PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung ( C=N), yang terdiri dari 3
buah atom karbon yang berikatan dengan atom Hidrogen. Secara spesifik,
sianida adalah anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid,
setiap senyawa tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun.
Sianida dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki
sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (
Hidrogen Sianida ) dan KCN ( Kalium Sianida ).1
Baik di luar negeri maupun di Indonesia jumlah kasus keracunan karena
kecelakaan atau pun peracunan (kasus pembunuhan denga racun) semakin
marak dan tampak meningkat terus.
Kasus orang yang meninggal karena diracun bahan kimia bukan pertama kali
terjadi. Sebelumnya kasus orang meninggal karena di racun menimpa orangorang penting di dunia, di antaranya :
-
material Radioaktif.
Alexander Litvinenko, mantan petinggi intelijen Rusia yang tewas
sianida.
Theodore Romzha, uskup gereja katolik Ruthenia yang tewas diracun
dengan curare dari tanaman liana.
dengan thallium.
Yasser Arafat, pemimpin Palestina Liberation Organization yang tewas
diracun.
Grigori Rasputin, pewaris Prince Alexsei Rusia yang tewasdiracun
dengan sianida.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Intoksikasi dan Sianida.
Intoksikasi adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat
menjadi racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya.2
Racun adalah suatu zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan secara
faali, yang dalam dosis toksik, selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh yang
dapat berakhir dengan penyakit atau kematian. Racun dapat masuk ke dalam
tubuh melalui udara yang dihirup pada saat bernafas (inhalasi), ditelan (peroral),
melalui penyutikan (parenteral atau injeksi), penyerapan melalui kulit yang
sehat atau sakit, atau dapat pula melalui anus atau vagina. Setelah masuk ke
dalam tubuh racun dapat bereaksi secara lokal, sistemik atau keduanya. Racun
dapat bekerja secara lokal dan akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat, tidak
jarang disertai dengan perforasi. Sebagian dari racun dapat masuk ke dalam
darah dan menimbulkan efek sistemik seperti penekanan pusat nafas. Efek
sistemik ini dikarenakan racun mempunyai afinitas terhadap salah satu organ
atau sistem. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu narkotika, barbiturat,
alkohol, digitalis, asam oksalat, karbon monoksida, sianida, dan intektisida
golongan chlorinated hydrocarbon.2
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan yang telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu.Sianida banyak digunakan pada saat perang dunia
pertama.Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian
dalam jangka waktu beberapa menit.Sianida terdapat dalam berbagai bentuk,
salah satu nya adalah hidrogen sianida yang berbentuk cairan tidak berwarna
atau pada suhu kamar berwarna biru pucat. Bentuk lain sianida ialah sodium
sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.5
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap
produk yang biasa kita makan atau gunakan.Sianida dapat diproduksi oleh
bakteri, jamur dan ganggang. Sianida ditemukan pada rokok, asap kendaraan
bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan
singkong. Sianida banyak digunakan pada industri terutama dalam pembuatan
garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida.6
Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan
sendiri
kimia sianida bermacam-macam; mulai dari rasa nyeri pada kepala, mual
muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat sampai korban tidak
sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan mengakibatkan
kematian. Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena
prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak
dengan zat toksik tersebut.Dalam pemeriksaan forensik, diagnosis keracunan
sianida pada orang hidup terutama tergantung dari riwayat kontak dengan racun
sianida atau yang dicurigai sumber racun sianida dan gejala serta tanda yang
diperlihatkan pasien. Sementara pada postmortem pembuktiannya melalui
pemeriksaan dari jaringan-jaringan yang dilalui oleh sianida sesuai dengan rute
masuknya ke dalam tubuh.7
Dalam masyarakat dikenal berbagai jenis racun dan akibatnya terhadap tubuh
manusia. Untuk mengenali racun apa yang terlibat dalam suatu peristiwa
diperlukan pengetahuan khusus tentang jenis dan penempakan racun baik di
dalam maupun diluar tubuh. Toksikologi adalah ilmu khusus yang mempelajari
sumber, sifat dan khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan
serta kelainan yang didapatkan pada korban meninggal.8
2.2.
dari sebuah karbon atom yang terikat ganda tiga dengan sebuah atom nitrogen.
