Anda di halaman 1dari 27

Tugas

Pendidikan Agama Hindu

KELOMPOK 3
I Wayan Gunarta (15102282)
I Made Siardika Pramana (15102279)

STIMIK STIKOM INDONESIA (STIKI)


Tahun Akademik 2015/2016

Tri Guna
1. Pengertian Triguna dan Bagian-Bagianya
Tri artinya tiga, Guna artinya sifat atau bakat, jadi Triguna adalah tiga sifat dasar
yang terdapat pada setiap yang ada dijagat raya ini baik makhluk hidup maupun benda mati.
Ketiga sifat itu mempengaruhi manusia sejak masih dalam kandungan sampai akhir
hidupnya, hanya saja dalam prosentase yang berbeda-beda dan selalu berubah-ubah.
Perubahan pengaruh guna itulah menyebabkan tabiat manusia berubah-ubah dan triguna tidak
seimbang menjadikan bermacam-macam sifat manusia.
Alam material yang memiliki tiga sifat sangat kuat mengikat yang kekal dalam
makhluk yang hidup, seperti dikatakan dalam kitab suci Bhagavad Gita adyaya 14.5 sebagi
berikut :
sattvam rajas tama iti gunah prakrti-sambhavah
nibadhnanti maha-baho dehe dehinam avyayam
Artinya :
Alam material terdiri dari tiga sifat-kebaikan, nafsu dan kebodohan. Bila makhluk
hidup yang kekal berhubungan dengan alam, ia diikat oleh sifat-sifat tersebut, wahai Arjuna
yang berlengan perkasa.(Prabhupada, 1986: 663)
Dengan demikian jelas sekarang bagian-bagian triguna tersebut terdri dari tiga
sifat karena akan membentuk karakter atau watak manusia yang sesungguhnya telah
diporelehnya sejak lahir dan tidak dapat dihindari, maka untuk dapat melakukan karma baik,
melebur karma buruk dapat di uraikan bagian-bagian triguna sebagai berikut :
a)

Sattwam

Sattvam adalah sifat kebaikan dimana sifat ini membentuk karakter manusia
untuk selalu berbuat kebaikan karenanya manusia bisa berpikir berkata melakukan sesuatu
dengan baik, bijaksana, cerdas, sopan, desiplin, jujur dalam menegakkan dharma.

Ciri-Ciri Sifat Sattwam

Dalam Menawadharmasastra XII.31 disebutkan :


Mempelajari veda, bertapa, belajar segala macam, ilmu pengetahuan, berkesucian,
mengendalikan atas budi indriya, melakukan perbuatan perbuatan yang bajik, bersamadhi
tentang jiwa: semua merupakan ciri-ciri sifat sattwam. (Pudja dan Sudharta, 1996 : 723)
Sifat satvam adalah diartikan dengan sifat kebaikan sehinga memiliki ciri-ciri
dalam prilaku sebagai berikut: Tenang, suci, bijaksana, cerdas, jujur, desiplin, rajin. Sattvam
adalah keseimbangan. Bila sattvam yang menang, terjadi kedamaian atau ketenangan

b)

Rajas

Rajas adalah sifat nafsu dimana sifat ini membentuk karakter manusia untuk
selalu memiliki pengaruh kecendrungan berpikir berkata dan berbuat penuh dengan nafsu,
angkuh, sombong, cepat tersinggung, rakus, haus kekuasaan dan dalam melakukan apa saja
tidak pernah mau mengalah atau tidak pernah merasa salah menganggap dirinya selalu paling
benar.

Ciri-Ciri Sifat Rajas

Menawadharmasasta XII.32 disebutkan :


Sangat bergairah akan melakukan tugas-tugas pekerjaan, kurang didalam ketekunan,
melakukan perbuatan-perbuatan berdosa, dan selalu terikat akan kesenangan-kesenangan
jasmani, semuanya merupakan sifat rajas.(Pudja dan Sudharta, 1996 : 724)
Sifat Rajas adalah diartikan dengan sifat nafsu, sifat ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut : Lincah, gesit, kasar, cepat tersinggung, keras kepala, congkak, emosi, ego. Rajas
adalah aktifitas yang dinyatakan sebagai raga-dwesa, suka tau tidak suka, cinta atau benci,
menarik atau jijik.

c)

Tamas

Tamas adalah suatu sifat yang dimiliki oleh manusia yang memberi pengaruh
malas, pasif dan masa bodoh. Sehingga ini terkadang manusia bisa tidak mengindahkan
apapun yang terjadi selalu cuek atau masa bodoh, selalu berhayal tidak mau tahu apapun
yang akan terjadi terkadang resiko yang fatalpun siap diterimanya.

Ciri-Ciri Sifat Tamas

Menawadharmasasta XII.33 menyebutkan :


Loba, pemalsu, kecil hati, kejam atheis, berusaha yang tidak baik, berkebiasaan hidup atas
belas kasih pemberian orang lain dan tidak berperhatian adalah ciri-ciri sifat tamas. (Pudja
dan Sudharta, 1996 : 724)
Sifat tamas adalah sifat yang diartikan kebodohan, sitaf ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : Mengantuk, bodoh, malas, kumal, lambat. Tamas adalah yang membelenggu
dengan kecendrungan untuk kelesuan, kemalasan dan kegiatan yang dungu, yang
menyebabkan khayalan atau tanpa pembedaan.

2. Akibat-Akibat Ikatan TriGuna

Akibat-akibat ikatan triguna terhadap Sang Makhluk hidup (Jiva) yaitu;


1.

Sang jiva mengembangkan jenis sraddha (kepercayaan) tertentu selain kepada


Tuhan. (a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam
sifat rajas(kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan).

2.

Sang jiva secara keliru menganggap dirinya sendiri sebagai pelaku atas segala
kegiatan yang dilakukannya. karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup
jadi terkhayalkan dan menganggap dirinyalah menjadi pelaku atas segala kegiatan
yang dilakukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak sana oleh alam
material.

3.

Sang jiva jadi sibuk dalam kegiatan material memuaskan indriya jasmani di alam
material. diikat oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam
berbagai kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu

4.

Sang jiva dipaksa berpindah-pindah dari satu badan jasmani ke badan jasmani
lain dan hanyut dalam samudra kehidupan material dunia fana. begitulah sang
makhluk hidup (jiva) yang tinggal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan
material dalam ikatan Tri Guna, karena di-ikat oleh Tri Guna, maka ia merasakan
suka dan duka dalam berbagai jenis kehidupan material yang dialaminya

5.

Sang jiva tidak tahu bahwa sri krishna adalah bhagavan, kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa. Dikhayalkan oleh Tri Guna, seluruh dunia tidak mengenal diriKu
(sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa) yang mengatasi
ketiga sifat alam material itu dan kekal abadi.

3. Manfaat Lepas Dari Ikatan Tri Guna


Manfaat lepas dari ikatan tri guna adalah;
1.

Sang jiva mengerti bahwa sri krishna adalah bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa, bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi adalah tidak
lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan mengatasi ketiga
sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti hakekat spiritual diriKu

2.

Sang jiva mencapai tingkat spiritual Brahma-bhuta yang menjadi prasyarat untuk
kembali ke dunia rohani, jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, maka
dia mencapai kedudukan spiritual brahma.

3.

Sang jiva mencapai kebahagiaan abadi di dunia rohani vaikunthaloka.

kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna, maka dia bebas dari kelahiran,
kematian, usia tua dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai kebahagiaan sejati bahkan
dalam masa hidup nya ini juga Adapun ciri-ciri orang yang telah terlepas dari Tri Guna
adalah Dia tidak membenci pencerahan spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material)
ataupun khayalan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkannya jika hal-hal
itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa keprihatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh
unsur-unsur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun), sebab dia sadar bahwa
hanya unsur-unsur Tri Guna itu saja yang aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah
sama saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, melihat segumpal tanah, sebiji
batu dan sekeping emas dengan pandangan (dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa

terganggu meski dihina atau pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh
dengan cara sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun.
3.

