Anda di halaman 1dari 18

Komunikasi Data

(PENGKODEAN DATA)

Oleh :
Nama : I Wayan Gunarta
NIM :15102282
Prodi : Sistem Komputer

STMIK STIKOM INDONESIA (STIKI)


Tahun Akademik 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Pendahuluan
Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari

kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu
yang lain. Seperti urutan bilangan natural, octet atau denyut elektrik. Untuk
memfasilitasi penyimpanan teks pada komputer dan transmisi teks melalui
jaringan telekomunikasi. Contoh umum adalah sandi morse, yang menyandikan
huruf alphabet ke dalam rangkaian tekanan panjang pendek dari kunci telegraf,
serta ASCII, yang menyadikan huruf, numeral dan simbol-simbol lain, sebagai
integrer dan versi biner 7-bit dari integrer tersebut, umumnya ditambah nol-bit
untuk memfasilitasi penyimpanan dalam bita 8-bit (octet).

Dalam sistem komunikasi digital, pesan yang dikeluarkan oleh sumber


umumnya dikompresikan menjadi bentuk lain yang lebih efisien. Proses tersebut
dilakukan dalam source encoder, dimana informasi dari sumber dikonversikan
menjadi deretan digit biner yang efisien dengan jumlah digit biner yang
digunakan dibuat seminimal mungkin.

BAB II
PEMBAHASAN
2.

Pengkodean Data

Dalam proses telekomunikasi, data tersebut harus dimengerti baik dari sisi
pengirim maupun dari sisi penerima. Untuk mencapai hal tersebut, data harus
diubah dalam bentuk khusus yaitu sandi untuk komunikasi data. Berikut adalah
sistem sandi yang biasa digunakan:
1. ASCII (American Standard Code for Information Interchange)
a.

Standar ini paling banyak digunakan

b.

Merupakan sandi 7 bit

c.

Terdapat 128 macam symbol yang dapat diberi sandi ini

d.

Untuk transmisi asinkron terdiri dari 10 atau 11 bit, yaitu: 1 bit


awal, 7 bit data, 1 bit paritas, 1 atau 2 bit akhir

2. Sandi Baudot Code (CCITT alphabet No.2 / Telex Code)


a.

Terdiri dari 5 bit

b.

Terdapat 32 macam symbol

c.

Digunakan dua sandi khusus sehingga semua abjad dan angka


dapat diberi sandi yaitu:
1. LETTERS (11111)
2. FIGURES (11011)

d. Tiap karakter terdiri dari: 1 bit awal, 5 bit data dan 1 bit akhir

3. Sandi 4 atau 8
a.

Sandi dari IBM dengan kombinasi yang diperbolehkan adalah 4


buah 1 dan 4 buah 0

b.

Terdapat 70 karakter yang dapat diberi sandi ini

c.

Transmisi asinkron membutuhkan 10 bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit


data dan 1 bit akhir

4. BCD (Binary Coded Decimal)


a.

Terdiri dari 6 bit

b.

Terdapat 64 kombinasi sandi

c.

Transmisi asinkron membutuhkan 9 bit, yaitu: 1 bit awal, 6 bit


data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir

5. EBCDIC (Extended Binary Coded Decimal Interchange Code)


a.

Sandi 8 bit untuk 256 karakter

b.

Transmisi asinkron membutuhkan 11 bit, yaitu: 1 bit awal, 8 bit


data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

Gambar 2.1 Teknik Pengkodean Data dan Modulasi


Pada Gambar 2.1, bentuk x(t) tergantung pada teknik pengkodean dan
dipilih yang sesuai dengan karakteristik media transmisi. Gambar 2.1(a)
menjelaskan tentang pensinyalan digital, suatu sumber data g(t) dapat berupa
digital atau analog, yang di-encode menjadi suatu sinyal digital x(t) dan Gambar
2.1(b) menjelaskan tentang pensinyalan analog, input sinyal m(t) dapat berupa
analog atau digital dan disebut sinyal pemodulasi atau sinyal baseband, yang
dimodulasi menjadi sinyal termodulasi s(t). Dasarnya adalah modulasi sinyal
carrier yang dipilih sesuai dengan media transmisinya.
Ada empat kombinasi hubungan data dan sinyal, yaitu:
1 Data digital, sinyal digital
Perangkat pengkodean data digital menjadi sinyal digital lebih sederhana
daripada perangkat modulasi digital-to-analog.

2 Data analog, sinyal digital


Konversi data analog ke bentuk digital memungkinkan pengguna
perangkat transmisi dan switching digital.

3 Data digital, sinyal analog


Beberapa media transmisi hanya bisa merambatkan sinyal analog,
misalnya unguided media.
4 Data analog, sinyal analog

Data analog dapat dikirimkan dalam bentuk sinyal baseband, misalnya


transmisi suara pada saluran pelanggan PSTN.
2.1. Data Digital, Sinyal Digital

Data digital merupakan data yang memiliki deretan data yang memiliki
ciri-ciri tersendiri. Salah satu contoh data digital adalah teks. Permasalahannya
adalah data tersebut tidak dapat langsung ditransmisikan dalam sistem
komunikasi. Data tersebut harus terlebih dahulu diubah dalam bentuk biner.

