MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Pengantar
Hukum Bisnis Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun oleh :
Nur Afni Latin
C1B014024
KATA PENGANTAR
memberikan
semangat
bagi
penulis
untuk
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................
B. Perumusan Masalah....................................................
C. Tujuan........................................................................
1
9
9
Pengertian Perjanjian..................................................
Jenis-jenis Perjanjian.................................................
Asas-asas dalam Hukum Perjanjian...........................
Syarat Sahnya Perjanjian...........................................
Berakhirnya Suatu Perjanjian....................................
Leasing.......................................................................
Macam-macam Leasing.............................................
Perbedaan Leasing dengan Perjanjian Lain...............
Pengertian Perlindungan Konsumen..........................
Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen...
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha.............................
Hak dan Kewajiban Konsumen.................................
10
11
12
14
15
16
17
20
21
22
23
25
27
28
32
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................
B. Ucapan Terimakasih...................................................
38
40
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang ekonominya terus berkembang dari
waktu ke waktu. Banyak potensi-potensi usaha baru yang tumbuh dalam
mengadakan
perjanjian
leasing
untuk
mengatasinya.
Dengan
melakukan leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana
dibanding dengan membeli secara tunai.
Dalam dunia pembiayaan, khususnya pembiayaan yang diberikan oleh
perusahaan leasing, mereka cenderung menerapkan perjanjian hutang
piutang yang bersifat adanya penggunaan jaminan kepada para nasabahnya,
hal ini kerap dilakukan mengingat agar terciptanya jaminan para
nasabah untuk dapat melunasi hutangnya, dan dalam melakukan perjanjian
hutang piutang tersebut kebanyakan para pelaku usaha dalam dunia Leasing
menggunakan perjanjian baku atau dapat dikatakan perjanjian yang dibuat
secara sepihak, mengingat kebanyakan dalam kondisi yang lemah para
nasabah acap kali tidak bisa berbuat apa apa dan cenderung disebut sebagai
pihak yang tersisihkan haknya sebagai nasabah, karena faktor kebutuhan
maupun ekonomi yang sudah mendesak para nasabah pun menyetujui
draf-draf perjanjian atau klausula baku tersebut.
Pihak konsumen dalam hal ini mau tidak mau, suka atau tidak suka
harus menerima pembayaran yang telah ditentukan oleh pelaku usaha atau
dapat dikatakan pihak konsumen berada dalam posisi tawar (bargaining
position) yang lemah, karena ia sangat membutuhkan barang modal atau
modal tersebut.
Dalam
memberikan
pelayanan
terhadap
konsumen,
produsen
perjanjian adalah sah apabila ada kata sepakat mengenai hal-hal yang pokok
dari perjanjian.
Hal ini berkaitan dengan asas kebebasan berkontrak dalam membuat
semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang
bagi mereka yang membuatnya, yang disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata, sehingga perjanjian harus dibuat dengan memenuhi ketentuan
Undang-Undang, maka perjanjian tersebut mengikat para pihak yang
kemudian menimbulkan hak dan kewajiban di antara pihak-pihak tersebut.
Berdasarkan Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, salah satu syarat yang
harus dipenuhi dalam menerapkan asas kebebasan berkontrak, adalah itikad
baik dari pihak yang membuat perjanjian. Itikad baik dalam tahap
pelaksanaan perjanjian adalah kepatutan, yaitu suatu penilaian baik terhadap
tindak tanduk suatu pihak dalam melaksanakan apa yang akan diperjanjikan.
[1]
Dengan
demikian
asas
itikad
baik
mengandung
pengertian,
hlm. 26.
2 Sutan Remy Sjahdeni, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Jakarta,
1993, hlm. 49.
telah dibuat sebelumnya oleh salah satu pihak tanpa melibatkan pihak yang
lain, dan pihak yang lain tersebut tinggal menandatangani saja perjanjian
yang sudah disediakan. Penyewa beli atau konsumen
menerima dan
membuat perjanjian baku yang dipergunakan dalam pranata sewa beli sering
merupakan penyebab utama bagi timbulnya masalah di pihak pembeli dari
pada penjual.
Adanya salah satu contoh permasalahan yang timbul, maka dibuatlah
klausula-klausula yang memberikan hak kepada penjual untuk menuntut dan
penarikan barang menurut perjanjian yang dilakukannya. Jika terjadi
persoalan, umumnya yang ditarik adalah obyek dari perjanjian. Penarikan
menurut Undang-Undang akan memerlukan waktu yang relative lama,
karena harus melalui perintah Hakim. Untuk menghindari risiko tersebut,
seringkali pihak penjual menempuh jalan pintas dengan penarikan barang
obyek sewa guna (otomotif) secara langsung.
