PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lahan pertanian di Indonesia merupakan salah satu pengembangan sektor
pertanian yang dimanfaatkan dalam ekstensifikasi lahan pertanian yang semakin lama
semakin berkurang karena adanya pembangunan pemukiman dan pembangunan
sektor non-pertanian lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari
pandangan,sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya ,menyinjaknya dan
menggunakan. Kita bergantung dari tanah dan sebaliknya tanah-tanah yang baik dan
subur tergantung dari cara kita menggunakannya.
Tanah merupakan salah satu komponen abiotik pada permukaan bumi yang
sangat penting bagi makhluk hidup. Tanah menjadi sangat penting karena tanah
menyediakan unsur hara, seperti mineral, bahan organik, air dan udara bagi tumbuhan
untuk proses fotosintesis. Suatu tanah tersusun atas partikel-partikel tanah itu sendiri.
Perbandingan partikel-partikel tanah itu disebut dengan tekstur tanah. Tekstur tanah
lalu dibagi kembali menjadi 3, yaitu pasir, debu dan liat.( .( Anas.hk.2006)
Tanah tersebut dapat kita analisa dengan menggukan dua metode yaitu metode
ayakan dan metode hidrometer di laboratorium dengan sampekl tanah yang
sebelumnya telah kita lakukan dilapangan adapun faktor yang dapat mempengaruhi
agregat tanah antara lain lima faktor yang sangat penting didalam proses
pembentukkan tanah atau agregat tanah yaitu bahan induk, iklim,,tanaman ,organisme
tanah dan waktu.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum dari praktikum ini untuk mengetahui ukuran
agregat tanah yang lolos pada nomor ayakan 8,10,dan 12.
2
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang ada di permukaan kulit bumi yang
tersusun dari empat bahan utama yaitu air, udara, bahan organik dan bahan
mineral. Tanah terdiri atas beberapa lapisan, lapisan pertama yang merupakan
lapisan teratas disebut sebagai lapisan O, yaitu lapisan yang kaya akan bahan
organik. Di bawah lapisan O terdapat lapisan A. Lapisan A terdiri dari komposisi
mineral dan bahan organik terdekomposisi. faktor-faktor lingkungan dan aktivitas
organisme, memiliki sifat kaya akan nutrien dan cukup oksigen sehingga lapisan
ini selalu mengalami pelapukan.( Karmil dkk.2009)
Lapisan dibawah lapisan A adalah lapisan E, yaitu lapisan ini mengalami
pengkayaan mineral yang berasal dari penindihan mineral. Di bawahnya disebut
lapisan B yang memiliki cukup mineral, senyawa organik dan karbonat sebagai
akibat dari pencucian dan pelapukan lapisan di atasnya. Lapisan selanjutnya
adalah lapisan C. Lapisan ini dicirikan dengan mineral-mineral yang tidak
mengalami pelapukan dan terletak di atas batuan induk. Struktur tanah memiliki
banyak tipe, dimana setiap tipe tersebut masing-masing-masing mempunyai sifat
yang berbeda-beda antara tipe yang yang lainnya. Setiap tanah mempunyai
tingkatan perkembangan struktur yang berbeda-beda. Ukuran dari setiap struktur
dapat dibedakan dalam beberapa kelas yaitu sangat halus, halus, medium, kasar
dan sangat kasar.( Handayani.s dan Sunariminto.2007)
2.2 Agregat tanah.
Agregat tanah terbentuk jika partikel-partikel tanah menyatu membentuk
unit-unit yang lebih besar. Adapun definisi agregat tanah kesatuan partikel tanah
yang melekat satu dengan lainnya lebih kuat dibandingkan dengan partikel
sekitarnya. Dua proses dipertimbangkan sebagai proses awal dari pembentukan
agregat tanah, yaitu flokulasi dan fragmentasi. Flokulasi terjadi jika partikel tanah
yang pada awalnya dalam keadaan terdispersi, kemudian bergabung membentuk
agregat. Sedangkan fragmentasi terjadi jika tanah dalam keadaan masif, kemudian
terpecah-pecah
membentuk
agregat
yang
lebih
kecil.(Caesar
T.C
dan
V.L.Cochon.2008 )
Adapun pengertian agregat tanah adalah kumpulan pasir halus,pasir,tanah liat
serta partikel organic seperti sel mikroba sendiri yang menggumpal karena adanya
gum. Agregat Tanah secara umum tersusun oleh senyawa anorganik, senyawa
organik, udara, dan air serta mengandung bagian yang terbentuk jasad hidup yang
secara umum terdiri dari mikroorganisme. Mikroba tanah terdiri dari bakteri,
jamur dan mikroalgae. Sifat-sifat tanah bergantung pada besar kecilnya partikelpartikel yang merupakan komponen-komponen tanah tersebut; misalnya, tanah
pasir berbeda dengan tanah liat dalam hal kemampuan menahan air, kemampuan
mengurung udara, dan karenanya juga berbeda dalam hal menahan panas.
Komponen-komponen anorganik maupun organik tanah merupakan substrat
ataupun medium yang baik bagi kehidupan mikroorganisme.
Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasar atas kemantapan atau
ketahanan bentuk struktur tanah tersebut terhadap takanan. Ketahanan struktur
tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah,butir-butir struktur tanah
mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak
sukar hancur, dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar
hancur). Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan tingkat kelembaban tanah. Tanahtanah permukaan yang banyak mengandung humus biasanya mempunyai tingkat
perkembangan yang kuat.
