Anda di halaman 1dari 18

MODUL PRATIKUM IKKOM 2

Mutu Pelayanan Kesehatan Primer Di Puskesmas (khususnya pelayanan


ibu hamil)

Skenario
Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di sebuah
Puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas Kesehatan kabupaten
memberikan tanggung jawab structural sebagai Kepala Puskesmas karena kelangkaan tenaga
kesehatan professional. Data pencatatan dan pelaporan di Puskesmas setahun terakhir
menunjukkan kunjungan pemeriksaan ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan K4 45% selain
itu data AKI cukup tinggi sekitar 70/1000 kelahiran hidup.
Sebagai manajer Puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisis faktor internal maupun
eksternal manajemen Puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja dan produktivitas
petugas. Dr. Sukmawan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) untuk mengidentifikasi
dan mengklasifikasi akar penyebab kualitas rendah, Khususnya faktor internal.
Wawancara dengan staf Puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian petugas
Puskesmas memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab rendahnya motivasi staf
Puskesmas Dr. Sukmawan menganalisis dengan menggunakan teori motivasi dari Maslow dan
Hezberg.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi
rendahnya standar hidup seseorang. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu
bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, status
kesehatan yang relatif baik dibutuhkan oleh manusia untuk menopang semua aktivitas
hidupnya. Setiap individu akan berusaha mencapai status kesehatan tersebut dengan
menginvestasikan dan atau mengkonsumsi sejumlah barang dan jasa kesehatan. Maka
untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang
baik pula.
Kesepakatan global (millenium development Goals/MDGs, 2000) mengharapkan
angka kematian ibu menurun sebesar tiga perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015 dan
angka kematian bayi serta angka kematian balita menuun sebesar dua pertiga dalam kurun
waktu 1990-2015.
Angka kematian ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan
melahirkan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa menghitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009.p.30).
AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan.
Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum. AKI terhadap perbaikan
pelayanan kesehatan menjadikan indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan
(Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009.p.30). Hasil pencapaian program pelayanan
kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan pelayanan K1K4.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan K4 menurun?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan angka kematian ibu meningkat?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan motivasi petugas puskesmas menurun?
2

1.3 Tujuan
a. Mengetahui teori tentang K1, K2, K3 dan K4.
b. Mengetahui angka kematian ibu.
c. Mengetahui teori motivasi.
1.4 Manfaat Penyelidikan
1. Bagi Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
Sebagai bahan evaluasi bagi PUSKESMAS dalam memberikan pelayanan kesehatan
sesuai standar dan meningkatkan kualitas bagi tenaga kesehatan dalam pemeriksaan
kehamilan.
2. Bagi ibu/ibu hamil
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan kesehatan dalam pemeriksaan

kehamilan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pelayanan Kesehatan Primer
Pelayanan Kesehatan Primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk
menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC
menekankan pada perkembangan yang bisa diterima, terjangkau, pelayanan kesehatan
yang diberikan adalah essensial bisa diraih, yang essensial dan mengutamakan pada
3

peningkatan serta kelestarian yang disertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi
masyakarat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan pokok (basic
health services) yang berdasarkan kepada metoda dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat,
melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh
masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam
semanggat untuk hidup mandiri ( Self reliance ) dan menentukan nasib sendiri ( self
Determination ). Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama bersifat rawat jalan
(ambulatory/out patient services).
Fungsi PHC:

Pemeliharaan kesehatan
Pencegahan penyakit
Diagnosis dan pengobatan
Pelayanan tindak lanjut
Pemberian sertifikat

Tiga unsur utama PHC:


1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

Lima prinsip utama PHC:


1.
2.
3.
4.
5.

