Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan

tulis. Berkomunikasi dalam memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,


perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.
Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau
tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan
untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh
karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan
berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru Bahasa Inggris di SMA
selama 13 tahun maupun dari hasil diskusi di forum Musyawarah Guru Mata
Pelajaran, Bahasa Inggris masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi
kebanyakan siswa. Hal tersebut tentu ada kaitannya dengan beberapa alasan yang
mendasari timbulnya persepsi, asumsi dan konklusi tersebut. Permasalahan ini
didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di kelas XI IPA 1
SMA Negeri 1 Toho mengenai kesulitan kesulitan yang dihadapi ketika belajar
Bahasa Inggris terutama berkaitan dengan 4 keterampilan berbahasa (listening,
speaking, reading and writing). Sebagai contoh, mereka merasa kesulitan dalam
1

menginterpretasikan apa yang mereka dengar, mereka tidak dapat memprediksi


bunyi, intonasi, dan tekanan dalam kata dan kalimat. Pada aspek berbicara, siswa
masih sulit mengucapkan kata-kata Bahasa Inggris dengan benar dan berterima,
minimnya perbendaharaan kata Bahasa Inggris, dan lemahnya pemahaman tata
bahasa. Begitu pula aspek membaca dan menulis, minimnya perbendaharaan kata
Bahasa Inggris, dan lemahnya pemahaman tata bahasa juga menjadi hambatan bagi
siswa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris.
Dari sejumlah masalah dan kesulitan belajar siswa tersebut, satu
diantaranya adalah kesulitan siswa dalam membaca pemahaman (reading
comprehension) yang berkaitan dengan keterampilan membaca (reading). Kegiatan
membaca dengan pemahaman tentu memerlukan keterampilan berbahasa yang baik
yang didukung dengan berbagai aspek pendukung, beberapa diantaranya adalah
kompetensi linguistik (menggunakan tata bahasa dan kosa kata, tata bunyi, tata tulis),
kompetensi sosiokultural (menggunakan ungkapan dan tindak bahasa secara
berterima dalam berbagai konteks komunikasi), kompetensi strategi (mengatasi
masalah yang timbul dalam proses komunikasi dengan berbagai cara agar
komunikasi tetap berlangsung), dan kompetensi pembentuk wacana (menggunakan
piranti pembentuk wacana) serta aspek pendukung lainnya.
Kesulitan siswa dalam membaca pemahaman ini tentu terkait dengan
strategi yang guru terapkan dalam kegiatan membaca. Kegiatan membaca akan
memperoleh hasil yang rendah jika guru menerapkan strategi pembelajaran yang
dimulai dengan siswa membaca tanpa tahu mengapa ia harus memahami teks
tersebut dan mengapa informasi yang terdapat dalam satu teks penting untuk

diketahui. Dengan kata lain siswa tidak menyadari manfaat yang diperolehnya dari
wacana yang dibacanya. Minat dan semangat siswa untuk aktif menggali informasi
yang terdapat dalam teks berfokus bukan pada tujuan tetapi kegiatan membaca yang
dilakukan siswa praktis hanya disebabkan oleh instruksi guru yang meminta
siswanya membaca dan kemudian menggali informasi (memahami) teks tersebut.
Menurut Standar Kompetensi membaca di tingkat SMA/MA kelas XI
semester 1 dinyatakan bahwa siswa diharapkan mampu memahami makna teks
fungsional pendek dan esei berbentuk report, narrative dan analytical exposition
dalam konteks kehidupan sehari-hari dan untuk mengakses ilmu pengetahuan. Dari
ketiga jenis teks yang terdapat di semester 1, peneliti menerapkan strategi PQRST
(preview, question, read, summarize and test) dalam upaya meningkatkan
keterampilan membaca pemahaman (reading comprehension) pada teks analytical
exposition.
Materi teks Analytical Exposition mencakup 4 keterampilan berbahasa
(listening, speaking, reading dan writing), namun dalam penelitian ini peneliti hanya
memfokuskan pada keterampilan membaca khususnya keterampilan membaca
pemahaman. Terdapat beberapa indikator pembelajaran yang dikembangkan menjadi
15 tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini,
yaitu: (1) peserta didik dapat mengidentifikasi ide pokok dari teks analytical
exposition; (2) peserta didik dapat mengidentifikasi ide pokok paragraph dari teks
analytical exposition;(3) peserta didik dapat mengidentifikasi informasi tertentu yang
terdapat dalam teks analytical exposition;(4) peserta didik dapat mengidentifikasi
informasi rinci yang terdapat dalam teks analytical exposition;(5) peserta didik dapat

