Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PAPER II TEORI & STRATEGI PEMBELAJARAN PTK

TOPIK 4 LINGKUNGAN KELAS (WARNA, SUARA/MUSIK, TEMPAT


DUDUK, SIRKULASI UDARA/SUHU, DLL)

Oleh :
AZIZ CAHYA PRADANA
15702251018

S2 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

A. Karakteristik Warna Terhadap Proses Pembelajaran Praktik Maupun Teori


Keberadaan warna di alam telah terbukti memberikan pengaruh pada semua
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Sebagai contoh, warna merah dan biru adalah dua
warna yang paling optimal dalam mempercepat laju fotosintesis pada tumbuhan. Pada
hewan, warna membantu membedakan bahan makanan mentah atau matang (buah
matang berwarna merah sementara yang masih mentah berwarna hijau).
Secara umum, warna dapat didefinisikan sebagai suatu spektrum yang terdapat di
dalam cahaya, di mana identitas dari warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya
tersebut. Isaac Newton telah berhasil mendemonstrasikan pergerakan warna dalam bentuk
gelombang melalui percobaannya menggunakan sebuah prisma kaca. Saat ia menyinari
sebuah prisma kaca dengan cahaya putih, panjang gelombang yang berbeda dibiaskan
dengan sudut yang berbeda. Hal ini memungkinkan Newton melihat warna pelangi
(spektrum). Ketika cahaya menghantam sebuah objek berwarna, objek tersebut hanya
akan menyerap panjang gelombang yang sesuai dengan struktur atomiknya sendiri,
kemudian memantulkan gelombang lain yang tidak sesuai. Pantulan inilah yang
kemudian ditangkap oleh mata. Dalam retina, gelombang warna akan diubah menjadi
sebuah impuls elektrik yang dikirimkan ke hipotalamus, bagian pada otak yang mengatur
kerja hormon dan sistem endokrin. Setelah melalui proses ini, tubuh kita akan beradaptasi
dengan gelombang warna tersebut.
Selain berpengaruh pada reaksi biologis makhluk hidup, warna juga memberi
berbagai pengaruh pada kondisi psikologis manusia. Menurut Hartini (2007), warna
memiliki berbagai karakteristik energi yang berbeda beda apabila diaplikasikan pada
tubuh. Pembelajaran mengenai pengaruh warna terhadap perilaku, emosi dan fisik
manusia ini dikenal dengan sebutan psikologi warna.
Psikologi warna banyak diterapkan dalam perancangan interior suatu ruangan.
Dalam bukunya yang berjudul Color in Interior Design, John Pile mengatakan bahwa
penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor
penting penentu kesuksesan suatu proyek (1997 : 1). Pemilihan warna yang salah dalam
suatu ruangan, dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa
dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang orang dengan
kebutuhan khusus, seperti penderita cacat mental atau autisme. Bagi para penderita
autisme, pemilihan warna dalam ruangan harus diperhatikan secara jeli. Pemilihan warna
dalam ruang ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan mereka, seperti
kebutuhan akan rasa aman, nyaman, dan hangat. Oleh karena itu, sangat penting untuk

memilih warna warna pastel yang lembut dengan intensitas rendah. Warna warna
gelap dalam sebuah ruangan, akan menimbulkan perasaan takut dan bahkan depresi.
Setiap warna memiliki potensi untuk memberikan efek yang positif maupun negatif pada
seseorang. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang akan
mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan dari ketiganya dalam diri
manusia. Berikut ini adalah beberapa contoh pengaruh warna terhadap manusia :
1.
Warna merah merupakan warna yang cukup dominan. Penggunaan warna ini pada
suatu objek seringkali membuat objek tersebut tampak lebih dekat dari sebenarnya,
sehingga mata kita cenderung lebih cepat mengidentifikasi warna merah dalam suatu
ruangan. Warna merah memiliki pengaruh besar pada mood pria, karena warna ini
menciptakan reaksi yang emosional. Selain itu, warna merah juga banyak
mempengaruhi manusia secara fisik seperti meningkatkan tekanan darah, denyut nadi,
dan laju pernafasan, warna ini juga sering dimanfaatkan sebagai terapi pengobatan,
contohnya dalam pengobatan penyakit anemia, tekanan darah rendah atau penyakit
kulit. Walaupun dapat memberikan suasana hangat dalam ruangan, warna ini
2.

cenderung meningkatkan agresivitas seseorang.


Warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan. Warna ini seringkali
diasosiasikan dengan warna langit atau lautan, juga dianggap sebagai warna favorit
dunia karena efeknya yang membawa perasaan damai. Warna biru pekat akan
menstimulasi pemikiran yang jernih, sementara warna biru muda akan membantu
meningkatkan konsentrasi. Warna ini sangat baik dipakai untuk mengatasi sakit
tenggorokan, asma ataupun migren. Di sisi lain, penggunaan warna biru pada ruangan
secara berlebihan dapat menimbulkan kesan dingin dan tidak bersahabat, bahkan

3.

terkadang membawa perasaan sedih atau depresi.


Warna kuning menimbulkan perasaan ceria dan optimis. Warna ini banyak
mempengaruhi manusia secara mental dan emosional. Penggunaan warna ini secara
tepat dalam ruangan, menimbulkan kesan bersahabat dan seringkali membantu
meningkatkan kreativitas seseorang. Warna ini sangat cocok dipakai untuk
menetralkan rasa gugup, karena cenderung meningkatkan rasa percaya diri seseorang.
Walaupun demikian, penggunaan warna kuning hendaknya dikombinasikan dengan
warna warna lain, karena memiliki kecenderungan untuk memancing terjadinya

4.

perdebatan.
Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan karena diasosiasikan dengan alam
dan tumbuhan. Warna hijau memberikan rasa aman, juga keseimbangan dan harmoni.
Warna ini cocok digunakan dalam ruangan peristirahatan karena membawa perasaan

damai dan ketenangan. selain itu, warna ini juga dipercaya dapat memperbaiki
pengelihatan seseorang. Namun demikian, terlalu banyak warna hijau dalam suatu
5.

ruangan dapat menimbulkan kebosanan.