Pemerataan upaya kesehatan


Penekanan pada upaya preventif
Menggunakan tehnologi tepat guna
melibatkan peran serta masyarakat
Melibatkan kerjasama lintas sektoral

Delapan element PHC:


1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi

3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar


4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
8. Penyediaan obat-obat essensial
Ciri-ciri PHC:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat


Pelayanan yang menyeluruh
Pelayanan yang terorganisasi
Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
Pelayanan yang berkesinambungan
Pelayanan yang progresif
Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah wsatu aspek saja

II.2 Fish Bone


Diagram tulang ikan (Fishbone diagram) atau dikenal juga dengan diagram
Ishikawa atau ada juga yang menyebutnya diagram sebab dan akibat (cause and effect
diagram) diperkenalkan oleh seseorang bernama Kaoru Ishikawa. Idenya adalah berpikir
tentang penyebab-penyebab yang mungkin dan alasan yang menyebabkan efek atau
masalah. Dengan demikian dapat dicari solusi untuk mencegah masalah tersebut. Konsep
dasar dari fishbone diagram adalah menjabarkan sebuah masalah dan penyebabnya yang
dibagi menjadi penyebab utama dan penyebab lainnya. Penyebab tersebut biasanya
mengarah kepada 7 (tujuh) masalah, yaitu:
1. Metode (methods)
2. Mesin (machinery)
3. Manajemem (management)
4. Material (materials)
5. Sumber daya manusia (manpower)
6. Lingkungan (environment)
5

7. Pengukuran (measurement)

Tujuan dari fishbone diagram adalah menemukan penyebab masalah baik penyebab
utama maupun penyebab lainnya. Dengan menggunakan fishbone diagram akan
diketahui penyebab yang saling berkaitan. Dengan demikian akan didapat kejelasan dari
permasalahan yang ada dimana perbaikan dapat dilakukan dengan mencari masalahnya
dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan metode anak tangga (stair stepping),
mulai dengan mengajukan pertanyaan Mengapa hal itu bisa terjadi ? kepada masalah
utama yang terlihat di permukaan. Jika ketemu jawabannya, maka pertanyaan yang sama
diulangi kembali kepada jawaban tersebut. Begitulah seterusnya, sampai ketemu SATU
akar penyebab masalah yang paling mendasar.

Berikut manfaat yang didapat dari penggunaan Fishbone diagram:

Untuk mempelajari masalah / issue dan menentukan akar penyebabnya


Menemukan semua kemungkinan alasan mengapa suatu proses mulai mengalami

kesulitan, masalah, bahkan kegagalan


Mengidentifikasi area dalam pengumpulan data
Mengetahui mengapa sebuah proses tidak bekerja dengan baik atau memproduksi
hasil yang diinginkan

II.3 Teori motivasi Maslow

Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan hidup yang
akan selalu berusaha untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Lima tingkatan yang
dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya, teori yang telah
resmi di akui dalam dunia psikologi. Kebutuhan tersebut berjenjang dari yang paling
mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya saat kebutuhan sebelumnya telah
dipenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan dengan serius
berusaha untuk memenuhinya, namun hanya sedikit yang mampu mencapai tingkatan
tertinggi dari piramida ini.

Lima tingkat kebutuhan dasar menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari
yang paling rendah) :
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air,
dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang
tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian
seseorang untuk kepuasan.

Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan


kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan
perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit
kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode
disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering
menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit,
bebas dari teror, dan semacamnya.
3. Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan
jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan
Dalam

kategori

ini

dibagi

menjadi

dua

jenis,

Eksternal

dan

Internal.

- Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi
lainnya.
- Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini
tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan
dalam hidupnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan
untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai
orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu lahir untuk dilakukan.
Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.
Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu
merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak
aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk
mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang
ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang
mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi :

Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya
dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.

Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup


sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.

Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta
tidak berpura-pura.

Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai
kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun
bersifat mendalam.

Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada
individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orangorang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya
ketimbang berusaha mengubah anda.

Rasa humor yang tidak agresif (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon
yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi),
ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.

Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)

Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan


sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang
membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang
kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.

Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience.


Peak experience atau sering disebut juga pengalaman mistik adalah suatu kondisi
saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri, terbebas dari
kungkungan tubuh kasarnya.

