan penautan-silang diharapkan menghasilkan
polimer yang memilki daya serap air tinggi.
Penelitian ini bertujuan membuat SAP dari bahan baku onggok yang
dimodifikasi. Modifikasi onggok dilakukan dalam 2 tahap (Lampiran 1), yaitu
oksidasi dan kopolimerisasi. Oksidasi onggok dilakukan dengan natrium periodat
(NaIO4) untuk memutus ikatan CC yang mengikat gugus OH visinal dan
mengubah kedua gugus tersebut menjadi gugus aldehida. Hasil oksidasi onggok
selanjutnya akan dicangkok melalui kopolimerisasi. Oksidasi pada onggok
diharapkan dapat menambah tapak aktif dalam reaksi kopolimerisasi sehingga
dapat meningkatkan daya serap air secara signifikan. Dalam penelitian ini,
akrilamida (AAm) dan penaut-silang metilena-bis-akrilamida (MBA) digunakan
untuk membentuk kopolimer cangkok dan taut-silang. Hasil penelitian ini
memberikan informasi mengenai kapasitas serap air, kapasitas serap dalam larutan
garam, dan kapasitas serap pada berbagai nilai pH dari SAP berbahan baku
onggok yang dimodifikasi tersebut.
Metode
Preparasi Sampel Onggok
Onggok dicuci dan dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian
dihaluskan dan diayak 100 mesh.
Oksidasi Onggok (Margutti et al 2002)
Sebanyak 10 g sampel onggok hasil preparasi ditimbang. Sementara itu,
disiapkan 1000 mL larutan natrium periodat (NaIO4) dengan variasi konsentrasi
0.01, 0.05, dan 0.10 M. Reaksi oksidasi dilakukan pada suhu 25 C. Sampel
onggok dimasukkan ke dalam wadah yang terisolasi dari cahaya, kemudian
ditambahkan larutan NaIO4 dan diaduk dengan variasi waktu 15 dan 60 menit.
Sampel hasil oksidasi kemudian dibilas dengan akuades hingga air bilasannya
netral. Sampel dikeringkan dan disimpan di tempat yang tidak terkena cahaya
langsung.
Tabel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
kenaikan yang signifikan (Lampiran 3). Daya serap air sebelum saponifikasi untuk
ulangan 1, 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut 20.10, 22.12, 21.28, 20.62, dan 20.50 g/g,
sedangkan setelah saponifikasi berturut-turut 417.53, 413.50, 390.49, 416.38, dan
471.91 g/g. Peningkatan daya serap air ini erat hubungannya dengan pembentukan
muatan dalam sistem polimer akibat pengubahan gugus amida (-COONH2)
menjadi asam karboksilat (-COOH) dan anionnya (-COO) (Teli dan Waghmare
2009). Hasil saponifikasi memiliki daya pembengkakan yang lebih besar, hal ini
sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Li et al. (2006) dan Nakason et al.
(2010).
Hasil pencangkokan juga dianalisis dengan spektrofotometer FTIR untuk
menentukan telah terbentuknya SAP dan telah berlangsungnya saponifikasi
(Gambar 2). Pita serapan pada bilangan gelombang 3186 dan 3278 cm-1 diduga
berasal dari vibrasi ulur gugus amida dan pada 1450 cm-1 dari vibrasi tekuk NH
amida. Keberadaan vibrasi gugus amida mengindikasikan bahwa SAP onggokpoliakrilamida telah berhasil dibentuk.
Pembengkakan (kali)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
5
10
20
30
60
120
240
480
960 1440
Waktu (menit)
Gambar 3 Pembengkakan SAP dalam akuades dengan variasi waktu
Bila dibandingkan dengan nilai kapasitas serap air pada penelitian Amroni
(2011), hasil penelitian ini masih lebih kecil. Amroni (2011) melaporkan bahwa
SAP berbahan baku onggok yang dikopolimerisasi dengan akrilamida tanpa
didahului oksidasi dapat menyerap air hingga sekitar 1000 kali bobot awalnya.