Warna oranye merupakan hasil pencampuran warna merah dan kuning. Dengan
adanya kombinasi dua warna tersebut, warna oranye mempengaruhi manusia baik
secara fisik maupun mental. Warna oranye dapat meningkatkan nafsu makan dan
memberikan kenyamanan, sehingga sangat cocok digunakan di ruang makan atau
ruang keluarga. Selain itu, warna ini membawa perasaan hangat dan menyenangkan.
Dalam terapi pengobatan, warna oranye dipakai untuk mengatasi kelainan ginjal atau
paru paru, juga mengobati bronkhitis. Dampak negatif dari penggunaan warna ini
secara berlebihan adalah menyebabkan berkurangnya tingkat keseriusan dalam belajar

6.

atau bekerja.
Warna hitam memberikan kesan yang glamor dan elegan. Selain itu, warna ini juga
menciptakan suasana yang cenderung serius dalam suatu ruangan. Warna hitam juga
sering dipakai untuk menekan nafsu makan yang berlebihan, misalnya dengan cara
melapisi meja dengan taplak berwarna hitam. Dalam konotasi yang negatif, warna ini

7.

menimbulkan ketakutan akan gelap atau perasaan tidak aman.


Warna putih melambangkan kemurnian atau kesucian. Warna ini banyak digunakan di
rumah sakit karena memberikan kesan higienis dan steril. Secara visual, penggunaan
warna ini pada suatu ruangan akan memberikan ilusi bahwa ruangan tersebut lebih
tinggi daripada yang sebenarnya. Penggunaan warna putih secara berlebihan

8.

cenderung memberi kesan tidak ramah.


Warna merah muda merupakan hasil pencampuran warna merah dan putih. Warna ini
melambangkan sifat yang feminim dan memberikan kesan santai. Namun faktanya,
warna ini juga seringkali membuat orang merasa lesu dan kurang bersemangat.
Dampak negatif dari warna merah muda ini sering dimanfaatkan dalam bidang
olahraga. Dalam sebuah pertandingan, seringkali warna merah muda digunakan dalam

9.

ruang ganti lawan dengan tujuan untuk menekan semangat dari tim lawan.
Warna cokelat terdiri dari warna merah, kuning dan hitam. Sama seperti warna hitam,
cokelat juga menimbulkan kesan yang serius, tetapi warna cokelat lebih menonjolkan

10.

sisi lembut dan kehangatan.


Warna ungu memberikan kesan mewah dan seringkali dikaitkan dengan kerohanian.
Warna ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan perenungan atau meditasi.
Selain itu, warna ini juga sering digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri
seseorang dan mengurangi rasa putus asa.

Jika dalam pembelajaran saat praktik maupun teori, peranan warna dalam ruangan
adalah mempengaruhi semangat para siswa saat proses belajar. Para psikolog telah
melakukan beberapa eksperimen yang menyimpulkan bahwa penggunaan warna yang
tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar untuk siswa maupun
gurunya. Hal ini disebabkan warna menimbulkan kesan tertentu dalam menciptakan
suasana ruang. Warna juga menimbulkan pengaruh terhadap jiwa para siswa, baik secara
langsung, misalnya perasaan gelisah, nyaman, panas dan sebagainya.
1. Menciptakan ruang yang bebas, aman, rangsang, nyaman, dan hangat
Menurut Eillen, 1988, kebutuhan anak dalam ruang adalah memperoleh rasa
bebas, aman, rangsang, nyaman dan hangat.

Warna pastel untuk ruang belajar adalah aman dalam arti tidak menyilaukan,
tidak membuat mata lelah, menyenangkan dan tidak menakutkan sehingga dapat
memotivasi anak untuk beraktifitas, bergembira dan kreatif.
2. Mengatur Ruang agar tampak lebih luas atau mengecil
Warna dingin bila digunakan untuk mewarnai ruangan akan memberikan ilusi
jarak, akan terasa mundur. Sebaliknya warna hangat, terutama keluarga merah akan

terasa seolah-olah maju. Warna-warna cerah membuat objek kelihatan besar dan
ringan sementara warna gleap membuat mereka lebih kecil dan berat.
B. Ukuran Tempat Duduk dan Mejanya
Bentuk dan ukuran tempat duduk yang digunakan bermacam-macam, ada yang
satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat yang diduduki
oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu mudah di ubah-ubah
formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan pembelajaran. Untuk ukuran
tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil sehingga mudah
untuk diubah-ubah dan juga harus disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Biasanya, guru dan siswa kurang menghiraukan tempat duduk yang mereka
duduki. Padahal, tempat duduk tersebut merupakan alat yang memegang peranan penting,
terutama bagi mereka yang melakukan aktivitas sambil duduk seperti yang dilakukan oleh
para siswa di sekolah. Sebuah tempat duduk (kursi) yang lengkap, minimal harus
mempunyai kaki, alas duduk, sandaran pinggang dan punggung, dan sandaran lengan
(Nala, 1994).
Agar tempat duduk nyaman dipakai pada waktu belajar, ukuran-ukurannya harus
disesuaikan dengan antropometri orang yang akan memakainya. Dalam hal ini,
diperlukan pembakuan terhadap ukuran-ukuran tubuh (antropometri) orang-orang
Indonesia pada umumnya atau orang-orang Bali pada khususnya, sehingga dalam
mendesain tempat duduk (kursi) dapat mengacu kepada ukuran-ukuran tersebut.
Seandainya ukuran-ukuran baku tersebut belum ada, dapat dilakukan pengukuran
terhadap antropometri siswa atau mahasiswa yang akan menggunakan tempat duduk
tersebut. Akan tetapi, jika data antropometri siswa atau mahasiswa tersebut juga tidak
ada, maka dapat digunakan persyaratan tempat duduk sebagai berikut (Nala, 1994).
(1) Tinggi alas duduk dari lantai 38 54 cm (setinggi telapak kaki sampai belakang lutut atau
popliteal).
(2) Alas duduk hendaknya agak miring ke belakang (14o 24o dari bidang horizontal atau dari
lantai). Kemiringan ini diperlukan, agar tubuh tidak melorot ke depan pada saat
duduk.
(3) Ujung tepi depan alas duduk dibuat agak bulat untuk menghindari tekanan pada bagian
bawah paha. Ujung bagian depan ini dapat ditinggikan 4o 6o dari alas duduk.
(4) Luas alas duduk sebaiknya disesuaikan dengan ukuran pantat yaitu: 40 45 cm melintang
dan 38 42 cm membujur.