Seperti halnya suatu perjanjian antara pelaku usaha yang pada
umumnya lebih kuat, dihadapkan dengan pihak konsumen yang cenderung
mempunyai posisi lemah, bagi pihak yang lemah hanya terdapat dua pilihan
yaitu apabila mereka membutuhkan jasa atau barang yang ditawarkan
kepadanya, maka ia harus menyetujui semua syarat-syarat yang diajukan
kepadanya, tanpa menghiraukan apakah konsumen mengetahui dan atau
memahami urusan perjanjian tersebut atau tidak, dan sebaliknya apabila
mereka tidak menyetujui syarat-syarat yang diajukan kepadanya, maka
mereka harus meninggalkan atau tidak mengadakan perjanjian dengan
pelaku usaha tersebut (take it or leave it).
Dalam perjanjian baku sering ditemukan pencantuman klausulaklausula yang antara lain mengatur cara penyelesaian sengketa, dan klausula
eksonerasi, yaitu klausula yang mengandung kondisi membatasi atau bahkan
menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan
kepada pihak pelaku usaha.[3]
Apabila praktik sewa beli dibiarkan berlangsung tanpa ditertibkan
maka akan menghasilkan kemunduran alam bidang ekonomi dan bidang
hukum.
Pemerintah
telah
mengatur
lembaga
sewa
beli
dengan
hlm. 120.
diundangkan pada tanggal 20 April 1999 yang efektif mulai berlaku sejak 20
April 2000, yang dapat membatasi kebebasan penerapan klausula baku,
sehinga dapat tercipta suatu perjanjian baku yang didasari oleh asas
kebebasan berkontrak yang tidak bertentangan dengan Pasal 18 UUPK.
Pasal 1 ayat (10) UUPK menyebutkan bahwa :
Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syaratsyarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara
sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen
dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh
konsumen.
Berdasarkan latar belakang inilah penulis membuat makalah ini dengan
judul
PERLINDUNGAN
HUKUM
TERHADAP
KONSUMEN
B. Perumusan Masalah
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Pengertian Perjanjian
Menurut ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih. Pengertian lain menyebutkan bahwa perjanjian
adalah suatu peristiwa ketika seseorang berjanji kepada orang lain atau ketika
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Dalam perjanjian in timbul suatu hubungan hukum antara dua orang
tersebut (perikatan) dan perjanjian ini sifatnya konkret.[4]
Pengertian perjanjian ini mengandung unsur:
1. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian, pihak-pihak yang dimaksud
adalah subjek perjanjian.
2. Konsensus antar para pihak.
3. Objek perjanjian.
4. Tujuan dilakukannya perjanjian yang bersifat kebendaan atau harta
kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.
5. Bentuk perjanjian yang dapat berupa lisan maupun tulisan.[5]
Perjanjian merupakan sendi yang penting dari Hukum Perdata, karena
Hukum Perdata banyak mengandung peraturan-peraturan hukum yang
berdasarkan atas janji seseorang. Perjanjian menerbitkan suatu perikatan
antara para pihak yang membuatnya. Dengan demikian hubungan hukum
4 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, Cakrawala, Yogyakarta, 2012.
hlm 8.
5 Wawan Muhwan Hariri, Hukum Perikatan, Pustaka Setia, Bandung, 2011, hlm
133.
B. Jenis-jenis Perjanjian
Adapun macam-macam jenis perjanjian yaitu:
1. Perjanjian Konsensuil adalah perjanjian yang dianggap sah apabila
sudah ada kesepakatan diantara para pihak yang membuat.
2. Perjanjian Formil adalah perjanjian yang baru diadakan dengan suatu
bentuk akta otentik. Jadi perjanjian macam itu baru dianggap sah
apabila dibuat dihadapan notaris.
3. Perjanjian Sepihak adalah suatu perjanjian yang mana hak dan
kewajibannya hanya ada pada salah satu pihak saja.
4. Perjanjian Timbal Balik adalah suatu perjanjian yang membebankan
hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak.
5. Perjanjian Obligator adalah suatu perjanjian yang hanya membebankan
kewajiban kepada para pihak.
6. Perjanjian Pokok adalah suatu perjanjian yang dapat berdiri sendiri
tanpa tergantung pada perjanjian lainnya.
F. Leasing
Istilah leasing sendiri berasal dari Bahasa Inggris yaitu To Lease
yang berarti menyewakan. Istilah ini berbeda dengan istilah rent/rental
yang masing-masing mempunyai hakikat yang tidak sama.
Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyedian barang-barang modal untuk digunakan
7 Ibid, hlm 30.
G. Macam-macam Leasing
Pada prinsipnya ada dua macam prototype leasing yaitu
leasing
2. Financial Lesse
Financial lesse ini sering disebut juga dengan capital lesse. Financial
lesse merupakan corak leasing yang lebih sering diterapkan, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:[10]
a. Jangka waktu berlakunya leasing relative panjang.
b. Besarnya harga sewa plus hak opsi harus menutupi harga barang
plus keuntungan yang diharapkan oleh lessor.
c. Diberikan hak opsi untuk membeli barang di akhir masa
leasing.
d. Financial leasing dapat diberikan oleh perusahaan pembiayaan.
e. Harga sewa yang dibayar perbulan oleh lessor dapat dengan
jumlahnya yang tepat, maupun dengan cara berubah-ubah sesuai
dengan suku bunga pinjaman.
f. Biasanya lesse yang menanggung
biaya
pemeliharaan,
3.
12
Ahamad Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja
Grafindo, Jakarta, 2004, hlm 1.
1. Asas Manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UUPK harus
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kedua pihak,
konsumen dan pelaku usaha. Sehinggga tidak ada satu pihak yang
kedudukannya lebih tinggi disbanding dengan pihak lainnya. Kedua
pihak harus memperoleh hak-haknya.
2. Asas Keadilan
Penerapan asas ini dapat dilihat dalam Pasal 4-7 UUPK yang mengatur
mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan
melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh hak dan
kewajibannya secara seimbang.
3. Asas Keseimbangan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku
usaha serta pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak
yang lebih dilindungi.
atas
kenyamanan,
keamanan
dan
keselamatan
dalam
advokasi,
perlindungan
dan
upaya
7. Hak untuk di perlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan atau pengantian
apabila barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
lainnya.
Sementara itu, dalam Pasal 5 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
(UUPK) juga ditentukan mengenai kewajiban yang harus dilakukan oleh para
konsumen di Indonesia yaitu:
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian
atau pemanfaatan barang dan atau jasa, demi keamanan dan
keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan atau
jasa.
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.
BAB III
PEMBAHASAN
data
harta
kekayaan
pemohon
serta
melakukan
pencemaran
mengkonsumsi
barang
dan/atau
dan/atau
kerugian
jasa
yang
konsumen
dihasilkan
akibat
atau
diperdagangkan.
2. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian
santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
dengan
penggunaan
untuk
yugad
operasional
kepolisian/kemiliteran.
3. Pengecualian khusus, meliputi kerugian-kerugian karena reaksi inti
atom, kesalahan konstruksi, karena (structure defent), keausan,
serangan serangga binatang mengerat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penjual melakukan
pengalihan tanggung jawabnya atas risiko yang mungkin dihadapinya dengan
musnahnya kendaraan tersebut kepada pihak asuransi dan membebankan
uang preminya kepada konsumen.
15 Ibid
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam pelaksanaan perjanjian leasing, ada 8 prosedur atau tahapan
yang harus dilalui oleh pihak lesse.
2.
dan
merugikan
konsumen. Lembaga
Perlindungan
B. Ucapan Terimakasih
Tak lupa penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Yang Terhormat Bapak Saryono Hanadi, selaku Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pengantar Hukum Bisnis;
2. Kepada kedua orang tua, Ibu dan Bapak, yang selalu
memberikan dukungan yang terbaik bagi putrinya;
3. Teman-teman Manajemen Angkatan 2014 yang tidak
pernah lelah memberi semangat;
4. Dan pihak-pihak yang telah terlibat
penyelesaian makalah ini.
dalam
proses
DAFTAR PUSTAKA
Handarsubhandi.blogspot.co.id/2015/02/asa-dan-tujuan-perlindungankonsumen.html/
Http://eprints.undip.ac.id/40826/1/11715212.pdf
Http://fakultasonline.blogspot.co.id/2013/05/perlindungan-hukum-terhadapkonsumen.html/
Http://lawandbeauty.blogspot.co.id/2013/08/perlindungan-hukum-dalampenyalahgunaan.html/
Http://library.upnvj.ac.id/pdf/s1hukum09/205712009/bab1.pdf
Http://repository.unand.ac.id/21536/2/bab%201.pdf
Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45956/4/chapter%201.pdf
Http://sangkoeno.blogspot.co.id/2013/09/hukum-dan-kewajiban-konsumenserta-pelaku.html/
Http://www.yabpeknas.com/2015/04/hak-dan-kewajiban-pelaku-usahapengusaha.html/
Https://ilmuhukumhelpi.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-dan-asasperlindungan.html/
Https://rivaldiligia.wordpress.com/2012/03/30/pengertian-leasing/
Https://thesis.umy.ac.id/datapublik/t11746.pdf
Https://vandhanoe.wordpress.com/tag/kewajiban-konsumen/
Www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perlindungan-konsumen/
Www.sekedarinfo.com/asas-dan-tujuan-hukum-perlindungan-konsumen/