mengidentifikasi informasi tersirat yang terdapat dalam teks analytical exposition;(6)


peserta didik dapat mengidentifikasi tujuan komunikatif yang terdapat dalam teks
analytical exposition.
Dari hasil dua kali ulangan harian dikelas XI IPA 1 yang telah
dilaksanakan peneliti, ditemukan data dan fakta bahwa sebagian besar kemampuan
siswa menjawab latihan atau ulangan yang berupa pemahaman bacaan sangatlah
rendah. Hal ini dibuktikan dengan beberapa sumber informasi sebagai berikut : (1)
hasil belajar; (2)wawancara dengan kolega mata pelajaran serumpun; (3) catatan
jurnal guru; (4) hasil supervisi kepala sekolah. Keempat sumber data tersebut
mengungkapkan beberapa penyebab yang terkait dengan hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil nilai ulangan harian II untuk materi pokok Naratif,
siswa kelas XI IPA 1 tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh hasil sebagaimana
disajikan rekapitulasi tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Hasil Nilai Ulangan Harian Materi Teks Naratif
Tahun Pelajaran 2016/2017
KKM: 72
N
o
1
2
3
4
5
6
7

Ragam Data

Banyak peserta didik yang tuntas (di atas KKM)


Banyak peserta didik yang tidak tuntas (di bawah KKM)
Rata-rata
Skor tertinggi
Skor terendah
Standar Deviasi
Presentase ketuntasan
Banyak siswa = 26 orang
Sumber data : SMA Negeri 1 Toho

Skor/Jumlah
11
15
67
90
35
16
42.3%

Dari data tabel 1.1 diatas, dapat diuraikan sebagai berikut. Banyak peserta
didik yang tuntas hanya 11 siswa dari 26 siswa sekitar 42,3% tergolong rendah ini

disebabkan minat belajar siswa rendah. Rata-rata nilai dari materi pokok naratif ini
adalah 67. Nilai ini sangat jauh dari kriteria ketuntasan minimal yaitu 72. Melihat
nilai siswa pada ulangan harian tersebut, perlu upaya yang dilakukan oleh guru untuk
memperoleh nilai diatas kriteria ketuntasan minimal. Sedangkan skor tertinggi 90
dan skor terendah 35, menunjukkan rentang yang sangat jauh berbeda. Perlu
dilakukan tindakan agar rentang nilai siswa tidak terlalu jauh berbeda. Skor tertinggi
sebesar 90 diperoleh 1 orang siswa, yang memang pada saat pembelajaran siswa ini
menunjukkan partisipasi yang baik dalam pembelajaran. Sedangkan skor terendah
sebesar 35, skor terendah ini dimiliki oleh siswa yang memang kurang motivasi
dalam belajar dan jarang mengerjakan tugas-tugas sekolah, serta sering duduk pada
tempat duduk yang paling pojok dari belakang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa Inggris Kelas X SMA
Negeri 1 Toho (Yuliana Rosita, S. Pd) tanggal 21 Oktober 2016, yang mana guru
bersangkutan pernah mengajar siswa yang peneliti ajar pada kelas X, terungkap
beberapa hal. Pertama, sebagian besar siswa kelas XI IPA memiliki perbendaharaan
kosakata yang rendah. Kedua, sebagian besar siswa malas membawa kamus saat
pelajaran bahasa inggris. Ketiga, siswa malas untuk mencari jawaban sendiri dan
sangat ketergantungan dengan teman yang memiliki kemampuan bahasa inggris yang
baik. Keempat, siswa cepat putus asa ketika mendapati teks bacaan yang panjang
dan banyak menggunakan istilah-istilah ilmiah. Kelima, siswa tidak mengerti aspekaspek yang mendukung kegiatan membaca pemahaman sehingga siswa bingung
harus mulai dari mana dan apa tujuan yang harus mereka capai dalam melakukan
kegiatan membaca.