II.4 Teori K1, K2, K3 dan K4


9

Upaya pemerintah dapat ditetapkan bahwa distribusi frekuensi pelayanan antenatal


adalah 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang
dianjurkan yaitu: minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester kedua, dan
dua kali pada trimester ketiga. Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan
untuk menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko,
pencegahan dan penanganan komplikasi (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009.p.61).
Hasil pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan
menggunakan indikator cakupan pelayanan K1-K4.
K1 adalah Kunjungan ibu hamil yang pertama kali dengan mendapatkan pelayanan
minimal 5T. Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal.
K2 adalah kunjungan ibu hamil ke 2, sudah akses K1 dengan mendapatkan pelayanan
minimal 5T.
K3 adalah kunjungan ibu hamil ke 3 setelah akses K1, K2 dan mendapatkan
pelayanan minimal 5T. K4 adalah kunjungan ibu hamil pada trimester ke 3 minimal 2
kali sudah akses K1, K2, K3 dengan mendapatkan pelayanan minimal 5T (Buku
Komunitas Bina Kesehatan Ibu). Cakupan K4 adalah gambaran besaran ibu hamil
yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling
sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat kualitas jasa pelayanan kesehatan kepada ibu hamil.

BAB III
METODE PENYELIDIKAN
10

3.1 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam skenario ini adalah dengan
menggunakan teknik wawancara kepada staf Puskesmas.
1. Teknik Wawancara
Dalam wawancara ini, peneliti menilai berdasarkan persyaratan yang telah
disinggung di depan. Mencari obyek penelitian secara aktif harus dilakukan secara
menulusuri berbagai bacaan pustaka, terutama dari sumber literature primer berupa
majalah ilmiah yang ditulis oleh tangan pertama, artinya belum mengalami modifikasi.
Kelebihan metode wawancara adalah peneliti bisa menggali informasi tentang
topik penelitian secara mendalam, bahkan bisa mengungkap hal-hal yang mungkin
tidak terpikirkan oleh peneliti itu sendiri. Akan tetapi, metode wawancara memerlukan
kecakapan peneliti yang lebih dari pada pengumpulan data dengan metode yang lain.
Pada penelitian kuantitatif, metode wawancara digunakan untuk melengkapi atau
mendukung hasil penelitian, di mana penelitian kuantitatif lebih menekankan
pengumpulan data dengan menggunakan metode kuesioner, observasi atau
dokumentasi.
Pertanyaan untuk wawancara
Gunakan bahasa yang baik, sopan dan jelas.
Jangan memasukan pendapat pribadi.
Hindari pertanyaan yang panjang dan berbelit-belit.
Hindari pertanyaan yang menakutkan.
Hindari pertanyaan yang sifatnya mengkritik.
Mempersiapkan Wawancara
Aturlah pertemuan dengan orang yang diwawancarai.
Utarakan maksud dan wawancara.
Atur waktu untuk wawancara.
Buatlah panduan wawancara.

3.2 Metode pengambilan Sampel


1. Pengambilan secara acak
Cara pemilihan sejumlah elemen dari populasi untuk menjadi anggota sempel.
Sehingga setiap elemen mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
sempel.
Jenis sampling acak :
Acak sederhana (simple random sampling)
11

Pemilihan dilakukan dengan cara acak, dimana

daftar nama responden

dilakukan pengundian untuk terpilih.


Acak sistematis
Sampling dimana pengambilan elemen pertama sebagai anggota dipilih secara

acak kemudian diikuti secara sistematik.


Stratifikasi
Teknik pengambilan sampel dari populasi dimana populasinya dibagi-bagi

terlebih dahulu menjadi kelompok yang relatif homogen.


Klaster
Bertahap

BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN

Menurut hasil penyelidikan yang diperoleh dengan wawancara dengan staf Puskesmas
maka didapatkan factor internal yang menyebabkan terjadinya hal di atas adalah rendahnya
motivasi kerja dari staf puskesmas dan juga akibat kelangkaan tenaga kerja yang professional.
Rendahnya motivasi kerja dari staf puskesmas bisa jadi karena kebutuhan atau keinginan
12

mereka tidak terpenuhi seperti menurut yang dikatakan Maslow dalam teori motivasi dimana
seseorang itu memerlukan kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan itulah yang seharusnya
didapatkan oleh staf puskesmas tapi mungkin saja kebutuhan itu didapatkan tidak sepenuhnya
atau setengah-setengah sehingga mereka merasa kurang puas dan menurunnya kinerja di
puskesmas. Kurangnya tenaga yang professional juga tidak bisa menunjang kinerja yang baik.
Jika para pekerja tidak berkompeten dalam bidangnya otomatis mereka tidak memiliki
motivasi kerja yang tinggi dalam bidangnya dan bisa menyebabkan rendahnya motivasi dan
menurunnya kinerja staf puskesmas.