Pengaruh Triguna pada Kehidupan Pribadi Seseorang

a)
Orang yang dikuasai oleh sifat sattwa biasanya berwatak tenang, waspada, dan berhati
yang damai serta welas asih. Kalau mengambil keputusan akan ditimbang terlebih dahulu
secara matang, kemudian barulah dilaksanakannya. Segala pikiran, perkataan, dan
perilakunya mencerminkan kebijaksanaan dan kebajikan. Seperti tindakan Sang Yudistira dan
Sang Krishna dalam cerita Mahabharata, dan tindakan Sang Rama dan Wibhisana dalam
cerita Ramayana.
b)
Orang yang dikuasai oleh sifat rajas biasanya selalu gelisah, keinginannya bergerak
cepat, mudah marah dan keras hati. Orangnya suka pamer, senang terhadap yang memujinya
dan benci terhadap yang merendahkannya. Yang baik pada sifat rajah itu adalah sifat giat
bekerja dan disiplin.
c)
Orang yang dikuasai sifat tamas biasanya berpikir, berkata, dan berbuat sangat
lamban. Kadang-kadang enggan, malas, suka tidur, rakus, dan dungu. Besar birahinya, keras
keinginannya, serta suka tidur campur dengan anak dan istrinya.
4.

Tujuan Mempelajari Tri Guna


a) Memperoleh cara yang tepat untuk meningkatkan sifat Sattwam terhadap
pengembangan budhi pekerti.
b) Memberikan keyakinan bahwa melalui pengembangan budhi perkerti, tujuan agama
hindu tentang moksa akan tercapai.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut;
1. Dengan memahami sifat-sifat pada diri manusia yaitu triguna dapat diketahui bentuk,
fungsi dan maknanya sehingga untuk melampaui ketiga sifat ini sesungguhnya dapat
dilakukan dengan cara mengikuti petunjuk dharma.
2. Guna mencapai kalepasan orang terlebih dahulu harus menunaikan tugasnya tanpa
mengharapkan pahalanya. Selanjutnya orang harus mempelajari Veda di bawah
pimpinan seorang guru yang akan memimpinnya menurut kemampuan masingmasing, sehingga orang akan mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dirinya
dan tentang Tuhan.
3. Ukuran kwalitas Triguna pada seseorang sangat tergantung dengan tiga faktor yaitu
Karma wasana (perbuatan terdahulu / perbuatan masa lampau), Subakarma (perbuatan
baik ) dan Asubakarma (perbuatan tidak baik).

DAFTAR PUSTAKA
I Made Nada Atmaja, dkk. 2010. Etika Hindu, Paramitha Surabaya ( halm. 62)

Drs. K.M. Suhardana. 2008. Niti Sastra. Ilmu Mepemimpinan atau management Berdasarkan
Agama Hindu, Paramita Surabaya (halm. 99)
I Gede Sura dan I Wayan Sukayasa. 2011. Samkya dan Yoga, Widya Dharma (halm.3)

Sad Ripu
1. Pengertian Triguna dan Bagian-Bagianya
Sad ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi secara
harafiah, Sad Ripu memiliki arti enam musuh. Musuh yang dimaksud adalah musuh yang
berasal atau bersumber dari dalam diri manusia sendiri. Sebagaimana tercantum dalam
kekawin Ramayana, Bab I (Wirama Sronca), bait 4 sebagai berikut :
Ragadi musuh mepareng
Rihati ya tongwanya tan madoh riawak
Yeka tan hana ri sira
Prawira wihikan sireng niti
Artinya :
Keinginan (kama) dan semua jenis musuh yang terdekat yang ada di dalam hati (Pikiran)
tempatnya tidak jauh dari badan sendiri
Yang semacam itu tidak ada dalam diri beliau (Dasarata) sifat ksatria yang dimilikinya,serta
pintar dalam menjalankan pemerintahaan
Bagian-bagian dari Sad Ripu atau enam musuh yang ada dalam diri manusia, yaitu:

a) Kama
Kama artinya keinginan atau hawa nafsu. Kama sangat besar pengaruhnya dalam
kehidupan, kama dapat mempengaruhi pikiran. Rangsangan yang kuat akan menarik
kama dan mempengaruhi pikiran. Bila tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan
untuk mengatasinya, maka sifat-sifat buruk lah yang akan muncul yang berakibat
buruk pula terhadap diri sendiri. Kama yang tidak terkendali ini akan muncul sebagai
musuh. Namun sebaliknya, kama akan berfungsi sebagai sahabat apabila dapat
dikendalikan atau disalurkan kepada hal-hal yang bersifat dharma/kebenaran.
Manusia kama Benar = sahabat
Buruk = musuh
b) Lobha
Lobha berasal dari kata lubh yang berarti tamak, rakus.
Rakus merupakan sifat senang yang berlebihan dan tidak terkendali, sifat yang selalu
ingin dipuaskan, sifat yang ingin mementingkan diri sendiri. Sifat-sifat seperti ini
dimiliki oleh setiap orang, apabila kemunculan sifat ini tidak dikendalikan dengan
pengetahuan dharma, tidak memiliki rasa welas asih, tatwam asi, dan satya, maka
lobha seperti ini akan menjadi musuh. Ia akan mendatangkan rasa benci, rasa
cemburu, rasa dendam, sehingga menimbulkan rasa gelisah, kurang aman, dan waswas. Biasanya lobha akan tumbuh dengan kuat akibat kama yang selalu terpenuhi.
Manusia kama = lobha

c) Krodha
Krodha artinya marah. Krodha muncul diawali oleh ketidakpuasan, rasa kecewa, rasa
dendam, dan rasa terhina. Krodha sangat mempengaruhi konsentrasi, rasa kesadaran,
dan merusak keseimbangan serta kesucian bathin. Krodha yang tidak terkendali dapat
memacu denyut jantung, merusak kerja syaraf sehingga sulitr berpikir tenang dan
rasional, membuat syaraf tegang. Apabila terus-menerus seperti itu, syaraf-syaraf akan
putus yang mengakibatkan stroke hingga kematian. Krodha juga dapat muncul akibat
minuman keras. Krodha muncul bukan karena rangsangan dari luar, seperti kecewa,
dendam dan sebagainya. Tetapi kemunculannya akibat pengaruh yang dibuat dari
dalam. Miras sangat mengganggu fungsi kerja syaraf, miras sangat merusak
kecerdasan, ketenangan dan konsentrasi. Cara untuk mengatasi Krodha adalah dengan
pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran diri, serta hindari mengkonsumsi miras.
Alihkan perasaan kecewa, dendam dan rasa tidak puas kepada rasa jengah untuk
memacu diri dalam meraih kesuksesan, tapi harus berlandaskan dengan dharma
(kebenaran).
Manusia Kama Tak terpenuhi = krodha
Pengaruh miras = krodha
d) Mada
Mada artinya mabuk/kemabukan, kemabukan dapat muncul dari dalam diri sendiri.
Kama (keinginan) yang selalu terpenuhi menyebabkan lobha tak terkendali, hal ini
dapat memunculkan mada dengan jenis yang beraneka ragam seperti berikut :
Merasa diri paling rupawan (cantik/ganteng) karena mabuk akan kerupawanan
wajahnya (surupa) ia seringkali menghina atau melecehkan orang lain.
Merasa diri kaya raya karena banyak memiliki harta benda dan uang. Ia selalu
menggunakan uang dan harta sekehendak hatinya untuk menghina, mengejek, dan
menghancurkan orang lain. Karena memiliki banyak harta, ia merasa paling mampu
dan lupa bahwa semua harta hanyalah titipan sementara.
Merasa diri paling pintar (guna), selalu menganggap orang lain bodoh dan tidak
mampu. Mereka yang meras pintar biasanya akan menjadi sombong.
Merasa diri punya jabatan atau merasa diri seorang bangsawan sehingga membuat
dirinya menjadi sombong, seolah-olah dialah yang dapat mengatur segala-segalanya.
Karena kemabukan ia menjadi lupa bahwa ia sesungguhnya berasal dari rakyat biasa,
jabatan itu sifatnya sementara dan kebangsawanan tiada arti tanpa orang lain yang
menghormati kebangsawanan seseorang.
Merasa diri muda/remaja dengan tenaga yang kuat (yowana). Ia lupa bahwa sastra
agama menyebutkan masa kecil akan menunggu masa remaja, dan remaja, tua lah
yang dinanti. Sedangkan masa tua hanya kematian lah yang menunggu. Maka dari itu
janganlah mabuk masa remaja, manfaatkanlah keremajaan untuk mengisi diri
mempersiapkan masa tua dengan sebaik-baiknya berdasarkan dharma.
Merasa selalu percaya diri akibat pengaruh minuman berakohol atau minuman keras
yang akan merusak syaraf, merusak ingatan, merusak kesehatan pencernaan, ginjal,
hati, dan jantung. Akibat minum minuman keras yang paling sering terjadi adalah
timbulnya kekerasan dan tindak criminal.