Sedangkan catatan jurnal guru selama satu bulan terakhir dalam proses
pembelajaran dikelas ditemukan beberapa hal berikut. Pertama, banyak siswa kurang
fokus dalam proses pembelajaran. Kedua, banyak diantara mereka sibuk sendiri,
bercanda dengan teman sebangku. Ketiga, keterlibatan dalam proses pembelajaran
kurang. Keempat, siswa terlalu tegang dan tidak berani untuk mengemukakan
pendapatnya. Ketidak beranian tersebut dapat terjadi dikarenakan takut jawaban yang
dikerjakan salah, sehingga ditafsirkan lain oleh temannya.
Dan yang terakhir dari supervisi kepala sekolah dan pengawas satuan
pendidikan pada semester lalu, guru/peneliti diberikan masukan bahwa masih kurang
terjadi interaksi antara guru dan siswa. Sedangkan siswa dengan siswa juga kurang
interaksi sehingga disarankan untuk membuat suatu model pembelajaran yang
melibatkan peran aktif siswa. Baik sesama siswa maupun keguru.
Memperhatikan

kondisi

pembelajaran

yang

telah

diungkapkan

guru/peneliti, dapat diungkapkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 tahun pelajaran
2016/2017 pada dua kali ulangan harian yang telah dilaksanakan tergolong rendah.
Ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : (1) kurang motivasi siswa dalam
proses pembelajaran; (2) siswa tidak memahami apa yang harus mereka lakukan
ketika memahami bacaan; (3) proses pembelajaran yang dilakukan guru monoton
sehingga membosankan bagi siswa. Berdasarkan ketiga hal tersebut, perlu adanya
suatu inovasi atau perubahan dalam pembelajaran teks Bahasa Inggris dalam
menekankan siswa berpikir kritis untuk memahami teks bacaan dengan baik. Salah
satunya yaitu dengan menggunakan strategi PQRST (preview, question, read,
summarize dan test) pada pembelajaran teks. Dalam pembelajaran ini siswa diajak

untuk berpikir kritis untuk menemukan informasi yang dibutuhkan dalam memahami
sebuah teks bacaan.
Salah satu teknik membaca adalah sistem PQRST. strategi ini pertama
kali diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson, dan H. Alan dalam buku
berjudul Improving Reading In Every Class. Berikut adalah lima langkah yang
menjadi pokok teknik membaca PQRST yaitu: preview, question, read, summarize,
dan test.
Surastina dan Dedi (2010: 31) menjelaskan mengenai teknik PQRST
sebagai berikut; Pertama, Preview. Pada tahap preview meninjau bagian-bagian
utama dari keseluruhan tulisan. Tujuan utama proses ini adalah untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan tentang isi penting pada tulisan itu; Kedua, Question. Pada
tahap question, pembaca mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin tentang isi
bacaan yang ada dalam pikiran; Ketiga, Read. Pada tahap read pembaca membaca
satu subbab ke satu subbab berikutnya untuk mencari jawaban pertanyaan yang telah
dibuat; Keempat, Summarize. Pada tahap ini pembaca mencatat fakta-fakta utama
bab atau bahan yang telah dibaca; Kelima, Test. Pada tahap test pembaca menguji
diri setelah membaca secara keseluruhan.
Strategi