Elemen sinyal adalah tiap pulsa dari sinyal digital. Data binary atau digital
ditransmisikan dengan mengkodekan bit-bit data kedalam elemen-elemen sinyal.
Faktor kesuksesan penerima dalam mengartikan sinyal yang datang:

a. Ratio Signal to Noise (S/N) : peningkatan S/N akan menurunkan bit error
rate.

b. Kecepatan data (data rate) : peningkatan data rate akan meningkatkan bit
error rate (kecepatan error pada bit)

c. Bandwidth : peningkatan bandwidth data meningkatkan data rate


Hubungan ketiga faktor tersebut adalah:

1. Kecepatan data bertambah, maka kecepatan error pun bertambah,


sehingga memungkinkan bit yang diterima error.
2. Kenaikan S/N mengakibatkan kecepatan error berkurang.

3. Lebar bandwidth membesar yang diperbolehkan, kecepatan data akan


bertambah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi coding:


a. Spektrum sinyal

= jumlah komponen frekuensi tinggi yang sedikit berarti


lebih hemat bandwidth transmisi

b. Clocking

= menyediakan mekanisme sinkronisasi antara source


dan destination.

c. Deteksi kesalahan = kemampuan error detection dapat dilakukan secara


sederhana oleh skema line coding.

d. Kekebalan terhadap interferensi sinyal dan derau = dinyatakan dalam BER


e. Biaya dan kompleksitas = semakin tinggi laju pensinyalan atau laju data,
semakin besar biaya.
Teknik data digital, sinyal digital terbagi atas:

1. Non-Return to Zero / NRZ


a.

NRZ-L (NRZ-Level)
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2a.

1. Dua tegangan yang berbeda antara bit 1 dan bit 0


2. Tegangan konstan selama interval bit
3. Tidak ada transisi yaitu tegangan no return to zero

b.

NRZ-I (NRZ-Inverted)
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2b.

1. Pulsa tegangan konstan untuk durasi bit


2. Transisi = 1
3. Tidak ada transisi = 0
2. Biphase
a. Manchester, dapat dilihat pada Gambar 2.2e.
b. Differensial Manchester, dapat dilihat pada Gambar 2.2f.
3. Multilevel Binary
a.

Bipolar AMI
Suatu kode dimana binary 0 diwakili dengan tidak adanya line
sinyal dan binary 1 diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2c.

b.

Pseudoternary
Suatu kode dimana binary '1' diwakili oleh ketiadaan line sinyal dan
binary '0' oleh pergantian pulsa-pulsa positif dan negatif. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 2.2d.

DATA

2.2. Data Digital, Sinyal Analog


Transmisi data digital dengan menggunakan sinyal analog. Contoh umum
yaitu public telephone network. Device yang dipakai yaitu modem (modulator
demodulator) yang mengubah data digital ke sinyal analog (modulator) dan
sebaliknya mengubah sinyal analog menjadi data digital (demodulator). Tiga
teknik dasar encoding atau modulasi untuk mengubah data digital menjadi sinyal
analog:

1. ASK (Amplitude-shift keying)

Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan


tertentu (misalnya 1 Volt) dan sinyal digital 0 sebagai sinyal digital dengan
tegangan 0 Volt. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.3a.

2. FSK (Frequency-shift keying)

Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan


dengan frekuensi tertentu, sementara sinyal digital 0 dinyatakan sebagai suatu
nilai tegangan dengan frekuensi tertentu yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.3b.

3. PSK (Phase-shift keying)

Modulasi yang menyatakan sinyal digital 1 sebagai suatu nilai tegangan


tertentu dengan beda fasa tertentu pula (misalnya tegangan 1 Volt dengan beda
fasa 0 derajat), dan sinyal digital 0 sebagai suatu nilai tegangan tertentu (yang
sama dengan nilai tegangan sinyal PSK bernilai 1, misalnya 1 Volt) dengan beda
fasa yang berbeda (misalnya beda fasa 180 derajat). Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.3c.

Tiga teknik dasar encoding atau modulasi tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Teknik Dasar Modulasi untuk Mengubah Data Digital menjadi
Sinyal Analog
2.3. Data Analog, Sinyal Digital

Transformasi data analog ke sinyal digital, proses ini dikenal sebagai

digitalisasi. Tiga hal yang paling umum terjadi setelah proses digitalisasi adalah:

1. Data digital dapat ditransmisikan menggunakan NRZ-L.

2. Data digital dapat di-encode sebagai sinyal digital memakai kode NRZL. Dengan demikian, diperlukan step tambahan
3. Data digital dapat diubah menjadi sinyal analog, menggunakan salah
satu teknik modulasi

Codec (Coder-decoder) adalah device yang digunakan untuk mengubah


data analog menjadi bentuk digital untuk transmisi, yang kemudian mendapatkan
kembali data analog dari data digital tersebut.