Merasa diri selalu menang dan berani. Sering kali mereka yang menang dalam
seuatu peristiwa merasa sombong, mabuk akan kemenangan dan keberanian.
e) Matsarya
Matsarya artinya iri hati. Iri hati, cemburu, seringkali muncul akibat dari kekecewaan,
ketidakpuasan, ketidakadilan, dan kegagalan dalam menghadapi suatu peristiwa. Di
satu pihak ada yang berhasil dengan mudah, sedangkan di pihak lain mengalami
kegagalan dan hambatan. Sehingga pihak yang gagal merasa kecewa. Kegagalan yang
diakibatkan oleh ketidakadilan akan menimbulkan perasaan iri hati. Iri hati
merupakan akumulasi dari krodha, bila berkelanjutan akan menimbulkan rasa
dendam, benci, dan permusuhan. Matsarya dapat diredam dengan kesabaran dan
kepasrahan. Bahwa hidup ini adalah cobaan, takdir, dan karma wasana.
Krodha Matsarya kecewa-dengki-iri hati
Dendam-permusuhan-balas dendam
f) Moha
Moha artinya bingung. Kebingungan tidak dapat menentukan sikap, karena kebuntuan
otak dalam berpikir, kecerdasan hilang, orang tak tahu arah, tak tahu mana yang benar
dan salah, tak tahu mana yang baik mana yang buruk, tak tahu mana yang berguna
dan yang tidak berguna, kebingungan menghambat segala-galanya. Ada beberapa
sumber penyebab timbulnya kebingungan antara lain sebagai berikut :
Akibat kemabukan, baik itu karena keberhasilan yang berlebihan maupun akibat
pengaruh minuman keras.
Akibat kegagalan/kekecewaan yang bertubi-tubi secara silih berganti.

Contoh Prilaku yang Berkaitan dengan Sad Ripu


Di bawah ini adalah contoh-contoh yang berhubungan dengan Sad Ripu :

a) Kama
Kama dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
Kama yang berlebihan dan tak terkendali, sehingga dapat mendatangkan musuh,
baik dalam diri sendiri maupun dari luar, seperti :
Dari dalam : keinginan untuk memiliki motor baru tapi tidak mampu, orang tua
hanya buruh harian yang gajinya sangat kecil, sedangkan dia sendiri hidupnya masih
tergantung orang tua, keinginan yang besar tersebut tidak kesampaian, membuatnya
menjadi stress, sakit, pusing, dan tak ada gairah.
Dari luar : keinginannya yang besar dan tak terkendali, membuat ia berani
mengambil barang milik orang lain, akhirnya ia dibenci, dicemooh bahkan dijauhi
teman-teman, bila sampai tingkat kriminal ia pun dapat dipenjara.
Kama, keinginan yang dapat diredam/dikendalikan (bersifat positif), dengan
kesadaran bahwa keinginan sesungguhnya memperbudak pikiran, agar tidak

diperbudak arhkan pada hal yang positif, antara lain.


Sadari kemampuan diri sendiri atau keluarga.
Sesuaikan keperluan dan kebutuhan.
Perhitungkan untung, rugi, dan manfaat.
Kenali diri sendiri secara untuh.
b) Lobha
Lobha atau rakus/ ingin memuaskan diri sendiri, tanpa menghiraukan hak-hak dan
kepentingan orang lain. Biasanya lobha akan terus berlanjut atau bertambah kuat jika
kita tidak mampu menghalangi atau menghentikannya. Prilaku seperti ini dapat
dijumpai pada mereka yang sering melakukan korupsi, pungli, rentenir, percaloan,
mereka yang demikian tak akan mau mengerti dan memiliki rasa iba terhadap
penderitaan orang lain.
Perilaku lobha seseorang akan dapat dikurangi dengan hal berikut :
Tumbuhkan kesadaran yang mendalam dari dalam dirinya.
Menyaksikan keluarga sendiri atau bahkan merasakan secara langsung penderitaan
akibat diperlakukan oleh tindakan lobha.
Memahami dengan penuh keyakinan tentang hukum karma.
c) Krodha
Krodha merupakan prilaku negatif yang paling cepat mendatangkan musuh. Mereka yang
dikuasai krodha sangat sulit menenangkan diri, menstabilkan pikiran, dan bahkan sulit
mengontrol diri sendiri. Orang yang berbeda pandangan,berbeda pendapat,dan berbeda
kepentingan akan dianggap musuh. Beberapa prilaku yang dapat memancing krodha adalah
sebagai berikut :
a) Bersumber dari ucapan (wasista nimitanta menemu dukha),seperti
ejekan,hinaan,cemoohan,olokan dan gertakan.
b) Bersumber dari mimik, seperti mencibir dan membuat bentuk mulut yang dapat
mengundang krodha.
c) Dengan tatapan mata, misalnya mata merah dengan muka masam dan mata melotot disertai
muka merah.
d) Mada
Mada artinya mabuk atau membanggakan diri, seperti:
Merasa diri ganteng atau cantik, timbul perilaku sombong.
Merasa diri selalu beruntung dan hidup kaya raya.
Merasa diri pintar, otak cerdas, berpendidikan tinggi, dan banyak memiliki
pengetahuan serta pengalaman.
Merasa diri sebagai orang ningrat, keturunan bangsawan, punya jabatan tinggi,
sehingga mereka selalu ingin dihargai dan dihormati tanpa menghormati orang lain
karena mersa kedudukan mereka lebih tinggi.
Merasa diri selagi muda, masih remaja, disayang dan dimanja orang tua.

