Anda di halaman 1dari 41

PANDUAN KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN


KABUPATEN MAGELANG

KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN


2016

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah
sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau
petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan

(green

productivity)

yang

berdampak

terhadap

pencemaran

lingkungan dan keselamatan bisnis rumah sakit yang terkait dengan


kelangsungan hidup rumah sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Namun harus
diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila ada pasien. Karena
itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan, dan
hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira
2400 tahun yang lalu yaitu primum, non nocere (first, do no ham). Namun diakui
dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit - menjadi semakin kompleks dan berpotensi
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan KTD (adverse event) apabila tidak
dilakukan dengan hati-hati.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non
profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.

Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan


baik dapat menyebabkan terjadinya KTD.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan
laporan yang mengagetkan banyak pihak: TO ERR IS HUMAN, Building a Safer
Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah
dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (adverse
event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New
York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka
kematian akibat KTD pada pasien rawat inap diseluruh Amerika yang
berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi
WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di
berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD
dengan rentang 3,2-16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera
melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (near miss)
masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan mal praktek,
yang

belum

tentu

sesuai

dengan

pembuktian

akhir.

Dalam

rangka

meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit maka Perhimpunan Rumah


Sakit Seluruh Indonesia (Persi) telah mengambil inisiatif membentuk Komite
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS). Komite tersebut telah aktif
melaksanakan langkah-langkah persiapan pelaksanaan keselamatan pasien
rumah sakit dengan mengembangkan laboratorium program keselamatan
pasien rumah sakit.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat dan
berdasarkan

atas

latar

belakang

itulah

maka

pelaksanaan

program

keselamatan pasien di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang perlu dilakukan.


Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang

terutama didalam melaksanakan keselamatan pasien sangat

diperlukan suatu pedoman yang jelas sehingga angka kejadian KTD dapat
dicegah sedini mungkin.

1.1 Tujuan Pedoman Keselamatan Pasien


1.1.1 Tujuan Umum :
Sebagai
Magelang

Pedoman

bagi

manajemen

RSUD

Muntilan

Kabupaten

untuk dapat melaksanakan program keselamatan pasien

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.


1.1.2 Tujuan Khusus :
1. Sebagai acuan yang jelas bagi manajemen RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang

didalam mengambil keputusan terhadap

keselamatan pasien.
2. Sebagai

acuan

bagi

petugas

RSUD

Muntilan

Kabupaten

Magelang untuk dapat meningkatkan keselamatan pasien.


3. Terlaksananya program keselamatan pasien secara sistematis
dan terarah.
1.2 .Manfaat :
1. Dapat meningkatkan mutu pelayananan yang berkualitas dan citra yang
baik bagi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
2. Agar seluruh petugas rumah sakit memahami tentang tanggung jawab
dan rasa nilai kemanusian terhadap keselamatan pasien di RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang .
3. Dapat meningkatkan kepercayaan antara petugas RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang dan pasien terhadap tindakan yang akan dilakukan
4. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.

BAB II
A. DEFINISI MANAJEMEN RESIKO
Resiko sama dengan ketidak pastian akan terjadinya suatu kejadian yang dapat
menimbulkan masalah atau kerugian ( Siahaan , 2007 ). Para birokrat,
esekutuf, industrialis, kaaryawan, mahasiswa, ibu rumah tangga, dokter,
perawat, perusahaan , rumah sakit selalu berhadapan dengan resiko. Kadang
kadang resiko dianalisis dan dikelola secara sadar tetapi kadang kadang
diabaikan dan tidak disadari akibatnya.
Tanpa diidentifikasi dianalisa dan dikelola maka risiko dapat mrugikan baik
individu,

organisasi

ataupun

perusahaan

jasa

maupun

manufactur.

