Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1

I.IDENTITAS PRAKTIKAN

Nama
NIM
Fakultas

: Muhammad Haris
: 09071001022
: Ilmu Komputer

Jurusan
Kelompok
II. JUDUL PERCOBAAN

: Sistem Komputer
:V
: Elastisitas (M4)

III. TUJUAN PERCOBAAN


1. Dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai alstisitas pegas
dari
bahan
baja.
2. Dapat menentukan modulus Rigiditas suatu bahan dalam bentuk kawat.
IV. ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSINYA

1. Mistar
Fungsi: untuk mengukur panjang
2. Anak timbangan
Fungsi: untukmengukur berat beban
3. Alat torsi lengkap dengan timbangannya
Fungsi: sebagai alat yang digunakan untuk menimbang atau mengetahui
berat dari
massa suatu benda/bahan percobaan
4. kawat yang diuji
Fungsi: sebagai bahan yang digunakan untuk diuji dalam percobaan
5. Jangka Sorong
Fungsi: untuk mengukur diameter kawat dan katrol
6. Mikrometer sekrup
Fungsi: untuk mengukur ketebalan benda.
V. TEORI DASAR
Apabila pada sebuah pgas diberikan gaya maka .perpanjangan pegas
akan sebanding dengan gaya tersebut selama batas elastisitasnya tidak
dilampaui.
Menurut Hooke :
F=k.x
Dimana:
F : Gaya yang diberikan
k : Tetapan pegas
x : Pertambahan panjang pegas karena gaya F
Grafik antara gaya F dan pertambahan panjang x merupakan gaya
lurus. Dengan grafik ini harga k dapat dicari. Hukum Hooke juga berlaku
untuk kawat yang dipuntir.
T = k` . O
Dimana :
T : Gaya (berat beban) dikalikan dengan diameter katrol
O : Sudut puntir (dalam radian)
Secara teoritis,k` dapat dihitung seperti berikut :
k` = Gd`
32L
Dimana :
G : Modulus Rigitas
d : Diameter kawat
L : Panjang dua kawat yang menghasilkan sudut puntir
1. REGANGAN(STRAIN)

Yang dimaksud dengan regangan adalah perubahan relatif dimensi


atau bentukbenda yang mengalami tegangan. Tiap jenis tegangan ada
jenis regangannya masing-masing.
Perhatikan gambar berikut:
lo

Gambar diatas menggambarkan sebuah batang yang panjang aslinya lo


dan berubah menjadi panjang l apabila diujungnya dilakukan gaya tarik
yang sama besar dan berlawanan arah. Regangan akibat tarikan (tensile
strain) pada batang itu didefinisikan sebagai perbandingan pertambahan
panjang terhadap panjang awalnya.
Hal ini dapat diubah kebentuk persamaan :
Tegangan akibat tarikan = l-lo = l
lo
lo
Perhatikan gambar berikut:

Gambar tersebut menggambarkan sifat perubahan bentuk (deformasi)


apabila terjadi tegangan tangensial terhadap permukaan sebuah balok.
Dalam gambar (a) bagian tangah balok yang bertegangan balok yang
bertegangan dan bagian tangah balok yang tidak bertegangan (berimpit).
Pada gambar (b) sisi (ad) dan sisi a`d` yang berimpit. Regangan yang
terjadi pada benda seperti gambar diatas disebut regangan luncur. Dan

didefinisikan sebagai perbandingan perubahan sudut b terhadap dimensi


melintang.
Regangan luncur =
2. TEGANGAN(STREES)
Perhatikan gambar dibawah ini :