Sianida secara spesifik adalah anion CN-. Sianida dapat berbentuk gas, cair, atau
padat dan berbentuk molekul, ion, atau polimer. Singkatnya semua bahan yang
dapat melepaskan ion sianida (CN -) sangat toksik.Substansi dengan kandungan
5
sianida sebenarnya telah digunakan sebagai racun sejak berabad-abad yang lalu
akan tetapi sianida yang sesungguhnya baru dikenal pada tahun 1782. Sianida
pertama kali diidentifikasi oleh ahli kimia yang berasal dari Swedia, bernama
Scheele, yang kemudian meninggal akibat keracunan sianida di dalam
laboratoriumnya.8
Penggunaan sianida sebagai senjata pada peperangan dimulai berabad-abad
tahun yang lalu oleh tentara kerajaan Romawi. Napolen III menggunakan
sianida pada bayonet tentaranya. Selama perang dunia pertama Francis, dan
Austria telah menggunakan sianida dalam berbagai bentuknya seperti gas asam
hidrosianik, Cyanogen chlorida. Nazi, Jerman bahkan menggunakan sianida
dalam bentuk sianogen bromida yang terkenal dengan nama Zyklon B untuk
membunuh ribuan rakyat sipil dan tentara musuh. Dewasa ini, sianida lebih
banyak digunakan untuk kepentingan ekonomi. Ratusan bahkan ribuan ton
sianida dibentuk oleh dunia tiap harinya. Sianida banyak digunakan untuk
bidang kimia, pembuatan plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi, anti
jamur dan racun tikus. Beberapa bentuk-bentuk sianida yaitu
1. Hidrogen Sianida (HCN) adalah cairan atau gas yang tidak
berwarna atau biru pucat dengan bau seperti almond. Nama lainnya
adalah asam hidrosianik dan asam prussik. HCN dipakai sebagai
stabilizer untuk mencegah pembusukan.
2. Sodium Sianida adalah bubuk kristal putih dengan bau seperti
almond. Nama lainnya adalah asam hidrosianik,sodium. Bentuk
cair dari bahan ini sangat alkalis dan cepat berubah menjadi
hidrogen sianida jika kontak dengan asam atau garam dari asam.
3. Potasium Sianida (KCN) adalah bahan padat berwarna putih
dengan bau sianida yang khas. Nama lainnya adalah asam
hidrosianik, garam potasium. Bentuk cair dari bahan ini sangat
alkalis dan cepat berubah menjadi hidrogen sianida jika kontak
dengan asam atau garam dari asam.
2.4.
Dalam tubuh sianida akan cepat bereaksi membentuk hidrogen sianida yang
mempunyai afinitas kuat terhadap gugus Fe heme dari sitokrom a3 atau yang
lebih dikenal dengan sitokrom c oksidase, oksidase terminal pada rantai transfer
electron. Pembentukan ikatan sitokrom c oksidase CN yang stabil pada
mitokondria akan menghambat transfer oksigen dan menghentikan respirasi
2.5.