(5) Sandaran pinggang dan punggung hendaknya agak miring ke belakang dengan sudut 105 o
110o terhadap alas duduk. Bentuk sandaran pinggang dan punggung sebaiknya
disesuaikan dengan lengkung vertebrae pada tubuh manusia. Sandaran tersebut akan
menopang punggung dan pinggang dengan baik bila ukuran tingginya 48 50 cm
dan lebarnya 32 36 cm. Pengetahuan tersebut memegang peranan penting di dalam
meningkatkan pemahaman guru tentang kaidah yang harus diikuti terkait dengan
tempat duduk siswa.
Meja belajar adalah meja yang digunakan sebagai alas pada saat melakukan
aktivitas belajar. Bila meja belajar terlalu tinggi maka bahu akan lebih sering terangkat
pada saat menulis atau meletakkan tangan di atas meja dan bila terlalu rendah maka sikap
tubuh akan membungkuk pada saat menulis. Sikap tubuh yang seperti itu dapat
mengakibatkan sakit pinggang atau punggung dan sakit pada otot-otot leher dan bahu.
Terkait dengan masalah tersebut, Sutajaya (2001 a) melaporkan bahwa perbaikan kondisi
kerja yang mengacu kepada kaidah-kaidah ergonomi dalam menggunakan mikroskop di
Laboratorium

Biologi

STKIP

Singaraja

mengurangi

gangguan

pada

sistem

muskuloskeletal sebesar 54,03 %(p < 0,05). Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu
dipilih meja belajar yang sesuai dengan pemakainya.
Dalam hal ini, Grandjean (1988) menyatakan bahwa tinggi meja untuk menulis
dan membaca dalam posisi duduk adalah antara 74 78 cm untuk laki-laki dan antara 70
74 cm untuk wanita, sedangkan Dul & Weerdmeester (1993) menyatakan bahwa untuk
kegiatan yang sering menggunakan mata, tangan, dan lengan, sebaiknya bidang kerja
berada pada 0 15 cm di atas tinggi siku. Pengetahuan ini memegang peranan penting di
dalam upaya peningkatakan pemahaman guru tentang manfaat meja belajar yang
ergonomis bagi kesehatan dan kenyamanan siswa dalam proses pembelajaran.
Hal yang tidak boleh kita lupakan bahwa dalam penataan tempat duduk siswa
tersebut guru tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan
saja. Tetapi seorang guru perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa, baik
dilihat dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Hal ini penting
karena guru perlu menyusun atau menata tempat duduk yang dapat memberikan suasana
yang nyaman bagi para siswa.
Sebenarnya banyak macam posisi tempat duduk yang bisa digunakan di dalam
kelas seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran, berhadapan, dan
sebagainga. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakandalam kelas
dengan metode belajar ceramah. Dan untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi

setengah lingkaran atau berhadapan. Dan sebagai alternatif penataan tempat duduk
dengan metode kerja kelompok atau bahkan bentuk pembelajaran kooperatif, maka
menurut Lie (2007: 52) ada beberapa model penataan bangku yang biasa digunakan
dalam pembelajaran kooperatif, diantaranya seperti:

Meja tapal kuda, siswa bekelompok di ujung meja


Penataan tapal kuda, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
Meja Panjang
Meja Kelompok, siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan
Meja berbaris, dua kelompok duduk berbagi satu meja
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam

mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil
pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan
akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat Winzer (Winataputra, 2003: 9-21) bahwa penataan
lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi
siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk
berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan.
C. Sirkulasi Udara dan Suhu Ruangan
Kelas harus cukup memiliki ventilasi untuk pepertukaran udara sehingga anak
merasa sejuk dan nyaman tinggal dikelas. Guru sering kurang menyadari ruangan yang
terang tetapi jendela tidak dibuka serta kurangnya ventilasi menjadikan suara guru
bergema, akibatnya anak kurang mampu memusatkan perhatian pendengarannya pada
suara guru, sebab terganggu oleh gema suara. Untuk itu disamping membuka jendela
digunakan untuk pertukaran udara, maka juga berfungsi sebagai sarana untuk mengurangi
gema suara.
Misalkan sebuah ruangan kelas diisi oleh 20-an murid. Jika ukuran ruang belajar
(lebih kurang 8m x 8m) tidak terpenuhi, akan mengganggu kesehatan siswa. Dalam
aktivitas belajar siswa juga melakukan aktivitas pernapasan. Menghirup oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Pintu dan ventilasi ruang kelas menjadi tempat pertukaran
udara (sirkulasi) antara udara segar dengan udara penuh karbondioksida. Atau
menggunakan Air Conditioner (AC) supaya suhu di dalam ruangan bisa disesuaikan agar
nyaman