PQRST merupakan salah satu strategi yang terbukti dapat

meningkatkan prestasi hasil tes siswa karena merupakan cara yang efektif untuk
menganalisis dan mempelajari bahan yang dianggap sangat sulit bagi siswa (Vzquez
dan lvarez-Vaquero, 2007). Strategi PQRST merupakan pengembangan dari
strategi survey, read, recite, dan review (SQ3R) yang dikembangkan oleh Francis
Robinson tahun 1941 (Sudarman, 2009). Penerapan secara sistematis strategi PQRST
dapat meningkatkan pemahaman siswa dan asimilasi materi ajar. Pada penerapan

strategi ini, guru mempunyai tanggungjawab penuh dalam langkah preview dan read.
Pada langkah question, state dan test, interaksi antara guru dan murid semakin intens,
dan siswa berproses secara aktif (Vzquez dan lvarez-Vaquero, 2007).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mencoba menggunakan


strategi pembelajaran PQRST (preview, question, read, summarize dan test) dalam
pembelajaran teks analytical exposition dengan harapan dapat meningkatkan hasil
belajar pada keterampilan membaca (reading skill) siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri
1 Toho Kabupaten Mempawah melalui Penelitian Tindakan Kelas.

B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :


1. Masih terdapat 57,7% siswa yang tidak tuntas dari hasil nilai ulangan harian
II semester Ganjil tahun pelajaran 2016/2017 pada materi pokok teks naratif.
Ini membuktikan bahwa kemampuan siswa memahami bacaan masih rendah.
2. Beberapa permasalahan yang dialami siswa ketika memahami sebuah bacaan
khususnya dalam kegiatan membaca pemahaman. Hal ini sesuai hasil
wawancara dengan guru Bahasa Inggris kelas X

SMA Negeri 1 Toho

(Yuliana Rosita, S. Pd) tanggal 21 Oktober 2016.


3. Belum adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dari hasil catatan
jurnal guru.
4. Pembelajaran teks terutama pada keterampilan membaca pemahaman masih
bersifat monoton dilaksanakan oleh guru, dari hasil supervisi kepala sekolah

diharapkan guru membuat suatu strategi pembelajaran yang melibatkan peran


aktif siswa.

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses kegiatan setiap siklus dalam upaya meningkatkan


pemahaman bacaan menggunakan strategi PQRST pada materi teks analytical
exposition dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Toho?
2. Apakah penggunaan strategi PQRST pada materi teks analytical exposition
dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Toho dapat meningkatkan pemahaman bacaan
siswa?
D.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui proses kegiatan dan menganalisis setiap siklus dalam upaya
meningkatkan pemahaman bacaan menggunakan strategi PQRST pada materi
teks analytical exposition dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Toho.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis ada tidaknya peningkatan pemahaman
bacaan siswa pada materi teks analytical exposition menggunakan strategi
PQRST dikelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Toho.
E. Pemecahan Masalah
Dalam hal pemecahan masalah ini, peneliti akan melaksanakan proses
belajar mengajar yang efektif, sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran
pada setiap siklus. Cara yang diambil peneliti adalah melaksanakan proses
pembelajaran menggunakan strategi PQRST untuk meningkatkan pemahaman
bacaan siswa pada materi teks analytical exposition dengan beberapa siklus. Adapun

10

langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan peneliti dalam setiap siklus adalah
sebagai berikut :
1. Mengorientasikan peserta didik untuk meninjau bagian-bagian utama dari
keseluruhan paragraph yang ada dalam teks bacaan. Peserta didik diharapkan
dapat mengidentifikasi ide pokok yang terkandung dalam teks bacaan.
2. Membimbing siswa untuk membuat pertanyaan sebanyak mungkin tentang isi
bacaan
3. Mengorganisasikan peserta didik mencari jawaban pertanyaan yang telah dibuat.
4. Membimbing peserta didik mencatat informasi atau fakta-fakta yang diperoleh
dari kegiatan membaca
5. Menganalisa atau menguji peserta didik secara lisan atau tertulis berkaitan
dengan apa yang telah diperoleh dari kegiatan sebelumnya.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk :
1. Bagi Siswa
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk dapat menumbuhkan sikap
percaya diri, berani mengemukakan pendapat, bertanggung jawab terhadap tugas
pembelajaran serta dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam kegiatan
membaca pemahaman teks Bahasa Inggris.
2. Bagi Guru
Untuk dapat menambah pengalaman