intoksikasi. Yang pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian dan yang
kedua untuk mengetahui seberapa jauh racun atau keracunan mempengaruhi
terjadinya suatu peristiwa semisal kecelakaan lalu lintas, pembunuhan dan
perkosaan. Pendekatan yang dilakukan pada kedua tujuan ini berbeda. Untuk
tujuan yang pertama perlu dibuktikan adanya racun dalam jumlah yang
10
mematikan tidak demikian halnya dengan tujuan kedua. Tujuan kedua lebih
mementingkan rekontruksi kasus dan pembuktian bahwa racun memang
berperan dalam peristiwa tersebut.6
1. Tanda dan Gejala Intoksikasi Sianida
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul
secara progresif.Akan tetapi, gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat
tergantung dari dosis sianida, banyaknya paparan, jenis paparan, dan bentuk dari
sianida.Sianida berefek pada banyak sistem organ, seperti pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan
sistem metabolisme. Penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena
iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Hal
yang khusus yang dapat diperhatikan pada penderita dengan keracunan sianida
adalah adanya warna merah terang pada arteri dan vena retinal pada
pemeriksaaan dengan funduskopi.7
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit
kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidote. Tanda
awal dari keracunan sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri kepala, dispnea,
kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat banyak,
warna kulit kemerahan atau cherry red karena darah vena banyak mengandung
oksigen, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.7
Pada paparan sianida dengan konsentrasi tinggi, hanya dalam jangka waktu 15
detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu seseorang
akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea yang
dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian. Tanda akhir sebagai
ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil, tremor,
aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas
sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan
11
ini sebagian karena kemampuan adaptasi indera penciuman dengan cepat akan
menghilangkan bau tersebut. Selain itu, secara genetik 40% populasi tidak
dapat mencium bau tersebut.Penampakan lebam mayat pada kondisi ini cukup
bervariasi.Yang klasik dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan
kelebihan oksi hemoglobin atau sianmethemoglobin (karena jaringan tidak
dapat menggunakan oksigen).Banyak deskripsi lebam mayat yang mengarah
pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau bahkan merah terang, terutama
bergantung pada daerahnya, yang dapat dibingungkan dengan karboksi
hemoglobin (HbCO).Terdapat pula kemungkinan muntahan hitam disekitar
bibir. Hal lain dapat dilihat adanya tanda-tanda sianosis seperti kebiruan pada
bibir dan ujung jari-jari. Akan tetapi jika lebih dari 24 jam maka tanda ini akan
dikacaukan oleh perubahan postmortal. Tanda lain adalah adanya perdarahan
berbintik pada selaput biji mata dan kelopak mata.9
B. Pemeriksaan Dalam
Sebelum pemeriksaan dalam dilakukan sangat penting diketahui bahwa
pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida cukup beresiko
karena pemeriksa akan terpapar sianida dalam waktu yang cukup lama.
Kematian oleh karena sianida disebabkan oleh karena histotoksik hipoksia
maka tanda-tanda asfiksia dapat dilihat pada pemeriksaan dalam seperti adanya
kongesti organ-organ dalam akibat perbendungan sistemik.Organ dalam terlihat
membesar dan jaringan di dalam mungkin juga menjadi berwarna merah muda
terang disebabkan karena oksi-hemoglobin yang tidak dapat digunakan oleh
jaringan
yang
mungkin
lebih
umum
terjadi
dari
pada
karena
13
striae berwarna merah gelap. Lambung dapat berisi darah maupun rembesan
darah akibat erosi maupun pendarahan di dindingnya.Jika sianida berada dalam
larutan encer, kerusakan yang terjadi lebih minimal. Apabila racun masuk secara
oral maka kekuatan alkali dari sianida akan mengiritasi saluran cerna. Esofagus
dapat mengalami kerusakan, terutama pada bagian mukosa pada sepertiga distal,
terutama saat post mortem dimana terjadi regurgitasi isi perut karena relaksasi
dari sphincter. Organ lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan
diagnosis dibuat berdasarkan bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam
tubuh.5
Verslag dalam bukunya mengatakan terdapat beberapa perubahan histologis
yang mengindikasikan adanya kematian akibat defisiensi oksigen melalui
asfiksia yaitu:
1. Hilangnya lemak terutama pada vakuola sitoplasma dari epitel
pada jaringan hati, sel otot jantung, dan sel pada tubulus renal
2. Pembengkakan sel endotel pada otak dan otot jantung
3. Mobilisasi dan proliferasi dari makrofag alveolar dengan
pembentukan sel raksasa polinuklear (hanya terjadi pada paru-paru
yang sehat)