Menurut Tichawuer bahwa tingkat produktifitas paling tinggi dicapai pada kondisi
suhu antara 75-80 oF (24-27 oC), dikarenakan suhu tersebut merupakan suhu normal tubuh
manusia. Suhu yang tinggi akan mengakibatkan tubuh mudah berkeringat, panas, dan
dehidrasi yang akan mengganggu konsentrasi dan produktivitas baik dosen maupun
mahasiswa. Begitu juga sebaliknya jika suhu dingin, maka konsentrasi dosen dan
mahasiswa lebih tertuju pada bagaimana cara mereka menghangatkan tubuh.
Desain kelas penulis menggunakan Air Conditioner, jadi suhu ruangan bisa diatur
oleh Air Conditioner tersebut dan disarankan berada pada suhu 24-27oC. Ventilasi udara
kelas menggunakan jendela yang diletakan di sebelah kiri dan kanan kelas. Juga ventilasi
kecil yang diletakan di sebelah kiri, kanan, dan belakang kelas bagian bawah. Ventilasi
kecil tersebut berfungsi memasukan udara dari luar kelas ke dalam kelas, sedangkan
jendela berfungsi mengeluarkan udara yang ada di dalam kelas, jadi kelas tersebut
memiliki sirkulasi udara yang baik. saat AC dinyalakan jendela akan ditutup. Perlu
diketahui cara kerja ac adalah memutar udara di dalam ruangan sehingga diperlukan
pergantian udara melalui ventilasi. Jika tidak dilakukan pergantian udara, kadar oksigen
ruangan tersebut akan rendah sehingga mengganggu kinerja tubuh mahasiswa dan dosen.
Solusi untuk mengatasi permasalahan yang sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi belajar, maka penulis mencoba memberikan solusi yang diambil dari
beberapa pendapat arsitek sebagai berikut :
1. Sistem Pengkondisian Udara
Teknik pengkondisian udara adalah teknik memidahkan panas dari atau ke suatu
rungan sehingga diperoleh temperatur dan kelembaban udara yang diinginkan. Mesin
yang dapat melakukan perpindahan itu adalah heat pump. Ada dua macam pompa kalor
bergantung dari kebutuhan akan panas atau tidak membutuhkan panas. Mesin pompa
panas yang menyerap panas dari suhu ruangan kemudian dibuang kelingkungan disebut
mesin pendingin. Sedangkan mesin pompa kalor yang menyerap panas dari lingkungan
untuk dipakai untuk memanasi ruangan disebut pompa kalor. Tujuan dari memindahkan
panas dari satu tempat ke tempat lainnya adalah untuk mengkondisikan udara dengan
temperatur dan kelembaban yang pas untuk kenyamanan. Sebagai contoh ruangan kelas
untuk proses belajar mengajar, pada musim panas atau kemarau, ruangan cenderung
panas pada waktu proses pengajaran. Beban pendinginan diperoleh dari suhu lingkungan,
radiasi matahari, para siswa dan guru. Beban pendinginan paling besar diperoleh dari
pemanasan radiasi matahari. Dengan menganalisis beban-beban pendinginan, dapat
dibuat rancangan sistem untuk mengkondisikan udara di dalam ruangan kelas menjadi

nyaman untuk proses pengajaran. Seandainya indikasi kenyamanan kelas hanya terpaku
pada temperatur saja, misalkan temperatur ruang kelas pada 25 C yaitu sama dengan
temperatur di luar kelas, proses pengkondisian udara harus dapat mencapai temperatur
tersebut. Sebagai contoh penyelesaiannya adalah dengan memasang kipas sedemikian
hingga sirkulasi udara lancar, ditambah dengan pemasangan tabir matahari pada jendela
kaca untuk megurangi efek radiasi panas matahari.
2. Ventilasi silang atau cross ventilation
Ventilasi silang adalah dua bukaan berupa jendela atau pintu yang letaknya saling
berhadapan di dalam satu ruangan. Ventilasi ini bekerja dengan memanfaatkan perbedaan
zona bertekanan tinggi dan rendah yang tercipta oleh udara. Perbedaan tekanan pada
kedua sisi bangunan akan menarik udara segar memasuki bangunan dari satu sisi dan
mendorong udara pengap keluar ruangan dari sisi lain. Standar ideal ukuran bukaan untuk
ventilasi silang yang ideal bergantung pada luas ruangan. Menurut arsitek Tiffa Nur
Latiffa, Standar Nasional Indonesia mensyaratkan luas bukaan termasuk fungsi untuk
memasukkan cahaya, adalah minimal 20 persen dari luas lantai ruangan. "Khusus untuk
lubang ventilasi di bangunan tinggal seperti jendela, disyaratkan minimal 5 persen dari
luas ruangan," ujar Tiffa. "Sementara untuk bangunan kantor, pabrik, dan sebagainya
adalah 10 persen dari luas ruangan," lanjutnya. Idealnya setiap ruangan di dalam
bangunan harus mengaplikasikan ventilasi silang agar selalu bersentuhan langsung
dengan udara luar.
Sementara menurut arsitek Wijoyo Hendromartono, ventilasi silang sebaiknya
dibuat bersilangan atas bawah atau menyerong kiri kanan. Untuk persilangan atas bawah,
sebaiknya lubang keluar udara berada di bagian atas karena udara panas bersifat lebih
ringan. Aliran angin juga dipengaruhi oleh hambatan yang berada di bagian tengah
ruangan. Misalnya, semakin besar furnitur yang berdiri di antara ventilasi silang, maka
semakin berkurang pula energi kinetik dan kecepatan angin. Dengan demikian, hindari
meletakkan benda-benda berukuran besar antara ventilasi silang yang dapat menghambat
perputaran udara.
Ventilasi silang dapat meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan serta
mendukung gaya hidup produktif dan sehat. Dengan penggunaan ventilasi silang, pemilik
bangunan dapat menghemat biaya pemakaian AC karena selalu diliputi hawa sejuk.
Selain itu, ventilasi silang juga dapat mendorong zat-zat kimia yang menumpuk di dalam
bangunan dan mengurangi kelembaban yang dapat menyebabkan tumbuhnya jamur.
Karena aplikasi ventilasi silang yang ideal membutuhkan analisis tentang zona udara di