Implementasi manajemen resiko diperlukan dalam aspek kehidupan manusia


termasuk didalamnya manajemen resiko pelayanan kesehatan.
Risk manajemen (manajemen resiko) didefinisikan sebagai suatu kegiatan klinis
dan administratif dalam rangka untuk mengidentifikasi, mengevalusi, dan
menurunkan resiko cedera bagi pasien ,staf, dan pengunjung serta resiko
kerugian bagi organisasi pelayanan itu sendiri ( The Joint Commission on
Accreditation of Healthcare Organization/CAHO 2002.
Jadi secara ringkas MRK adalah suatu usaha untuk mengelola risiko klinis agar
pasien mendapatkan pelayanan yang bermutu dan aman. Kadang kadang kita
dibingungkan dengan pertanyaan bagaimana sebenarnya hubungan antara
program keselamatan pasien dengan MRK
B. RISIKO DI RUMAH SAKIT
Risiko di rumah sakit ada 2 yaitu :
1) Risiko klinis ( clinical risk)
Yaitu semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan
pasien bermutu tinggi aman dan efektif.
2) Risiko non klinis ( corporate risk )
Yaitu semua isu yang dapat berdampak terhadap tercapainya tugas pokok
dan kewajiban hukum di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

Pelayanan dalam bidang kesehatan dapat dikatgorikan sebagai pelayanan yang


berisiko. Ada beberapa kelompok yang dapat mengalami risiko yaitu
pasien,tenaga kesehatan ( dokter, perawat dan tenaga lainnya ) serta institusi
pemberi pelayanan

KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Mengapa Keselamatan Pasien ?


Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu
pada 3 (tiga) elemen yaitu input, proses dan output sampai outcome dengan
bermacam macam konsep dasar, program regulasi yang berwenang misalnya
antara lain penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Penerapan Quality
Assurance,

Total

Quality

Management,

Countinous

Quality

Improvement,

Perizinan, Akreditasi, Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical


Governance, ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui program-program tersebut
telah meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit baik pada aspek input,
proses maupun output dan outcome. Namun harus diakui, pada pelayanan
yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir
dengan

tuntutan

hukum.

Oleh

sebab

itu

perlu

program

untuk

lebih

memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat merupakan


kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah melalui
rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan
haknya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan
pasien (patient safety). Dengan meningkatnya keselamatan pasien rumah sakit
diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit dapat
meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD, yang
selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa
rumah sakit ke arena blamming, menimbulkan konflik antara dokter/petugas
kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis, tuntutan dan proses
hukum, tuduhan malpraktek,

blow-up ke media massa yang akhirnya

menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit. Selain itu rumah
sakit

dan dokter bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi,

pengacara dsb. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang, bahkan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
2. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

3. Tujuan :
-

Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

4. Programme WHO, World Alliance for Patient Safety


Pada Januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan
kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan
diterbitkan sebagai Resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health
Assembly ke 57 Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi International untuk
peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient
Safety, dan ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.

World Alliance for patient safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan
10 program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb :
1. Global Patient Safety Challenge :
Ist Challenge : 2005-2006 : Clean Care is Safer Care,
2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Lives
2. Patient for Patient Safety
3. Taxonomy for Patient Safety
4. Research for Patient Safety
5. Solutions for Patient Safety
6. Reporting and Learning
7. Safety in action
8. Technology for Patient Safety
9. Care of acutely ill patients
10. Patient safety knowledge at your fingertips

5. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint
Commission International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai
tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara,
dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamtan pasien, dan mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan
keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient
Safety resmi menerbitkan panduan Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
(Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike
Medication Names)
2. Pastikan Identifikasi pasien

3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien


4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan infeksi
nosokomial

BAB III
KONSEP KESELAMATAN PASIEN
1. Definisi
Konsep keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko, Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
6. Istilah dan definisi dalam keselamatan pasien
1) keselamatan / safety

Bebas dari bahaya atau resiko( hazard)


2) hazard/ bahaya
Adalah suatu Keadaan, Perubahan atau Tindakan yang dapat
mengakibatkan resiko pada pasien
a) Kadaan
Adalah suatu faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu
peristiwa keselamatan pasien (patient safety)
b) Agen
Adalah subtansi, obyek atau system yang menyebabkan perubahan
3) Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden danm
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
4) Harm/cedera
Dampak yang terjadi akibat gangguan struktur atau penurunan fungsi
tubuh dapat berupa fisik,mental dan psikologi.
Yang termasuk harm adalah penyakit,cedera, cacat dan kematian
a. Penyakit/Disease
Disfungsi fisik maupun psikis
b. Cedera/Injury
Kerusakan jaringan yang diakibatkan agent/cedar
c. Penderitaan / Suffering
Pengalaman/gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise,
mual, muntah, depresi, agitasi dan ketakutan

