Anda di halaman 1dari 2

SETELAH KEGELISAHAN REDA

Hari Minggu Pagi yang cerah. Yuni menghabiskan waktunya dengan berlatih basket bersama kawan
kawannya di aula pusat. Kampus yang sehari hari tak pernah sepi, pada hari minggu begini terlihat agak
tenang.Tapi kegiatan mahsiaswa tetap berlangsung. Diruang utama ada latihan beladiri, di PKM ada acara
pertemuan ECC serta dekorasi. Dan grup pecinta alam juga tengah berlatih tali temali di halaman kampus,
suasana terasa santai.

Beberapa kali Yuni melirik Arya, pelatih basket yang simpatik itu, sehingga tidak didengarnya Enny
menyapanya. Saat beristirahat dipinggir lapangan, perhatian Yuni masih tertuju pada pelatih yang sedang
memberi pengarahan pada pemain itu.

Memang cakep ko, Yu! kata Enny dekat telinganya. Yuni agak kaget mendengar ada suara disebelahnya.

Siapa? tanya Yuni pura pura tidak tahu.

Tentu saja Arya. Siapa lagi? jawab enny sambil mendelik. Syang aku sudah punya Andre. Kalau tidak....
sambungnya menghela nafas panjang.

Kalau tidak, kenapa? pancing yuni.

Kalau tidak, tentu saja sudah kutangkap dia!

Yuni tetawa geli mendengarnya. Enny memang lucu dan sikapnya terbuka. Itulah segi yang menarik dari
pribadinya, sehingga membuat enny mempunyai banyak kawan.

Memang dia kucing, main tangkap saja! gerutu Yuni

Giliran Enny yang tertawa sekarang.

mangkannya karna dia bukan kucing, tidak bisa ditangkap. Bisanya dipikat!

Tunjukan aku caranyanya, En! pinta yuni geli.

Oh kalau saja aku tahu,tentu aku sendiri yang akan memikatnya! kata Enny seenaknya

Berengsek kau! geram Yuni keki. Lalu ditinggalkannya Enny, menuju lapangan untuk berlatih lagi.

*****

Suasana diruang fisika amat sepi. Semua mahasiswa asik mendengarkan kuliah dr Dr. Kusnadi MSC. tentang
Asumsi Dalton . Tapi karina rupanya lebih asik dengan dirinya sendiri. Dan ngebut mengerjakan praktikum fisika,
yang siang nanti harus diserahkannya.
Yuni yang duduk disampingnya melirik kesibukan karina. Oh, ternyata yang dilakukan gadis itu hanyalah
memindahkan laporan praktikum, bukan membuat sebab didepannya terbuka lebar sebuah buku catatan
praktikum yang sudah diperiksa dan diberi nilai yang lumayan bagus.

Nyontek dari siapa tuh, Rin? Tanya Yuni berbisik-bisik.

Dari Arya! jawab karina tanpa menoleh.

Dari siapa? tegas Yuni dengan hati berdebar.

Karina rupanya terlalu sibuk untuk menjawab, dan Hetty yang duduk di sisi kirinya yang bersuara

Dari Arya, non semua dikta dan laporan praktikum bahkan berkas ujian arya jatuh ke tangan Karina, sip deh!

Entah mengapa hati yuni berdebar debar setiap kali ada orang yang menyebut nama arya. Oh, untung saja
karina sedang sibuk mengerjakan laporannya. Seandainya dia menoleh kesamping dia pasti dapat melihat
betapa merahnya paras yuni. Aneh ! bagaimana mungkin mendengar orang menyebut nama Arya saja sudah
memicu aliran darahnya secepat ini?

Enak betul kau, Rin! bisik yuni setelah dapat meredakan aliran daeahnya.

oh tentu dong! jawab karina bangga sambil terus menulis.

Pukul sebelas kuliah berakhir , nanti pukul dua siang ada pratikum Fisika lalu disambung dengan
responsi. Yuni pun memutuskan untuk menunggu di perpustakaan saja. Untuk pulang krumah dia males, jauh.

Di depan pintu ruang kulih karina tampak dijemput oleh Arya. Lalu dengan tertawa-tawa mereka jalan
bersama meninggalkan ruangan. Sekilas ada rasa cemburu berdebur di hati Yuni. Arya memang keren. Paling
tidak, diantara mahasiswa-mahasiswa yang mrangkap jadi asisten. Arya adalah asisten fisika, satu tahun diatas
yuni dan kawan kawannya.

Anda mungkin juga menyukai