dalam

menerapkan

strategi

pembelajaran, menumbuhkan sikap kreatif dalam mengajar, memperbaiki kinerja


guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran serta
dapat membangun komunikasi yang baik antara guru dan siswa.
3. Bagi Sekolah
Dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak sekolah
dalam pengembangan strategi pembelajaran. Serta memotivasi rekan-rekan guru lain
untuk melakukan penelitian agar kualitas pembelajaran semakin baik.
G. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar

11

Menurut Bistari (2015: 90) hasil belajar dapat disimpulkan sebagai


perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu
interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar kognitif, sikap dan
psikomotor.
Yang dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang
diperoleh siswa dari test yang diberikan sesudah pembelajaran dengan menggunakan
strategi PQRST pada materi analytical expoosition.
2. Strategi PQRST dalam membaca pemahaman
Krismanto (2000:18) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
dimana siswa belajar dengan porsi utamanya mendiskusikan tugas-tugas, dalam arti
saling membantu menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah.Pembelajaran
kooperatif dalam penelitian adalah mengelompokkan siswa dalam kelompok yang
terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda.
Strategi PQRST pada kegiatan pembeajaran membaca ini pertama kali
diperkenalkan oleh Thomas, Ellen Lamar, Robinson, dan H. Alan dalam buku
berjudul Improving Reading In Every Class. Berikut adalah lima langkah yang
menjadi pokok teknik membaca PQRST yaitu: preview, question, read, summarize,
dan test.
Surastina dan Dedi (2010: 31) menjelaskan mengenai teknik PQRST
sebagai berikut; Pertama, Preview. Pada tahap preview meninjau bagian-bagian
utama dari keseluruhan tulisan. Tujuan utama proses ini adalah untuk mendapatkan
gambaran keseluruhan tentang isi penting pada tulisan itu; Kedua, Question. Pada
tahap question, pembaca mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin tentang isi
bacaan yang ada dalam pikiran; Ketiga, Read. Pada tahap read pembaca membaca

12

satu subbab ke satu subbab berikutnya untuk mencari jawaban pertanyaan yang telah
dibuat; Keempat, Summarize. Pada tahap ini pembaca mencatat fakta-fakta utama
bab atau bahan yang telah dibaca; Kelima, Test. Pada tahap test pembaca menguji
diri setelah membaca secara keseluruhan.
3. Analytical Exposition
a.

Definisi
Analytical Exposition Text merupakan jenis teks yang banyak kita jumpai

dalam bacaan sehari-hari walaupun tidak semua orang tahu bahwa yang kita baca itu
sebenarnya adalah jenis teks ini. Analyitical exposition text merupakan jenis teks
yang berisikan pendapat-pendapat mengenai sesuatu baik benda, tempat, atau
kejadian.
Rachmat Wahidi dalam bukunya yang berjudul Text Forms and Features:
A Resource for Intentional Teaching menjelaskan definisi teks Analytical exposition
yaitu:
Analytical exposition is a text that elaborates the writers idea about the
phenomenon surrounding. Its social function is to persuade the reader that
something is the case.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan


analytical exposition dalam teks bahasa Inggris adalah sebuah wacana tulisan yang
menjelasakan pendapat dan gagasan penulis tentang fenomena disekitarnya.
b.

Struktur teks Analytical Exposition

13

Susunan teks bahasa Inggris model ini adalah merujuka ke suatu


tatanna bagaimana pendapat atau opini si penulis bisa di terimah oleh pembacanya.
Untuk mencapi tujuan itu penulis perlu mengatus dan menysusun tulisannya dalam
paragraf yang mengandung hal-hal sebagi berikut:
1) Thesis: Introducing the topic and indicating the writers position
Ini adalah perkenalan terhadap topik tulisan yang menunjukkan
bagaiamana penulis bersikap tehadap topik yang sedang di bahas. Ada di posisi apa
penulis terhadap topik yang sedang dijelaskan itu.
2) Arguments: Explaining the arguments to support the writers position
Penjelasan yang mendukung kenapa penulis ada di posisi yang sudah
dinyatakan diparagraf awal dengan berbagai macam argumentasi dan bukti yang
mendukung posisinya.
3) Reiteration: Restating the writers position
Semacam kesimpulan dan pernyataan kembali pendapat penulis
terhadap topik yang sedang dibicarakannya.

c.