5) Insiden keselamatan pasien (IKP) /Patient Safety Incident yang selanjutnya


disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien,terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera,
Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera.
6) Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC
Disebut juga dengan Reportable Circumtance adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

7) Kejadian Tidak Diharapkan/Adverse Event


Selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
8) Kejadian Nyaris Cedera /NearMiss
Selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien.
9) Kejadian Tidak Cedera,
Selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tetapi tidak timbul cedera.
10)

Kejadian sentinel

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.
11)

Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut

pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran.
12)

Laporan insiden keselamatan pasien ke KKP Komite keselamatan

pasien( Eksternal ) Pelaporan secara anonym dan tertulis ke KKP setiap


Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau Kejadian Nyaris Cedera (KNC) yang
terjadi pada pasien,telah dilakukan analisa penyebab , rekomendasi dan
solusinya.
13)

Faktor contributor

Adalah keadaan tindakan atau factor yang mempengaruhi dan berperan


dalam mengembangkan dan atu meningkatkan resiko suatu kejadian
( misalnya pembagian tugas yang tidak sesuai kebutuhan )
Contoh
a. Faktor kontributor diluar organisasi (Eksternal )
b. Faktor kontributor didalam organisasi (Internal ). Mis tidak ada prosedur
c. Faktor kontributor yang berhubungan dengan petugas ( Kognitif atau
perilaku petugas yang kurang, lemahnya supervise, kurangnya informasi
atau komunikasi
d. Faktor contributor yang brhubungan dengan keadaan pasien.

14)

Anailisa Akar Masalah/ Root Couse Analysh (RCA)

Adalah suatu proses berulang yan sistematis dimana faktor- factor yang
berkontribusi dalam suatu insiden diidentifikasi dengan merekonstruksi
kronologis kejadian menggunakan pertanyaan kenapa yang diulang hingga
menemukan akar penyebabnya dan penjelasannya. Pertanyaan kenapa
harus ditanyakan hingga tim investigator mendapatkan fakta bukan hasil
spekulasi.

Bebas dari bahaya atau resiko( hazard)

Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan.

7. Programme WHO, World Alliance for Patient Safety


Pada Januari 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan
kemudian diajukan pada World Health Assembly ke 55 Mei 2002, dan
diterbitkan sebagai Resolusi WHA55.18. Selanjutnya pada World Health
Assembly ke 57 Mei 2004, diputuskan membentuk aliansi International untuk
peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan World Alliance for Patient
Safety, dan ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai Ketua.
World Alliance for patient safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program
keselamatan pasien, dan tahun 2005 menambah 4 program lagi, keseluruhan
10 program WHO untuk keselamatan pasien adalah sbb :
1. Global Patient Safety Challenge :
Ist Challenge : 2005-2006 : Clean Care is Safer Care,
2nd Challenge : 2007-2008 : Safe Surgery Safe Lives
2. Patient for Patient Safety

3. Taxonomy for Patient Safety


4. Research for Patient Safety
5. Solutions for Patient Safety
6. Reporting and Learning
7. Safety in action
8. Technology for Patient Safety
9. Care of acutely ill patients
10. Patient safety knowledge at your fingertips

8. Sembilan Solusi Keselamatan Pasien di Rumah Sakit


WHO Collaborating Centre for Patient Safety, dimotori oleh Joint
Commission International, Suatu badan akreditasi dari Amerika Serikat, mulai
tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien dari lebih 100 Negara,
dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamtan pasien, dan mencari solusi berupa sistem atau intervensi sehingga
mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien dan meningkatkan
keselamatan pasien. Pada tgl 2 Mei 2007 WHO Colaborating Centre for Patient
Safety resmi menerbitkan panduan Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
(Sembilan Solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Sembilan topik yang diberikan solusinya adalah sbb:
10.

Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-

Alike Medication Names)


11.

Pastikan Identifikasi pasien

12.

Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien

13.

Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

14.

Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)

15.

Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan

16.

Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)

17.

Gunakan alat injeksi sekali pakai

18.