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Diskusi kelompok
A. Faktor-faktor yang menyebabkan K4 menurun
Cakupan K4 yaitu persentase jumlah ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal
lengkap minimal 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester
13

III. Rendahnya cakupan K4 menunjukkan sedikitnya kunjungan serta pelayanan yang


didapatkan ibu saat melakukan pemeriksaan kehamilan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pencapain K4
1.Pendidikan Responden
2. Ekonomi Responden
3. Umur Responden
4. Dukungan Keluarga Responden
5. Paritas Responden
Kunjungan 4 (K4) yaitu untuk memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu
yang ditetapkan dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap.
K4 ibu hamil dimaksudkan agar ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara
teratur, agar dapat mengenali komplikasi akibat kehamilan, mengenali adanya letak janin
dan presentasi serta bila terdapat risiko yang menyertai kehamilannya sehingga dapat
memantapkan rencana persalinan secara tepat dan memadai. Bila terlambat dalam
mendeteksi dan menangani keadaan yang mengancam kehidupan ibu dan janinnya maka
meningkatkan angka kematian ibu
Pengawasan sebelum lahir ( Antenatal Care ) mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik kahamilan untuk
menghadapi persalinan sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan.
Keberhasilan Antenatal Care dapat dilihat dari angka kunjungan K4. Cakupan K4 yang
rendah menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani kehamilan
dengan risiko tinggi.

K4 yang turun disebabkan oleh:


1. rendahnya dorongan psikografis mengenai pemeriksaan kehamilan
2. kurang terpenuhinya kebutuhan selama pemeriksaan kehamilan
3. tidak adanya informasi yang tepat mengenai tempat pemeriksaan, jenis tindakan, dan
manfaat dari masing-masing tindakan selama proses pemeriksaan kehamilan
4. fasilitas pemeriksaan yang masih kurang memuaskan
5. perilaku pascabeli konsumen secara keseluruhan adalah baik.
14

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah:


1.

meningkatkan promosi mengenai pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, keluarga,

tetangga, dan teman terdekat


2. meningkatkan ketertarikan pasien terhadap pemeriksaan kehamilan dengan kunjungan
rumah
3. menyediakan kebutuhan imunisasi, vitamin, dan tablet tambah darah
4. meningkatkan fasilitas pelayanan pemeriksaan kehamilan
B. Faktor-faktor yang menyebabkan motivasi petugas puskesmas menurun
Salah satu pelayanan unggulan di Puskesmas adalah bagian pengobatan, dimana
perawat merupakan petugas paramedis paling berperan. Untuk itulah jumlah kunjungan
pasien di Puskesmas dipengaruhi oleh kinerja perawat . Rendahnya kinerja perawat
ditunjukkan dengan rendahnya disiplin dan rendahnya tingkat kepatuhan perawat terhadap
standar pelayanan di Puskesmas dalam pemberian insentif dan fasilitas lainnya.
Agar pelayanan perawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas terwujud maka
pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan mutunya, memberikan kesempatan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan dan perlu adanya supervisi berkala, dapat dengan
memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan juga perlu adanya
sosialisasi. Indikator mutu pelayanan keperawatan masyarakat adalah pelayanan dilakukan
secara profesional. Profesionalisme perawatan kesehatan pada hakekatnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai standar.
Rendahnya kinerja Puskesmas, salah satunya disebabkan oleh kurangnya kualitas
tampilan petugas Puskesmas dalam memberikan pelayanan. Kualitas pelayanan
Puskesmas ditentukan oleh proses pelayanan medis dan non medis yang diukur dengan
kepatuhannya terhadap standar pelayanan. 6 (enam) kegiatan pokok program Puskesmas
sebagai unggulan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengobatan
KIA / KB
Kesehatan Lingkungan
Promosi Kesehatan
Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit
Gizi.
Untuk meningkatkan kinerja petugas di Puskesmas, dibutuhkan peran Kepala

Puskesmas selaku pimpinan, dengan cara melakukan supervisi dan melibatkan serta
memberdayakan pegawainya.
15

Menurut Gibson (2000), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja petugas yaitu :
1.