sebuah bangunan, pemilik sebaiknya memperhitungkan jalur angin yang melewati


bangunannya.
3. Fondasi bangunan yang terbuat dari semen dan besi beton, akan lebih mudah
menyerap perubahan suhu (terutama panas) dari sekitarnya dibanding bahan kayu.
Sehingga menjadi sebuah hal yang wajar seandainya suhu ruangan tetap terasa panas saat
malam hari setelah melalui kondisi terik sepanjang siang pada bangunan berfondasi
semen dan beton.Teknik yang saya ketahui untuk melindungi fondasi bangunan dari
kondisi seperti itu adalah dengan membuat batas berbentuk parit se-dalam 30cm s/d 50
cm antara fondasi di dalam dengan fondasi di luar bangunan. Bagian dalam parit tersebut
dilapisi dengan sejenis lembaran aluminium foil khusus untuk menghalangi rambatan
hawa panas dari area sekitar fondasi luar bangunan yang terkena cahaya matahari
langsung.
4. Seiring dengan perkembangan teknologi dalam dunia coating, terdapat beberapa
cara untuk mengurangi penyerapan panas oleh material (dinding, atap) dan mengurangi
panas dalam ruangan, antara lain :
Melalui aspek pemantulan panas/sinar infra merah matahari ke dalam bangunan,
dengan menggunakan teknologi pigment reflektif (pigmen pemantul) pada pelapis

material (coating) dan cat.


Melalui aspek insulasi untuk menghambat perambatan panas, menggunakanadvanced

ceramic filler (material berbahan filler keramik).


Melalui aspek waterproofing untuk melindungi kerusakan akibat air.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Prihantini (2012), dengan penggunaan pigmen
pemantul maka akan diperoleh rata-rata penurunan suhu ruangan sebesar 1,5 0C dan

penghematan energy untuk alat pendingin udara sekitar 9%).


Ruang yang panas bisa jadi karena tidak ada ventilasi yang cukup untuk udara bisa
bersirkulasi dengan lancar, kalau ventilasi udara kurang lancar dengan penambahan
kipas angin tidak akan memberikan jalan keluar yang tuntas, bahkan ruangan bisa

bertambah panas karena yang diputar oleh kipas angin adalah hawa panas.
Perbanyak penambahan ventilasi di kedua dinding yang berseberangan, lindungi
tembok yang terkena sinar matahari langsung dengan menanam pohon perindang,
sehingga tembok luar dapat terhindar dari pemasanan sinar matahari. Bila tidak ada
halaman yang cukup untuk penanaman pohon perindang bisa diganti dengan
penambahan kerai bambu untuk menghambat sinar matahari agar tidak langsung

terkena dinding.
Gunakan lampu neon dari pada lampu bohlam, karena lampu bohlam menghasilkan
panas karena energy listrik, selanjutnya sirami pekarangan bangunan anda dengan air

setiap sore, hal ini akan dapat menurunkan suhu tanah yang sudah dari pagi sampai

siang terpanasi oleh sinar matahari.


Kurangi peletahan perabot yang memakan ruang, ganti dengan perabot yang simple
dan rendah, bila suka ganti keja kursi tamu dengan peletakan karpet dan bantal besar

sebagai pengganti kursi.


Bila warna luar dinding bangunan anda gelap, gantilah dengan warna cerah, warna
gelap cenderung akan menyerap panas di bandingkan warna terang

5. Lampu neon yang digunakan dalam ruang akan lebih baik jika diganti dengan lampu
LED. Lampu LED lebih sedikit mengeluarkan kalor dibandingkan lampu neon. Sehingga
panas yang diterima berkurang dan mahasiswa akan merasa lebih nyaman.
D. Musik yang Dapat Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Musik merupakan salah satu cara untuk merangsang pikiran untuk mendukung
pembelajaran. Selain merangsang pikiran, musik juga dapat memperbaiki konsentrasi dan
ingatan, meningkatkan aspek kognitif, membangun kecerdasan emosional, dll. Musik
dapat menyeimbangkan otak kanan dan kiri, itu artinya musik menyeimbangkan aspek
intelektual dan juga aspek emosional. Siswa yang telah memperoleh pendidikan musik
sejak dini, jika kelak dewasa akan menjadi manusia yang memiliki pemikiran logis,
cerdas, kreatif, mampu mengambil keputusan serta memiliki empati.
Universitas-universitas di Jepang banyak yang mempunyai orkes Symphony
sebagai kelanjutan dari pelajaran musik yang mereka terima di tingkat SD, SLTP dan
SLTA. Begitu pun semua sekolah unggulan memasukkan mata pelajaran musik sebagai
materi wajib intrakurikuler dan diperkaya dengan kegiatan ekstrakurikuler, dimana materi
pelajaran musik yang diajarkan meliputi musik universal dan musik tradisional,
nampaknya hasil pembelajaran siswa-siswi sekolah unggulan pun rata-rata sangat baik.
Tampak pada kurikulum (1994) yang berlaku, aspek keseimbangan belum
terpenuhi. Kurikulum pendidikan formal di Indonesia hanya menekankan perkembangan
intelektual semata dan tidak memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi. Melihat
alokasi waktu mata pelajaran musik setiap minggu hanya waktu 2 x 45 menit, (GBPP
kurikulum mata pelajaran kesenian 1994) yang masih terbagi dengan mata pelajaran seni
tari, seni rupa, dan kerajinan tangan.
1. Pengertian Musik dalam Pembelajaran
Nirmala (2005) menyatakan terapi musik merupakan aplikasi unik dari musik
untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan membuat perubahan perilaku
positif. Dengan adanya musik membuat kita dapat berpikir dan lebih konsentrasi
dalam mengerjakan sesuatu. Pengertian musik itu sendiri jika dalam pembelajaran