Tingkatkan kebersihan tangan (Hand hygiene) untuk pencegahan

infeksi nosokomial

BAB III
TUJUH LANGKAH
MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka RSUD Muntilan Kabupaten


Magelang

harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,

memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara


intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja mutu serta
keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi,misi, dan tujuan RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang

, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,

kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi
risiko bagi pasien sesuai dengan Tujuh Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Berkaitan hal tersebut diatas maka perlu ada kejelasan perihal tujuh langkah
keselamatan pasien rumah sakit tersebut
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah
sebagai berikut:
1. BANGUN KESADARAN AKAN NILAI KESELAMATAN PASIEN
Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Langkah penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang telah memiliki kebijakan yang
menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden,

bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan


dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga

RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

telah memiliki kebijakan dan

prosedur yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana


ada insiden.

RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

telah berupaya menumbuhkan

budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit.

Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan


pasien.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim :


Pastikan semua rekan sekerja merasa mampu untuk

berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana


ada insiden
Demonstrasikan kepada seluruh personil ukuran-ukuran

yang dipakai di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang untuk memastikan


semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran
serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat

2. PIMPIN DAN DUKUNG STAF ANDA


Bangunlah

komitmen

dan

fokus

yang

kuat

dan

jelas

tentang

Keselamatan Pasien di seluruh jajaran RSUD Muntilan Kabupaten Magelang


.

Langkah penerapan :
A. Tingkat Rumah Sakit :
Direksi bertanggung jawab atas keselamatan pasien
Telah dibentuk Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien yang ditugaskan
untuk menjadi penggerak dalam gerakan keselamatan pasien

Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat jajaran Direksi


maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
Keselamatan Pasien menjadi materi dalam semua program orientasi
dan pelatihan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

. dan

dilaksanakan evaluai dengan pre dan post test.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim :


Semua pimpinan unit kerja wajib memimpin

gerakan Keselamatan

Pasien
Selalu jelaskan kepada seluruh personil relevansi dan pentingnya serta
manfaat bagi mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
Tumbuhkan sikap kesatria yang menghargai pelaporan insiden

3. INTEGRASIKAN AKTIVITAS PENGELOLAAN RISIKO


Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan
identifikasi dan asesmen hal yang potensial bermasalah

Langkah penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
Telaah kembali input dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan non klinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf
Kembangkan

indikator-indikator

kinerja

mutu

dan

Insiden

Keselamatan Pasien (IKP) bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat


dimonitor oleh Direksi/Manajer RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim:


Dalam setiap rapat koordinasi selalu laksanakan diskusi tentang halhal yang berkaitan dengan Keselamatan Pasien guna memberikan
umpan balik kepada Manajer terkait
Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambilah langkah-langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut
Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.

4. KEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN


Pastikan

staf

anda

agar

dengan

mudah

dapat

melaporkan

kejadian/insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada Komite


Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS)
Langkah penerapan :
A. Tingkat Rumah Sakit

Sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar rumah sakit mengacu


pada Pedoman Keselamatan Pasien RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim :


Berikan semangat kepada seluruh personil untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap
terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.

5. LIBATKAN DAN BERKOMUNIKASI DENGAN PASIEN


Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
Langkah penerapan :
A. Tingkat Rumah Sakit :
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang memiliki kebijakan dan pedoman
yang jelas tentang cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan
tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya.
Seluruh staf RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

terkait harus

mampu memastikan bahwa pasien dan keluarga mendapat informasi


yang benar dan jelas bilamana terjadi insiden.
Seluruh

jajaran

manajerial

harus

mampu

memberi

dukungan,

pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka


kepada pasien dan keluarganya.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim :


Pastikan seluruh personil menghargai dan mendukung keterlibatan
pasien dan keluarganya bila telah terjadi insiden.
Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas
dan benar secara tepat.

Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada


pasien dan keluarganya.

6. BELAJAR

DAN

BERBAGI

PENGALAMAN

TENTANG

KESELAMATAN

PASIEN
Seluruh staf harus mampu untuk melakukan analisis akar masalah untuk
belajar bagaimana dan mengapa KTD itu timbul.

Langkah penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit:
Pastikan staf yang tekait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab
Kembangkan

kebijakan

yang

menjabarkan

dengan

jelas

kriteria

pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) yang


mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA)
untuk proses risiko tinggi.

