Anda di halaman 1dari 11

I.

II.

III.

JUDUL
:PENCEMARAN SUARA
TUJUAN
:
1. Mengetahui hubungan kendaraan dengan kebisingan
2. Mengetahui hubungan jarak dan waktu terhadap kebisingan
3. Mengetahui penyebab pencemaran suara
4. Mengetahui cara penanggulangan pencemaran suara
5. Mengamati bagaimana kondisi laju kendaraan terhadap kebisingan
TINJAUAN TEORITIS

Polusi suara adalah salah satu dari banyak permasalahan yang terdapat di taman kota
yang berdampak pada kenyamanan pengunjung taman. Polusi suara juga berdampak pada
kesehatan pengunjung taman, terutama kesehatan indera pendengaran. Selain itu, polusi suara
merubah soundscape dari taman kota tersebut yang mengakibatkan perubahan suasana taman
yang tidak sesuai. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, dibutuhkan sarana peredaman
suara yang dapat disesuaikan dengan tingkat kebisingan taman tersebut. Peredam suara
tersebut tidak hanya harus dapat menurunkan kebisingan tetapi juga membantu taman untuk
dapat berfungsi sesuai dengan fungsinya dengan mempertahankan soundscape idealnya.
Polusi suara atau kebisingan dinilai dengan tingkatan kebisingan dengan satuan desibel(dB).
Pada pendengaran normal,tingkat kebisingan yang wajar didengar dalam jangka waktu
panjang adalah 30-60 dB, sedangkan tingkat kebisingan diatas 85 dB dalam jangka waktu
pemaparan 8 jam dapat menurunkan kualitas pendengaran seseorang.Di area perkotaan
sendiri, tingkat kebisingan yang sering terjadi adalah sekitar 70 dB, yaitu tingkat kebisingan
lalulintas yang padat.Kebisingan lalu lintas ini bersumber dari suara mobil dan motor yang
melintas di jalan(Nuradiati,2011).
Polusi suara atau kebisingan dinilai dengan tingkatan kebisingan dengan satuan
desibel(dB). Pada pendengaran normal,tingkat kebisingan yang wajar didengar dalam jangka
waktu panjang adalah 30-60 dB, sedangkan tingkat kebisingan diatas 85 dB dalam jangka
waktu pemaparan 8 jam dapat menurunkan kualitas pendengaran seseorang. Di area
perkotaan sendiri, tingkat kebisingan yang sering terjadi adalah sekitar 70 dB, yaitu tingkat
kebisingan lalulintas yang padat. Kebisingan lalu lintas ini bersumber dari suara mobil dan
motor yang melintas di jalan. Polusi suara atau kebisingan dinilai dengan tingkatan
kebisingan dengan satuan desibel(dB)(Feidihal,2007)
Terjadinya kemacetan juga tak lepas dari pertumbuhan kendaraan yang tak terkendali
terutama untuk jenis kendaraan mobil pribadi yang meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
drastis jumlah kendaraan bermotor ini telah mengakibatkan kemacetan dan polusi suara
sebagai dua masalah utama yang umumnya dimiliki kotakota besar di Indonesia termasuk di
Kota Makassar. Kemacetan itu disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan
jumlah kendaraan dan pertambahan jumlah jalan. Dengan terjadinya kemacetan maka kita
tidak terhindar dari penggunaan klakson yang dapat menimbulkan suara bising.Suara bising
merupakan salah satu polusi suara yang saat ini semakin tidak terkendali. Bising dapat
diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu aktivitas manusia. Salah
satu sumber bising yang sering kali kita dengar adalah bising dari kendaraan bermotor di
jalan raya pada kondisi lalu lintas yang heterogen khususnya di kota Makassar. Bising yang
ditimbulkan bukan hanya karena bunyi knalpot kendaraan bermotor yang melintas tetapi juga
dapat disebabkan oleh gesekan antara jalan dan ban kendaraan bahkan bunyi klakson
kendaraan(Ramdlani,2014)
Penanganan untuk menurunkan tingkat kebisingan dapat dilakukan pada sumber
kebisingan, media perantara dan penerima kebisingan. Penurunan pada sumber kebisingan
dilakukan secara keteknikan dengan mengubah mekanisme kerja dari sumber bising.