Gambar a memperlihatkan sebuah batang yang memiliki penampang


lintang uniform dan luas A. Batang ini pada masing-masing ujungnya
mengalami gaya tarik F yang sama besarnya dan berlawanan arah. Maka
dapat dikatakan bahwa batang tersebut dalam keadaan bertegangan.
Pada gambar b tampak bahwa tegangan atau ketegangan ditempat
irisan itu didefinisikan sebagai perbandingan besar gaya F terhadap luas
penampang A.
Tegangan ini dapat dituliskan dengan persamaan :
Tegangan = F
A
Perhatikan kembali gambar tersebut,gambar c menunjukkan irisan yang
arahnya sembarang dan diberi gaya F yang terdistribusu pada bidang A`
yang memiliki luas yang lebih besar dan arahnya tidak tegak lurus terhadap
bidang. Bila keseluruhan gaya tersebut dinyatakan dengan suatu
vektor,maka vektor tersebut dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
Fn terhadap bidang A`. Perbandingan F1 terhadap bidang A` disebut
tegangan tangensial pada irisan.
Pernyataan tersebut dapat diubah kedalam bentuk persamaan :
Tegangan normal = Fn
A`
Tegangan tangensial = Ft
A`
Perhatikan gambar berikut :

Gambar diatas adalah gambar sebuah batang yang mengalami dorongan


pada ujung-ujungnya atau daspat juga dikatakan bahwa batang tersebut
sedang berada dalam kompresi. Benda tersebut juga mengalami
tegangan,tetapi dalam hal ini tegangan tersebut disebut tegangan
kompresi.
3.MODULUS ELASTIK
Tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu regangan
tertentu tergantung pada sifat bahan yang mengalami tegangan tersebut.
Perbandingan antara teganagn terhadap regangan,atau regangan
persatuan regangan disebut modulus elastik. Semakin besar modulus
elastik,maka semakin besar pula tegangan yang diperlukasn untuk
menghasilkan suatu regangan tertentu.
Definisi modulus luncur dapat juga dinyatakan dalam bentuk
persamaan sebagai berikut:
L = d Ft / A = h . d Ft
Dx /h

dx

Dengan dx adalah pertambahan nilai x apabila gaya luncur bertambah


besar d di Ft.
4.KONSTANTA GAYA
Modulus elastik yang memiliki banyak macam itu masing-masing
merupakan besaran yang menyatakan sifat elastik suatu bahan tertentu
dan bukan menunjukan langsung seberapa jauh sebuah batang kabel atau
pegas yang terbuat dari bahan yang bersangkutan mengalami perubahan
akibat pengaruh beban.
Apabila persamaan modulus digunakan untuk mencari nilai Fn maka akan
diperoleh :
Fn = YA . l
lo
dimana :
Fn = Gaya tarik

A = Luas penampang
Y = Modulus elastisitas
Lo = Panjang batang semula
Bila YA/lo diganti dengan suatu konstanta k dan perpanjangan l diganti
dengan x maka akan diperoleh persamaan :
F=k.x
Dimana :
F = Gaya tarik
k = konstanta
x = pertambahan panjang
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa besarnya nilai suatu
pertambahan panjang sebuah benda yang mengalami tarikan (dihitung dari
panjang awalnya) sebanding dengan besar gaya yang merenggangkannya.
Pada awal mulanya Hukum Hooke diungkapkan dalam bentuk persamaan
tersebut sehingga tidak terdapat dasar pengertian mengenai tegangan dan
regangan.
Apabila sebuah pegas kawat uir diregangkan tegangan yang
terdapat dalam kawat tersebut maka akan praktis merupakan tegangan
lunsur semata. Pertambahan panjamg pegas itu sebagai keseluruhan
berbanding lurus dengan besar gaya yang menariknya. Maksudnya
persamaan bentuk (F = k . x) itu dapat berlaku dimana konstanta k
bergantung pada modulus luncur kawat itu pada radiusnya,radius ulir,dan
jumlah ulurnya,pertambahan panjang awal.
Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan :
Regangan terhadap tarikan = l lo = l
lo
lo
Percobaan membuktikan bahwa sampai batas proposional tegangan
memanjang menimbulkan regangan yang besarnya sama. Tidak peduli
apakah tegangan itu akibat regangan /akibat kompresi. Oleh karena itu
untuk bahan tertentu untuk bahan tertentu perbandingan tegangan tarik
terhadap regangan tarik sama juga dengan perbandingan tegangan
kompresi terhadap regangan kompresi.
Perbandingan ini disebut modulus regangan atau modulus young (Y) yang
besarnya :
Y = tegangan tarik = tegangan kompresi
regangan tarik reganagn kompresi
= Fn/A = lo . Fn
l/lo
A.l
Jika batas porposional belum terlampaui,perbandingan tegangan
terhadap regangan bernilai konstan. Oleh karena itu hukum Hooke sama