B. Tingkat Unit Kerja/Tim:


Diskusikan dalam jajaran unit/tim pengalaman dari hasil analisis
insiden.
Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.

7. CEGAH CEDERA MELALUI IMPLEMENTASI SISTEM KESELAMATAN


PASIEN

Gunakan informasi yang ada tentang kejadian / masalah untuk


melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Langkah Penerapan:
A. Tingkat Rumah Sakit :
Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi.
Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (inputr dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.

Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.

Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh KKPRS-PERSI.

Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil
atas insiden yang dilaporkan.
B. Tingkat Unit Kerja/Tim :
Libatkan seluruh personil dalam mengembangkan berbagai cara untuk
membuat asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
Telaah kembali perubahan-perubahan yang telah dibuat dan pastikan
pelaksanaannya.
Pastikan seluruh personil menerima umpan balik atas setiap tindak
lanjut tentang insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang


komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut
secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan,
tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Dapat
dipilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan. Bila
langkah-langkah ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum
dilaksanakan

Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik maka dapat menambah
penggunaan metoda-metoda lainnya.

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. Rumah Sakit
1. Rumah sakit wajib melakukan pencatatan dan pelaporan insiden yang meliputi
kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC ), Kejadian Tidak
Cedera( KTC) Kondisi Potensial Cedera (KPC) dan kejadian sentinel.
2. Pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan Pasien (IKP) mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Persi.
3. Pelaporan insiden terdiri dari :
a. Pelaporan internal yaitu mekanisme/alur pelaporan KPRS di internal RSUD
Muntilan Kabupaten Magelang

b. Pelaporan eksternal yaitu pelaporan dari RSUD Muntilan Kabupaten


Magelang ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4. Panitia Mutu dan Kerja Keselamatan Pasien RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan dan membuat
laporan kegiatan kepada Direktur Rumah Sakit secara berkala.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

1. Seluruh jajaran manajemen RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

secara

berkala melakukan monitoring dan evaluasi program keselamatan pasien yang


dilaksanakan oleh Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang .
2. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
secara berkala (paling lama 2 tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan
dan prosedur keselamatan pasien yang dipergunakan di RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang .
3. Panitia Mutu dan Keselamatan Pasien RSUD Muntilan Kabupaten Magelang
melakukan evaluasi kegiatan setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya

Lampiran 1 :

Deklarasi Jakarta
Pasien untuk Keselamatan Pasien
di Negara-negara South-East Asia Region

Kami,
Pasien, konsumen pendukung, para profesional pelayanan kesehatan, pembuat
kebijakan dan wakil lembaga swadaya masyarakat, asosiasi profesional dan dewan
pengarah, setelah dipaparkan pada isu keselamatan pasien pada WHO regional work
shop tentang pasien untuk Keselamatan Pasien , 17-19 Juli 2007, di Jakarta,
Indonesia.
Mengacu pada Resolution SEA/RC59/53

tentang Promoting Patient Safety in

Health Care, yang diadopsi pada Sesi yang 59 thn Regional Committee untuk Asia
Tenggara, yang mencatat keprihatinan atas banyaknya korban manusia dan biaya
akibat kejadian tidak diharapkan (adverse events) dan lingkaran setan adverse
events, tuntutan hukum dan praktek kedokteran yang defensive, dengan ini
mendesak Negara-negara Anggota untuk melibatkan para pasien , asosiasi konsumen,
para pekerja pelayanan kesehatan dan asosiasi profesional dalam membangun sistem
asuhan kesehatanyang lebih aman dan menciptakan suatu budaya keselamatan di
dalam institusi pelayanan kesehatan.
Dengan diilhami oleh Patients for Patient Safety London Declaration yang
didukung oleh WHO World Alliance for Patient Safety.
Menimbang rekomendasi WHO Regional Workshop yang pertama tentang
Patient Safety, 12-14 Juli 2006, di New Delhi, India,
1. Menyatakan bahwa tidak boleh ada pasien menderita cedera yang dapat dicegah ;
2. Menyepakati bahwa pasien adalah pusat dari semua upaya keselamatan pasien;
3.