Dua teknik yang digunakan dalam codec


adalah: 1. Pulse Code Modulation

Dari teori sampling diketahui bahwa frekuensi sampling (fS) harus


lebih besar atau sama dengan dua kali frekuensi tertinggi dari sinyal (fH), fS
2 fH. Sinyal asal dianggap mempunyai bandwidth B maka kecepatan
pengambilan sampel yaitu 2B atau 1/2B detik. Sampel-sampel ini
diwakilkan sebagai pulsa-pulsa pendek yang amplitudo nya proporsional
terhadap nilai dari sinyal asal. Proses ini dikenal sebagai pulse amplitude
modulation

(PAM). Kemudian amplitudo tiap pulsa PAM dihampiri dengan n-bit


integer, sehingga dihasilkan data PCM. Sedangkan pada receiver, prosesnya
merupakan kebalikan dari proses diatas untuk memperoleh data analog.
Proses PCM ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Teknik PCM

Gambar 2.5 merupakan Block Diagram dari proses PCM. Pada Block
Diagram ini dapat dilihat bagaimana proses dari data analog menjadi sinyal
digital.

Gambar 2.5 PCM Block Diagram

Delta Code Modulation

Proses dimana suatu input analog didekati dengan suatu fungsi tangga
yang bergerak naik atau turun dengan satu level quantization () pada tiap interval
sampling (TS), dan outputnya diwakilkan sebagai suatu bit binary tunggal untuk
tiap sampel ('1' dihasilkan bila fungsi tangganya naik selama interval berikutnya;
'0' dihasilkan untuk keadaan sebaliknya). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Delta Modulation

2.4. Data Analog, Sinyal Analog

Alasan dasar dari proses ini adalah diperlukannya frekuensi tinggi untuk
transmisi yang efektif. Untuk transmisi unguided, hal tersebut tidak mungkin
untuk mentransmisi sinyal-sinyal baseband dan juga antena-antena yang
diperlukan akan menjadi beberapa kilometer diameternya, modulasi mendukung
frequency-division multiplexing.

Teknik Modulasi memakai data analog


adalah: 1. Amplitude Modulation (AM)

Modulasi ini menggunakan amplitudo sinyal analog untuk membedakan


kedua keadaan sinyal digital, dimana frekuensi dan phasenya tetap, amplitudo
yang berubah. AM adalah modulasi yang paling mudah, tetapi mudah juga
dipengaruhi oleh keadaan media transmisinya. Hal ini dapat dilihat Gambar
2.7(a).

2. Frequency Modulation (FM)

Modulasi ini menggunakan sinyal analog untuk membedakan kedua


keadaan sinyal digital, dimana amplitudo dan phasenya tetap, frekuensi yang
berubah. Kecepatan transmisi mencapai 1200 bit per detik. Untuk transmisi data
sistem yang umum dipakai FSK. Hal ini dapat dilihat Gambar 2.7(b).

3. Phase Modulation (PM)

Modulasi ini menggunakan perbedaan sudut phase sinyal analog untuk


membedakan kedua keadaan sinyal digital, dimana frekuensi dan amplitudo tetap,
phase yang berubah. Cara ini paling baik, tapi paling sukar, biasanya
dipergunakan untuk pengiriman data dalam jumlah besar yang banyak dan
kecepatan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat Gambar 2.7(c).
Teknik Modulasi memakai data analog ini dapat dilihat pada

Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Modulasi Data Analog, Sinyal Analog

BAB III
PENUTUPAN
A.

KESIMPULAN

Dalam sistem komunikasi agar tidak terjadi kesalahan atau error maka perlu
adanya pengkodean data. Macam pengkodean data diantaranya Kode Baudot,
Standard Code, Kode 4 atau Kode 8, Kode BCD, Kode EBCID. Teknik
pengkodean data diantaranya: nonreturn to zero-level (nrz-l), nonreturn to zero
inverted (nrzi), bipolar ami, pseudoternary, Manchester, differential Manchester.
Dengan sistem data encoding ini diharapkan untuk mengetahui sistem komunikasi
dan dengan cara apa saja untuk memulai sebuah komunikasi yang terbagi dari
analog dan digital, modem (modulasi demodulasi), berapa kecepatan dan bentuk
sinyal frekuensi dan sistem apa saja yang telah digunakan untuk mengirim dan
menerima sebuah data baik melalui telpon atau dengan komputer.

DAFTAR PUSTAKA

http://nryulia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/5160/Komdat3_pengkodean
+data.doc
http://math070017.blogspot.com/2012/01/makalah-pengkodean-data.html

Anda mungkin juga menyukai