Anda di halaman 1dari 10

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR


NOMOR : HK.03.06/01.02/2190/2012

TENTANG
PENGKAJIAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DIREKTUR UTAMA RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR,

Menimbang

Mengingat

a. Bahwa RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar telah dicanangkan


menuju World Class Hospital oleh Kementerian Kesehatan RI,
mendorong pengelola rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang berstandar kelas dunia dan memenuhi
harapan masyarakat dengan menjunjung asas keadilan;
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a diatas, dipandang perlu
memberlakukan Kebijakan Umum Pengkajian Pasien di RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Utama.
1. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3637);
6. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671)
1

7. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
161/Menkes/Per/I/2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
8. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medik Di
Rumah Sakit
9. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA TENTANG KEBIJAKAN UMUM


PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

KEDUA

Kebijakan Umum Pengkajian Pasien di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar, meliputi :
1. Semua kebijakan yang akan dilaksanakan mengacu pada Visi Misi RS
yang meliputi pengkajian medik, keperawatan dan pemeriksaan
penunjang (radiologi dan laboratorium)
2. Setiap pasien yang datang berobat akan diberikan pelayanan medis
yang sesuai dengan kebutuhannya untuk menentukan pelayanannya.
A. PETUGAS PELAKSANA PENGKAJIAN
1. Petugas yang melakukan pengkajian dalam mengambil informasi
keadaan medis pasien senantiasa berpegang pada peraturan
perundang-undangan dan prinsip kerahasiaan.
2. Asesmen dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam lingkup
praktek/profesi, perizinan, undang undang dan peraturan terkait atau
sertifikasi.sertifikat yg dimiliki adalah sertifikat yang berlaku.
3. Petugas (dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya) yang
memberikan pelayanan medis adalah tenaga yang telah memenuhi
syarat kompetensi dan memiliki SIP, STR, dan persyaratan sesuai
kompetensi dan menjalani proses kredensial untuk kewenangan klinik.
4. Setiap pasien ditangani oleh satu orang dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) utama di setiap unit pelayanan.
5. DPJP utama adalah dokter yang pertama kali merawat pasien, atau
dokter yang menangani penyakit utama pasien apabila dalam proses
perawatannya pasien memerlukan lebih dari 1 DPJP.
6. DPJP utama berkewajiban memberikan informasi kepada satu orang
perwakilan pasien dan atau keluarga tentang diagnosis, pengobatan ,
rencana pemeriksaan penunjang, kemungkinan perubahan kondisi dan
hal penting lainnya termasuk biaya
7. DPJP utama yang melakukan pengkajian jika menemukan masalah
baru selama perawatan pasien diluar kompetensinya, wajib melakukan
konsul DPJP Lain yang kompeten.
2

8. Sesuai dengan PERMENKES No. 749a/MENKES/XII/1989, tentang


Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor 78/Yan Med/RS
UMDIK/YMU/1/91 maka tenaga yang berhak mengisi rekam medis di
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar adalah:
a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis
yang melayani pasien di RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
b. Dokter tamu yang merawat pasien di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
c. Residen yang sedang melakukan kepaniteraan klinik
d. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat
langsung dalam pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi,
Bidan, Tenaga Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata
Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis, Rekam Medis dan
lain sebagainya.
e. Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan
tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam medis
adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
B. JENIS REKAM MEDIS
1. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau
secara elektronik
2. Penyelenggaraan rekam medis dengan menggunakan teknologi
informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri
3. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan
kesehatan sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan atau tindakan
h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
dan
j. Persetujuan tindakan bila diperlukan
4. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari
sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan waktu
c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan / atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
3

j. Ringkasan pulang (discharge summary)