maknanya dengan suatu ungkapan bahwa dalam batas


proposional,menurut elastik suatu bahan adalah tetap atau konstan,serta
bergantung pada sifat dan bahannya.
Jika gaya Fn bertambah besar sebesar di Fn,dan sebagai akibatnya
batang itu bertambah sebesar modulus regangan didefinisikan sebagai
berikut :
Y = d Fn / A = l . d Fn
Dl / lo
lo dl
Penafsiran ini setara dengan pendefinisian modulus disetiap titik
sebagai kemiringan kurva dalam grafik tegangan regangan.
Modulus luncur l suatu bahan dalam daerah Hukum Hooke
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan luncur dengan regangan
luncur yang dihasilkannya.
L = Tegangan luncur = Ft / A = h . Ft
Regangan luncur

x/h

A dx

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat torsi yang tersedia.
2. atur jarak kedua skala dan tempatkan jarum pada skala nol.
3. gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan jarum pada masingmasing skala.
4. ulangi butir 3 dengan menambahkan beban berikutnya. Setelah semua
anak timbangan digantung,kurangi satu persatu,catat penyimpangannya.
5. ulangi butir 3 dan 4 dengan mengubah posisi puntiran (kiri atau kanan).
6. ukur jarak antara dua skala.
7. ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol.
8. ulangi butir 1 sampai 7 untuk jenis kawat lainnya.
VI. DATA HASIL PERCOBAAN
No

Susunan massa

Kanan
S1

Kanan
S2

Kiri S1 Kiri S2

1
2
3
4
5
6
7
8
9

M
m1+m2
m1+m2+m3
m1+m2+m3+m4
m1+m2+m3+m4+m5
m1+m2+m3+m4
m1+m2+m3
m1+m2
m

*katrol
k = 40 cm
k=.d
40 = 3,14 . d
d = 12,739 cm

2
4
6
8
10
8
6
4
2

1
2
3
4
5
4
3
2
1

2
4
6
8
10
8
6
4
2

*kawat
panjang (l) = 64,4 cm
*m1=m2=m3=m4=m5 = 0,5 kg
*jarak antara 2 skala = 21 cm

*kawat
d = 4 + (5 x 0,05) + 0,24
= 4 + 0,25 + 0,24
= 4,49 mm

VII. PENGOLAHAN DATA


I. Kuningan
a) diameter katrol (D)
D = 12,89 cm
D = x 0,1 cm
= 0,05 cm
Nilai terbaik = 12,89 0,05 cm
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = D/D x 100 % = 0,05/12,89 x 100 % =
0,38
%
b) diameter kawat tembaga (d)
d = 4,58 mm
d = x 0,01 mm

1
2
3
4
5
4
3
2
1

Nilai terbaik = 4,58 0,005 mm


Kesalahan absolut = 0,005
Kesalahan relatif = 0,005 x 100 % = 0,1 %
4,58
c) panjang kawat (l)
l = 64,5 cm
l = x 0,1 = 0,05 cm
Nilai terbaik = 64,5 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = 0,07 %
d) jarak dua skala
l = 19,7 cm
l = 0,05 cm
Nilai terbaik = 19,7 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahn relatif = 0,25 %
e) Skala/sudut puntir
1. M
N
o
1
2
3
4