Menyatakan bahwa rasa takut disalahkan dan hukuman seharusnya tidak


menghalangi komunikasi yang terbuka dan jujur antara pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan;

4. Mengakui bahwa kami harus bekerja dalam pola kemitraan untuk mencapai
perubahan prilaku utama dan sistem yang dibutuhkan untuk penerapan
keselamatan pasien di regional kami;
5. Percaya bahwa :

Transparansi,tanggungjawab dan pendekatan manusiawi adalah yang utama


pada suatu sistem pelayanan kesehatan yang aman;

dasar hubungan adalah saling percaya dan saling menghormati antara para
profesional pelayanan kesehatan dan pasien ;

Pasien dan pendampingnya perlu mengetahui mengapa suatu pengobatan


diberikan
mereka

dan diberitahu tentang semua risiko, kecil atau besar, sehingga

dapat

mengambil

bagian

di

dalam

keputusan-keputusan

yang

berhubungan dengan asuhan kepada mereka;

Pasien perlu mempunyai akses kepada rekam medis nya;

6. Mengakui bahwa ketika cedera terjadi :

Harus ada suatu sistem dimana kejadian itu dapat dilaporkan dan diperiksa
secara rahasia;

Pasien

dan

keluarganya

harus

memperoleh

informasi

dan

dukungan

Pemberi pelayanan yang terlibat pada cedera yang tak disengaja

perlu juga

sepenuhnya;

menerima dukungan;

Tindakan korektif harus diambil untuk mencegah cedera di masa depan dan
pelajaran yang didapat perlu disebarluaskan;

Harus ada suatu mekanisme untuk kompensasi yang wajar atas kerugian
pasien dan keluarganya;

7. Komit terhadap :

Pemberdayaan konsumen melalui pendidikan yang jujur dan tulus;

Bekerjasama dengan media untuk mendorong pelaporan yang bertanggung


jawab dan untuk berkesempatan mendidik masyarakat;

Partisipasi aktif konsumen di dalam pelaporan kejadian tidak diharapkan;

Komunikasi dua arah antar pasien dan pemberi pelayanan kesehatan untuk
mendorong adanya tanya jawab;

Wakil pasien yang bermakna dalam komite keselamatan pasien dan forumforum;

8. Berikrar melalui upaya yang berkesinambungan untuk mencapai sasaran sbb :

Berfungsinya sistem mutu dan keselamatan pasien pada setiap sarana


pelayanan

kesehatan,

baik

pemerintah

maupun

swasta,

mulai

dengan

pembentukan suatu komite keselamatan pasien dan dalam suatu sistem


pelaporan kejadian tidak diharapkan dan sistem tanggapannya;

Taat pada pedoman berbasis bukti dan etik dan menghindari pengobatan yang
irrasional seperti pemberian obat, pemeriksaan dan operasi yang tidak perlu;

Pendidikan kedokteran berkelanjutan untuk para profesional kesehatan;

Konsep keselamatan pasien yang terintegrasi ke dalam pelatihan para


professional kesehatan;

Indikasi yang rasional untuk admisi pasien pada setiap sarana pelayanan
kesehatan;

Lampiran 2
FORMULIR LAPORAN INSIDEN INTERNAL di RS
Rumah Sakit
RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 X 24
JAM
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)

I. DATA PASIEN
Nama

: ...

No MR

: Ruangan :

Umur *

Jenis kelamin :

0-1 bulan
> 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun > 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun

Laki-laki

Perempuan

Penanggung biaya pasien:


Pribadi
ASKES Pemerintah
JAMKESMAS

Asuransi Swasta
Perusahaan *

Tangggal Masuk RS : Jam .

II. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal
2. Insiden

Jam .

3. Kronologis Insiden :
..
..
..
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse
(Sentinel Event)

Event) Kejadian Sentinel

5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *


Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain
... (sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain

(sebutkan)

Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3


RS
7. Insiden menyangkut pasien

Pasien rawat inap


Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain

8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian (sebutkan)
(Tempat pasien berada)
9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)
Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya

Anak dan Subspesialisasinya


Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Ginekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anestesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lokasi kejadian ................... (sebutkan)
10. Unit Kerja tempat terjadinya insiden
Unit kerja

.................... (sebutkan)

11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *


Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :
.....
.
.
13. Tindakan dilakukan oleh *
Tim : terdiri dari : ....
Dokter
Perawat
Petugas lainnya : .
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
Ya

Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini.


Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja
tersebut untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?
..
..