Akibat pengaruh minuman keras dan narkoba, membuat keseimbangan terganggu,


ingatan tak terkontrol, ucapan dan tindakan ngawur serta pikiran tidak waras.
e) Moha
Moha memiliki arti kebingungan. Kebingungan dapat disebabkan oleh bermcammacam hal, seperti:
Karena mendapatkan masalah yang berat sehingga menyebabkan kebingungan.
Kehilangan sesuatu atau seseorang yang dicintai yang menyebabkan kebingungan
bahkan kehilangan arah.
f) Matsarya
Matsarya memiliki arti iri hati. Iri hati akan menyiksa diri sendiri dan dapat
merugikan orang lain. Orang yang matsarya merasa hidupnya susah, miskin, bernasib
sial, sehingga akan menyiksa batinnya sendiri. Selain itu bila iri terhadap kepunyaan
orang lain maka akan menimbulkan rasa ingin memusuhi, berniat jahat, melawan dan
bertengkar, menyakiti, sehingga akan merugikan orang lain. Matsarya timbul karena
berbagai hal, seperti:
Merasa diri paling mampu atau pintar dibanding dengan orang lain. Namun, apabila
orang tersebut lebih sukses atau berhasil akan menimbulkan rasa iri hati.
Merasa hidup orang lain lebih beruntung daripada diri kita sendiri, sehingga
menimbulkan rasa iri hati.
D. Dampak yang Ditimbulkan oleh Sad Ripu
Sad Ripu dapat berakibat buruk, berbahaya bagi keselamatan, ketenangan, ketentraman,
kesehatan, kebahagiaan, dan kecerdasan. Umat Hindu memiliki cara tersendiri untuk
mengatasi Sad Ripu, antara lain :
Upacara Agama Manusa Yadnya, terutama potong gigi, sebagai simbol untuk mengingat
bahwa musuh itu bersumber dari diri sendiri dan harus diatasi dan dilemahkan agar tidak
menguasai diri sendiri.
Memperdalam dan mengamalkan ajaran kesusilaan, terutama Tri Kaya Parisudha, Panca
Yama dan Panca Nyama Brata, Catur Praweti, Catur Paramita, serta ajaran karma phala.
Melalui cerita-cerita, seperti cerita sudamala, bhatara, kala, dyah tantri, Sutasoma.

Sad Atatayi
Pada dasarnya manusia dilahirkan ke alam ini adalah baik. Hal itu terbukti manusia banyak
diberi predikat seperti manusia makhluk individu, berpikir dan religius, dan lainnya. Tentu
saja dengan faktor tersebut manusia diharapkan bisa perpikir yang baik dan berperilaku
sesuai dengan kodratnya. Namun jika manusia tidak dapat menjalankan hal tersebut dengan
baik maka kehidupan ini tidak akan selaras, dengan ajaran asusila manusi diajarkan untuk
menghindari dan mengendalikan sifat buruk.

Sad Atatayi
Sad atatayi terdiri dari kata Sad dan Atatayi. Sad artinya enam, Atatayi artinya kejam atau
pembunuhan. Jadi yang dimaksud Sad Atatayi adalah enam macam pembunuhan yang kejam
yang tidak patut dilaksanakan oleh manusia.

Bagian-bagian Sad Atatayi


a. Agnida, yaitu membakar hak milik orang lain atau memusnahkan milik orang lain dan juga
dapat diartikan mengadu domba orang sehingga menimbulkan perselisihan yang
mengakibatkan orang menjadi menderita. Ini perilaku atau perbuatan yang terlarang.
Contoh perilaku Agnida:
Rima tidak cocok dengan Agus dalam permainan sepak bola karena Rima dapat mentekel
kaki Agus dan Agus marah kemudian terjadi perang mulut. Namun dapat diselesaikan oleh
wasit. Namun, Agus tidak puas. Agus tetap merasa dendam dengan Rima. Akhirnya burung
Agus bersama sangkarnya sebagai burung kesayangannya dibakar. Betapa kejamnya Agus
membakar burung yang tak bersalah. Inilah yang dimaksud perbuatan kejam sebagai perilaku
Agnida.
b. Wisada, yaitu meracini atau menyakiti orang lain. Perbuatan meracuni baik sekala maupun
niskala. Perbuatan ini merupakan perbuatan dosa. Hal ini mengingkari hakikat hidup di dalam
bermasyarakat di dunia fana ini. Bagi orang yang melakukan atau melaksanakan perbuatan
seperti itu sudah di sediakan tempat, yaitu neraka oleh Sang Hyang Widhi.
Contoh perilaku Wisada:
Pada suatu hari Putra bersama kawannya mengail ikan di sungai, tapi seharian mengail tidak
mendapatkan ikan. Akhirnya si Putra berpikir, mengapa susah-susah mendapatkan ikan?
Lebih baik membeli portas ikan dan memasukkannya ke kolam Yoni, Akibatnya banyak
ikannya yang mati. Lalu kita minta kepada Yoni. Di kolam itu bukan ikan yang besar saja
yang mati tapi yang kecil juga mati. Itu perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Agama
Hindu.
c. Atharwa, yaitu melakukan atau menjalankan ilmu hitam (black magic). Perbuatan semacam
ini merupakan perbuatan yang tak terpuji dan terkutuk serta dijauhi orang. Orang yang suka
yang terlarang menjalankan ilmu hitam hanya sifatnya senang sementara semasa masih hidup
dapat membuat orang lain menjadi menderita dan sesungguhnya pula dirinya sendiri akan
menderita pula seperti yang diderita orang lain.
Contoh perilaku Atharwa :

Aan sangat mencintai Iin, tapi Iin tidak mencintai Aan. Sehingga Aan mencari paranormal
yang menjalankan ilmu hitam untuk mencelakakan Iin. Akhirnya Iin kena jampi-jampi Aan,
ia sakit keras dan tidak dapat disembuhkan oleh medis manapun, ia putus sekolah. Betapa
besarnya dosa yang dilakukan Aan yang menghancurkan masa depan Iin
d. Sastraghna, yaitu mengamuk atau merampok sehingga menimbulkan kerugian bagi orang
lain. Mengamuk yang dimaksud adalah bias menghilangkan nyawa orang lain dan merampok
menimbulkan penderitaan karena kerugian yang dideritanya. Perbuatan semacam ini amat
bertentangan dengan sastra agama, untuk mencapai ketenangan maupun kedamaian, maka
perbuatan Sastraghna amat dilarang dan berdosa besar dan terkutuk.
Contoh perilaku Sastraghna :
Pada suatu hari Agus dipanggil oleh orang tuanya, namun ia tidak membalas sepatah kata pun
sudah sekian lama oranf tua dan keluarganya memanggil tanpa sebab ia berlari mengambil
sapu dan memukul adiknya, tidak hanya itu saja tetapi ia juga memukul alat-alat dapur. Dan
akhirnya ia dilarikan ke rumah sakit jiwa.
e. Drathi Krama, yaitu memperkosa kehormatan seorang wanita. Perbuatan Drathi Krama
sangat bertentangan dengan konsep ajaran agama Hindu. Di mana ajaran Agama Hindu
memiliki konsep Tat Twam Asi. Karena itu, perbuatan Drathi Krama mengingkari
kemerdekaan pribadi orang lain.
Contoh perilaku Drathi Krama :
Seorang kakek yang tega membohongi anak gadis untuk dicarikan pekerjaan di hotel, namun
apes bagi si gadis di hotel ia malah diperkosa oleh kakek tersebut. Dan keesokan harinya si
gadis melaporkan apa yang telah terjadi padanya, kemuadian orang tua si gadis melaporkan
kakek itu ke polisi dan akhirnya ditahan.
f. Raja Pisuna, yaitu memfitnah atau menghasut dan mengadu domba seseorang denga orang
lain. Perbuatan memfitnah sangatlah keji karena membuat orang lain menderita. Mungkin
orang yang difitnah tidak tahu sebab apa dirinya diberlakukan kurang baik. Memfitnah
hendaknya dibuang jauh dari alam pikiran kita. Maka dikatakn memfitnah lebih kejam dari
pada pembunihan.
Contohnya pada cerita Bawang Merah dan Bawang Putih
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif
yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia
lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan
dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan
menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.
Walaupun merupakan suatu pembunuhan yang kejam, Sad Atatayi juga memiliki sisi positif
yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki diri, sama dengan musuh dalam diri manusia
lainnya, jika Sad Atatayi bisa dikendalikan maka hal-hal positif dari Sad Atatayi ini akan
dapat memperbaiki perilaku manusia, namun jika sebaliknya Sad Atatayi ini dibiarkan
menguasai diri manusia maka hal-hal negatif akan terus meburu manusia.