S1

S1-S1

3,5
3,5
4
4

0,2
0,2
0,3
0,3

15

S2-s2 = 0,5/4 =
Nilai terbaik =
Kesalahan absolut
Kesalahan relatif =
2. m1+m2
No S1
1
7,5
2
7,5
3
8
4
8
31

s1-s1
0,2
0,2
0,3
0,3
1

S1 = 15/4 = 3,7
S = = 0,25
Nilai terbaik = 3,75 0,25
Kesalahan absolut = 0,25
Kesalahan relatif = 6,7 %
No
1
2
3
4

S S2
2 S2
1 0,
, 12
7 0,
5 12
1 0,
, 13
7 0,
5 13
2
2
7 0,
, 5
5

S2 = 7,5/4 = 1,87
0,117
1,87 0,117
= 0,117
6,2 %
S2 = 31/4 = 7,7
S2-s2 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 7,7 0,25
Kesalahan absolut = 0,25

Kesalahan relatif = 3,24 %


No
1
2
3
4

S2
3,75
3,75
4
4
15,5

S2-S2
0,12
0,12
0,13
0,13
0,5

S2 = 15,5/4 = 3,87
S2-s2 = 0,5/4 = 0,125
Nilai terbaik = 3,87 0,125
Kesalahan absolut = 0,125
Kesalahan relatif = 3,22 %

3. m1+m2+m3

No
1
2
3
4

S1
11,5
11,5
12
12
47

S1-S1
0,2
0,2
0,3
0,3
1

S1 = 7,5/4 = 11,7
S1-s1 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 11,7 0,25
Kesalahan absolut = 0,25
Kesalahan relatif = 1,06 %

No
1
2
3
4

S2
5,75
5,75
6
6
23,5

s2-s2
0,12
0,12
0,13
0,13
0,5

S2 = 23,5/4 = 5,87
S2-s2 = 0,5/4 = 0,125
Nilai terbaik = 5,87 0,125
Kesalahan absolut = 0,25
Kesalahan relatif = 2,12 %

4. m1+m2+m3+m4
No
1
2
3
4

S1
15,5
15,5
16
16
63

s1-s1
0,2
0,2
0,3
0,3
1

No
1
2
3
4

S2
7,75
7,75
8
8
31

S2-S2
0
0
0,25
0,25
0,5

S2 = 63/4 = 15,7
S2-s2 = 1/4 = 0,25
Nilai terbaik = 15,7 0,25
Kesalahan absolut = 0,25
Kesalahan relatif = 1,59 %
S2 = 7,5/4 = 7,75

S2-s2 = 0,5/4 = 0,125


Nilai terbaik = 7,75 0,125
Kesalahan absolut = 0,125
Kesalahan relatif = 1,62 %
5. m1+m2+m3+m4+m5
No
1
2

S1
19
19,5
38,5

s1-s1
0,25
0,25
0,5

S2 = 38,5/2 = 19,25
S2-s2 = 0,5/2 = 0,25
Nilai terbaik = 19,25 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

No
1
2

S2
9,5
9,75
18,2
5

S2-S2
0,38
0,63
1,01

S2 = 18,25/2 = 9,12
S2-s2 = 1,01/2 = 0
Nilai terbaik = 9,12 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

2. Besi
a) diameter katrol (D)
D = 12,73cm
D = x 0,1 cm
= 0,05 cm
Nilai terbaik = 12,73 0,05 cm
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = D/D x 100 % = 0,05/12,73 x 100 % =
0,39
%
b) diameter kawat besi (d)
d = 4,49 mm
d = x 0,01 mm
Nilai terbaik = 4,49 0,005 mm
Kesalahan absolut = 0,005
Kesalahan relatif = 0,005 x 100 % = 0,111 %

4,49
c) panjang kawat (l)
l = 64,4 cm
l = x 0,1 = 0,05 cm
Nilai terbaik = 64,4 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahan relatif = 0,07 %
d) jarak dua skala
l = 21 cm
l = 0,05 cm
Nilai terbaik = 21 0,05
Kesalahan absolut = 0,05 cm
Kesalahn relatif = 0,23 %
e) Skala/sudut puntir
1. M
N
o
1
2
3
4