4. Presipitasi droplet hialin pada epitel hati
5. Perdarahan pada paru-paru dan otak
6. Degenarasi sel ganglion dan hilangnya substansi Nissl terutama
pada girus hippocampus
7. Emfisema akut pada jaringan interstistial dan alveolar paru.
4. Pemeriksaan Toksikologi Kasus Keracunan Sianida
Jumlah sianida yang ditemukan dalam pemeriksaan tergantung jumlah sianida
yang masuk dalam tubuh dan waktu antara masuknya sianida dengan
kematiannya. Yang mana akhir-akhir ini biasanya diukur dalam menit, atau pada
kasus dengan dosis rendah dan sempat diterapi, korban dapat bertahan hidup
dalam jam bahkan hari. Sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah
bukti bahwa sianida telah masuk dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak
14
normal dan dikonfermasi sebagai barang bukti dari terjadinya keracunan. Akan
tetapi, Karhunenet al telah melaporkan kasus dimana seorang tersangka
pembunuhan terbakar dan pada post mortemnya menunjukkan tingkat sianida
dalam darah 10 mg/l, yang diperkirakan sesuai dengan difusi pasif dari sianida
melalui seluruh cavitas tubuh yang terbuka saat terjadinya kebakaran. Maka dari
itu sangat penting untuk mengidentifikasi sumber pasti sianida pada kasuskasus keracunan dan rute masuknya zat ke dalam tubuh sehingga dapat
diketahui penyebab kematiannya.6
Beberapa spesimen yang dapat diambil untuk pemeriksaan laboratorium
adalah
1. Lambung (isi dan jaringannya). Material ini berguna untuk mengetahui
keracunan sianida peroral atau pada kasus mati mendadak dimana terdapat
sejumlah besar obat-obat yang tidak terabsorpsi pada lambung. Pada
kasus-kasus overdosis obat maka lambung harus diambil seluruhnya. Jika
terdapat tablet atau capsul pada lambung maka harus ditempatkan di
kontainer terpisah dan dikirim bersama specimen lambung.
2. Hati. Specimen ini berguna untuk kasus keracunan yang kompleks.
Biasanya diambil 100 gram pada dari lobus kanan karena tidak
terkontaminasi dengan empedu.
3. Darah. Dianjurkan untuk mengambil spesimen darah dari berbagai
pembuluh darah perifer. Khasnya, tingkat sianida darah dalam 1 serial
kasus yang fatal antara 1-53 mg/l, dengan rata-rata 12 mg/l (Specimens,
2007). Kadar sianida normal dalam darah sebesar 0,016-0,014mg/L
(Dominick, 1989). Selain pemeriksaan kadar sianida dapat juga dilakukan
pemeriksaan pH darah yang akan menjadi lebih asam karena peningkatan
asam laktat.
4. Otak. Pada kasus-kasus dimana sumber sianida tidak diketahui,
dianjurkan untuk mengambil sampel otak kurang lebih 20 gram dari
bagian dalam untuk mengkorfirmasi keberadaan sianida.
15
16
mempergunakan
flange
atau
piringan
yang
17
Analisa
Sianida
pada
darah
dapat
mempergunakan
metode
konvensional
untuk
kuantifikasi
sianida
pada
darah
dan
jaringan.Kelemahan utama dari teknik ini adalah pengerjaannya yang rumit dan
memakan waktu.Cara yang lebih simpel, cepat dan tetap dapat dipercaya untuk
kuantifikasi dari sianida dalam darah adalah dengan mempergunakan Gas
Cromatography Nitrogen Phosporus Detection (GC-NPD). Metode ini jika
dibandingkan dengan metode standar calorimetric mempunyai hasil yang serupa
sehingga dapat dipergunakan untuk mendeteksi dan kuantifikasi sianida pada
sampel darah postmortem.8
Cara lain penentuan kasus keracunan sianida dikemukakan oleh Varnell pada
penelitiannya yang memperlihatkan bahwa gambaran CT Scan kranial setelah 3
hari kematian terlihat berbeda dengan kasus dengan hipoksia dan iskemia
serebral. Terlihat pembengkakan cerebral dengan hilangnya batas antara
substantia alba dan subtansia nigra dengan onset yang cepat menjadi petunjuk
dari diagnosis keracunan sianida akut. Kebanyakan kasus dengan gangguan
serebral seperti hipoksia dan iskemia tidak memperlihatkan perubahan ini pada
waktu yang sama cepatnya.10
2.6.
18
Cepat
buka
dan
jauhkan
semua
pakaian
yang
mungkin
telah
19
mempunyai
toksisitas
minimal.