.
Pembuat
Laporan

: ..

Penerima Laporan : ..

Paraf

: .

Paraf

: ..

Tgl Terima

: .

Tgl Lapor

: ..

Grading Risiko Kejadian * (Diisi oleh atasan pelapor) :


BIRU

HIJAU

NB.* = pilih satu jawaban.

KUNING

MERAH

Lampiran 3 :

Formulir Laporan Insiden Keselamatan Pasien ke KKP-RS

KOMITE KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT


LAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
KKP-RS
(Patient Safety Incident Report)

Laporan ini hanya dibuat jika timbul kejadian yang menyangkut pasien. Laporan
bersifat anonim, tidak mencantumkan nama, hanya diperlukan rincian kejadian,
analisa penyebab dan rekomendasi.

Untuk

mengisi

laporan ini

sebaiknya

dibaca

Pedoman

Pelaporan

Insiden

Keselamatan Pasien (IKP), bila ada kerancuan persepsi, isilah sesuai dengan
pemahaman yang ada.

Isilah semua data pada Laporan Insiden Keselamatan Pasien dengan lengkap.
Jangan dikosongkan agar data dapat dianalisa.

Segera kirimkan laporan ini langsung ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(KKP-RS).

KODE RS :
1. DATA RUMAH SAKIT :
Kepemilikan Rumah Sakit :

Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah (Provinsi / Kab / Kota)
TNI /POLRI
Swasta
BUMN / BUMD

Jenis RS :
RS Umum
RS Khusus
RSIA
RS Paru
RS Mata
RS Orthopedi
RS Jantung
RS Jiwa
RS Kusta
RS Khusus lainnya
Kelas RS

A
B
C
D

Untuk RS Swasta menyesuaikan misal RS Pratama setara dengan RS kelas D, RS


Madya setara dengan RS Kelas C dst.
Kapasitas tempat tidur : .......tempat tidur
Propinsi (lokasi RS) : ..
Tanggal Laporan Insiden di kirim ke KKP-RS : .........
II. DATA PASIEN
Umur *

Jenis kelamin

Laki-laki

0-1 bulan
> 1 bulan 1 tahun
> 1 tahun 5 tahun > 5 tahun 15 tahun
> 15 tahun 30 tahun
> 30 tahun 65 tahun
> 65 tahun
Perempuan

Penanggung biaya pasien :


Pribadi
Asuransi Swasta
ASKES Pemerintah Perusahaan *
JAMKESMAS
Tanggal Masuk RS

.............................................

Jam : ..........................

III. RINCIAN KEJADIAN


1. Tanggal dan Waktu Insiden
Tanggal

.............................................

Jam : ..........................

2. Insiden

.......

3. Kronologis Insiden
......
..
.
4. Jenis Insiden * :
Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)
Kejadian Tidak Diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel
Event)
5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden *
Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya
Pasien
Keluarga / Pendamping Pasien
Pengunjung
Lain-lain (sebutkan)
6. Insiden terjadi pada * :
Pasien
Lain-lain (sebutkan)
Mis : Karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS
7. Insiden menyangkut pasien

Pasien rawat inap


Pasien rawat jalan
Pasien UGD
Lain-lain

8. Tempat Insiden
Lokasi kejadian (sebutkan)
(Tempat pasien berada)

9. Insiden terjadi pada pasien : (sesuai kasus penyakit / spesialisasi)

Penyakit Dalam dan Subspesialisasinya


Anak dan Subspesialisasinya
Bedah dan Subspesialisasinya
Obstetri Gynekologi dan Subspesialisasinya
THT dan Subspesialisasinya
Mata dan Subspesialisasinya
Saraf dan Subspesialisasinya
Anastesi dan Subspesialisasinya
Kulit & kelamin dan Subspesialisasinya
Jantung dan Subspesialisasinya
Paru dan Subspesialisasinya
Jiwa dan Subspesialisasinya
Lain-lain . (sebutkan)

10. Unit / Departemen terkait yang menyebabkan insiden


Unit kerja penyebab ..... (sebutkan)
11. Akibat Insiden Terhadap Pasien *
Kematian
Cedera Irreversibel / Cedera Berat
Cedera Reversibel / Cedera Sedang
Cedera Ringan
Tidak ada cedera
12. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :

13. Tindakan dilakukan oleh *

Tim : terdiri dari : .


