PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kejang demam merupakan bentuk kejang pada anak-anak yang paling
sering ditemukan.1,2 Keadaan ini sudah digambarkan sejak zaman Hipocrates. 3,4
Awalnya keadaan ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan gigi, karena paling
sering terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.4 Pada abad ke-19, keadaan ini
dianggap sebagai bentuk epilepsi yang dipicu oleh demam. 4 Saat ini kita mengerti
bahwa kejang demam merupakan respon yang berhubungan dengan usia, dari otak
yang imatur, terhadap demam, yang berbeda dari epilepsi. 4 Selain itu, faktor
genetik juga berkontribusi terhadap terjadinya kejang demam.3,4
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.3,5 Kejang demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan-5
tahun.5 Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, tidak termasuk ke
dalam kejang demam.5 Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1
bulan juga tidak termasuk dalam kejang demam.5
etiologi.6 Pengobatan lanjutan dilakukan pada kondisi tertentu. 6 Selain itu, edukasi
kepada orang tua juga penting dilakukan.5
Prognosis dari kejang demam umumnya baik. Kematian dan kecacatan
akibat kejang demam tidak pernah dilaporkan. 5 Kemungkinan berulangnya kejang
demam adalah sebesar 10-15%.5 Sebanyak 5% dari kejang demam beresiko
terhadap terjadinya epilepsi di kemudian hari.3
2|Page
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. HTR
Umur
: 3 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Karang Agung,Palang-Tuban
Nama Ayah
: Tn. S
Umur
: 40 tahun
Pekerjaan
: Nelayan
Pendidikan
: SMP
Nama Ibu
: Ny. P
Umur
: 42 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMP
Bangsal
: Ruang Melati
No RM
: 02.35.48
Masuk RS
: 12 Sept 2013
3|Page
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 12
Maret 2015 pukul 14.00 WIB di ruang Melati dan didukung dengan
catatan medis.
Keluhan Utama
: Kejang
Keluhan Tambahan
: Demam
Dulu pernah kejang pertama kali saat umur 2,5 tahun. Ini kejang yang
kedua kalinya.
Ibu pasien mengaku pernah ada Riwayat keluar cairan dari telinga
kanan kental warna hijau. Mengaku sudah berobat di poli THT
RSUD Koesma 1 tahun lalu dan sudah tuntas pengobatan.
4|Page
Penyakit
Pernah/Tidak
Penyakit
Pernah/Tidak
Diare
Disangkal
TBC
Disangkal
DBD
Disangkal
Alergi
Pernah (Milo)
Batuk
Disangkal
Trauma
Disangkal
Kejang
Pernah
Operasi
Disangkal
Malaria
Disangkal
Lain-lain
Keluar Cairan
dari Telinga
5|Page
: 2 bulan
Miring
: 3 bulan
Tengkurap
: 4 bulan
Duduk
: 6 bulan
Merangkak
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 1 tahun
Berlari
: 1 tahun
Bicara
: 1 tahun
Melompat
: 1 tahun
6|Page
DPT
Polio
Hepatitis
Campak
: 1 x (umur 9 bulan)
Kesan
tangga.
Menanggung
orang
anak.
Biaya
pengobatan
menggunakan Jamkesmas.
Kesan: sosial ekonomi kurang.
Riwayat Pengobatan:
Anak diberikan parasetamol sirup 125mg/5ml saat demam saja. Lain-lain
tidak ada.
Riwayat Alergi:
Alergi terhadap Milo
Data Keluarga :
Ayah
Ibu
Perkawinan ke
15 th
17 th
Agama
Islam
Islam
Pendidikan terakhir
SMP
SMP
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 12 September 2015 pukul 14.00 WIB.
Anak Perempuan, usia 3 tahun 3 bulan, berat badan 15 kg, panjang badan
94 cm.