Dampak Negatif Sad Atatayi


a.

b.

c.
d.
e.
f.

Agnida, tidak dibenarkan membakar milik orang lain apalagi sampai menghanguskan
semangat teman untuk belajar. Secara fisik membakar milik orang lain, merupakan suatu
perbuatan yang konyol yang pada akhirnya bisa merugikan diri sendiri.
Visada, meracun adalah perbuatan yang kejam, seperti mecari ikan di kolam dengan meracun
maka akan membunuh ikan kecil yang tidak kita cari. Perbuatan sejenis ini tidak ada gunanya
kecuali merugikan orang lain dan diri sendiri.
Atharwa, Ilmu hitan (black magic) bisa menyebabkan seseorang dari tidak senang menjadi
senang, dari rukun menjadi cerai berai.
Sastragna, perbuatan mengamuk kepada orang tua dengan tidak melihat situasi dan kondisi
orang tua merupakan perbuatan Alpaka Guru
Drathi Krama, perbuatan mengambil milik orang secara paksa merupakan arti dari bagian
sad atatayi ini, awal menuju kesengsaraan apalagi memperkosa seorang gadis di bawah umur.
Raja Pisuna, memfitnah lebih kejam dari pembunuhan, peribahasa yang paling cocok
menggambarkan raja pisuna. Karena masalah membunuh dan dibunuh tidak ada baiknya,
hanya akan menunggu neraka dan menjadi makhluk hina, menderita seumur hidupnya.

Dampak Positif Sad Atatayi


a.

b.

c.
d.

e.

f.

Agnida, semangat yang berapi-api untuk menjadi pintar dengan jalan belajar, melatih diri,
mencoba dan mempraktikan dengan serius merupakan dasar utama untuk mecapai
kebahagiaan.
Visada, meracun dan membunuh sifat-sifat malas dalam dir, penting sekali apalagi malas
belajar, malas bekerja. Karena orang bijak berkata, siapa yang malas bekerja selagi muda,
sebagai pengemis setelah tua
Atharwa, orang yang menguasai ilmu hitam jika dilandasi dengan dharma maka sangat
berguna untuk membantu orang untuk mengobati dari penyakit non medis.
Sastragna, di zaman sekarang ini pekerjaan sangatlah sulit untuk didapatkan namu dengan
usaha keras dalam hal ini pekerjaan apapun diterima asalkan sesuai denga dharma ngamuk
nyemak gae kalo orang Bali bilang.
Drathi Krama, memperkosa disini berarti seseorang harus berani memperkosa waktunya
yang sedang asyik menonton TV untuk mengalihkan ke waktu belajar, atau membantu orang
tua sehingga mereka merasa senang.
Raja Pisuna, mungkin semua orang pernah memfitnah/berbohong untuk keselamatan diri dan
keluarga terutama memfitnah musuh dan berbohong kepada orang sakit untuk membantu
kesembuhannya.

Upaya-upaya untuk menghindari diri dari Sad Atatayi


1.
2.
3.
4.

Segala sikap dan usaha dapat memilih yang baik dan benar serta menghindarkan diri dari halhal yang buruk dan salah.
Dapat mengadakan hubungan yang harmonis dengan orang lain.
Mengamalkan lima pengendalian diri yang bersifat lahiriah yang disebut Panca Yama Brata.
Mengamalkan ajaran Tri Kaya Parisudha.
Menasehati diri sendiri sebelum berbuat.

Konsekuensi pelaksanaa Sad Atatayi


1. Bila manusia tidak dapat menguasai Sad Atatayi, akan jatuh ke jurang penderitaan atau
neraka
2. Selalu berbuat kejahatan maupun kekejaman selama hidupnya
3. Setiap saat dan bila lengah akan menghancurkan manusia

Sapta timira
Kata sapta timira berasal dari bahasa sansekerta dari kata saptayang berarti tujuh, dan kata
timira yang berarti gelap,suram, (awidya). Sapta timira berarti tujuh kegelapan adalah
tujuh unsur atau sifat yang menyebabkan pikiran orang jadi gelap. Ketujuh unsur kegelapan
tersebut ada pada setiap diri manusia. Sifat awidya yang ada pada diri manusia apa bila tidak
dikendalikan akan menimbulkan berbagai macam tindakan kejam, seperti marah,kejam,
dengki, iri hati , suka mempitnah, merampok dan yang lainnya. Semua sifat dan tindakan itu
adalah bertentangan dengan agama yang disebut,sifat prilaku Adharma .
Bagian - bagian Sapta Timira

Berdasarkan kitab kekawin Niti Sastra, disebutkan 7 macam unsur yang dapat
menyebabkan orang menjadi mabuk (Awidya). Ketujuh unsur tersebut disebut Sapta Timira.
Berikut adalah bagian-bagian dari Sapta Timira:
1. Surupa
2. Dhana
3. Guna
4. Kulina
5. Yohana
6. Sura
7. Kasuruan

1. Surupa
Surupa artinya kecantikan atau ketampanan , kecantikan atau ketampanan dibawa
semenjak kita lahir dan merupakan anugrah Hyang Widhi Wasa. Bagi yang mendapat
anugrah wajah cantik dan tampan harus bersyukur atas anugrah tersebut. Namun, tidak
semestinya takabur, apalagi dimanfaat untuk kepentingan Adharma.
Dampak Positif.
Kecantikan semestinya diimbangi dengan budi pekerti yang baik. Seseorang yang
dapat mengimbangi kecantikannya dengan moral yang baik, mungkin akan seperti gambar
disamping.
Disamping adalah gambar artis yang terkenal akan kecantikannya. Selain bermodal
keacantikan. Seorang artis harus mempunyai moral yang baik, karena artis sering kali
menjadi panutan para penggemarnya. Jika semua artis memiliki moral yang brobok, maka
jadi seperti apakah dunia ini?

Dampak Negatif.
Diatas sudah di jelaskan, bagi yang mendapat anugrah wajah cantik dan tampan harus
bersyukur atas anugrah tersebut. Namun, tidak semestinya takabur, apalagi dimanfaat untuk
kepentingan Adharma. Seperti gambar disamping, ini adalah contoh suatu kecantikan yang
tidak diimbangi dengan moral yang baik.

2. Dhana
Dhana berarti memiliki kekayaan. Kekayaan sungguh banyak gunanya . Untuk itu,
semua orang berhak memperoleh kekayaan, menyiapkan ketrampilan, disiplin, dan rajin
sembahyang merupakan salah satu untuk memperolehnya.

Dampak Positif.
Jika membicarakan dampak positif dari Dhana, nah, inilah salah satunya. Jika
seseorang di anugrahi kekayaan oleh tuhan, alangkah baiknya jika jika sebagian dari hartanya
di sumbangkan kepada fakir miskin. Meskipun jumlahnya sedikit, tetapi maknanya sangat
besar bagi penerimanya.
Dampak Negatif.
Kekayaan memang sangat berarti bagi semua orang, tetapi dalam memperolehnya,
jangan memakai cara yang melawan Dharma (Adharma). Seperti Gayus, yang menghalalkan
segala cara untuk mendapat kekayaan. Nah, itulah dampak negatif dari Dhana.