Hydroxicobalamin
20
Aspek Medikolegal
Kata Racun pada hukum mempunyai definisi yang tidak jelas akan tetapi
dewasa ini definisi yang sering digunakan adalah racun merupakan suatu zat
yang bekerja pada tubuh secara kimiawi maupun faali yang dalam dosis toksik
selalu menyebabkan gangguan fungsi tubuh, hal mana dapat berakhir dengan
penyakit bahkan kematian. Keterlibatan racun dalam suatu peristiwa secara
spesifik harus dibuktikan keberadaan racun tersebut dalam tubuh dan efeknya
pada tubuh Untuk itu diperlukan seorang ahli yang dapat mengidentifikasi jenis
racun dan perkiraan cara masuknya ke dalam tubuh. Pada KUHAP pasal 131
diatur bahwa dalam hal penyidikan untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa
yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli
lainnya.4
Keracunan
Keracunan sianida dapat terjadi karena kecelakaan misalnya pada kasus
orang tidak sengaja makan makanan yang mengandung sianida tinggi (cyanide
glicoside) atau terpapar sianida kerena pekerjaannya. Yang kedua ini lebih
sering terjadi pada pusat-pusat industri yang mempergunakan sianida sebagai
salah satu bahannya. Sianida dapat pula dipakai sebagai sarana bunuh diri
(meracuni diri sendiri). Dalam hal peristiwa bunuh diri ini melibatkan orang lain
maka orang tersebut dapat dikenai sanksi hukum sesuai dengan pasal 345 yang
menyatakan bahwa barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk
itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun kalau orang itu jadi
bunuh diri.
21
Peracunan
Racun juga dapat dipakai sebagai alat untuk membunuh (meracuni orang
lain). Pada kondisi-kondisi dimana terdapat unsur pidana, unsur kesengajaan
haruslah dibuktikan terlebih dahulu. Hal ini berkaitan dengan pasal 340 yang
menegaskan bahwa barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan
rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama
waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun. Dalam hal peristiwa keracunan ini
melibatkan orang banyak dan sumber racun terdapat pada sarana umum maka
haruslah dibuktikan unsur kesengajaannya sehingga pasal 202 bisa diterapkan
(barang siapa memasukkan barang sesuatu ke dalam sumur pompa, sumber atau
ke dalam perlengkapan (inrichting) air minum untuk umum atau untuk dipakai
oleh, atau bersama-sama dengan orang lain, padahal diketahui bahwa karenanya
air lalu berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang, diancam dengan pidana
paling lama 15 tahun).4
BAB III
22
KESIMPULAN
Pemeriksaan forensik pada kasus keracunan bertujuan untuk mencari
penyebab kematian dan untuk mengetahui seberapa jauh racun mempengaruhi
terjadinya suatu kejadian. Terdapat berbagai jenis racun yang masuk ketubuh
melalui berbgai macam cara dan memberikan efek yang bervariasi pada masingmasing orang. Toksikologi adalah salah satu cabang ilmu forensik yang
mempelajari sumber, sifat dan khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada
keracunan serta kelainan yang didapatkan pada korban meninggal.
Sianida adalah bahan kimia yang mengandung gugus cyan (CN). Sianida
yang dipergunakan dalam berbagai industri, adalah salah satu zat racun yang
memberikan efek baik sistemik maupun lokal dan bersifat sangat toksik bahkan
lethal. Terdapat berbagai bentuk sianida di alam baik yang bersal dari sumber
natural maupun sintetis. Beberapa Bentuk-bentuk sianida yaitu Hidrogen
Sianida (HCN), Sodium Sianida, Potasium Sianida (KCN), Kalsium Sianida
(Ca(CN)2), Sianogen, Sianogen Klorida, Glikosida Sianogenik. Akan tetapi
dalam tubuh bentuk-bentuk ini akan berubah menjadi hidrogen sianida yang
melepaskan ion sianida bebas yang akan berekasi dan memberikan efek.
Terdapat beberapa cara masuknya sianida ke dalam tubuh yaitu inhalasi, kontak
langsung dan peroral. Setelah terabsorpsi, sianida secara cepat akan terdistribusi
di sirkulasi. Konsentrasi sianida tertinggi terdapat pada hati, paru, darah, otak.
Sianida akan meninaktifkan sitokrom c oksidase pada mitokondria yang akan
menghambat transfer oksigen dan menghentikan respirasi selular. Anoksia
jaringan yang diinduksi oleh reaksi ini perubahan pada metabolisme sel.
Kombinasi dari hipoksia sitotoksik dengan asidosis laktat akibat perubahan
metabolisme akan menekan CNS yang mengakibatkan henti nafas dan kematian.
Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari dosis sianida,
banyaknya paparan, jenis paparan, dan bentuk dari sianida.Tanda awal dari
keracunan sianida adalah hiperpnea, nyeri kepala, dispnea, kecemasan, gelisah,
berkeringat banyak, warna kulit kemerahan atau cherry red, tubuh terasa lemah
23
dan vertigo.Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah
koma dan dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada
pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak
spesifik
bagi
penyelidikan
mereka
apabila
yang
keracunan
penderita
tidak
sianida
sehingga
mempunyai
menyulitkan
riwayat
terpapar
seperti
sodium
nitrit,
dicobalt
edetate,
dimetil
aminofenol,
hydroxicobalamin.
Pemeriksaan dalam (autopsi) korban dengan keracunan sianida cukup beresiko
karena pemeriksa akan menghirup sianida dalam waktu yang cukup lama.
Tanda-tanda asfiksia dapat dilihat pada korban ini seperti sianosis pada bibir dan
ujung jari-jari, kongesti organ dalam dan dilatasi jantung kanan. Beberapa tanda
yang dapat dilihat adalah lebam mayat berwarna merah bata, muntahan hitam
disekitar bibir, bau sianida seperti bau almond, jaringan pada organ dalam
mungkin juga menjadi berwarna merah muda terang, striae lambung berwarna
merah gelap, oesuphagus sepertiga distal mengalami kerusakan. Adanya sianida
dapat secara objektif dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium.Sampel dapat
diambil dari lambung baik isi maupun jaringannya, jaringan hati, darah, otak,
paru-paru, limpa, urine.
Beberapa metode yang dipergunakan untuk pemeriksaan ini adalah uji kertas
saring, reaksi Schonbein-Pagentecher (reaksi guacajol), reaksi prussian blue,
gettler-goldbaum. Analisa sianida pada darah dapat juga mempergunakan
metode calorimetrik dan Gas Cromatography dengan Nitrogen Phosporus
Detection (GC-NPD).Cara lain penentuan kasus keracunan sianida adalah
dengan CT Scan kranial setelah 3 hari kematian. Terlihat pembengkakan
24
cerebral dengan hilangnya batas antara substantia alba dan subtansia nigra yang
menjadi petunjuk adanya keracunan sianida akut.
Pada kasus keracunan pembuktian adanya racun dan peranan racun dalam
kejadian tersebut sangat diperlukan.Untuk itu pasal 131 KUHP mengatur
tentang kesaksian ahli dari ahli racun dalam hal ini adalah dokter forensik.Selain
itu jika terdapat unsur kesengajaan maka pelaku dapat dijerat dengan pasal 340
KUHP dan pasal 202 KUHP jika peeristiwa keracuan terjadi pada sarana-sarana
umum dan melibatkan orang banyak.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara:
Jakarta. p(96-99)
2. Budiyanto A, dkk. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. p(98-99)
3. Utama,
Harry
Wahyudy,
2006,
Keracunan
Sianida,
Ground,
Maryland.
USA.
Available
from
URL:
26
12. Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005.Robbins and Cotran: Pathologic
Basis of Disease Seventh Edition. Elsevier Saunders Inc. Philadelphia. p(105106)
13. Leybell, I., Toxicity, Cyanide. Available on: http://emedicine.org/html.
Diakses tanggal 4 Februari 2016
REFRAT
27
AGUSTUS 2016
KERACUNAN SIANIDA
OLEH :
Robby Rinaldi
110 210 0056
PEMBIMBING :
dr. Jerny Dase, S.H, Sp.F, M.Kes
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................i
28
BAB. I. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
II.1. Pengertian Intoksikasi dan Sianida......................................................4
II.2. Sejarah dan Penggunaan Sianida.........................................................5
II.3. Sumber- Sumber Natural Sianida.........................................................7
II.4. Farmakokinetik dan Farmakodinamik Sianida.....................................7
II.5. Pemeriksaan Forensik Intosikasi Sianida...........................................10
II.6. Penanganan Intosikasi Sianida...........................................................18
BAB. III. KESIMPULAN......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
HALAMAN PENGESAHAN
29
: Robby Rinaldi
Stambuk
Judul
: Keracunan Sianida
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Universitas Muslim Indonesia.
Makassar,
CoAss
Robby Rinaldi
Agustus 2016
Supervisor
30