Dokter
Perawat
Petugas lainnya : ...

14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain ? *
Ya
Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah ini.
Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada unit kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama ?

IV. TIPE INSIDEN


Tipe Insiden

Sub Tipe Insiden

V. ANALISA PENYEBAB INSIDEN


Dalam pengisian

penyebab

langsung atau akar penyebab

masalah dapat

menggunakan factor kontributor (bisa pilih lebih dari 1)


a. Faktor Eksternal / di luar RS
b Faktor Organisasi dan Manajemen
c. Faktor Lingkungan kerja
d. Faktor Tim
e. Faktor Petugas dan Kinerja
f. Faktor Tugas
g. Faktor Pasien
h. Faktor Komunikasi
1. Penyebab langsung (Direct / Proximate / Immediate Cause)
..
..
..
2. Akar penyebab masalah (underlying root cause)
.
.
.

3. Rekomendasi / solusi
No

NB *
Saran

Akar Masalah

Rekomendasi / Solusi

= Pilih satu jawaban, kecuali bila berpendapat lain.


: Baca Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)

GLOSARIUM KKP-RS

No

Istilah

Definisi / Penjelasan

Keselamatan
Rumah Sakit
safety)

Pasien Suatu sistem dimana rumah sakit


(Patient membuat asuhan pasien lebih aman. Hal
ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien; pelaporan dan
analisis insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem ini mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.

Kejadian Tidak Diharapkan Suatu kejadian yang tidak diharapkan


(KTD) (Adverse event)
yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. Cedera
dapat diakibatkan oleh kesalahan medis
atau bukan kesalahan medis karena tidak
dapat dicegah.

KTD yang tidak dapat Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak
dicegah
dapat dicegah dengan pengetahuan yang
(Unpreventable adverse
mutakhir.
event)

Kejadian Nyaris Cedera


(KNC) (Near miss)

Suatu kesalahan akibat melaksanakan


suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi,
karena keberuntungan (mis, pasien
terima suatu obat kontra indikasi tetapi
tidak
timbul
reaksi
obat),
karena
pencegahan (suatu obat dengan overdosis
lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum

obat diberikan), atau peringanan (suatu


obat dengan overdosis lethal diberikan,
diketahui secara dini lalu diberikan
antidotenya).

Kesalahan Medis (Medical


errors)

Kesalahan yang terjadi dalam proses


asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.
Kesalahan
termasuk
gagal
melaksanakan sepenuhnya suatu rencana
atau menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat
melaksanakan
suatu
tindakan
(commission)
atau
tidak
mengambil
tindakan
yang
seharusnya
diambil
(omission).

Insiden Keselamatan
Pasien (Patient Safety
Incident)

Setiap kejadian yang tidak disengaja dan


tidak
diharapkan,
yang
dapat
mengakibatkan
atau
berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.

Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit

Suatu sistem untuk mendokumentasikan


insiden yang tidak disengaja dan tidak
diharapkan, yang dapat mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera
pada
pasien.
Sistem
ini
juga
mendokumentasikan
kejadian-kejadian
yang tidak konsisten dengan operasional
rutin rumah sakit atau asuhan pasien.

Analisis Akar Masalah


(Root Cause Analysis)

Suatu
proses
terstruktur
untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
terjadinya
penyimpangan
kinerja,
termasuk KTD.

Manajemen Risiko (Risk


Management)

Dalam hubungannya dengan operasional


rumah sakit, istilah manajemen risiko
dikaitkan kepada aktivitas perlindungan
diri yang berarti mencegah ancaman yang
nyata atau berpotensi nyata terhadap
kerugian keuangan akibat kecelakaan,
cedera atau malpraktik medis.

Kejadian Sentinel (Sentinel


Event)

Suatu KTD yang mengakibatkan kematian


atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk
kejadian
yang
sangat
tidak
diharapkan atau tidak dapat diterima
seperti: operasi pada bagian tubuh yang
salah. Pemilihan kata sentinel terkait
dengan keseriusan cedera yang terjadi
(mis. amputasi pada kaki yang salah, dsb)
sehingga
pencarian
fakta
terhadap
kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan
prosedur yang berlaku.

10

Anda mungkin juga menyukai