S1

S1-S1

2
2
2
2

0
0
0
0

S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 1 0
Kesalahan absolut
Kesalahan relatif =
2. m1+m2
No S1
1
4
2
4
3
4
4
4
16

s1-s1
0
0
0
0
0

S1 = 8/4 = 2
S=0
Nilai terbaik = 2 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %
No
1
2
3
4

S S2
2 S2
1 0
1 0
1 0
1 0

S2 = 4/4 = 1
= 0
0%

S2 = 16/4 = 4
S2-s2 = 0/4 = 0
4 0 Nilai terbaik = 4 0

Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

No
1
2
3
4

S2
2
2
2
2
8

S2-S2
0
0
0
0
0

S2 = 8/4 = 2
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 2 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

3. m1+m2+m3
No
1
2
3
4

S1
6
6
6
6
24

S1-S1
0
0
0
0
0

S1 = 24/4 = 6
S1-s1 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 6 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif =0 %

No
1
2
3
4

S2
3
3
3
3
12

s2-s2
0
0
0
0
0

S2 = 12/4 = 3
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 3 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

4. m1+m2+m3+m4
No
1
2
3
4

S1
8
8
8
8
32

s1-s1
0
0
0
0
0

S2 = 32/4 = 8
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 8 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

No
1
2
3
4

S2
4
4
4
4
16

S2-S2
0
0
0
0
0

S2 = 16/4 = 4
S2-s2 = 0/4 = 0
Nilai terbaik = 4 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

5. m1+m2+m3+m4+m5
No
1
2

S1
10
10
20

s1-s1
0
0
0

S2 = 20/2 = 10
S2-s2 = 0/2 = 0
Nilai terbaik = 10 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

No
1
2

S2
5
5
10

S2-S2
0
0
0

S2 = 10/2 = 5
S2-s2 = 0/2 = 0
Nilai terbaik = 5 0
Kesalahan absolut = 0
Kesalahan relatif = 0 %

VIII. PERTANYAAN DAN TUGAS


1. Gambarkan grafik antara T dan dan carilah harga dari k` !!
Penyelesaian :
A. Kawat kuningan
*) m1
*) m1+m2
T1 = m1 . g . r
T1 = (m1+m2) . g . r
= 0,5 . 9,8 . 0,064
= 1 . 9,8 . 0,064
= 0,313 Nm
= 0,627 Nm
1 = arc tan s1-s2
2 = arc tan s1-s2
L
l
= arc tan 3,7-1,87
= arc tan 7,7-3,87
19,7
19,7
= arc tan 0,295 = 0,092 rad
= arc tan 0,194 = 0,092 rad
*) m1+m2+m3
T1 = (m1+m2+m3) . g . r
= 1,5 . 9,8 . 0,064
= 0,94 Nm
1 = arc tan s1-s2
L
= arc tan 11,7-5,87

*) m1+m2+m3+m4
T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
= 2 . 9,8 . 0,064
= 1,154 Nm
2 = arc tan s1-s2
l
= arc tan 15,7-7,75

19,7
= arc tan 0,295 = 0,287 rad

19,7
= arc tan 7,95= 1,44 rad

*) m1+m2+m3+m4+m5
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r
= 2,5 . 9,8 . 0,064
= 1,568 Nm
1 = arc tan s1-s2
L
= arc tan 19,25-9,12
19,7
= arc tan 0,514= 0,474 rad
Tabel
No
1
2
3
4
5

