Anda di halaman 1dari 3

Tindakan Operatif dalam Penanganan Abses pada Gajah Sumatera (Elephas

maximus sumatranus) di Taman Nasional Way Kambas


Widy Parameita Dewi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
I.

Pendahuluan
Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa endemik

pulau Sumatera. Berdasarkan undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang


Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta menurut Peraturan RI
Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, gajah
sumatera merupakan satwa langka. Dalam CITES (Convention on Internasional
Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) gajah termasuk dalam daftar
Appendix 1 (Mahanani, 2012). Sedangkan menurut IUCN (Internasioal Union
Conservation of Nature) menetapkan status gajah sumatera Endangered atau
terancam punah, maka dari itu perlu dilalakukannya konservasi in situ yang
bertempat di Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur.
Gajah di PKG (Pusat Konservasi Gajah) atau gajah di ERU (Elephant Respon
Unit) merupakan gajah yang telah terlatih dan telah didomestikasi. Gajah yang telah
didomestikasi memiliki tujuan ganda, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan
masyarakat juga sebagai penopang kelestarian spesies tersebut. Taman Nasional Way
Kambas merupakan salah satu konservasi in situ yang memiliki Rumah Sakit Gajah
Pertama di Indonesia. Terdapat 2 dokter hewan dan 4 tenaga medis, dan setiap gajah
memiliki 1 perawat gajah (mahout). Pencegahan penyakit seperti kasus EEHV
(Endotelial Elephant Herpes Virus) dan Helmintiasis telah mengalami pencegahan
secara rutin yang dilakukan pihak medis Taman Nasional Way Kambas (Lestari,
2014).
Gajah sumatera adalah satwa yang rentan terhadap abses, dikarenakan
pencegahan untuk kasus abses sangatlah kurang. Gajah merupakan hewan yang
memiliki konstur kulit yang tebal yaitu 2,5 5,0 cm, dan gajah tidak memiliki
kelenjar sebaceous untuk mengelurakna keringat, sehingga pada kondisi cuaca yang

panas gajah sering melumuri tubuhnya dengan lumpur keseluruh badan, sehingga
besar kemungkinan terjadinya luka pada gajah, serta jalur jelajah gajah yang bisa
memungkinkan terjadinya luka yang bisa berpotensi terjadi abses. Abses merupakan
penumpukan pus atau nanah yang diakibatkan dari masuknya bakteri melalui luka
sehingga menginfeksi jaringan yang sehat. Sel mengalami kerusakan karena
penumpukan nanah, sehingga perlunya dilakukan tindakan operatif untuk pengobatan
abses (Sentilkumar, 2014).
Abses adalah penyakit yang umum dan paling sering ditemui pada gajah,
terutama gajah yang berada di Taman Nasional Way Kambas. Kondisi lingkungan
dan manajemen perawatan gajah yang mengarah ke konservasi maka harus
dipertimbangkan kesejahteraan hewan dan pengobatan dilakukan sedini mungkin.
Berdasarkan latar belakang tersebut,maka permasalahan akan di rumuskan dalam
makalah ini (1) bagaimana pengertian umum dari gajah Sumatera, (2) Apa Pengertian
dari abses dan bagaimana mekanisme terjadinya abses pada gajah Sumatera, (3)
bagaimana tindakan operatif yang dilakukan dalam pengobatan abses pada gajah
Sumatera.
II.
III.

Pengertian Umum Gajah Sumatera


Pengertian dari Abses dan Bagaiman Mekanisme Terjadinya Abses pada

IV.

Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas


Tindakan Operatif yang di Lakukan dalam Pengobatan Abses pada

V.

Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas


Penutup

DAFTAR PUSTAKA

Mahanani, Agnes, Indra. 2012. Strategi Konservasi Gajah Sumatera (Elephas


maximus sumtranus Temminck) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan
Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Daya Dukung Habitat. Program
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.
Lestari, Sylva. 2014. Penyusunan Kriteria Domestikasi dan Evaluasi Praktek
Pengasuhan Gajah : Studi di Taman Nasional Way Kambas Kabupaten
Lampung Timur. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Lampung.
Sentilkumar, Kadirvelu. 2014. Clinical Management of Chronic Abscess in Asian
Elephant (Elephas maximus). Departemen of Wildlife Science, Madras
Veterinary College, Chennai, Tamil Nadu. India.

Anda mungkin juga menyukai