Keadaan umum : Compos Mentis, tidak tampak kesakitan, kesan gizi
baik, kejang (-)
Tanda vital (Dari IGD):
Tekanan darah
: tidak dilakukan
HR (Nadi)
: 39,0 o C (axilla)
Status Generalisata
o Kepala
o Rambut
o Mata
hiperemis +/+
o Telinga
o Mulut
o Tenggorokan
o Thoraks
Jantung
Inspeksi
Palpasi
midclavicula sinistra
Perkusi
Paru - paru
Inspeksi
Palpasi
: tidak dilakukan
Perkusi
Abdomen
o
Inspeksi
: datar
Auskultasi
Perkusi
costovertebra -/o
Palpasi
Anorektal
Ekstremitas:
Superior
Inferior
10
Akral dingin
-/-
-/-
Akral sianosis
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
CRT
<2
<2
Pemeriksaan Neurologis
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Achiles (+)
Babinski (-)
Cadock (-)
Gordon (-)
Openheim (-)
Kernig : (-) sudut > 135 0, tidak nyeri dan tidak terdapat
hambatan
Pemeriksaan motorik:
massa, tonus, kekuatan
Pemeriksaan sensorik:
o Tes Raba: (+)
o Tes Suhu(+)
o Tes Nyeri : (+)
Pemeriksaan autonom
o Inkontinensia (-)
11
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin tanggal 12 September 2015
Hb
: 11,5 g/dl
Ht
: 38,0 %
Eritrosit
: 4.970.000jt/cmm
Leukosit
: 9200/uL
Trombosit
: 285.000/uL
GDR
: 123mg/dl
Kalium
: 4,4Mmol/L
Natrium
: 140Mmol/L
Calsium
:1,16
4. Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak Perempuan, usia 3 tahun 3 bulan
Berat badan
: 15 kg
Panjang badan : 94 cm
Pemeriksaan status gizi (Z score) :
WAZ = BB median = 10-11,1 = -0.9 (Normal)
SD
1,20
3,00
0,8
BAB III
DIAGNOSIS SEMENTARA
I.Diagnosis Sementara
12
Gangguan
metabolik:
hipoglikemia,
hiperglikemia,
hiponatremia,
Trauma kepala
Idiopatik
IV. Usulan
Cek darah lengkap
GDS
Ca, Mg
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Definisi
Menurut National Institute of Health (NIH), kejang demam adalah suatu
kejadian pada bayi atau anak, yang biasanya terjadi pada usia 3 bulan sampai
13
dengan 5 tahun, berhubungan dengan demam, namun tanpa bukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu dari kejang.4 Definisi ini mengeksklusi kejang
dengan demam pada anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam.4
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam
adalah bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam, tanpa adanya infeksi
susunan saraf pusat atau ketidakseimbangan elektrolit akut, pada anak berusia
lebih dari 1 bulan, yang tidak pernah mengalami kejang tanpa demam
sebelumnya.4
Menurut Konsensus Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (UKK Neurologi IDAI ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium.5 Definisi ini mengeksklusi anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam.5 Kejang disertai demam pada bayi berumur
kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang demam.5
4.2. Klasifikasi
Penggolongan kejang demam dikemukakan oleh berbagai pakar.
Penggolongan tersebut didasari oleh jenis kejang, tingginya demam, usia
penderita, lamanya kejang berlangsung, gambaran elektroensefalografi, dan
lainnya.
kriteria berikut ini. Kejang demam yang tidak memenuhi butir tersebut
digolongkan sebagai kejang demam tidak khas.
14
Elektroensefalografi normal
Kejang demam sederhana harus memenuhi semua kriteria berikut ini. Kejang
demam yang tidak memenuhi kriteria tersebut digolongkan sebagai kejang demam
kompleks.
15
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial.
4.3. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. 5 Kejang
demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam, sedangkan
20% lainnya merupakan kejang demam kompleks. 5 Kejang lama terjadi pada 8%
kejang demam, sedangkan kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang
16
mengalami kejang demam.5 Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan 1,4:1.7
17
4.5 Etiologi
Etiologi kejang demam digambarkan dalam diagram berikut ini.
18
Respons alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi
Ensefalitis viral yang ringan yang tidak tidak diketahui atau ensefalopati
toksik sepintas
19
anggota
keluarga
herpesvirus
memiliki
neurotropisme
dan
20
Genetik4
Faktor resiko genetik telah lama diketahui berkontribusi terhadap kejang demam.
Kejang demam cenderung terjadi dalam keluarga, dengan resiko terbesar pada
keluarga tingkat pertama (orang tua dan saudara kandung). Namun, pola turunan
dari kejang demam tidak diketahui. Sekitar 10-20% saudara kandung dari anak
dengan kejang demam akan mengalami kejang demam. Dalam penelitian pada
saudara kembar dan orang tua, kejang demam dapat diturunkan sebesar 70%.