3. Guna
Guna artinya kepandaian. Kepandaian bagaikan pisau bermata dua, jika berada pada
yang baik mental dan moralnya akan menjadi suatu yang amat berguna, dan jika berada pada
orang yang bermoral brobok maka hancurlah dunia dan segala isinya.
Dampak Positif.
Gambar disamping adalah salah satu contoh dampak positif dari Guna atau
kepandaian. Beliau adalah Enstein, yaitu seorang penemu yang penemuannya sudah diakui,
dan sangat bermanfaat bagi dunia. Ini adalah suatu bentuk dimana Guna atau kepandaian
disertai dengan moral yang baik.

Dampak Negatif.
Bom atom yang di jatuhkan di Hiroshima dan Nagashaki adalah salah satu contoh
dampak negatif Guna. Ini merupakan dampak jika Kepandian(Guna) disertai dengan budi
pekerti yang kurang. Sama seperti yang sudah di jelaskan diatas bahwa Guna atau kepandaian
jika berada pada orang yang bermoral brobok maka hancurlah dunia dan segala isinya.

4. Kulina
Kulina berarti keturunan. Keturunan di dalam beberapa masyarakat dunia memegang
peranan penting, karena dari keturunan ia akan dikenal siapa sebenarnya dia itu. Orang dari
keturunan keluarga terhormat, seperti putra raja, artis, orang-orang berjasa, berbudi baik dll.
Karena banyak cucunya, sampai anak cucunya menerima pengahargaan itu.
Dampak Positif.
Dampak positif dari Kulina atau keturunan adalah dari keturunan ia akan dikenal
siapa sebenarnya dia itu. Seperti gambar berikut. Ini adalah gambar presiden Amerika
Serikat, Barack Obama. Ia sangat terkenal dan sangat dihormati di seluruh dunia. Karena
Obama memiliki banyak saudara, mungkin Saudaranya itu juga mendapatkan gelar
kehormatan (sebagai saudara Obama)
Dampak Negatif.
Mabuk karena keturunan adalah langkah yang menyesatkan diri sendiri karena akan
tertanam sifat yang sombong, angkuh, dan merendahkan orang lain. Seperti Ibu mantan
Presiden RI. Megawati . Beliau selalu menyombongkan bahwa ia adalah anak
Presiden pertama RI Ir. Soekarno

5. Yohana
Yohana artinya masa remaja/muda. Masa ini penuh gejolak, kreativitas, kekuatan,
kecerdasan, dan keindahan yang sangat hebat.
Dampak Positif.
Masa remaja(Yohana) adalah masa dimana seseorang sangat rentan terhadap pengaruh
buruk dari luar. Alangkah baiknya masa remaja ini diisi dengan kegiatan yang positif seperti
gambar disamping. Ini adalah gambar Sekaa Teruna Teruni yang sedang ngayah. Kegiatan
seperti ini sangat bagus untuk meningkatkan moral anak remaja.

Dampak Negatif.
Masa remaja adalah masa terindah, untuk itu jangan mabuk ketika memasuki masa
ini. Yang dianggap mabuk pada masa iniantara lain kebut-kebutan, merokok, bermalasmalasan, berkelahi dll. Akibatnya yaitu menjadi pemuda yang tak berguna dan hanya menjadi
beban orang tua.

6. Sura
Sura artinya minuman keras. Dalam upacara Hindu, minuman keras diperuntukan
bagi Bhuta Kala, seperti tuak dan brem. Selain minuman tersebut beredar juga minuman
keras lain, seperti bir, whiskey, brendy dll. Yang berakibab buruk bagi kesehatan tubuh.

Dampak Positif.

Dalam agama Hindu, minuman keras banyak digunakan untuk upacara agama seperti,
Tuak, Arak, Brem dll. Yang peruntukan untuk Bhuta Kala.
Dampak Negatif.
Minuman keras atau alkohol sangat bertentangan dengan nilai kesucian hidup. Akibat
mabuk kesehatan menjadi terganggu, mengacau masyarakat, tabrakan, pemerkosaan, bahkan
ada yang sampai membunuh karena mabuk.

7. Kasuran
Kasuran artinya berani. Setiap orang perlu mempunyai keberanian, tanpa keberanian
hidup cenderung menderita
Dampak Positif.
Ini adalah salah satu dampak positif dari Kasuran atau keberanian. prajurit perang
yang berani mati untuk membela negaranya.
Dampak Negatif.
Keberanian yang melanggar Dharma adalah mabuk keberanian, mereka berani
bertarung mati-matian hanya karena merebutkan hal yang sepele.

UPAYA UNTUK MENGHINDARI DAMPAK NEGATIF DARI SAPTA TIMIRA


Agar kita terhindar dari kemabukan atau kegelapan,hendaknya kita selalu berusaha
untuk mendangendalikan diri dan ber disiplin sehingga mendatangkan keselamatan dan
kesejahtraan. Adapun disiplin-disiplin dan pengendalian diri tersebut adalah:
Panca Yama Bratha adalah lima cara unyuk mengedalikan diri antara lain:
1. Ahimsa: tidak menyiksa
2. Brahma cari: tidak melakukan hubungan badan selama masa menuntut ilmu
3. Satya: menepati janji
4. Awyawaharika: melukan usaha berdsarkan ketulusan
5. Asteya: tidak curang dan tidak mencuri
Panca Nyama Brata, artinya lima macam disiplin dalam memupuk kebiasaan yang
baik diantaranya adalah:
1. Akroda : tidak di kuasai oleh kemarah
2. Guru susrusa :artinya selalu hormat, tekun melaksanakan tuntunan guru
3. Sauca: artinya suci lahir batin
4. Aharalagawa :selalu mengatur jenis dan waktu makan tidak berlebihan.
5. Apramada: artinya taat, tidak sombong memplajari ajaran suci agama
Dasa Yama Bratha adalah sepuluh macam disiplin pelaksanaan kesusilan, bagianbagiannya:
1. Dana artinya memberi sedekah
2. Ijya, adalah menyembah kepada Sang Hyang Widhi
3. Tapa, artinya mengembleng diri untuk menimbulkan daya tahan
4. Dyana, artinya tekun memusatkan pikiran kepada Sang Hyang Widhi
5. Swadhyaya artinya memehami ajaran suci
6. Upustanigraha, artinya menendalikan hawa nafsu
7. Brata atinya taat akan sumpah
8. Upawasa artinya berpantang dan berpuasa
9. Mona artinya membatasi ucapan seperlunya saja
10. Srana artinya melakukan penyucian diri

Kesimpulan :

Sapta Timira adalah tujuh kegelapan yang membuat seseorang mabuk.


Selain Sapta Timira memiliki dampak negatif, jika dapat dikendalikan Sapta
Timira bisa berdampak positif dalam kehidupan kita