2. 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agregat struktur tanah
2.3.1 Bahan induk
Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregatagregat tanah serta kemantapan yang terbentuk. Kandungan liat menentukan
dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat yang
diabsorbsi. Pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat
reversiblenya sangat lambat. Kandungan liat > 30% akan berpengaruh
terhadap agregasi, sedangakan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh
terhadap agregasi.
2.3.2 Bahan organik tanah
Bahan organik tanah merupakan bahan perekat setelah mengalami
pencucian. Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah.
Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan
erat.
2.3.3 Tanaman
Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat
yang mantap. Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-
celah. Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah
semakin melekat dan padat. Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk
dari air yang diserp oleh tnaman tesebut.
2.3.4 Organisme tanah
Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat. Selain itu
juga
mampu
berperan
langsung
dengan
membuat
lubang
dan
mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah ukuran dari jumlah
lubang suatu jaring atau kasa pada luasan 1 inch persegi jaring/kasa yang bisa
dilalui oleh material padat. Mesh 20 memilki arti terdapat 20 lubang pada bidang
jaring/kasa seluas 1 inch.( Handayani.s dan Sunariminto.2007)
BAB 3
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2016 di Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat tulis, neraca
coding, neraca analitic, saringan (no.8, 10 dan 12), wadah (nampan), kantong
palstik. Sedangkan bahan yang diperlukan yaitu sampel tanah agregat utuh.
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum penetapan ukuran agregat tanah ini yaitu,
meliputi:
(1) Timbang tanah sebanyak 500 gram dengan menggunakan neraca
coding.
(2) Kemudian susun ayakan sesuai dengan No. ayakan, dan masukkan
tanah ke dalam ayakan yang paling atas.
(3) Ayak tanah dari arah ke atas ke bawah.
(4) Pisahkan dan masukkan tanah yang tertinggal di dalam saringan dan
tanah yang lolos semua saringan ke dalam kantong plastik dan beri
label.
(5) Timbang kembali hasil dari masing-masing tanah yang tersaring.
(6) Catat dan dokumentasi hasilnya.
(7) Hitung hasil yang dicatat dan sesuaikan dengan kurva distribusi ukuran
partikel tanah, dengan menggunakan rumus :
Koefisien keseragaman (Cu)
= D60 / D10
Diamete
Prosentase
Prosentase
Ayakan
Tertinggal Pada
yang Lolos
(%)
8
10
(mm)
0
2,36
2
Tiap Ayakan
0
20,2
31,05
Ayakan
69,698
4,04
6,21
100
30,302
26,262
12
1,7
100,26
20,052
20,052
Perhitungan :
Kolom 4 :
69,698 %
4,04 %
6,221%
20,052 %
Kolom 5 :
sebesar 4,04 gram dan pada mesh nomor 10 sebesar 6,21 kemudian pada mesh
nomor 12 yaitu 20,052. Dalam menetukan kurva perhitungan yang dilakukan pada
analisa saringan dan hydrometer kita terlebih daluhu melakukan perhitungan
dimana pada rumus kita membagi sesuai berat pada bongkahan sebelum di ayak
an yaitu sebesar 250 gram lalu dikalikan dengan 100 % dimana kita hitung sesuai
dari nomor ayakan 8,10 hingga 12 serta yang lolos dari semua saringan yang ada.
Kemudian kita dapat mengetahui hasil pengayakan tersebut setelah kita
menentukan nilai dari d10,d30,d60 dalam pehitungan dapat kita lihat dari kurva dan
tinggal kita tarik kurva tersebut melihat dengan jeli dari kurva tersebut dan setelah
itu kita menentukan nilai yang akan dicari yaitu cu dan cc dimana kita telah
didapatkan rumus dan tinggal memasukan angka yang akan kita hitung dan
selanjutnay kita memperoleh hasil dari masing-masing perhitungan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
1. Analisa Saringan atau analisa ayakan adalah prosedur yang digunakan
untuk mengukur distribusi ukuran partikel dari suatu bahan.
2.lima faktor yang sangat penting didalam proses pembentukkan tanah atau
agregat tanah yaitu bahan induk, iklim,,tanaman ,organisme tanah dan waktu.
3.Agregat tanah terbentuk jika partikel-partikel tanah menyatu membentuk
unit-unit yang lebih besar.
4. agregat tanah adalah kumpulan pasir halus,pasir,tanah liat serta partikel
organic seperti sel mikroba sendiri yang menggumpal karena adanya gum.
DAFTAR PUSTAKA
Anas.hk.2006.BIologi Tanah Dalam Praktek. Pusat Antar Universitas Biotek
IPB :Bogor
Caesar T.C dan V.L.Cochon.2008.Rule Of Sabrophytic Basidiomycete Soill
Fungus In Aggregate Stabilization.Agricultural Research Laboratory
Sidney
Handayani.s dan Sunariminto.2007.Kajian Structural Tanah Lapis Oleh Agihan
Ukuran dan Dispersitas Agregat.jurnal ilmu tanah dan lingkungan.3(1):1017
Karmil dkk.2009. Ilmu Tanah .Bharata karya askara :Jakarta
Zaeneal M.K.2010.Metode Ayakan.UMM:Madang