Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Askep pada gangguan jiwa sekarang merupakan suatu pelayanan yang wajib
mendapatkan perhatian khusus dibidang kesehatan. Dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat akan mengakibatkan persaingan
dibidang sosial dan ekonomi, sehigga dalam kehidupan memungkinkan akan terjadi
ketidakmampuan sehingga akan menyebabkan prosentase penyakit jiwa
berkembang/berubah naik.
Dalam kehidupan di masyarakat yang jelas sering terjadi masalah-masalah
sehingga masyarakat yang tidak kuat mental bisa mengalami ketegangan jasmani dan
rohani, sehingga dapat mengganggu kesehatan jiwa seseorang salah satunya adalah
Gangguan ekspresi marah : Perilaku kekerasan .
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mampu memberikan dan melaksanakan askep kesehatan mental yang komperetensif
sesuai dengan teori dan kondisi di lapangan.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengkaji status mental yang dialami oleh penderita gangguan jiwa khususnya
gangguan ekspresi marah : perilaku kekerasan.
b. Dapat merencanakan intervensi yang dilakukan.
c. Dapat melaksanakan implementasi dan mencegah masalah yang dialami penderita
gangguan jiwa.
d. Dapat mengevaluasi hasil ASKEP yang telah diberikan.
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis memanfaatkan metode sebagai berikut :
1. Study masalah yaitu buku-buku dan bacaan yang berhubungan dengan mata kuliah
keperawatan jiwa.
2. Study dokumentasi yaitu dokumentasi klien yang berada di bangsal Perkasa RSJD
DR.RM Soedjarwadi Klaten
3. Wawancara langsung dengan klien dan perawat ruangan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PERILAKU KEKERASAN
A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
perilaku-perilaku yang dapat melukai fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang lain.
( Towsed Mc, 1998. Hal 62 )

Perilaku kekrasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai diri sendiri, orang lain secara fisik maupun psikologis.
( Berkowlt, 1993 )
Berdasarkan definisi diatas maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua
yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan secar fisik. ( Kahner Ebl, 1995 )
B. Rentang Respon
Respon Adaptif
Respon Mal Adaptif

Pernyataan
Frustasi
Pasif
Agresif
Ngamuk
a. Respon marah yang adaptif meliputi :
1.
Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti
orang lain. Hal ini biasanya akan memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan
alternatif lain.
b. Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
C. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis
a. Teori Dorongan Naluri ( Instintural drive Theory )
Dikarenakan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat lewat.
b. Teori Psikosomatik ( Psychomatic Theory )
Pengalaman rasa marah adalah sebagai akibat dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan.

2. Faktor psikologis
a. Teori Agresi Frustasi ( Frustation Aggression theory )
Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal sehingga akan
mendorong perilaku agresif.
b. Teori Perilaku ( Behavorational Theory )
Kemarahan adalah respon belajar, hal ini dapat dicapai bila fasilitas atau suatu yang
mendukung.
3. Faktor sosial kultural
a. Teori lingkungan sosial ( Social Environment )
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu untuk mengekspresikan marah.
b. Teori Belajar Sosial ( Soccial Learning Theory )
Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung imitasi dari proses sosialitas.
D. Faktor presipitasi
Stressor :
1. Stressor, dari luar ( serangan fisik, kehilangan, kematian )
2. Stressor dari dalam ( putus hubungan, kehilangan rasa cinta, menurunnya prestasi
kerja, rasa bersalah yang tidak dapat dikendalikan )
E. Tanda dan Gejala
1.
Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak memukul jika tidak
senang
F. Faktor perilaku
1. Menyerang atau menghindar
2. Menyatakan dengan jelas
3. Memberontak ( Acting out )
4. Kekerasan, amuk ( Violence )
G. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang sering diberdayakan Klien dengan gangguan ekspresi
marah : perilaku kekerasan adalah :
Persaingan dibidang pekerjaan atau sekolah
Olah raga dan permainan
Musik
Bacaan film dan drama
Kegiatan
Sublimasi, mengalihkan keinginan bawah sadar yang disadari kepada cita-cita yang
lebih luhur.
H. Pohon masalah

Akibat

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core problem

Perilaku Kekerasan

Sebab
Harga Diri Rendah
I. Diagnosa keperawatan
3. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
4. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Perilaku kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1.

Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami
perilaku-perilaku yang dapat melukai secara fisik, baik terhadap diri sendiri atau orang
lain. ( Towsend. MC . 1998 hal 62 )

2.

Tanda dan gejala

Sikap tampak kaku

Tegang dan menunjukan usaha untuk merusak diri

Agresif

Agitasi

Ketidakmampuan memanfaatkan perasaan

Mengamuk

Peningkatan aktivitas motorik

Mengepal tangan

Perilaku merusak

Perusakan yang diarahkan pada benda-benda di lingkungannya

3.

Penyebab terjadinya masalah


Penyebab perilaku kekerasan adalah harga diri rendah. Harga diri rendah adalah
evaluasi diri dan perasaan terhadap diri sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang
secara langsung atau tidak langsung diekspresikan. Tanda dan gejala dari harga diri
rendah adalah minus kontak mata, menarik diri atau isolasi diri sendiri dan orang lain,
hiper sensitif terhadap kritik.

4.

Akibat terjadinya masalah

Resaiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan.


Mekanisme : Keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri dan orang lain.
C. POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah


D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


DS :

Klien mengatakan ingin memukul orang lain

Klien mengatakan ingin membunuh

Klien mengatakan benci semua orang

o
o
o
o
o
o

DO :
Sikap tampak kaku dan tegang
Agresif, agitasi
Mengamuk
Peningkatan aktivitas motorik
Mengepalkan tinju
Merusak benda disekitar

2.

Perlaku kekerasan
DS :

Klien mengatakan ingin memukul orang lain

Klien mengatakan ingin membunuh

Klien mengatakan benci semua orang

o
o
o
o
o
o
3.

DO :
Sikap tampak kaku dan tegang
Agresif, agitasi
Mengamuk
Peningkatan aktivitas motorik
Mengepalkan tinju
Merusak benda disekitar
Harga diri rendah

DS :
o Klien mengatakan malu
o Klien mengatakan tidak mampu menghadapi berbagai peristiwa
o Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berharga
o
o
o
o
o

DO :
Kontak mata minus
Takut gagal
Ketidak mampuan mengenali prestasi diri dan orang lain
Menarik diri atau isolasi diri
Hipersensitif terhadap kritikan

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
2.

Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan I
A. Proses keperawatan
1.

Kondisi Klien
Bingung sering marah, gelisah, bicara kacau, kadang sampai ngamuk

2.

Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan

3.

Tujuan khusus

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya


2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
4.

Rencana tindakan keperawatan


Beri salam atau panggil nama Klien
Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan tentang kontrak singkat tapi sering
Beri rasa aman dan sikap empati
Lakukan kontrak singkat tapi sering
Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
Bantu Klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal

B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan


1.
a.

Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak ? perkenalkan nama saya perawat Isqiyatul Amanah, saya
biasa dipanggil Isqi. Nama Bapak siapa ? senang, dipanggil apa ? baiklah. Disini saya
yang akan merawat Bapak selama saya berada di sini.

b. Evaluasi atau validasi data


Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? apa ada masalah sampai Bapak begini ?
c. Kontrak
Topik
: Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang perasaan marah Bapak ?
Tempat
: Bapa mau dimana kita bercakap-cakapnya ? bagaimana kalau di tempat itu ?
Waktu
: Mau berapa lama kita bercakap-cakap ? bagaimana kalau 10 menit saja.
2.

3.

Fase kerja
Coba Bapak ceritakan lagi tentang perasaan marah yang Bapak alami ?
Saat ini apakah Bapak juga lagi merasa jengkel ?
Penyebabnya ada Bapak ?
Apa yang membuat Bapak selalu ingin memukul orang ?
Apa penyebabnya ?
Apa sebelumnya Bapak suka memukul orang ?
Apa penyebabnya ?
Terminasi

a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang perasaan marah yang
Bapak alami ?
Obyektif : Coba sekarang Bapak sebutkan apa saja yang menyebabkan Bapak marah ? bagus
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah Bapak waktu kita sudah habis nanti Bapak cerita penyebab marah yang belum
Bapak ceritakan pada saya. Ya Pak.
c. Kontrak
Topik
: Nah Bapak nanti kita akan berbicara tentang apa saja tanda-tanda perilaku kekerasan
dan cara marah yang biasa Bapak lakukan.
Tempat
: Mau bicara dimana Bapak ? baiklah.
Waktu
: Lalu kira-kira jam berapa kita bisa bertemu ? baiklah, sampai nanti Bapak
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan II
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan penyebab marah
2. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
3. Tujuan khusus
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