k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu,
dan
m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
5. Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya
memuat
a. Identitas pasien
b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
c. Identitas pengantar pasien
d. Tanggal dan waktu
e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan
riwayat penyakit
f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
g. Diagnosa
h. Pengobatan dan/atau tindakan
i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan
unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut
j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga
kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan
k. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain dan
l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
6. Isi rekam medis pasien dalam keadaan bencana selain memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan
a. Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan
b. Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana massal dan
c. Identitas yang menemukan pasien
7. Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
8. Pelayanan yang diberikan dalam ambulance atau pengobatan
missal dicatat dalam rekam medis sesuai ketentuan sebagaimana
diatur pada ayat (3) dan disimpan pada sarana pelayanan
kesehatan yang merawatnya
9. Ringkasan pulang sebagaimana diatur dalam pasal 3 ayat 2 harus
dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan
pasien
10. Isi ringkasan pulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien
b. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat
c. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
akhir, pengobatan dan tindak lanjut, dan
d. Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.
C. PENGKAJIAN AWAL PASIEN
1. Setiap pasien yang datang berobat akan dilakukan pengkajian oleh
dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya yang telah ditunjuk
oleh Rumah Sakit di IGD, ruang rawat jalan, ruang rawat jalan khusus (
4

cathlab, HD, endoscopy, hiperbaric, ESWL) dan ruang rawat inap,


ruang rawat inap khusus( CVCU,ICU, NICU, PICU, COT, OK IGD,
Pinang), sesuai kompetensi di ruangan masing-masing.
2. Pengkajian awal pasien meliputi anamnesis (alasan masuk rumah
sakit), riwayat kesehatan, factor fisik, psikologis, sosial dan ekonomi,
pemeriksaan fisik, skiring gizi, pengkajian nyeri, alergi, resiko jatuh,
status fungsional, kebutuhan edukasi, dan discharge planning yang
semuanya di dokumentasikan dalam rekam medis pasien.
3. Untuk pemeriksaan fisis pengkajiannya berbeda-beda sesuai bagian
yang menangani pasien, jenis-jenis pemeriksaan atau hal-hal yang
harus di kaji terurai dalam format masing-masing bagian.
4. Pengkajian awal pasien memberikan informasi untuk memahami
pelayanan apa yang dicari pasien, memilih jenis pelayanan yang
terbaik bagi pasien, menetapkan diagnosis awal, memahami respon
pasien terhadap pengobatan sebelumnya, untuk menetapkan
kebutuhan keperawatan dan medis pasien yang semuanya dicatat
dalam status rekam medis.
5. Pengkajian pasien terdokumentasikan dalam rekam medis pasien yang
disusun secara teratur dan mudah diakses oleh mereka yang
melakukan pelayanan kepada pasien.
6. Setiap pasien dan keluarga berkewajiban memberikan semua
informasi tentang keadaan penyakit pasien saat ini dan riwayat
penyakit terdahulu.
7. Pengkajian medik dan keperawatan untuk pasien gawat darurat
didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya dilakukan pada format
khusus gawat darurat.
8. Setiap pasien yang telah menjalani skrining di triase akan dialihkan ke
salah satu unit IGD berikutnya (ruangan resusitasi, non bedah, bedah,
dan anak)
9. Pada pelayanan IGD, petugas tidak diperkenankan meminta
pembayaran uang muka sampai kondisi pasien stabil
10. Pengkajian pasien dilakukan dalam kerangka waktu yang sesuai
dengan kondisi pasien saat dikaji.
11. Pengkajian awal pasien untuk pasien masuk IGD oleh dokter dan
perawat kurang dari 30 menit, didokumentasikan pada format
pengkajian medis dan perawat IGD.
12. Pengkajian awal pasien untuk rawat jalan dan rawat jalan khusus di
unit masing-masing oleh dokter dan perawat harus selesai kurang dari
2 jam sesuai kondisi pasien, didokumentasikan pada format pengkajian
awal rawat jalan.
13. Pengkajian awal pasien rawat inap dan rawat inap khusus di unit
masing-masing oleh dokter dan perawat harus selesai kurang dari 24
jam, didokumentasikan pada format pengkajian awal rawat inap.
14. Pengkajian pasien dilakukan pada semua temuan diluar rumah sakit ,
dikaji ulang dan diverifikasi pada saat pasien masuk rawat inap untuk
memperbaharui atau mengulang bagian bagian dari asesmen medis
yang sudah lebih dari 30 hari.pengkajian awal dikaji kembali untuk
pasien yang dirawat Inap lebih dari 30 hari dan ditulis pada format
pengkajian awal . Untuk pasien rawat jalan pengkajian awal secara
5