Dalam penelitian lain, kapasitas serap air SAP berbahan baku onggok yang
dikopolimerisasi dengan asam akrilat tanpa didahului oksidasi mencapai sekitar
600 kali bobot awalnya (Fitriyanto 2013). Nilai kapasitas serap yang lebih kecil
dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh menurunnya polaritas SAP akibat
oksidasi gugus OH pada C2 dan C3 yang menghasilkan gugus aldehida. Selain
itu, kemungkinan terjadinya pemutusan rantai polimer pati akibat oksidasi juga
dapat menjadi faktor menurunnya kapasitas serap air SAP yang terbentuk.
Pengujian SAP dalam larutan garam NaCl menunjukkan penurunan
kapasitas serap air dengan meningkatnya konsentrasi NaCl (Gambar 5). Selain itu,
jika dibandingkan dengan nilai kapasitas serap air dalam akuades, kapasitas serap
air dalam larutan garam lebih kecil (Lampiran 5). Superabsorben yang direndam
dalam larutan garam 0.01 M selama 24 jam hanya membengkak 116 kali. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotik yang lebih kecil (tidak terlalu
signifikan) antara SAP dan larutan luar akibat tolakan elektrostatik anion-anion.
Penurunan kapasitas serap air SAP dalam larutan garam juga ditunjukkan pada
penelitian Fitriyanto (2013).
450
Pembengkakan (kali)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
[NaCl] (M)
Gambar 4
Sama halnya dengan dalam larutan garam, kapasitas serap air SAP dalam
larutan asam dan basa juga menunjukkan nilai yang lebih kecil (Lampiran 6)
dibandingkan dengan dalam akuades (Gambar 6). Daya serap mencapai nilai
optimum pada larutan dengan pH 6, yaitu dengan nilai pembengkakan hingga
lebih dari 400 kali. Hasil ini sesuai dengan nilai pembengkakan SAP yang
direndam dalam akuades karena pH akuades juga 6. Dalam media asam,
kebanyakan gugus karboksilat terprotonasi. Hal ini menurunkan tolakan antar
gugus anionik sehingga rantai polimer sulit untuk mengembang. Dalam media
basa, adanya ion Na yang berlebih juga mengurangi kemampuan pembengkakan
dan menurunkan tolakan anion-anion karboksilat. Hal yang sama juga ditunjukkan
oleh SAP berbahan baku onggok yang dikopolimerisasi dengan asam akrilat
(Fitriyanto 2013), yang menghasilkan nilai optimum dalam larutan dengan pH
6.65.
10
450
pembengkakan (kali)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
0
10
12
14
pH
Gambar 5 Pembengkakan SAP dalam larutan dengan berbagai pH
Secara keseluruhan, hasil kopolimerisasi cangkok dan taut-silang pada
onggok hasil oksidasi berbeda dengan pada onggok tanpa modifikasi, terutama
dilihat dari daya pembengkakannya. Onggok hasil oksidasi memiliki daya
pembengkakan yang lebih kecil disebabkan gugus hidroksil C2 dan C3 pada
onggok telah berubah menjadi aldehida. Gugus aldehida memiliki kepolaran yang
lebih rendah daripada gugus hidroksil sehingga interaksi dengan molekul air
cenderung lebih sedikit yang pada akhirnya menyebabkan air yang terikat atau
terserap hanya sedikit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amroni M. 2011. Sintesis superabsorben melalui kopolimerisasi pencangkokan
dan penautan-silang onggok dengan akrilamida [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Industrial Indonesia 2012. Jakarta
(ID): BPS.
Erizal. 2009. Synthesis and characterization of crosslinked polyacrylamidecarrageenan hydrogels superbasorbent prepared by gamma radiation.
Indones J Chem. 10(1):12-19.
Fitriyanto EB. 2013. Sintesis dan pencirian superabsorben onggok-g-asam akrilat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kurniadi T. 2010. Kopolimerisasi grafting monomer asam akrilat pada onggok
singkong dan karakterisasinya [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Lanthong P, Nuisin R, Kiatkamjornwong S. 2006. Graft copolymerization,
characterization and degradation of cassava starch-g-acrylamide/itaconic
acid super-absorbents. Carbohydr Polym. 66:229-245.
Li A, Zhang J, Wang A. 2007. Utilization of starch and clay for preparation of
superabsorbent composite. J Res Tech. 98:327-332.