Sebagian
besar
penelitian
mendukung
pola
pewarisan
poligenik
atau
21
22
Sel saraf memiliki ambang batas untuk dapat tereksitasi. Stimulus dapat
berupa elektrik, kimia, ataupun mekanik. Ada 2 respon sel saraf terhadap
stimulus, yaitu potensial aksi dan potensial sinaptik. Hal ini terjadi karena
konduksi ion-ion melewati membran sel saraf akibat perubahan kanal ion.12
Sebagai respon terhadap stimulus yang mendepolarisasi, beberapa kanal
Na+ terbuka, dan ketika potensi ambang batas tercapai, terjadilah potensial aksi.
Setelah itu kanal Na+ menjadi inaktif (periode refraktori relatif dan absolut).
Kemudian, terjadilah repolarisasi dengan terbukanya kanal K+. Kanal K+ terbuka
lebih lambat dan lebih lama daripada kanal Na+menyebabakan keadaan
hiperpolarisasi. Setelah keadaan hiperpolarisasi, kondisi berangsur-angsur
kembali lagi ke membran potensial istirahat. Setelah potensial aksi, respons
propagasi terjadi yang secara elektrotonikal mendepolarisasi membran di
depannya.12
23
Impuls ditransmisikan antara satu neuron dengan yang lain atau antara
neuron dengan sel lain pada sinaps. Sinaps merupakan pertemuan antara akson
(sel pre-sinaps) dengan dendrit, soma, atau akson neuron lainnya atau pada otot
dan kelenjar (sel post-sinaps). Komunikasi yang terjadi dapat berupa elektrik
ataupun kimia. Pada sinaps kimia, terdapat celah sinaptik yang memisahkan
antara sep pre-sinaps dengan sel post-sinaps. Komunikasi dilakukan dengan
mengirimkan sinyal kimiawi yang dapat berdifusi melalui celah sinaps dan
menempel pada reseptor post-sinaps. Sedangkan pada sinaps elektrik, membran
pre-sinaps dan post-sinaps saling berdekatan, membentuk gap junctions.12
24
25
26
27
Pada pemeriksaan fisik, nilai keadaan umum dan kesadaran anak. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan) dan status tumbuh kembang anak. Pasien kejang seringkali
mengalami hipertensi dan takikardi, yang akan pulih menjadi normal kembali bila
kejang sudah berhenti. Bradikardia, hipotensi, dan perfusi yang buruk merupakan
tanda yang buruk. Pemeriksaan suhu tubuh pada anak dapat dilakukan di beberapa
tempat, seperti pada gambar.
28
Tanda
peningkatan
tekanan
intrakranial:
ubun-ubun
membonjol,
papiledema
Pemeriksaan autonom
Tanda infeksi di luar sistem saraf pusat juga dicari, seperti infeksi saluran nafas
akut, otitis media akut, infeksi saluran kemih, enteritis, dan lainnya.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan, diantaranya pemeriksaan terhadap
adanya fraktur kranial akibat trauma kepala, kelainan kraniofasial sebagai tanda
gangguan perkembangan korteks serebri, korioretinitis sebagai tanda infeksi
rubella, cytomegalovirus, dan toxoplasmosis, dan lainnya.
29
Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakan atau menyingkirkan diagnosis
meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu, pungsi lumbal
dianjurkan pada:
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karenanya, tidak direkomendasikan.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak
khas. Misalnya : kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau
kejang demam fokal.
Pencitraan
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan)
atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan
hanya atas indikasi seperti:
Paresis nervus VI
Papiledema
30
BAB V
PEMBAHASAN
Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang
Pada kasus ini, pasien adalah seorang anak perempuan berumur 3 tahun 3
bulan dengan keluhan utama kejang. Merupakan kejang kedua kalinya.
Sebelumnya pernah seperti ini saat usia 2,5 tahun. Kejang terjadi pada waktu pagi
pukul 09.00 WIB hari tanggal 12 Septermber 2015. kelojotan dengan mata melirik
ke atas, mulut tertutup rapat, tidak berbusa,kejang kedua tangan dan kaki
bersamaan,saat kejang pasien tidak sadar, setelah kejang pasien sadar lalu
menangis. Setelah sadar, Ibu pasien memberi obat penurun panas paracetamol
sirup 2 sendok takar. Keluarga pasien segera membawa pasien ke RSUD
dr.R.Koesma dan sesampainya di IGD pasien tidak kejang lagi. Keluhan lain yang
dirasakan adalah demam sejak tadi pagi, Batuk dan pilek (-). Mual/muntah (-).