adalah musik yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Musik disini
misalnya disisipkan ketika presentasi dengan media power point atau juga pada saat
seminar untuk mengkondisikan suasana. Oleh karena itu, musik memiliki kedudukan
yang penting dalam mendukung kelancaran suatu pembelajaran.
2. Peranan Penggunaan Musik dalam Pembelajaran
Gallahue (1998) dalam Raven (2008) mengatakan, kemampuan-kemampuan
seperti kemampuan visual, auditif dan sentuhan makin dioptimalkan melalui stimulasi
dengan memperdengarkan musik klasik. Ritme, melodi, dan harmoni dari musik
klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Di
sini terdapat berbagai peran dalam penggunaan musik dalam pembelajaran,
diantaranya:
a. Musik sebagai Pendekatan Belajar
Penggunaan musik dalam pendekatan belajar dapat di lihat dari contoh kasus
kemampuan matematika dan logika ada dalam korteks otak yang berdekatan dengan
kemampuan musik dengan masa pembentukan 0 4 tahun. Untuk itu perlu dilakukan
bermain hitungan sederhana bersama anak melalui media musik dalam mengajarkan
berhitung, misalnya satu piring, satu garpu, satu sendok, saat bersantap di meja
makan.
b. Musik Membangun Kecerdasan Emosional
Menurut peneliti Siegel (1999) dalam Raven (2008), mengatakan bahwa
musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat
berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke
kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak. Efek atau
suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman
emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya,
hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi. Kecerdasan
emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan
seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak
dapat berkembang secara lebih optimal.
c. Musik Dapat Meningkatkan Aspek Kognitif
Selain membangun aspek kecerdasan emosional, music juga mampu
menumbuhkan aspek kognitif. Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran
untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat,
mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang
didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu

distimulasi adalah keterampilan bergerak. Ketrampilan bergerak ini dapat kita


temukan pada saat mendengarkan musik.
d. Menggunakan musik sebagai pendahuluan pada proses belajar mengajar
Sebelum memulai aktifitas pembelajaran, memutar musik dapat memberi
pengaruh kepada kegembiraan, menghangatkan lingkungan, menggugah minat, dan
bahkan menenangkan pikiran.
e. Menggunakan musik disaat istirahat
Musik disaat istirahat membantu mempertahankan lingkungan belajar yang
menyenangkan,membuat kita tetap santai sekaligus bersemangat. Setelah otak
beraktifitas disaat proses belajar mengajar dengan mendengarkan musik dapat
mengendorkan saraf-saraf yang telah bekerja sehingga membuat kita bersamangat lagi
untuk melanjutkan proses belajar mengajar.
f. Menggunakan musik disaat presentasi
Musik dapat digunakan sebagai latar belakang pembacaan cerita,
menampilkan bacaan dramatis, demontrasi atau presentsi dengan slide, OHP, Vidio
atau komputer.
g. Menggunakan musik untuk memberikan pertanyaan musikal
Yaitu dengan cara memberikan pelajar satu kartu, mintalah mereka menulis
pada kartu itu satu pertanyaan mengenai materi yang baru saja diliput. Sementara
duduk dimeja/berdiri di lingkaran besar dan mainkanlah musik, mintalah mereka terus
mengedarkan kartu pertanyaan kesamping kanan mereka sampai musik berhenti.
Ketika musik berhenti beri mereka waktu 3-5 menit untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan itu. (Meier, 2002: 149).Jadi dengan pertanyaan musikal ini akan
membantu pembelajar tetap rileks dalam menghadapi pertayaan dan menjawabnya
dengan tenang.
h. Menggunakan musik sebagai penutup dalam proses belajar mengajar
Misalnya musik selamat jalan yang tepat dapat menciptakan lingkungan yang
ramah dan menggugah semangat untuk menutup program pembelajaran dan bertukar
salam perpisahan. Ketika pelajaran dimulai dengan rasa nyaman dan sudah
semestinya diakhiri dengan hal yang menyenangkan sehingga penbelajar tidak akan
berfikiran negatif lagi tentang belajar yang selalu menyusahkan dan menimbulkan
kebosanan.
3. Jenis Musik Apa yang Baik Digunakan dalam Poses Belajar Mengajar?

Musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritume, dan harmony.
Demikin kata Ev.Andreas Christauday dalam suatu ceramah musik. Beat
mempengaruri tubuh, ritme mempenggaruhi jiwa, sedangkan harmony mempengaruhi
roh. (http://www.igeg.web.id/anak/anak02.shtml)
Jadi jenis musik yang baik digunaan dalam PBM adalah musik yang memiliki
keseimbangan antara beat, ritme, dan harmony. Serta dapat meningkatkan kreatifitas
belajar yaitu tinggkat pencapaian tujuan berupa peningkatan terhadap pengetahuan
dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses belajar mengajar.
Harjana (2005), mengatakan bahwa, baru musik klasiklah yang sudah diteliti
oleh para ahli. Musik klasik dianggap bisa mengasah otak, karena ritme, melodi dan
harmoninya berasal dari ritme denyut nadi manusia yang berperan besar dalam
perkembangan

otak,

pembentukan

jiwa,

karakter

bahkan

raga

manusia.