Penurunan melalui media perantara dapat dilakukan dengan pelapisan, enclosure, dan
pemasangan barrier. Penuruan pada penerima kebisingan dapat dilakukan dengan pemberian
earplug atau earmuff. Penurunan tingkat kebisingan sudah dilakukan oleh Yaya Adi Yusa,
dkk, tahun 2010 di CV Linda Makmur yang bergerak di bidang penggilingan limbah kain.
Tingkat kebisingan direduksi dengan menggunakan enclosure dengan bahan polycarbonate
setebal 5 inchi. Hasil perancangan ternyata mampu mengurangi tingkat kebisingan sebesar
22,38 dBA sehingga tingkat kebisingan sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah .
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki oleh telinga. Bunyi secara berkelanjutan atau
impulsif dapat mengakibatkan kerusakan pada telinga. Kerusakan telinga biasanya terjadi
pada gendang telinga atau ossicles. Awalnya akan terjadi kehilangan pendengaran terhadap
frekuensi tinggi, namun perlahan pada frekuensi yang semakin menurun sampai kepada
frekuensi rendah. Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara fisik tidak saja mengganggu
organ pendengaran, tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada organ-organ tubuh yang
lain, seperti penyempitan pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko et al., 2000).
Pengaruh bising secara psikologi, yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja
seseorang (Asmaningprojo, 1995).Menurut Sulistyani et al., (1993),agresivitas warga yang
tinggal di 2 kawasan bising akan meningkat dengan bertambahnya tingkat kebisingan di
kawasan tersebut dan inilah yang menyebabkan warga kurang mampu mengontrol diri
maupun tingkah lakunya.Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Bhinnety et al., (1994),
menyatakan bahwa intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
memori jangka pendek; semakin tinggi intensitas kebisingan akan semakin menurun memori
jangka pendek seseorang, variasi intensitasnya antara 30 dB sampai dengan 95
dB(Suarna,2007).
kebisingan dapat didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu
manusia. Sehingga beberapa kecil atau lembut suara yang terdengar, jika hal tersebut tidak
diinginkan maka akan disebut kebisingan.Alat standar untuk pengukuran kebisingan adalah
Sound Level Meter (SLM). SLM dapat mengukur tiga jenis karakter respon frekuensi, yang
ditunjukkan dalam skala A, B, dan C. Skala A ditemukan paling mewakili batasan
pendengaran manusia dan respons telinga terhadap kebisingan, termasuk kebisingan akibat
lalu lintas, serta kebisingan yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Skala A
dinyatakan dalam satuan dBA.Pemerintah Indonesia, melalui SK Menteri Negara
Lingkungan Hidup No: Kep.48/MENLH/XI/1996, tanggal 25 November 1996, tentang
kriteria batas tingkat kebisingan untuk daerah pemukiman mensyaratkan tingkat kebisingan
maksimum untuk outdoor adalah sebesar 55dBA. Kebisingan lalu lintas berasal dari suara
yang dihasilkan dari kendaraan bermotor,terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat
interaksi antara roda dengan jalan.Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil penumpang
merupakan sumber kebisingan utama di jalan raya.Secara garis besar strategi pengendalian
bising dibagi menjadi tiga elemen yaitu pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian
terhadap jalur bising dan pengendalian terhadap penerima bising(Djalante,2010).

IV.
NO
1

ALAT DAN BAHAN


Alat
Jumlah
Sound Level meter
1 buah

2
3

stopwatch
Alat tulis
V.

VI.

1 buah
-

PROSEDUR KERJA
1. Menentukan lokasi bising sepeti persimpangan jalan atau perempatan jalan
yang padat
2. Nenentukan kendaraan yang melintas dalam kuru waktu 2 menit setiap
pengimbilan satu sampel.tipe kendaraan yang dihitung yaitu mobil
pribadi,sepeda motor,becak,angkotdan jenis kendaraan lainnya
3. Mengukur tingkat kebisingan disekitar persimpangan/perempatan jalan dengan
menggunakan sound level metewr (SLM)
4. Waktu pengamatan yang dilakukan sebanyak 2 kali pada jam-jam sibuk yaitu
pkl.07.00-07.30 WIB dan Pkl 17.00-17.30 WIB dalam rentang waktu 20-30
menit pengambilan data
5. Daerah jarak pengamatan berada pada dua posisi dengan 5 kali pengambilan
sampel pada tiap-tiap posisi,posisinya berada pada sekitar 1 meter dan 3 meter
dari sumber kebisingan
6. Semua anggota mempunyai tugas masing-masing dengan membagi secra
merata dari yang mencatat kadar suara dan jumlah kendaraan
7. Mencatat hasil yang diperoleh dilapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
PENGAMATAN Pkl 07.00-07.30 WIB jarak 1 meter dari kebisingan
Tabel pengamatan
No

