Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Korupsi
Korupsi dalam bahasa Latin disebut Corruptio corruptus, dalam
bahasa

Belanda

disebut

corruptie,

dalam

Bahasa

Inggris

disebut

corruption, dalam bahasa Sansekerta didalam Naskah Kuno Negara


Kertagama

tersebut

corrupt

arti

arfiahnya

menunjukkan

kepada

perbuatan yang rusak, busuk, bejat, tidak jujur yang disangkutpautkan


dengan keuangan1
Menurut Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

Korupsi

adalah

penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan atau


sebagainya uuntuk kepentingan pribadi atau orang lain. Sedangkan di
dunia Internasiional pengertian korupsi berdasarkan Black Law Dictionarry
yang mempunyai arti bahwa suatu perbuatan yang di lakukan dengan
sebuah

maksud

untuk

mendapatkan

beberapa

keuntungan

yang

bertentangan dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya 2


Korupsi menurut Henry Campbell Black dalam Blacks Law
Dictionary adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi
dan hak-hak dari pihakpihak lain, secara salah menggunakan jabatannya
atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya
sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan hakhak dari pihak lain.3
Dalam pengertian lain, korupsi dapat diartikan sebagai perilaku
tidak mematuhi prinsip, dilakukan oleh perorangan di sektor swasta atau
pejabat publik. Dan keputusan dibuat berdasarkan hubungan pribadi atau
keluarga, korupsi akan timbul, termasuk juga konflik kepentingan dan
nepotisme. Pasal 435 KUHP menjelaskan korupsi berarti busuk, buruk,
bejat, dan dapat di sogok, atau di suap pokoknya merupakan perbuuatan
yang buruk.4
Terlepas dari berbagai ragam pengertian korupsi diatas, secara
yuridis, pengertian korupsi, baik arti maupun jenisnya telah dirumuskan, di
1 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 1996), hal 115
2 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 1991
3 Henry Campbell Black, Blacks Law Dictionary, Edisi VI, West Publishing , St.
Paul, 1990.
4 Pasal 435 KUHAP.

dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor


20 tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan

Undang-undang sebelumya, yaitu Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971.


Dalam pengertian yuridis, pengertian korupsi tidak hanya terbatas
kepada perbuatan yang memenuhi rumusan delik dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, tetapi meliputi juga
perbuatan-perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang merugikan
masyarakat atau orang perseorangan. Oleh karena itu, rumusannya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelompok delik yang dapat

merugikan

keuangan

negara

atau

perekonomian negara.
2. Kelompok delik penyuapan, baik aktif (yang menyuap) maupun pasif
(yang disuap). Undang-undang No. 17 Tahun 2003 merumuskan
pengertian keuangan negara sebagai berikut: Keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.5
Ruang lingkup keuangan negara sesuai dengan pengertian tersebut
diuraikan sebagai berikut:6
a. Hak

negara

untuk

memungut

pajak,

mengeluarkan

dan

mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman;


b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
c.
d.
e.
f.
g.

pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;


Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh
pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hakhak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang

dipisahkan pada perusahaan negara atau daerah;


h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;

5 Pasal 1 angka 1 UU No. 17/2003.


6 Pasal 2 UU No. 17/2003

i.

Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas


yang diberikan pemerintah7

B. Pengertian Tindak Pidana Korupsi


Arti secara harafiah korupsi

adalah

kebusukan,

keburukan,

kejahatan, ketidak jujuran, dapat di suap, penyimpangan dari kesucian,


kata-kata yang bernuansa menghina atau memfitnah, penyuapan, dalam
bahasa

Indonesia

kata

korupsi

adalah

perbuatan

buruk,

seperti

penggelapan uang penerimaan, uang sogok dan sebagainya. Kemudian


arti kata korupsi telah diterima dalam pembendaharaan bahasa Indonesia
dalam kamus besar Indonesia yaitu kecurangan dalam melakukan
kewajiban sebagai pejabat.8
Tindak pidana koropsi merupakan tindak pidana khusus karena
dilakukan orang yang khusus, maksudnya subyek dan pelakunya khusus
dan perbuatan yang khusus akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindak
pidana korupsi harus di tangani serius dan khusus untuk itu