CATUR ASRAMA
A. PENGERTIAN
Catur Asrama terdiri atas dua kata yakni Catur, yang berarti empat dan Asrama, berarti
tahapan atau jenjang.
Jadi Catur Asrama artinya empat jenjang kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai
moksa.
Atau catur asrama dapat pula diartikan sebagai empat lapangan atau tingkatan hidup manusia
atas dasar keharmonisan hidup dimana pada tiap- tiap tingkat kehidupan manusia diwarnai
oleh adanya ciri- ciri tugas kewajiban yang berbeda antara satu masa (asrama) dengan masa
lainnya, tetapi merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan
B. BAGIAN BAGIAN CATUR ASRAMA
1. BRAHMACARI ASRAMA
2. GRHASTA ASRAMA
3. WANAPRASTA ASRAMA
4. SANIASA / BHIKSUKA
B.1 BRAHAMACARI ASRAMA
Brahma cari terdiri dari dua kata yaitu Brahma yang berarti ilmu pengetahuan dan cari yang
berarti tingkah laku dalam mecari dan menuntut ilmu pengetahuan.
Brahmacari berarti tingkatan hidup bagi orang-orang yang sedang menuntut ilmu
pengetahuan.
Kehidupan para pelajar di mulai dengan upacara Upanayana, sebagai hari kelahirannya yang
kedua. Mereka harus dibuat tabah dan sederhana dalam kebiasaan kebiasaan mereka harus
bangun pagi pagi , mandi melakukakn sandhya & java gayatri serta mempelajari kitab
kitab suci.
Menurut ajaran agama hindu, dalam brahmacari asrama, para siswa dilarang mengumbar
hawa nafsu sex. Adapun hubungan antara perilaku seksual dan brahmacari dapat di ketahui
melalui istilah berikut :
1. Sukla brahmacari
Orang yang tidak kawin semasa hidupnya, bukan karena tidak mampu, melainkan karena
mereka sudah berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir hayatnya.
2. Sewala brahmacari
Orang yang menikah sekali dalam masa hidupnya
3. Kresna brahmacari
Pemberian ijin untuk menikah maksimal 4 kali karena suatu alasan yang tidak
memungkinkan diberikan oleh sang istri, seperti isang istri tidak dapat menghasilkan
keturunan, sang istri sakit-sakitan, dan bila istri sebelumnya memberikan ijin.
B.1 GRHASTA ASRAMA
Tahapan yang kedua tentang grhasta / berumah tangga .tahapan ini dimasuki pada saat
perkawinan. Tahapan ini merupakan hal yang sangat penting, karena menunjang yang
lainnya. Perkawinan meerupakan salah satu acara suci bagi seorang Hindu. Istri merupakan
rekan dalam kehidupan ( Ardhangini ), ia tidak dapat melakukan ritual agama tanpa istrinya.
Sebuah rumah tangga harus mendapatkan artha yang erlandaskan dhrma dan dipergunakan
dengan cara yag pantas. Ia harus memberikan 1/10 bagian dari penghasilannya untuk amal.
Beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan dalam berumah tangga :
1) Melanjutkan keturunan
2) Membina rumah tangga
3) Bermasyarakat
4) Melaksanakan panca yajnya :

Dewa Yajna : persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya
Rsi Yajna :persembahan pada para rsi, guru, maupun tokoh atau pemuka agama
Manusa yajnya :persembahan pada sesama manusia
Pitra Yajna : persembahan pada para leluhur
Bhuta Yajna :persembahan kepada para bhuta.
B.3 WANAPRASTHA ASRAMA
Tahapan yang ketiga wanaprstha, tahapan ini merupakan suatu persiapan bagi tahap akhir
yaitu sannyasa . setelah melepaskan segala kewajiban seorang kepala rumah tangga, ia harus
meninggalkanya menuju hutan atau sebuah tempat terpencil di luar kota untuk memulai
meditasi dalam kesunyian pada masalah spiritual yang lebih tinggi.
Dalam masa ini kewajiban kepada keluarga sudah berkurang, melainkan ia mencari dan
mendalami arti hidup yang sebenarnya, aspirasi untuk memperoleh kelepasan/ moksa
dipraktekkannya dalam kehidupan sehari- hari.
Adapun ciri-ciri orang yang telah dapat masuki tahap wanapratha ini adalah: usia yang sudah
lanjut, mempunyai banyak pengalaman hidup, mampu mengatasi gelombang pahit getirnya
kehidupan, serta mempunyai kebijaksanan yang dilandasi oleh ajaran agama dan ilmu
pengetahuan. Telah memiliki keturunan atau generasi lanjutan yang sudah mapan dan mampu
hidup mandiri.serta tidak bergantung lagi pada orang tua baik dibidang ekonomi maupun
yang lainnya.
B.4 BHIKSUKA ASRAMA
Tahap yang terkhir adalah sannyasin. Bila seseorang laki- laki menjadi seorang sannyasin, ia
meninggalkan semua miliknya, segala perbedaan golongan,segala upacara ritual dan segala
keterikatan pada suatu negara, bangsa atau agama tertentu. Ia hidup sendiri dan
menghabiskan waktunya dalam meditasi. Bila ia mencapai keadaan yang indah dari
meditasinya yang mendalam, ia mengembirakan dalam dirinya sendiri. Ia sepenuhnyaa tak
tertarik pada kenikmatan duniawi. Ia bebas dari rasa suka dan tidak suka, keinginan,
keakuan,nafsu ,kemarahan, kesombongan dan ketamakan. Ia memiliki visi yang sama dan
pikiran yang seimbang dan ia mencintai semuanya. Ia mengembara dengan bahagia dan
menyebarkan brahma jnana atau pengetahuan sang diri. Ia sama ketika dihormati maupun
dicaci, dipuja dan dikecam, berhasil maupun gagal. Ia sekarang adalah atiwarnasrami yang
mengatasi warna dan asrama. Ia seorang laki laki yang bebas sepenuhnya. Ia tak terikat
oleh sutau kebiasaan adat masyarakat.
Sannyasin adalah seoang laki- laki idaman. Ia telah mecapai kesempurnaan dan kebebasan. Ia
adalah Brahman sendiri. Ia seoarang jiwanmukta atau seorang bijak yang bebas. Mulialah
tokoh pujaan seperti itu yang merupakan Tuhan yang hidup di dunia.
C. APLIKASI PENERAPAN CATUR ASRAMA PADA JAMAN MODERN
Pada saat ini, asrama tak dapat dihidupkan secara tepat sesuai dengan aturan rincian kuno,
karena kondisinya telah banyak sekali berubah, tetapi dapat dihidupkan kembali dalam
semangatnya, terhadap kemajuan yang besar dari kehidupan yang modern.
Kedamaian dan aturan akan berlaku dalam masyarakat , hanya apabila semua melaksanakan
kewajiban masing masing secara efektif. Penghapusan warna dan asrama akan memotong
akar dari kewajiban social masyarakat. Bagaimana bangsa dapat mengharapkan untuk hidup
bila warnasrama dharma tidak dilaksanakan secara tegar ?
Murid murid sekolah dan perguruan tinggi seharusnya menjalani suatu kehidupan yang
murni , sederhana serta focus pada mengejar ilmu pengetahuan stinggi-tingginya.
Kepala rumah tangga seharusnya menjalani kehidupan sebuah grhasta yang ideal, ia

seharusnya melaksanakan pengendalian diri, welas asih, toleransi, tidak merugikan, berlaku
jujur,dan kewajaran dalam segala hal. Selain itu, dengan berbekal ilmu dan keterampilan
yang memadai yang didapat pada masa brahmacari, seseorang diharapkan mendapat profesi
menjanjikan sesuai dengan keahliannya atau bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan
sendiri. Melalui media itu umat dapat mencari artha dan kama yang didasarkan atas dharma.
Sementara pada saat menapaki kehidupan wanaprasta, umat sesungguhnya dituntun untuk
mengasingkan diri dari hal-hal yang berbau keduniawian. Dulu, menapaki hidup wanaprasta
umat pergi ke hutan untuk menyepikan diri. Tetapi dalam konteks sekarang, hutan belantara
itu berada di tengah-tengah kita. Agar umat mampu menghindari diri dari kobaran api hawa
nafsu, yang memang memerlukan pengendalian diri.
Pada tahapan bhiksuka atau sanyasin, umat sangat baik mendalami hal-hal yang bernuasa
spiritual untuk mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, dan diharapkan umat sudah harus
mampu mengendalikan diri dari hawa nafsu dan keinginan duniawi dan dapat menjauhkan
diri dari sifat dan musuh yang ada dalam diri seperti sad ripu, sapta timira, sad atatayi, tri
mala serta yang sejenisnya.