(http://www.tabules.com/~ linda/156584.html).
Seperti yang kita tahu otak memiliki tiga bagian dasar yaitu otak reptil, otak
mamalia (sistem limbik) dan neokorteks. Otak reptil merupakan komponen
kecerdasan terendah yang di miliki manusia, jika otak reptil ini yang lebih dominan
kita tidak akan dapat berfikir pada tingkat yang lebih tinggi. Contohnya saja, jika kita
merasa tidak aman, otak reptil ini akan bangkit dan bersiaga atau melarikan diri.
Reaksi seperti ini juga akan terjadi dalam proses balajar mengajar. Jika pembelajar
merasa tertekan atau tidak nyaman dalam proses belajar akan menyebabkan
pembelajar berusaha untuk menjahui proses belajar tersebut yang akhirnya kegiatan
belajar mengajar akan terganggu bahkan bisa terhenti.
Siegel menyatakan musik klasik dapat menghasilkan gelombang alfa yang
menenangkan

dan

dapat

merangsang

(http://www.depdiknas.co.id/jurnal/30/musik

sistem

limbik

merupakan

jaringan

stimulasi

otak.

terhat.html).

dimana sistem linbik ini bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan,
pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Jadi dengan
musik klasik yang memberi pengaruh pada sistem linbik otak akan langsung
berpengaruh pada proses belajar mengajar. Karena dalam sistem limbik otak tersebut
tersimpan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
Walaupun penggunaan musik klasik dan barok merupakan pilihan baik untuk
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, tapi tidak menutup kemungkinan
untuk menggunakan berbagai jenis musik untuk proses belajar mengajar. Misalnya
saja lagu berirama lambat dapat menimbulkan suasana hati yang tenang. Musik Jazz
dapat menimbulkan suasana hati yang riang dan bersemangat. Mars Sousa atau

gendang Afrika atau musik dansa berirama dari Amerika Selatan dapat
membangkitkan energi. Kesemua jenis musik tersebut baik digunakan dan akan
mendatangkan hasil yang baik.
Jadi jenis musik yang baik digunakan dalam proses belajar mengajar adalah
musik yang dapat membuat pendengarnya waspada, terbuka dan optimal dalam
belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Dr.Lozanov bahwa musik yang paling baik
menurut penemuannya adalah musik barok seperti Bach, Handel, Pachelbel dan
Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang sangat khas dan pola-pola
yang secara otomatis menyingkronkan tubuh dan pikiran kita. Misalnya, kebanyakan
musik barok mempunyai tempo enam puluh ketukan per menit, yang sama dengan
detak jantung rata-rata dalam keedaan normal.(DePorter dan Hernacki, 2000:72).
Jadi dapat di simpulkan bahwa dengan menggunakan musik dalam proses
belajar mengajar dapat menyingkronkan tubuh dan pikiran sehingga akan
menimbulkan perasaan nyaman dan rileks dalam proses belajar mengajar.
E. Kaitan dengan Penelitian
a. Lidya Natalia Heksan dari Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya melakukan penelitian
yang berjudul Pengaruh Dinding Warna Kuning, Biru, dan Putih Terhadap
Konsentrasi Anak Usia 7-10 TAHUN. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
melalui penelitian laboratorium eksperimen dan perhitungan statistik peneliti
berusaha menguji apakah ada pengaruh antara dinding berwarna kuning, biru dan
putih terhadap konsentrasi anak usia 7-10 tahun. Berdasarkan penelitian tersebut
peneliti menemukan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan antara ketiga warna
tersebut terhadap konsentrasi, dengan hasil bahwa warna dinding kuning adalah yang
paling menunjukkan pengaruh positif terhadap konsentrasi. Namun untuk
menerapkan hasil penelitian ini dalam situasi nyata atau ruang belajar yang
sesungguhnya masih diperlukan penelitan lebih lanjut lagi dalam situasi yang
sebenarnya. Selain itu peneliti juga perlu memperhatikan perbedaan karakteristik
subjek dalam penelitian sehingga penelitian ini nantinya dapat sungguhsunguh
digeneralisasikan dalam bidang pendidikan. Kemudian perlu juga memperhatikan
variabel-variabel yang belum dikontrol dalam penelitian ini sehingga nantinya
penelitian lanjutan dapat berhasil maksimal. Kedua hal tersebut merupakan pokok
diskusi yang dapat diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. Sebagai saran peneliti
pun menganjurkan untuk menggunakan variabel lain dalam meningkatkan
konsentrasi misalnya dengan musik klasik atau aromaterapi rosemary yang terbukti

dapat meningkatkan konsentrasi sehingga konsentrasi anak tidak hanya bergantung


pada satu variabel warna dinding saja. Selain itu alangkah baiknya jika kelas untuk
belajar dipisahkan menurut aktivitas yang terjadi dalam ruang sehingga, karena
dinding kuning dapat berfungsi maksimal dan tidak membuat mata cepat lelah.
b. Grace Mulyono Jurusan Desain Interior, Fakultas Seni dan Desain Universitas
Kristen Petra Surabaya melakukan penelitian yang berjudul KAJIAN ERGONOMI
PADA FASILITAS DUDUK UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA,
didapati berdasar hasil analisis, dapat di rekomendasikan beberapa hal yaitu pertama,
dalam lingkungan pendidikan desain harus dapat membantu terciptanya lingkungan
belajar mengajar yang optimal. Kursi kuliah yang nyaman menjadi faktor penting
yang mampu membantu Kenyamanan proses belajar mengajar dalam kelas. Kedua,
prinsip kursi yang ergonomis dapat diterjemahkan dalam karakteristik dimensi kursi
dan material. Adapun dimensi kursi harus disesuaikan dengan anthropometri
pengguna, dengan rekomendasi dimensi tinggi dudukan 400 mm, kedalaman
dudukan 370 mm, lebar dudukan 490 mm, tinggi sandaran 440 mm, lebar sandaran
470 mm, tinggi meja 300 mm, panjang meja 500 mm. Prinsip material untuk bagian
dudukan dan sandaran diperlukan material yang tidak terlalu keras namun juga tidak
terlalu empuk. Penggunaan material keras seperti kayu maupun besi perlu
dipertimbangkan bentukannya sehingga sesuai dengan lekuk tubuh manusia. Sedang
untuk penggunaan material pelapis seperti spons perlu dipertimbangkan tebal spons
yang digunakan, karena semakin tebal spons yang digunakan maka berat tubuh akan
semakin tidak tertopang dengan stabil. Keseimbangan karakteristik antara
kenyamanan dan kekuatan sangat diperlukan, sehingga tercapai kenyamanan saat
beraktivitas. Pada bagian rangka diperlukan material yang ringan dan kuat sehingga
kursi tetap stabil dan kokoh, namun mudah dipindahkan. Bentukan geometris
diperlukan untuk mencapai efisiensi peletakan perabot dalam ruang dan sesuai
dengan fungsinya. Selain itu permukaan bidang kursi harus dibuat melengkung dan
disesuaikan dengan postur tubuh saat duduk sehingga nyaman digunakan.
c. Danny Salim, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Musik Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 2 SMUK 1
Salatiga. Hasil tes Bahasa Inggris dan Matematika dengan musik latar heavy metal,
degung Sunda, dan tanpa musik adalah sebagai berikut:
Heavy Metal