keseluruhan termasuk pemeriksaan penunjang dilakukan kembali


setiap 1 tahun.
15. Pengkajian awal rawat jalan khusus pasien hemodialisa (HD) dikaji
kembali secara keseluruhan termasuk pemeriksaan penunjang
dilakukan setiap 6 bulan.
16. Garis koordinasi untuk pengkajian awal rawat inap bagi pasien yang
dirawat lebih dari 30 hari adalah Kepala Pelayanan Perawatan.
17. Setiap pasien yang dirawat inap mendapatkan pengkajian rencana
kepulangan (discharge planning) pada saat pengkajian awal terutama
jika pasien memerlukan perlakuan khusus harus dilengkapi oleh
petugas dalam hal ini dokter dan perawat yang bertanggung jawab
dimana pasien dirawat inap pertama kali, harus terisi dalam 24 jam
setelah pasien dinyatakan dirawat.
18. Pengkajian awal gizi dilakukan oleh perawat dan dokter dan tenaga
kesehatan lain yang memiliki syarat kompetensi
19. Pasien dengan resiko masalah nutrisi sesuai kriteria akan dilakukan
skrining lebih lanjut oleh ahli gizi klinik atau staf yang kompeten
( qualified) untuk mengidentifikasi pasien yang memerlukan asesmen
nutritional lebih lanjut.
20. Pengkajian status fungsional pasien juga dilakukan, oleh staf yang
kompeten, untuk penilaian pertama oleh perawat apabila ada masalah
status fungsional dilanjutkan oleh staf rehabilitasi medik atau staf yang
kompeten.
21. Apabila teridentifikasi rasa nyeri saat pengkajian awal, pasien dirujuk
atau dilakukan pengkajian yang mendalam sesuai dengan umur pasien
dan
pengukuran
intensitas
dan
kualitas
nyeri
seperti
pencetus,gambaran nyeri, kekerapan/frekuensi, lokasi dan lamanya.
22. Pengkajian dilakukan pada tipe pasien atau populasi pasien tertentu
yang memerlukan perlakuan khusus. Kriteria populasi pasien
berkebutuhan khusus yaitu : a. anak-anak, b. remaja c. orang tua yang
lemah d. pasien dengan sakit terminal f. wanita yang mengalami
terminasi kehamilan g.Pasien yang mengalami kekerasan, h.pasien
yang mengalami gangguan jiwa. i. pasien dengan ketergantungan obat
alkohol j. pasien yang menderita penyakit menular. K. Pasien yang
sedang kemoterapi atau radiasi.l. pasien yang mengalami gangguan
kekebalan tubuh.
23. Untuk kelompok khusus, pengkajian awalnya seperti pengkajian awal
pasien pada umumnya, tapi mendapatkan modifikasi pengkajian sesuai
kebutuhan pasien
24. Kriteria pasien anak adalah pasien dengan umur 1 bulan 15 tahun.
Termasuk remaja 15-18 tahun yang dikaji khusus adalah riwayat
pedigree, riwayat kelahiran, tumbuh kembang, pemeriksaan terisi
khusus anak, status imunisasi, dll sesuai kondisi anak khusus <1 bulan
memiliki pengkajian khusus neonatus.
25. Kriteria pasien remaja adalah pasien dengan umur 15 -18 tahun, yang
dikaji khusus seperti pengkajian anak secara umum, termasuk riwayat
sosial remaja, lingkungan dan status komunikasi.
26. Kriteria pasien orang tua yang lemah atau geriatric adalah pasien
dengan karakteristik (1) umur lebih atau sama dengan 60 tahun, (2)
6

terdapat multipatologi, (3) penurunan fungsi status fungsional, (4)