perlu di

kembangkan peraturan-peraturan khusus sehingga dapat menjangkau


semua perbuatan pidana yang merupakan tindak pidana korupsi karena
hukum pidana umumnya tidak sanggup untuk menjangkaunya.
Tindak pidana menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
meliputi perbuatan cukup luas cakupannya. Sumber perumusan tindak
pidana korupsi dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001

dapat di

golongkan dalam dua golongan :


a. Perumusan yang di buat sendiri oleh pembuat Undang-undang Nomor
20 Tahun 2001
b. Pasal KUHP yang ditarik kedalam Undang-undang Nomor 20 ahun
2001
Adapun mengenai pengertian tindak pidana korupsi menurut Unadangundang Nomor 20 Tahun 2001, yaitu :
a. Setiap

orang

secara

melawan

hukum

melakukan

perbuatan

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara (Pasal
2 ayat (1)).
7 Kekayaan pihak lain ini meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan
lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara daerah
8 Hamzah Ahmad dan Anando Santoso, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Fajar
Mulia, Surabaya, 1996, Hal 211.

b. Setiap orang yang dengan tujuan mengunmtungkan diri sendiri atau


orang lain atau suatu

korporasi menyalahgunakan wewenang,

kesempatan atau sarana yang ada padaaya karena jabatan, atau


keduduksn

yang

dapat

merugikan

keuangan

Negara

atau

perekonomian Negara (Pasal 3).


c. Setiap orang yang member hadiah atau janji kepada peggawai negeri
dengan mengingat kekuasaan dan wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji di
anggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 13).
d. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau
permufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal
15)..
e. Setiap orang di luar Wilayah Republik Indonesia yang memberikan
bantua, kesempatan, sarana atau keterangan untuk terjadinya tindak
pidana korupsi (Pasal 16)
Memperhatiakan Pasal 2 ayat (1) di atas maka akan di temukan unsureunsur sebagai berikut:
a. Melawan hukum.
b. Memperkaya diri sendiri atau orangg lain atau suatu korporasi.
c. Dapat merugikan keuangan Negara dan perekonomian Negara
Penjelasan umum Undang-undang Nomor 20 tahun 2001, unsure
melawan hukum di mencakup perbuatan tersebut di anggap tercela
karena tidak sesuai dengan rasa keadilan dan norma-norma kehiduppan
social dalam masyarakat maka perbuatan tersebut dapat dipidana
Adapun yang di maksud dengan perbuatan memperkaya diri sendiri
adalah perbuatan yang dilakukan untuk menjadi lebih kaya lagi dengan
cara yang tidak benar. Perbuatan ini dapat dilakukan dengan bermacammacam cara, perbuatan yang di makasud dala Pasal 2 ayat (1) Undangundang Nomor 20 Tahuun 2001 disebutkan bahwa untuk memperkaya diri
sendiri terseebut tiddak hanya di peruntukkan bagi orang lain suatu
korporasi.
Tindak pidana korupsi dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
Jo Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 dibedakan menjadi :
a. Tindak

pidana

korupsi

murni,

yaitu

perbuatan-perbuatan

yang

merupakan murni perbuatan korupsi, perbuatan-perbuatan tersebut

dalam Bab II Pasal 2 sampain Pasal 20 Undang-undang Nomor

31

Tahun 1999.
b. Tindak pidana korupsi tidak murni, yaitu perbuatanperbuatan yang
berkaitan dengan setiap orang yyang mencegah, merintangi, atau
menggagalkan

secara

langsung

atau

tidak

langsung,

penyidik,

penuntut,dan pemeriksa di sidang pengadilan terhadap tersangka atau


terdakwa maupun para saksi ddalam perkara korupsi. Perbuatan
tersebut di atur dalam Bab II Pasal 21 sampaai dengan Pasal 2 dan 3
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999.
Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 mempunyai unsur-unsur
sebagai berikut :
a. Dengan tujuan menguntunggkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporsi.
b. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau ssarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukannya
c. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara.
Pengertian tindak pidana korupsi menurut Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 apabila dilihat dari sumbernya dapat di bagi menjadi dua,
yaitu ;
a. Bersumber

