Di kotaku hujan dan kenangan beradu cepat untuk jatuh.
Di kotaku hujan dan rindu menderas bersamanya.
Di kotaku, hujan dan kenangan masih belum berkonsipirasi. Seolah enggan, katanya. Kala itu, hujan di kotaku, ada yang datang meski tak diundang. Setelah kutanya ternyata ia adalah rindu. Adakah yang mau menghantarkan pulang? Kasihan ia, didakwa menyebar kenangan. Hujan di kotaku, rupanya enggan merelakan sebuah pergi kepada rindu. Jutaan rintiknya satu per satu menjelma rindu, agar riuh dan tidak membuat rindu kesepian. Dibiarkannya rindu tetap tabah atas segala tuduhan perihal kenangan yang ditujukan padanya. Hingga seketika di sini hujan rindu. Merinaikan harap pada temu. Ketika menggelegar jantungku, di mendungnya cintaku. Pada akhirnya, bias hujan mengembun pada jendela waktu. Memberi tahu bahwa terlalu lama kucumbu rindu. Merutuki suara hati, mendengar namamu yang kian kuminta dari waktu ke waktu. Dan entah, hujan bulan apa yang akan mengizinkan kita menuai rindu serta menyenandungkan kata cinta. Untuk entah yang kita tak tahu pasti, yakini aku akan selalu disini, menanti dalam rindu, bersama bulir hujan yang bertasbihkan namamu. Cintaku yang kan abadi, bersama hujan dan pelangi yang ku lebur menjadi satu kesatuan simponi, lalu ku rentangkan tanganku, agar kita saling berpeluk hangat merasakan dinginnya hujan di malam itu. Menunggu hujan, bagiku menunggu kehatangan. Kau dan perbincangan lembut, kau dan senyum manis; membuat candu di dadaku. Aku rindu kota itu, aku rindu hujan, dan kamu ditengah percakapan kita. Rumpun Aksara, April 2017
Tentang cinta, tertimpa olehnya siapa yang bisa mengelak?
Padamu, aku mulai jatuh. Segalamu, menuntut pandang untuk kutaruh. Segala rasa yang ada jangan kau titah untuk berkilah. Mulai menyayangiku kau tak salah, tak pernah menjadi suatu masalah. Ini adalah sebuah catatan kecil.. Yang mungkin akan kamu lupakan. Catatan ini hanya sebuah goresan pena dalam kertas.. Hanya tetesan tinta dalam kertas.. Aku sudah merasa cukup untuk bahagia, Jika melihat kamu bahagia.. .