terdapat penyimpangan dan gejala penyakit, (6) nutrisi tidak terjamin,
(7) penurunan fungsi kognitif,
27. Kriteria pasien dengan sakit terminal adalah pasien dengan kondisi
penyakit terminal yang kemungkinan untuk sembuhnya sangat kecil.
Pengkajiannya mencakup perawatan terintegrasi mencakup isu
psikologis, prognosis, diagnosis, dukungan spiritual, identifikasi tradisi
keagamaan, assessment sistematis dan education symptom
assessment scale (ESAS), komunikasi dengan keluarga, dll
28. Kriteria pasien dengan nyeri hebat dan kronis dikaji dengan pengkajian
nyeri mencakup, pengkajian awal dan pengkajian ulang yang
formatnya disesuaikan dengan kondisi pasien, VAS untuk pasien
dewasa sadar, FLACC untuk pasien anak, NIPS untuk pasien neonates
dan BPS untuk pasien kesadaran menurun.
29. Kriteria pasien wanita bersalin dan wanita yang mengalami terminasi
kehamilan adalah wanita yang mengalami proses melahirkan yang
prosesnya dikaji dengan format khusus dari bagian obstetric dan
ginekologi termasuk riwayat persalinan, kala pembukaan sampai kala
IV, proses persalinan normal atau Caesar, kondisi ibu dan janin saat
proses persalinan, kriteria determinasi kehamilan.
30. Kriteria pasien yang mengalami kekerasan adalah pasien yang datang
ke rumah sakit pada tubuhnya terlihat tanda lebam-lebam yang di
curigai akibat tindakan kekerasan
31. Kriteria pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah pasien yang
dating ke rumah sakit dengan adanya gangguan prilaku.
32. Kriteria pasien yang mengalami ketergantungan obat adalah pasien
dengan masalah ketergantungan obat-obatan terlarang atau
mengalami penyalahgunaan obat.
33. Kriteria pasien yang mengalami penyakit menular seperti tubercolosis,
flu burung, flu babi, pengkajiannya dilakukan pada format khusus.
34. Kriteria pasien yang mengalami kemoterapi adalah pasien dengan
kondisi mengalami kemoterapi , riwayat penyakit dan kondisi saat di
kemoterapi
35. Pasien dan atau keluarga berhak mendapatkan informasi mengenai
keadaan pasien, rencana pengobatan yang akan diberikan
36. Pengkajian juga dilakukan untuk pasien yang rencana pemulangannya
kritis yang dikaji sejak pasien pertamakali masuk, diisi pada format
discharge planning
37. Pengkajian awal dapat mengidentifikasi kebutuhan akan asesmen lain
seperti untuk gigi, pendengaran, mata dan seterusnya. Rumah sakit
merujuk pasien untuk asesmen tsb apabila pelayanan ini tersedia di
rumah sakit atau dilingkungannya.
D. PENGKAJIAN ULANG PASIEN
1. Pasien dilakukan asesmen ulang untuk menentukan respons mereka
terhadap pengobatan Pasien dilakukan asesmen ulang untuk
perencanaan
pengobatan
lanjutan
atau
pemulangan
pasien,didokomentasikan pada format terintegrasi.
7