waktu

Desibel
Mobil
priba
di

1
2
3
4
5

I
II
III
IV
V

83.0
72.8
75.1
76.3
73.5

28
51
41
44
48

Jumlah kendaraan
Speda becak angko
motor
t

111
125
135
137
145

16
18
26
14
25

38
35
29
38
40

Tabel korelasi
NO

ulang
an
1 I
2 II

Yi

Xi y2
x2
xy
3
83 9
6889
1521
3237
4 5299, 2134, 3363,
72,8 6
84
44
36

Kend
lainny
a

2
2
3
1
-

3 III

75,1

4 IV

76,3

5 V

73,5

xy
18426,6
5
3 y2
29052,7
5
9 -

4
7
4
7
6
5

5640,
01
5821,
69
5402,
25

2190,
24
2190,
24
4160,
25

3514,
68
3570,
84
4740,
75

yi*xi
491,16

92624,31
(y)2
144932,4
9

x2
12196,1
5
7 -

331,46

18,20
604
769,3 rhit
987 =

(xi)2
1785,9
6

59194,89

42,26
062

Korelasi yang diperoleh (korelasi negatif)


70
60
50
40
Axis Title 30

xi
Linear (xi)

20
10
0
72 74 76 78 80 82 84
Axis Title

PENGAMATAN Pkl 07.00-07.30 WIB jarak 3 meter dari kebisingan


Tabel pengamatan
No

waktu

desib
el

75,1

Mobil
priba
di
55

Jumlah kendaraan
Speda becak angko
motor
t

160

26

35

Kend
lainny
a
0

0,638
37

2
3
4
5

II
III
IV
V

72,5
75,4
81,2
79,8

47
36
41
52

155
170
179
185

20
26
28
30

31
30
29
41

2
0
1
3

Tbel perhitungan korelasi


ulang
an

NO

yi

1 I
2 II
3 III
4 IV
5 V

xi
y2
x2
xy
55, 5640, 3047, 4145,5
75,1
2
01
04
2
5256,
72,5 51
25
2601 3697,5
52, 5685, 2745, 3950,9
75,4
4
16
76
6
55, 6593, 3091, 4514,7
81,2
6
44
36
2
62, 6368, 3868, 4963,5
79,8
2
04
84
6

Yi

xi y2
x2
xy
27 29542
21272,
384
6
,9 15354
26

xy
21272,
5
26 y2
29542,
5
9 -

x2
5

15354 -

Diagram scatter Korelasi

yi*x
i
10613
7,6 223,7
(y)2
14745
6 258,5
(xi)2
76396, 373,0
96
4

16,07
794
310,5
332 rhit=
19,31
424

0,720
374

70
60
50
40
Axis Title 30

xi

20

Linear (xi)

10
0
72 74 76 78 80 82
Axis Title

Pengamatan pkl 17.00-17.30 jarak 1 meter dari kebisingan


Tabel pengamatan
No

waktu

1
2
3
4
5

desibe
l

I
II
III
IV
V

Mobil
pribad
i
46
81
72
83
71

84
83,2
78,8
82,3
77,4

Jumlah kendaraan
Speda becak angko
motor
t
164
178
179
207
124

10
17
8
14
16

35
18
21
27
34

Kend
lainny
a
1
1
1
2
3

Tabel perhitungan korelasi


NO

ulanga
n

yi

xi

1 I

84

51,2

2 II

83,2

59

3 III

78,8

56,2

4 IV

82,3

66,6

5 V

77,4

49,6

Yi
405,7

y2

xy
22958,
5
38 -

x2
xy
2621,4
7056
4
6922,2
4
3481
6209,4 3158,4
4
4
6773,2 4435,5
9
6
5990,7 2460,1
6
6

y2
x2
xy
32951, 16156,
282,6
73
6

4300,8
4908,8
4428,56
5481,18
3839,04

xi

yi*x
i
11465 141,0
0,8
8

22958,38

y2
32951,
5
73 -

(y)2
16459 166,1
2,5
6

x2
16156,
5
6 -

(xi)2
79862, 920,2
76
4

12,89
031
391,0
333 rhit=

0,360
788

30,33
546

Diagram sacatter korelasi


70
60
50
40
Axis Title 30

xi

20

Linear (xi)