X
0,092
0,191
0,287
1,440
0,474
2,484

y
0,313
0,627
0,940
1,254
1,568
4,702

xy
0,028
0,119
0,269
1,805
0,743
2,964

x = 2,484/5 = 0,496
y = 4,702/5 = 0,940
xy = 2,964/5 = 0,592
x2 = 2,423/5 = 0,484
A = k` = nxy - x . y
n(x2)-( x)2
= 5 . 0,592 0,496 . 0,94
5 . 0,484 (0,496)2
= 2,494 = 1,147
2,174
B = x2 . y - xy . x
N (x2) (x)2
= 0,484 . 0,94 0,592 . 0,496

X2
0,008
0,036
0,082
2,073
0,224
2,423

5 . 0,484 (0,496)2
= 0,161 = 0,074
2,174
Y = Ax + B
k` = 1,147
X = 1 Y = 1,147 . 1 + 0,074 = 1,221
X = 2 Y = 1,147 . 2 + 0,074 = 2,368
X = 3 Y = 1,147 . 3 + 0,074 = 3,515
X = 4 Y = 1,147 . 4 + 0,074 = 4,662
B. Kawat besi
*) m1
*) m1+m2
T1 = m1 . g . r
T1 = (m1+m2) . g . r
= 0,5 . 9,8 . 0,063
= 1 . 9,8 . 0,063
= 0,308 Nm
= 0,617 Nm
1 = arc tan s1-s2
2 = arc tan s1-s2
L
l
= arc tan 1-2
= arc tan 2-4
21
21
= arc tan 0,04 = 0,039 rad
= arc tan 0,095 = 0,094 rad
*) m1+m2+m3
T1 = (m1+m2+m3) . g . r
= 1,5 . 9,8 . 0,063
= 0,926 Nm
1 = arc tan s1-s2
L
= arc tan 3-6
21
= arc tan 0,14 = 0,141 rad

*) m1+m2+m3+m4
T1 = (m1+m2+m3+m4) . g . r
= 2 . 9,8 . 0,063
= 1,234 Nm
2 = arc tan s1-s2
l
= arc tan 4-8
21
= arc tan 0,19= 0,186 rad

*) m1+m2+m3+m4+m5
T1 = (m1+m2+m3+m4+m5) . g . r
= 2,5 . 9,8 . 0,063
= 1,543 Nm
1 = arc tan s1-s2
L

= arc tan 5-10


21
= arc tan 0,27= 0,123 rad
Tabel
No
1
2
3
4
5

X
0,039
0,094
0,141
0,186
0,230
0,689

y
0,308
0,617
0,924
1,234
1,543
4,628

xy
0,012
0,057
0,129
0,229
0,354
0,781

X2
0,001
0,008
0,019
0,034
0,050
0,114

x = 0,689/5 = 0,137
y = 4,628/5 = 0,925
xy = 0,781/5 = 0,156
x2 = 0,114/5 = 0,022
A = k` = nxy - x . y
n(x2)-( x)2
= 5 . 0,156 0,137 . 0,925
5 . 0,022 (0,02)2
= 0,654 = 5,96
0,1096
B = x2 . y - xy . x
N (x2) (x)2
= 0,0004 . 0,925 0,156 . 0,137
5 . 0,0004 (0,137
= -0,021 = 0,155
-0,135
Y = Ax + B
k` = 5,96
X = 1 Y = 5,96 . 1 + 0,155 = 6,115
X = 2 Y = 5,96 . 2 + 0,155 = 12,075
X = 3 Y = 5,96 . 3 + 0,155 = 18,035

X = 4 Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 23,995


X = 5 Y = 5,96 . 4 + 0,155 = 29,995
Tabel dan grafik

2. cari g dan bandingkan dengan yang ada pada handbook !!