Degung Sunda

Tanpa Musik

Bahasa Inggris
Matematika

1.63
41.17

2.96
45.52

2.41
54.84

Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk sampling yang diteliti,
musik heavy metal memiliki pengaruh negatif terhadap konsentrasi belajar siswa. Hal
ini terlihat dari nilai rata-rata kelas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
penggunaan musik latar degung Sunda maupun tanpa musik, baik pada hasil tes
Bahasa Inggris maupun pada hasil tes Matematika. Pada saat diperdengarkan musik
heavy metal, sebagian siswa menunjukkan ketidaknyamanannya. Bahkan beberapa di
antara mereka menutup telinga. Setelah tes dengan musik latar heavy metal
dilakukan, beberapa siswa berkomentar bahwa mereka tidak dapat berkonsentrasi dan
cenderung "pusing".
Pengaruh musik latar degung Sunda terhadap konsentrasi belajar tidak dapat
disimpulkan secara sederhana seperti pada musik heavy metal. Hal ini dikarenakan
hasil tes Bahasa Inggris dan Matematika menunjukkan bahwa musik degung Sunda
memiliki pengaruh yang berlawanan. Pada tes Bahasa Inggris, musik latar degung
Sunda menolong siswa mencapai hasil yang lebih baik ketimbang tanpa musik latar.
Sebaliknya, pada tes Matematika, nilai kelas lebih tinggi saat tidak diperdengarkan
musik. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa musik dapat berpengaruh positif
maupun negatif terhadap konsentrasi belajar siswa.
Penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa musik latar yang dipakai
dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh terhadap konsentrasi belajar siswa.
Pengaruh ini bisa bersifat positif atau negatif, tergantung dari berbagai faktor yang
telah dipaparkan di atas. Musik heavy metal berpengaruh negatif terhadap proses
pembelajaran di kelas yang penulis teliti. Musik degung Sunda berpengaruh positif
pada tes Bahasa Inggris, mungkin disebabkan oleh waktu pemutaran yang dilakukan
sebelum tes dan karena model tes yang membutuhkan kreatifitas dalam menganalisis.
Degung Sunda berpengaruh negatif pada tes Matematika, kemungkinan karena waktu
pemutarannya dilakukan saat tes berlangsung dan karena model tes yang kurang
membutuhkan kreatifitas dalam menganalisis (hanya keterampilan mekanistik dalam
berhitung).
F. Daftar Pustaka
1. Birren, Faber. 2010. Color Psychology and Color Theraphy : A Factual Study of the
Influence of Color on Human Life .Whitefish. Kessinger Publishing L.L.C.
2. Pile, John.1997. Color in Interior Design. McGraw-Hill Profesional.

3. Terapi Warna untuk Penyembuhan, Conectique.


http://www.conectique.com/tips_solution/health/tips/article.
4. Rohrer, Ken (2011) Color Symbolism and Culture, Incredible Art Departmen.
http://www.princetonol.com/groups/iad/lessons/middle/color2.htm
5. Wright, Angela (2008) Psychological Properties of Colours, Colour Affects.
www.colour-affects.co.uk/psyprop.htm
6. Admin, 2008, Pengembangan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini Melalui Metode
Glenn Doman, Web site.
7. Eillen, 1988. Lingkungan Fisik dan Pendidikan Anak, Asri : Edisi April
8. Hawadi, Reni Akbar, 2002. Psikologi Perkembangan Anak. Grasindo, Jakarta.
9. Mayangsari, Sriti., 2004. Peran Warna Interior terhadap Perkembangan dan
Pendidikan Anak di Taman Kanak-Kanak, Jurnal Dimensi Interior, Vol 2 : No 1
10. De Porter, Bobbi dan Mike Henakli. 2000. Quantum Learning. bandung : Kaifa.
11. Depdiknas.Musik Merupakan Stimulasi Terhadap Otak.2001.
http//www.depdiknas.co.id/Jurnal/30/musikmerupakanstimulasiterhadap.html.11janua
ri 2009.
12. Enpe. 2007. Musik Dalam Pembelajaran.
http://nurtitaputrani.wordpress.com/2007/09/03/musik-dalam-pembelajara/.11januari
2009.
13. Linda. 2001. Simponi otak. http://www.tabulas.com/~linda/156584.html.11januari
2009.
14. Meiarn, Dave. 2002.The Accelerated Lerning.Bandung: Kaifa.
15. Regard.
2008.
Kecerdasan
musik.
http://forum.kampus.com/sekolahpendidikan/6867-paratiara-uan-dan kecerdasan-anak.html.11januari2009.
16. Ketika Desain Kelas yang Nyaman Mempengaruhi Proses Belajar-Mengajar
http://www.kompasiana.com/rizqonadhra/ketika-desain-kelas-yang-nyaman
mempengaruhi-proses-belajar-mengajar_54f72d39a333113a7a8b462e
17. Salim, Danny. 2010. Pengaruh Musik Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 2

SMUK 1 Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Anda mungkin juga menyukai