Nafsu
makan
menurun.
kuning,lancar,banyak.
BAB
(+)
warna
kuning,padat.
BAK(+)
31
32
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah
relatif normal
33
Kejang
Menyerupai kejang
Onset
Tiba-tiba
Mungkin gradual
Lama serangan
Detik/menit
Beberapa menit
Kesadaran
Sering terganggu
Jarang terganggu
Sianosis
Sering
Jarang
Gerakan ekstremitas
Sinkron
Asinkron
Stereotipik serangan
Selalu
Jarang
Sering
Sangat jarang
Selalu
Jarang
Gerakan hilang
Dapat diprovokasi
Jarang
Hampir selalu
Jarang
Selalu
Hampir selalu
Tidak pernah
Selalu
Selalu
Jarang
34
35
36
saraf
kranialis
dapat
terjadi,
Pemeriksaan
funduskopik
sering
Gejala dan tanda dapat cepat berubah. Seorang anak yang tampak hanya
mengalami letargi ringan pada satu hari dapat jatuh koma dan hemiparetik sehari
kemudian. Pada keadaan ini, harus dipertimbangkan penyebab lain penyakit
ensefalopatik akut yang berat. Penyakit-penyakit ini mencakup ensefalopati
metabolic, penyakit serebrovaaskular, vaskulitis sistemik akut, sindrom ReyeJohnson, toksin, trauma dengan hematoma fokal atau edema difus, dan infeksi
nonvirus lain pada sistim saraf. Masing-masing penyakit ini dibahas secara
rinnci dibagian lain buku ini.
Temuan laboratorium rutin pada pasien dengan ensefalomielitis virus tidak
terlalu membantu. Pemeriksaan hematologi mungkin memperlihatkan leukositosis
dan tanda infeksi lain, tetapi gambaran ini jelas nonspesifik. Pemeriksaan
laboratorium lain paling bermanfaat untuk menyingkirkan ensefalopati metabolik.
Pada banyak penyakit otak akut, sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak
sesuai (syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormone, SIADH)
dengan hiponatremia dapat memperparah penyakit otak yang sudah ada.
CSS harus diperiksa pada semua kasus yang dicurigai ensefalitis virus,
Apabila anamnesis atau temuan klinis mengisyaratkan peningkatan tekanan
intrakranium yang parah atau lesi massa fokal, harus lebih dahulu dilakukan
pemeriksaan neuroradiologik yang sesuai untuk menyingkirkan penyakit, dan
pungsi lumbal dapat memperparah keadaan. Pemeriksaan CSS mungkin
memperlihatkan pleositosis ringan sampai sedang dengan sel polimorf atau
37
mononukleus, peningkatan ringan sampai sedang konsentrasi protein (kadangkadang juga dengan peningkatan konsentrasi IgG) konsentrasi glukosa biasanya
normal, dan peningkatan tekanan ringan sampai sedang. Namun temuan CSS yang
sama sekali normal tidak menyingkirkan ensefalitis virus. CSS harus ditangani
dengan sangat hati-hati untuk mengindentifikasi semua mikrooganisme penyebab
infeksi.3
BAB VI
38
DIAGNOSIS AKHIR
Diagnosis Akhir pasien anak HTR adalah:
o Kejang Demam Simpleks
o Otitis Media Kronik Dextra
BAB VII
39
PENATALAKSANAAN
7.1 Tatalaksana5,6,17
Apapun jenis dan etiologi kejang yang dihadapi, langkah penatalaksanaan kejang
yang harus dilakukan adalah:
40
41
karbamazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah
kejang demam (level II, rekomendasi E)
7.4. Pemberian obat rumat
Indikasi pemberian obat rumat
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai
berikut (salah satu) :
Kejang fokal. Kejang fokal atau fokal menjadi umum menunjukan bahwa
anak mempunyai fokus organik
42
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
43
Berdasarkan
Konsensus
UKK
Neurologi
IDAI,
kejang
demam
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. Kejang
demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam,
sedangkan 20% lainnya merupakan kejang demam kompleks. Kejang
demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan
dengan perbandingan 1,4:1.
44
45
c.
46
Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti
Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko
berulangnya kejang demam adalah:
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya
kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling
besar pada tahun pertama.
47
DAFTAR PUSTAKA
2.
48
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
49
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Steering
committee
on
quality
improvement
and
management,
50
LAMPIRAN