YADNYA
A. PENGERTIAN
Yadnya merupakan korban suci yang tulus ikhlas. Dalam Bhagawadgita II.10 dijelaskan bahwa tujuan
kita melaksanakan yadnya adalah untuk mewujudkan hubungan harmonis antara Sang Hyang Widhi,
manusia dan alam dalam keterkaitan sbb:

Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Prajapati) beryadnya menciptakan manusia dan alam.

Manusia (Praja) beryadnya untuk Prajapati dan alam.

Sedangkan alam (kamadhuk) beryadnya untuk memberi kesejahteraan kepada manusia.


Ada lima bagian yadnya yang kita kenal dengan Panca Yadnya, yaitu:

Dewa Yadnya

Pitra Yadnya

Rsi Yadnya

Manusa Yadnya

Bhuta Yadnya

Berikut penjelasan dari masing-masing Yadnya.

B. PENJELASAN
1. Dewa Yadnya
Dewa Yadnya merupakan korban suci yang tulus ikhlas yang di tujukan kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa beserta para manifestasinya.Tujuannya adalah untuk berterima kasih atas
anugerah yang di berikan kepada kita serta memohon perlindungan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa. Pelaksanaan Dewa Yadnya ada dua macam yaitu secara Nitya dan Naimitika Karma.

Nitya Karma : Yadnya yang dilaksanakan setiap hari, contohnya sembahyang Tri Sandhya dan
Yadnya Sesa/ngejot.

Naimitika Karma :Yadnya yang dilakukan pada hari-hari tertentu saja. Misalnya hari Raya
Nyepi, Saraswati, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, dsb.

2. Pitra Yadnya
Pitra Yadnya yaitu korban suci dengan tulus ikhlas yang ditujukan kepada para leluhur.
Tujuannya adalah untu mendoakan para leluhur agar mendapatkan kebahagiaan abadi. Pelaksanaan
PitraYadnya sendiri juga bukan bererti kita hanya melaksanakan Pitra Puja untuk para nenek moyang
atau leluhur kita saja, tetapi dengan menghormati dan berbhakti kepada kedua orang tua-pun juga
merupakan pelaksanaan Pitra Yadnya.

3. Rsi Yadnya
Rsi Yadnya merupakan korban suci dengan tulus ikhlas yang di tujukan kepada para Rsi /
Guru yang telah mendidik dan membimbing kita. Bertujuan untuk menghargai dan menghormati atas
jasa-jasa mereka kepada kita.

4. Manusa Yadnya
Manusa Yadnya adalah korban suci yang tulus ikhlas kepada sesama manusia. Upacara ini
biasanya dilaksanakan semenjak manusia masih dalam kandungan hingga dewasa dan akhirnya tutup
usia. Secara umum tujuan pelaksanaan dari Manusa Yadnya secara umum adalah untuk memohon
waranugraha kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Contoh upacara manusa Yadnya yaitu : upacara
bayi dalam kandungan, pawiwahan, dsb.

5. Bhuta Yadnya
Bhuta Yadnya yaitu korban suci yang tulus ikhlas ditujukan kepada para Bhuta Kala dan para
makhluk bawahan lainnya.Tujuan dari Bhuta Yadnya sendiri adalah untuk menjaga keseimbangan
alam dan mencegah agar para Bhuta Kala tidak menggaggu kehidupan kita. Contoh pelaksanaan
Bhuta Yadnya yaitu :upacara Tawur Agung / Tawur Kasanga dan Yadnya Sesa.
Inilah daftar ritual agama yang dilakukan manusia Bali Hindu sesuai dengan tradisi di Bali:
Manusa Yadnya
Pegedong-gedongan, dilakukan saat kehamilan berumur 175 hari ( 6 bulan kalender). Upacara
pertama sejak tercipta sebagai manusia.
Bayi Lahir, upacara angayu bagia atas kelahiran. Perawatan terhadap ari-ari si bayi.
Kepus Puser, bayi mulai diasuh Hyang Kumara.
Ngelepas Hawon atau panglepas awon, dilaksanakan pada bayi berumur 12 hari.
Kambuhan, upacara bulan pitung dina (42 hari), perkenalan pertama si bayi memasuki tempat
sucipemrajan.
Nelu Bulanin / Nyambutin, upacara tiga bulanan (105 hari), penekanannya agar jiwatma sang bayi
benar-benar berada pada raganya.
Otonan (Oton Tuwun), upacara saat pertama bayi menginjakan kakinya pada Ibu Pertiwi (210 hari).
Tumbuh Gigi, upacara mohon berkah kepada Hyang Widhi agar gigi si bayi tumbuh dengan baik.
Meketus, si anak sudah tidak lagi diasuh Hyang Kumara (tidak lagi mebanten di pelangkiran Hyang
Kumara)
Menek Kelih atau Munggah Daha / raja sewala, upacara menginjak dewasa, saat-saat merasakan
getaran asmara.
Potong Gigi/metatah, simbolis pengendalian Sad Ripu.
Upacara Perkawinan,

medengen-dengenan (mekala-kalaan),
natab.
Pitra Yadnya,
Upacara Ngaben/Palebon, pengembalian panca maha buta.
Upacara Nyekah/Malagia Atma Wedana yang dilanjutkan dengan ngelingihin Betara Hyang
di merajan.
Dewa Yadnya,
Upacara Piodalan di Pura / Merajan
Butha Yadnya,
Pecaruan memohon ketentraman alam semesta / Bhuwana Agung
Rsi Yadnya,
Mawinten, mohon waranugraha utk mempelajari ilmu pengetahuan.
(Sebagai tambahan; Ekajati, Dwijati; Mediksa)

TRI RNA
Tri Rna berasal dari kata Tri dan Rna. Tri artinya tiga dan Rna artinya hutang. Jadi Tri Rna
artinya tiga hutang yang harus di bayar.
Adapun bagian-bagian dari Tri Rna adalah sebagai berikut :
a. Dewa Rna
Dewa Rna yaitu hutang yang harus dibayar kepada Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta para
manifestasinya, karena atas anugerah beliau kita dapat lahir dan hidup di dunia ini. Jadi, kita
berhutang kehidupan kepada Tuhan / Sang Hyang Widhi.
b. Pitra Rna
Pitra Rna yaitu hutang kepada leluhur /orang tua / nenek moyang kita. Kita lahir di dunia ini karena
ada orang tua. Orang tua yang mengandung, melahirkan dan membesarkan kita hingga dewasa. Jadi,
kita berhutang kasih saying kepada kedua orang tua kita.
c. Rsi Rna
Rsi Rna adalah hutang kepada para Rsi atau guru. Seorang Guru yang memberikan kita
pendidikan, membimbing kita untuk menjadi manusia yang berguna, menjadikan kita sisya yang baik
dan berbudi luhur. Sehingga kita dapat dikatakan berhutang ilmu pengetahuan kepada mereka.

Hubungan Antara Panca Yadnya dan Tri Rna


Jika di hubungkan keduanya, Panca Yadnya dan Tri Rna sangat erat kaitannya. Dimana pelaksanaan
dari Panca Yadnya adalah merupaka salah satu cara untuk membayar Rna atau hutang itu sendiri.

Adapun hubungan antara keduanya yaitu, Dewa Rna dapat dibayar dengan melaksanakan
Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya; Pitra Rna dapat kita bayar dengan melakukan Pitra Yadnya dan
Manusa Yadnya; serta Rsi Rna dapat dibayar melalui Rsi Yadnya dan Manusa Yadnya.
Demikianlah hubungan antara keduanya. Dimana Rna dapat dibayar oleh Yadnya itu sendiri,
tapi juga harus tetap dilandasi dengan rasa yang tulus dan ikhlas.

Anda mungkin juga menyukai