variabel individu yang terdiri dari sub variabel kemampuan dan keterampilan (fisik
dan mental), latar belakang (keluarga, tingkat sosial dan pengalaman) dan demografi
(umur, asal usul dan jenis kelamin) yang mempunyai efek langsung pada perilaku

dan kinerja individu


2. variabel organisasi / lingkungan yang mempunyai efek tidak langsung terhadap
perilaku dan kinerja individu, variabel ini terdiri dari sub variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan
3. variabel psikologis yang terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar
dan motivasi.
C. Faktor-faktor yang menyebabkan angka kematian ibu meningkat
Menurut Depkes (2002), beberapa faktor yang mempengaruhi meningkatnya Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia antara lain:
1) ibu hamil dan bersalin dengan hamil/bersalin terlalu muda dan terlalu tua umurnya,
terlalu banyak anaknya dan terlalu dekat jarak kehamilan/persalinannya,
2) pemanfaatan pelayanan kesehatan yang masih rendah ditandai dengan pencapaian
K4, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan kunjungan neonatus yang
rendah,
3) penanganan kehamilan dan persalinan serta perawatan bayi yang tidak adekuat,
karena masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun dan belum semua tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi yang optimal,
4) kondisi ibu dan bayi yang tidak sehat, dengan penyakit akibat lingkungan dan
perilaku yang tidak sehat,
5) adanya keterlambatan 3T yaitu terlambat mengetahui tanda bahaya dan
memutuskan.
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 yaitu perdarahan (28%), eklamsia saat
kehamilan (24,0%) atau gangguan akibat tekanan darah tinggi, partus lama (5,0%),
komplikasi aborsi (5,0%), komplikasi masa nifas (8%), emboli obstetri (3%), infeksi
(11%) dan lain-lainnya (11,0%). Berbagai upaya pengendalian untuk menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu telah dilaksanakan seperti usaha
pemeliharaan dan pengawasan antenatal sedini mungkin, persalinan yang aman dan
perawatan masa nifas yang baik.
Hal hal yang perlu diperhatikan untuk mutu pelayanan kesehatan ibu
16

1. Wastafel (tempat cuci tangan) yang harus ada dalam suatu ruangan pemberi pelayanan
tidak ditemukan,
2. Jam dinding yang tidak terpasang.
3. Format rekam medik sudah lengkap namun tidak taan dalam pengisian.
4. Partograf yang kurang mendapat perhatian untuk dipergunakan dalam pengambilam
keputusan klinik,
5. Alat-alat emergensi yang kurang tepat peletakannya.
6. SDM yang sudah terlatih (mempunyai skill) namun tidak diterapkan,
7. Pemeriksaan laboratorium yang masih kurang rutin dilakukan.
8. Ditempat sampah juga belum ditemukan atau disiapkan tempat sampah yang
memenuhi standar pembagian yaitu tempat sampah non infeksius, tempat sampah
infeksius, tempat sampah hazard (bahan kimia-beracun) dan tempat sampah tajam.
9. Permasalahan lainnya adalah koordinasi atau tepat pengaturan pelaksanaan program
KIA-Gizi antara Dinas Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar dan RSUD Polewali
masih harus dilakukan dengan rutin dan berkesinambungan.

BAB VI
KESIMPULAN
Menurut data yang diperoleh didapatkan kunjungan ibu hamil ke puskesmas
menurun dan sebesar 40% dengan K4 45% dan meningkatnya AKI (Angka Kematian
Ibu) sekitar 70/10000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan harus diperbaikinya
system mutu pelayanan puskesmas untuk bisa meningkatkan kunjungan ibu hamil ke
puskesmas dan juga meningkatkan K4 yang merupakan indicator keberhasilan
pencapaian program pelayanan kesehatan ibu hamil dengan meningkatkan motivasi
kerja dari staf puskesmas dan memperbanyak staf puskesmas yang professional untuk
bisa memberikan pelayanan yang memuaskan.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://mylearningissue.wordpress.com/2009/12/27/selamatkan-ibu-dari-kematian/
http://belajarpsikologi.com/teori-hierarki-kebutuhan-maslow/
http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow
http://www.praswck.com/aktualisasi-diri-menurut-abraham-maslow
http://www.sehatnews.com/2012/10/19/indonesia-harus-mulai-galakkan-layanan-kesehatanprimer/
http://lemandore.wordpress.com/2011/09/02/diagram-fishbone/
http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi

18

Anda mungkin juga menyukai