Tujuan teks Analytical exposition

14

Tujuan komunikatif dari analytical exposition adalah untuk meyakinkan


pembaca bahwa topik yang disajikan adalah topik yang penting untuk dibahas atau
mendapat perhatian dengan cara pemberian argumen-argumen atau pendapatpendapat yang mendukung ide pokok atau topik tersebut.
d.

Ciri Kebahasaan teks Analytical exposition


Ciri ciri bahasa dalam teksberjenis apapun sebenarnya hanya bersifat

umumnya tidak harus setiap teks analytical exposition memakai semua element
ciri berikut. Adapun language feature dari jenis analytical exposition text adalah:
1) Using relational process atau linking verb, Contohnya:
Be (is, am, are, was, were), feel, keep, indicate, become, weigh, Refer to, seem,
remain, stay, reflect, appear, turn, cost, portray, sound, grow, measure, function,
look, go, make, act, aste, run, realize, reveal, smell, come, denote, represent
2) Using internal and causal conjunction, Contohnya:
although, as a result, because, by, consequently, despite, due to, for that, reason,
in case, in order, in this way, otherwise, since, so, so as to, so, that, therefore,
though, thus, to that end, unless, until, yet.
3) Using general and abstract nouns.
Contohnya: car, policy dan lain-lain
4) Using technical verbs.

15

Contohnya: Species dan lain-lain


5) Using relating verbs.
Contohnya: that is important .
6) Using actions and thinking verbs.
Contohnya: I believe .
7) Using modal verbs and modal adverbs.
Contohnya: we must preserve .
8) Using connectives.
Contohnya: firstly, secondly, thirdly
9) Using evaluative language.
Contohnya: important, valuable
10) Using passive voice and simple present tense.
Contohnya: The policy is designed to an urban society
Sekali lagi meski kalau disajikan ada sekian banyak ciri kebahasaan
sepeti diatas, anamun pada kenyataanya tidak semua contoh teks analytical
exposition dalam bahasa Inggris itu memang benar menggunakan semua ke 10
language feature nya.

16

e.

Tujuan teks Analytical exposition


Tujuan ditulisnya jenis teks analytical exposition adalah untuk

mempengaruhi pembaca bahwa apa yang sedang dibaca tersebut adalah suatu kasus
yang perlu untuk dipikirkan. Penulis meyakinkan pembaca bahwa topik yang
dihadirkan adalah topik yang penting untuk dibahas atau mendapat perhatian dengan
cara pemberian argumen-argumen atau pendapat-pendapat yang mendukung ide
pokok atau topik tersebut.

f.

Contoh teks Analytical exposition


Cars Should Be Banned

(Thesis)
Cars should be banned in the city. As we all know, cars create pollution, and cause a
lot of road deaths and other accidents.
(Argument 1)
Firstly, cars, as we all know, give contribution to the most of the pollution in the
world. Cars emit deadly gas that causes illness such as bronchitis, lung cancer, and
triggers off asthma. Some of these illnesses are so bad that people can die from
them.

17

(Argument 2)
Secondly, the city is very busy. Pedestrians wander everywhere and cars commonly
hit pedestrains in the city, which causes them to die. Cars today are our roads biggest
killers.
(Argument 3)
Thirdly, cars are very noisy. If you live in the city, you may find it hard to sleep at
night, or to concentrate on your homework, and especially when you talk to
someone.
(Reiteration)
In conclusion, cars should be benned from the city for the reason listed.

Anda mungkin juga menyukai