2. Pengkajian juga dilakukan bagi pasien yang akan dioperasi,


terdokumentasikan dalam lembaran terintegrasi, berisi catatan ringkas
mengenai diagnosis preoperasi, pengkajian fisik,psikologis, dan
kebutuhan spiritual
3. Pasien IGD yang telah diobservasi dapat dipulangkan, Apabila
memerlukan penanganan maka dapat dialih rawat ke unit perawatan
intensif atau perawatan biasa.
4. Pada kondisi pasien memerlukan fasilitas yang tidak dapat dipenuhi
oleh rumah sakit, maka dapat dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan
pedoman yang telah ditentukan
5. Pasien mendapatkan informasi yang jelas tentang pengobatan yang
diberikan meliputi : jenis dan kegunaan obat, jumlah obat perhari, cara
penggunaan dan evaluasi pemberian obat sesuai protap yang telah
ditetapkan.
6. Pasien yang telah diberikan obat dilakukan evaluasi yang meliputi :
pengecekan obat diminum atau belum, dan efek samping atau reaksi
yang terjadi.
7. Pengkajian ulang pasien rawat inap dilakukan setiap hari termasuk
hari libur oleh DPJP dibantu oleh Residen sesuai dengan level
kompetensi disemua unit dan tanggung jawab berada pada DPJP
8. Pengkajian ulang pasien rawat inap dilakukan setiap hari termasuk hari
libur oleh perawat disemua unit dan dilakukan setiap shift.
9. Pengkajian atau assesmen ulang dilakukan apabila terjadi perubahan
kondisi klinis pasien saat dirawat inap terutama di ruang intensif,
dilakukan oleh dokter dan perawat.
10. Pengkajian ulang dicatat dalam lembaran terintegrasi dalam status
rekam medis pasien yang dibuatkan dalam bentuk sekuens.
11. Pengkajian ulang rawat jalan dilakukan pada pasien yang datang
untuk kontrol, didokumentasikan pada format pengkajian harian rawat
jalan
12. Pengkajian nyeri dicatat dalam rekam medis sehingga dapat
memfasilitasi pengkajian nyeri ulang. Pengkajian nyeri ulang di catat
pada format catatan terintegrasi.
13. Pasien dan atau keluarga menunjuk satu orang perwakilan yang
bertanggung jawab mengenai segala hal yang berhubungan dengan
perawatan pasien terutama dalam pemberian persetujuan tindakan.
14. Pasien dan atau keluarga yang menyetujui tindakan medis
menandatangani surat persetujuan tindakan.
15. Paien dan atau keluarga berhak menolak tindakan medis dengan
menandatangani surat penolakan tindakan
16. Setiap pasien pulang diberikan penjelasan, ringkasan pemulangan
( discharge summary ) yang berisi tentang diagnose masuk,
pengobatan, kondisi pasien, rencana tindak lanjut serta biaya
perawatan yang ditandatangani oleh DPJP.
17. Pelayanan pasien dengan imunosupresi dan menderita penyakit
menular dilaksanakan di Ruang perawatan khusus (infection centre).
18. Pasien yang akan meninggal, pasien terminal dan keluarganya
dilakukan assesmen ulang yang frekuensinya lebih sering sesuai
kondisi pasien hingga tidak membutuhkan lagi resusitasi. Pelayanan

yang diberikan sesuai dengan hasil assesmen DPJP Utama atau tim
yang menangani pasien
19. Bila teridentifikasi kebutuhan tambahan assesmen khusus, pasien di
rujuk didalam atau keluar Rumah Sakit yang didokumentasikan dalam
bentuk konsul atau rujuk yang tersimpan dalam rekam medis pasien,
dan perubahan ini di informasikan kepada pasien atau keluarga pasien.
20. Pengkajian untuk populasi pasien dengan kebutuhan khususnya,
dilakukan pengkajian secara khusus, i\tepat, sehingga mencermkin
kan kebuthan pasien
21. Pasien dilakukan assesmen ulang dalam interval sesuai dengan
kondisi pasien dan bilamana terjadi perubahan yang signifikan pada
kondisi mereka, rencana asuhan, kebutuhan individual, atau sesuai
kebijakan dan prosedur rumah sakit.
22. Data dan informasi assesmen pasien dianalisa dan diintegrasikan,
Mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien diikut sertakan
dalam proses.
23. Kebutuhan pasien disusun skala prioritasnya berdasarkan hasil
asesmen. Pasien dan keluarga diberi informasi tentang hasil dari
proses asesmen dan setiap diagnosis yang telah ditetapkan apabila
diperlukan.
24. Pasien dan keluarganya diberi informasi tentang rencana pelayanan
dan pengobatan termasuk biaya serta diikutsertakan dalam keputusan
tentang prioritas kebutuhan yang perlu dipenuhi.

KETIGA

KEEMPAT

Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo


Makassar bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengkajian pasien di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini.
Ditetapkan di
Pada tanggal

: Makassar
: 25 Juni 2012

DIREKTUR UTAMA,

ABDUL KADIR
NIP : 196205231989031001
Salinan surat keputusan ini disampaikan kepada Yth.:
1. Para Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
2. Komite Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
3. Ketua SPI RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
4. Kepala Bagian-SMF/Instalasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
5. Kepala Bagian/Bidang RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

10

Anda mungkin juga menyukai