10
0
77 78 79 80 81 82 83 84 85
Axis Title

Pengamatan pada pkl 17.00-17.30 dengan jarak 3 meter dari kebisingan


Tabel pengamatan
No

waktu

1
2
3
4
5

I
II
III
IV
V

desibe
l

Mobil
pribad
i
53
51
43
63
57

69,1
73,6
74,9
75,9
84,2

Jumlah kendaraan
Speda becak angko
motor
t
113
138
157
98
228

21
14
12
19
14

23
19
24
22
19

Kend
lainny
a
2
0
2
3
3

Tabel perhitungan korelasi


NO

ulang
an

yi

xi

1 I

69,1

42,4

2 II

73,6

44,4

3 III

74,9

47,6

4 IV

75,9

41

5 V

84,2

64,2

y2
x2
xy
4774,8 1797,7
1
6
5416,9 1971,3
6
6
5610,0 2265,7
1
6
5760,8
1
1681
7089,6 4121,6
4
4

2929,84
3267,84
3565,24
3111,9
5405,64

Yi

xi

377,7
N

y2
x2
xy
28652, 11837,
239,6
23
52

xy
18426,
5
63 y2
29052,
5
79 -

yi*xi
90496,
92
(y)2
14265
7,3

x2
12196,
5
17 -

(xi)2
57408,
16

18280,46

1636,
23
2606,
66

51,05
546
3051,
686 rhit=

3572,
69

0,536
172

59,77
198

Diagram sacatter korelasi


70
60
50
40
Axis Title 30

xi

20

Linear (xi)

10
0
68707274767880828486
Axis Title

PEMBAHASAN

ANALISIS MENGGUNAKAN UJI VALIDITAS


Tingkat kebisingan di Kota medan sebagian besar karena lalu lintas kendaraan bermotor,
maka rata-rata tingkat kebisingan yang terukur akan mencapai nilai tinggi bila pengukuran
dilakukan pada lokasi yang dekat dengan jalan yang padat/banyak dilalui oleh kendaraan
bermotor.

1. Pengamatan Pkl.07-07.30 wib Dengan jarak 1 meter dari kebisingan memproleh hasil
sebagai beriku r hitung=0,63837 dan r tabelnya dengan tingkat kepercayaan 95%

memperoleh hasil tabel dengan pengurangan derajat kebebasan N-2 Maka diperoleh
rtabel=0,8054
2. Pengamatan Pkl 07-07.30 WIB dengan jarak 3 meter dari kebisingan hasil sebagai
berikut rhitung=0,720374 dan rtabelnya dengan tingkat kepercayaan 95%
memperoleh hasil tabel dengan pengurangan N-2 maka diperoleh
rtabel=0,8054
3. Pengamatan Pkl 17.00-17.30 WIB dengan jarak 1 meter dari kebisingan
hasil berikut rhitung =0,360788 dan rtabelnya dengan tingkat
kepercayaan 95% memperoleh hasil tabel dengan pengurangan N-2 maka
diperoleh rtabel =0,8054
4. Pengamatan Pkl 17.00-17.30 WIB dengan jarak 3 meter dari kebisingan
hasil berikut rhitung =0,561372 dan rtabelnya dengan tingkat
kepercayaan 95% memperoleh hasil tabel dengan pengurangan N-2 maka
diperoleh rtabel =0,8054