dari

perumusan

peembuatan

Undang-undang

tindak

pidana korupsi Yaitu pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai Pasal 16.
b. Bersumber dari pasal-pasal KUHP yang di tari menjadi Undang-undang
tindak pidana klorupsi yaitu Pasal 209, Pasal 210, Pasal 387, Pasal 388,
Pasal 415 sampai dengan Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, dan Pasal
435 KUHP
C. Sejarah Tindak Pidana Korupsi
Sejarah korupsi bermula

sejak

awal

kehidupan

manusia

bermasyarakat, yakni pada tahap tatkala organisasi kemasyarakatan yang


rumit mulai muncul. Seperti gejala kemasyarakatan lainnya, korupsi
banyak ditentukan oleh berbagai faktor. 9 Berdasarkan penunjukan waktu
dari Hans G. Guterbock, Babylonia and Assyria dalam Encyclopedia
Brittanica menunjukkan bahwa catatan kuno mengenai masalah ini
menunjuk pada penyuapan para hakim, dan tingkah laku para pejabat
pemerintah. Dalam sejarah dunia, khususnya di Mesir, Babilonia, Ibrani,
9 S.H. Alatas, 1987, Korupsi, Sifat, Sebab, dan Fungsi, Media Pratama, Jakarta.
hlm. 1

India, Cina, Yunani dan Romawi Kuno, korupsi seringkali muncul ke


permukaan sebagai masalah. Pada zaman kekaisaran Romawi, Hammurabi
dari Babilonia, yang naik tahta sekitar tahun 1200 sebelum masehi
memerintahkan kepada seorang gubernur provinsi untuk menyelidiki
suatu perkara penyuapan.10 Shamash, seorang raja Assiria (sekitar tahun
200 sebelum Masehi) bahkan menjatuhkan pidana kepada seorang hakim
yang menerima uang suap.11
Tidak hanya pada zaman

kekaisaran

Romawi,

sejarah

juga

mencatatkan mengenai korupsi di Cina kuno. Dalam buku Nancy L. Swann


yang berjudul Food and Money in Ancient China sebagaimana dikutip dari
Han su karya Pan Ku menceritakan bahwa pada awal berdirinya dinasti
Han (206 SM) masyarakat menghadapi saat-saat yang sulit, yang mana
saat itu terjadi kesulitan pangan sehingga menyebabkan setengah dari
jumlah penduduk saat itu meninggal dunia. Tidak hanya itu, Peraturan
pemerintah saat itu bersifat tiran dan menindas pengutipan pajak dan
pungutan gelap juga terjadi dimana-mana. 12
Pada zaman tersebut korupsi merupakan masalah yang sangat
gawat. Orang-orang bijaksana di Cina menentang korupsi dalam kata-kata
yang jelas. Banyak diantara kaisar Cina menaruh simpati kepada orang
yang berusaha memberantas kejahatan korupsi, namun segera timbul
hambatan ketika ia merajalela kembali, baik karena terjadi pergantian
penguasa ataupun tekanan keadaan seperti paceklik, bencana alam atau
pecahnya peperangan.13
The History of the Former Han Dinasty yang ditulis oleh Pan ku
menceritakan bahwa korupsi oleh para pejabat pemerintah berlangsung
sepanjang sejarah cina. Para kaisar tidak bersikap sama terhadap korupsi
sedikit saja yang benar-benar cemas terhadapnya. Salah satu contoh yang
jelas ialah kaisar Hsiao Ching yang naik tahta pada tahun 157 SM.
Diceritakan bahwa ia membatasi keinginannya dan menolak hadiahhadiah atau memperkaya diri sendiri, ia juga mengadakan perubahan
hukuman yang diperkenalkan oleh ayahnya, Kaisar Hsiao Wen. Ia
10 ibid
11 ibid
12 Ibid. hlm. 44
13 Ibid. hlm. 43