Liang R, Yuan H, Xi G, Zhou Q. 2009. Synthesis of wheat straw-g-poly(acrylic
acid) superabsorbent composite and release of urea from it. Carbohydr
Polymer. 77:181-187
Margutti S, Vicini S, Proietti N, Capitani D, Conio G, Pedemonte E, Segre AL.
2002. Physical-chemical characterization of acrylic polymers grafted on
cellulose. Polymer. 6183-6194
Nakason C, Wohmang T, Kaesaman A, Kiatkamjornwong S. 2010. Preparation of
cassava starch-graft-polyacrylamide super-absorbents and associated
composites by reactive blending. Carbohydr Polym. 81:348-357.
Sangseethong K, Termvejsatanona N, Shirothb K. 2010. Characterization of
physicochemical properties of hypochlorite and peroxide oxidized cassava
starches. Carbohydr Polym. 82:446-453
Supriyadi. 2009. Onggok untuk bahan pakan. Poultry Indonesia (v) [internet].
[diunduh 2013 maret 25]; 5(12):111-112. Tersedia pada http://www
.poultry Indonesia.com.
Teli MD, Waghmare NG. 2009. Synthesis of superabsorbent from carbohydrate
waste. Carbohydr Polym. 78:492-496.
Zhang J, Li A, Wang A. 2006. Study on superabsorbent composite. VI.
Preparation, characterization and swelling behaviors of starch phosphate
graft- acrylamide attapulgite superabsorbent composite. Carbohydr Polym.
65(2):150158.
Zhang J, Wang G, Wang A. 2007. Preparation and properties of chitosan-g-poly
(acrylic acid) montmorillonite superabsorbent nano-composite via in situ
intercalative polymerization. J Ind Eng Chem Res. 46(8):2497-2502.
12
Onggok
Optimasi oksidasi
Uji kadar karbonil
FTIR
Onggok
dialdehida
Saponifikasi
FTIR
13
Lampiran 2
Tahap inisiasi
14
Lanjutan Lampiran 2
Tahap propagasi (kopolimerisasi)
15
Lanjutan Lampiran 2
Tahap terminasi (penautan-silang)
16
Lampiran 3 Kapasitas serap air SAP berbahan baku onggok yang dioksidasi dan
dikopolimerisasi sebelum () dan setelah disaponifikasi ()
500,00
450,00
400,00
350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
1
Ulangan
17
Lampiran 4
Waktu
oksidasi
(menit)
5
10
20
30
60
120
240
480
960
1440
26.5634
13.7327
23.6778
23.5016
27.4942
28.2091
33.8417
30.1264
29.5999
28.8306
29.6695
33.1878
35.1634
36.5953
36.6405
39.8522
40.8702
36.7400
50.6467
55.8784
178.2778
132.4272
225.5028
225.7598
258.8908
257.1477
273.1372
276.3890
279.5080
278.0193
289.7412
287.0917
312.2860
312.5132
346.5807
349.5807
366.5489
365.2087
417.5326
416.3815
Rerata
155.3525
225.6313
258.0192
274.7631
278.7636
288.4164
312.3996
347.9496
365.8788
416.9570
18
Lampiran 5
[Larutan]
(M)
1.00
0.50
0.20
0.10
0.08
0.06
0.04
0.02
0.01
19
Lampiran 6
pH larutan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 22 Agustus 1991 dari Bapak Agus
Salim dan Ibu Sukaesih. Penulis merupakan putri pertama dari 2 bersaudara.
Penulis lulus tahun 2009 dari SMA Negeri 9 Bogor dan pada tahun yang sama
lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) pada
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjalani masa perkuliahan di IPB, Penulis pernah menjadi asisten
praktikum Kimia Organik 2012/2013 di Program Keahlian D3 Analisis Kimia
IPB, asisten Kimia Dasar 1 2011/2012, Asisten Kimia B (2011-2012), Asisten
Kimia Dasar 2 (2012-2013) di mayor S1 Kimia IPB. Penulis pernah melakukan
praktik kerja lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi Lemigas Jakarta dengan judul laporan Uji Kandungan Sulfur dalam
Pelumas Menggunakan Spektrofotometer Sinar-X Energi Dispersif.