Sehingga rhitung lebih kecil dibandingan dengan rtabel oleh karena itu tingkat
validitas atau kepercayaan data dari tabel data pengamatan tidak mempunyai korelasi
antar variabel hal ini disebabkan karena beberapa faktor kuat penyebab tingkat
validitas nya renda seperti:
Ada pengolahan data yang salah dari praktikan
Faktor terkuat menurut kelompok 6 disimpulkan berdasarkan hasil analisis kami
yaitu jumlah kendaraan yang lewat dengan kebisingan yang didengarkan secara
langsung kurang sebanding dengan hasil yang ditunjukkan dengan
soundLevelmeter seperti jumlah kendaraan total dari sekali pengamatan bisa
mencapai 350 kendaraan dan tingkat kebisingan yang didengar melalui telinga
normal sudah bising,namun Sound Level Meter hanya memperlihatkan
kebisingan nya sebesar 70-75 Db
ANALISIS MENGGUNAKAN DIAGRAM SCATTER
1. Pada tabel 1 pengamatan pkl 07.00-07.30 wib jarak 1 meter dari kebisingan dianalisis
menggunakan scatter diperoleh korelasi negatif ditandai dengan garis linier dan pola
sebaran yang menunjukkan menurun.
2. Pada tabel 2 pengamatan pkl 07.00-07.30 wib jarak 3 meter dari kebisingan dianalisis
menggunakan scatter diperoleh korelasi positif ditandai dengan garis linier dan pola
sebaran yang menunjukkan meningkat.
3. Pada tabel 3 pengamatan pkl 17.00-17.30 wib jarak 1 meter dari kebisingan dianalisis
menggunakan scatter diperoleh korelasi positif ditandai dengan garis linier dan pola
sebaran yang menunjukkan menurun.
4. Pada tabel 4 pengamatan pkl 17.00-17.30 wib jarak 1 meter dari kebisingan dianalisis
menggunakan scatter diperoleh korelasi positif ditandai dengan garis linier dan pola
sebaran yang menunjukkan menurun.

Lokasi daerah pengamatan

Gbr 1 daerah pengamatan arah Utara

Gbr 2 Daerah pengamatan arah selatan

VII.

KESIMPULAN

VIII.

Hubungan kendaraan dengan kebisingan sangat berhubungan disebabkan


karena semakin banyak kendaraan semakin banyak suara mesin yang
dikeluarkan masing-masing kendaraan,keadaan kota medan yang banyak akan
kendaraan akan dengan cepat menyebabkan jalanan macet,pada jam-jam
tertentu jumlah kendaraan makin banyak disebabkan karena aktifitas manusia
dijam-jam itu sangat sibuk seperti jam 7-7.30 wib itu merupakan jam-jam
sibuk orng berfaktifitas sehingga tingkat kebisingan sangat bising.
Jarak dan waktu akan berpengaruh terhadap pengambilan data semakin jauh
praktikan melakukan pengamtan semakin kecil desibel suara yang
diperlihatkan sound level meter
Penyebab pencemaran suara umumnya disebabkan karena mesion-mesin
kendaraan yang banyak dan tidak didesain dengan bagus sehingga membuat
cara kerja mesin mengeluarkan suara bising,penyebab lainnya dilapangan
karena kemacetan,semua orang saling berdesakan dan mau jadi yang
pertama,dengan membunyikan klakson menurut pengendara dapat
memperlancatr jalan mereka namun nyatanya malah membuat pencemaran
suaara
Penanggulangan pencemaran suara sendiri seharusmnya setiap kendaraan
umum sudah memounyai standar nasional dan nmesinnya didesain sedemikian
rupa supaya tidak menimbulkan pencemaran suara
Semakin tinggi tingkat kebisingan laju kendaraan akan semakin lambat hal ini
disebabkan karena semakin banyak dan padatnya kendaraan dijalanan.

DAFTAR PUSTAKA

Djalante, S. (2010). Analisis tingkat kebisingan dijalan raya yang menggunakan


lat pemberi isyarat lalu lintas (apil) (studi kasus:Simpang ade swalayan). journal
teknik mesin , 12-19.
Feidihal. (2007). tingkat kebisingan dan pengaruhnya terhadap manusia
dibengkel teknik mesin politeknik negeri padang. jurnal teknik mesin , 23-37.
Nuradiati, N. (2011). Sheklter peredam suaraUntuk penggunaan pada area
taman kota. jurnal tigkat sarjana dan seni rupa desain , 11-15.
Ramdlani, S. (2010). peran lansekap dalam kinerja infrastruktur perkotaan. jurnal
teknik arsitektur , 13-20.
suarna, i. (2007). permasalahan kebisingan dikota denpasar . jurnal teknik , 7-14.

Anda mungkin juga menyukai