Penyelesaian :
G = 32 . L . k`
L dan d dalam satuan meter
D4
Untuk kuningan :
G = 32 . 6,45 . 5,96
(4,58 x 10-2)4
= 1230,14
= 2,795 x 108 dyne
440,009x 10-8
Untuk besi :
G = 32 . 6,44 . 1,147
(4,49 x 10-2)4
G=
236,37
= 0,581 x 108
406,429x10-8
Harga G kuningan pada handbook
G = 4,9208 x 10 13
Harga G besi pada handbook
G = 9,7522 x 10 13

IX. ANALISIS PERCOBAAN


Dari hasil percobaan dapat dianalisis hakl-hal sebagai berikut :

1. sudut puntir besi lebih kecil daripada kuningan untuk berat beban yang
sama.
2. harga k besi lebih besar daripada kuningan.
3. harga modulus rigitas (G) besi lebih besar dari kuningan. Harga modulus
rigitas (G) yang didapat dari hasil percobaan ini menyimpang dari harga
modulus rigitas pada handbook. Hal ini mungkin disebabkan karena
beberapa faktor kesalahn seperti tersebut dibawah ini.
4. kemiringan grafik untuk besi lebih besar daripada kuningan.
Percobaan ini dilakukan mempunyai tujuan agar praktikan
dapat memahami penggunaan hukum Hooke mengenai elastisitas pegas
dari bahan baja serta dapat menentukan modulus rigiditas suatu bahan
dalam bentuk kawat.
Pada percobaan ini digunakan alat-alat seperti mistar,anak
timbangan,alat torsi lengkap dengan timbangannya,kawat yang diuji,jangka
sorong dan mikrometer sekrup.
Mula-mula kita pasang salah satu batang yang akan diuji pada alat
torsi yang tersedia.kemudian atur jarak kedua skala daan tempatkan jarum
pada skala nol. Gantungkan beban pada tali dan catat penyimpangan
jarumpada masing-masing skala.Ulangi dengan menambahkan beban
berikutnya. Setelah anak timbangan digantung,kurangi satu persatu,catat
juga penyimpangannya. Ulangi kembali percobaan itudengan mengubah
pososi puntiran (kiri atau kanan). Setelah itu ukur jarak antara dua skala
dan ukur jarak diameter kawat dan diameter katrol. Percobaan diatas
diulangi kembli untuk jenis kawat yang lainnya.
Percabaan yang telah dilakukan juga membuktikan bahwa sampai
batas proposional tegangan memanjang menimbulkan regangan yang
besarnya sama,tidak peduli apakah tegangan itu akibat regangan atau
kompresi. Karena itu perbandingan tegangan tarik terhadap regangan
tarik,untuk bahan tertentu sama juga dengan perbandingan tegangan
kompresi terhadap regangan kompresi. Perbandingan ini disebut Modulus
regangan atau Modulus Young (Y).
X. SUMBER KESALAHAN
1. kekurang telitian si praktikan dalam mengamati percobaan tersebut.
2. kekurang telitian alat percobaan karena terlalu sering digunakan dalam
setiap percobaan.

3. pembulatan angka desimal yang kurang tepat dalam perhitungan yang


telah dilakukan dalam percobaan.
4. kesalahan praktikan dalam memasangkan beban
5. kurang tepatnya dalam membaca skala pada jaru alat torsi.

1.
2.
3.
4.
5.

XI. KESIMPULAN
elastisitas adalah ilmu yang mempelajari tentang elastik.
elastis merupakan sifat suatu benda yang dapat kembali kekeadaannya
semula.
modulus rigitas adalah perbandingan tegangan dan regangan untuk suatu
bahan tertentu.
harga modulus rigitas tidak akan sama pada setiap bahan yang akan
digunakan pada setiap praktikum.
makin besar sudut puntir yang didapat,maka akan semakin kecil harga
modulus rigitasnya.
XII. DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penyusun . 2005 . Petunjuk Praktiksn Fisika Dasar . Indralaya :


Universitas Sriwijaya
2. Kertiasa, N . 1994 . Fisika 3 untuk SMU Kelas 3 . Jakarta : Balai Pustaka
3. Tipler . 2001 . Fisika untuk Sains dan Teknik (Terjemahan) . Jakarta :
Erlangga
4. Sutrisno . 1984 . Seri Dasar Fisika Jilid 2 . ITB Bandung.

Anda mungkin juga menyukai