meninggalkan kebiasaan menghukum penjahat dengan melibatkan istri


dan anak-anak mereka serta menghapus hukuman pengebirian. 14
Selanjutnya, pada masa sesudah Perang Dunia Kedua kemerdekaan
negara-negara Asia dari pemerintahan barat memberi gambaran secara
jelas dalam hal mewabahnya korupsi yang menandai periode pasca
perang. Dibawah pemerintahan kolonial terdapat juga korupsi, tetapi
dinamika dan gejalanya sangat berubah menyusul bebasnya negaranegara itu dari penjajahan Barat. Perubahan drastis ini terutama
disebabkan oleh hal-hal berikut: a. meluasnya korupsi selama masa
peperangan

yang

membengkaknya

mendahului
urusan

masa

kemerdekaan

pemerintahan

secara

tersebut;

mendadak

b.
c.

meningkatnya kesempatan korupsi dalam skala yang lebih besar dan lebih
tinggi secara mendadak; d. lahirnya berbagai tingkat kepemimpinan yang
terdiri dari orang-orang yang marabat moralnya rendah; e. Tidak
dimilikinya pengalaman oleh para pemimpin perjuangan kemerdekaan
dalam membina pemerintahan

yang

bersih

dan efisien. Beberapa

diantaranya bersikap masa bodoh dan kurang bermoral; dan f. terjadinya


menipulasi serta intrik-intrik melalui korupsi dan kekuatan keuangan dan
bisnis asing.
Sejarah tindak pidana korupsi di Indonesia dimulai pada masa
penjajahan kolonial Belanda. Saat itu bentuk-bentuk kejahatan korupsi
masih sangat sederhana, seperti terlihat dari perumusan pasal-pasal
KUHP, misalkan suap atau memaksa seseorang memberikan sesuatu oleh
pejabat/pegawai

negeri.

Keadaan

ini

kemudian

berubah

mengikuti

perkembangan zaman, sehingga salah satu isu yang menjatuhkan orde


lama juga adalah merajalelanya korupsi keseluruh lapisan masyarakat.
Korupsi secara harfiah berarti busuk, buruk, bejat, dapat disogok, atau
suka disuap. Oleh karena itu, didalam KUHP semula diatur hanya masalah
suap saja.15
Pada masa orde baru berkuasa, masalah korupsi adalah menjadi
politik pemerintah. Maksudnya pemerintah memang sengaja membiarkan
korupsi merajalela sebagai harga membeli kesetiaan para pejabat
pemerintah dan para konglomerat/pengusaha. Ini misalnya ditandai
dengan pemberian fasilitas/keringanan kepada orang-orang tertentu atau
14 Ibid. hlm. 49
15 Darwan Prinst, 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Citra Aditya
Bakti, Bandung. hlm.7

bahkan untuk menikmati monopoli, yang melibatkan anak, cucu, menantu,


dan orang-orang dekat penguasa mulai dari pusat sampai daerah, yang
disebut dengan kroni-kroni.16
Berkat tidak adanya oposisi di Indonesia membuat praktek korupsi
semakin subur. Bahkan terdapat dugaan tokoh-tokoh partai pun menikmati
fasilitas kredit tanpa agunan, sehingga macet pembayaran dan beberapa
bank bangkrut. Di era awal Reformasi kegiatan pemberantasan korupsi
belum berjalan sama sekali. Banyak pengaduan atau temuan masyarakat
tentang kasus-kasus yang diduga korupsi, tetapi penyelesaiannya lamban.
Bahkan, ada kesan penyidikan hanya berputar-putar di tempat saja. Bukan
mustahil pengusutan tindak pidana korupsi ini menimbulkan tindak pidana
korupsi baru, seperti apa yang dialami mantan Jaksa Agung Republik
Indonesia. 17
Selanjutnya
perkembangannya,

korupsi
sebagai

terus
respon

akan

menerus
hal

tersebut

menunjukkan
pemerintah

kemudian membentuk suatu komisi untuk mengatasi, menanggulangi, dan


memberantas korupsi di Indonesia berdasarkan UU No 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hal ini membawa
sebuah perubahan besar dalam sejarah pemberantasan tindak pidana
korupsi di indonesia.

16 Ibid. hlm. 8
17 Ibid. hlm. 9

Anda mungkin juga menyukai