Topik

5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan


4. Rencana tindakan keperawatan
Anjurkan Klien mengungkapkan yang dialami saat marah atau jengkel
Observasi tanda perilaku kekerasan pada sikap
Simpulkan bersama Klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami Klien
Anjurkan Klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bantu Klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan Klien apakah dengan cara yang Klien lakukan masalahnya selesai ?
4.1 Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan Klien
4.2 Bersama Klien menyimpulkan akibat cara yang diberdayakan oleh Klien
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang Pak ? masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? Bapak masih ingat dengan apa yang kita
bicarakan kemarin ? bagus. Kemaren kita sudah berbicara tentang penyebab marah
bapak
b. Kontrak
: Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari
tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan
serta hasilnya.
Tempat
: Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu
: Mau berapa lama Pak ?
2. Fase kerja
Apa Bapak sudah tahu tanda-tanda perilaku kekerasan ?
Baiklah, saya akan jelaskan terlebih dahulu, tanda-tanda kekerasan adalah .
Sudah jelas Pak ? bagus
Lalu apa hari ini ada yang membuat Bapak marah ?
Terus apa yang Bapak lakukan ?
Bapak coba praktikkan cara marah pada saya. Anggap saja saya orang yang membuat

Bapak marah, wah bagus sekali.


Apakah dengan cara seperti itu ( memukul ) Bapak bisa selesai ?
Lalu apa Bapak tahu akibat dari perilaku yang Bapak lakukan ?
Betul tangan jadi sakit, merugikan orang lain, masalah tidak selesai dan akhirnya Bapak

dibawa ke rumah sakit.


Bagaimana Bapak belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.
Kalau begitu, besok kita belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat.

3. Terminasi
a. Evaluasi

Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang tanda-tanda perilaku
kekerasan, cara marah yang biasa Bapak lakukan dan akibat dari tindakan Bapak
tersebut.
Obyektif : Nah Bapak, sekarang coba apa saja tanda-tanda dari perilaku kekerasan ? bagus.
Lalu cara apa saja yang biasa Bapak lakukan saat marah ? apa itu merupakan tindakan
yang bagus ? lalu apa hasilnya jika Bapak marah sampai memukul ?
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah, Bapak sudah banyak yang kita bicarakan, nanti coba diingat-ingat lagi
tanda-tanda perilaku kekerasan. Cara yang biasa Bapak lakukan dan akibat yang timbul
dari tindakan yang biasa Bapak lakukan Ya Bapak? bagus.
c. kontrak
Topik
: Apa Bapak masih ingat kita akan membicarakan apa ?siang ini kita akan mempelajari
tentang tanda-tanda perilaku kekerasan dan cara marah yang biasa Bapak lakukan
serta hasilnya.
Tempat
: Dimana kita akan bercakap-cakap Pak ?
Waktu
: Mau berapa lama Bapak ? bagaimana kalau 10 menit.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan III
A. Proses keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa
dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan
3. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi cara kontruktif dalam merespon terhadap kemarahan
2) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
4. Rencana tindakan keperawatan
4.1 Tanyakan pada Klien apa ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.
4.2 Beri pujian jika Klien mengetahui cara lain yang sehat.
4.3 Diskusikan dengan Klien cara lain yang sehat.
a. Secara fisik
Tarik nafas dalam jika sedang kesal / memukul bantal, kasur atau olah raga atau
pekerjaan yang memerlukan tenaga
b. Secara verbal
Katakan anda sedang kesal / tersinggung / jengkel ( saya kesal anda berkata
seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya )
c. Secara sosial

2.

Lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif. Latihan
manajemen perilaku kekerasan.
d. Secara spiritual
Anjurkan Klien sembahyang, berdoa / ibadah lain, meminta pada Tuhan untuk
diberi kesabaran, mengadu kepada Tuhan kekerasaan / kejengkelan.
5.1 Bantu Klien memilih cara yang paling tepat untuk Klien
5.2 Bantu Klien mengidentivikasi manfaat cara yang dipilih
5.3 Bantu Klien untuk menstimulasi cara tersebut ( Role play )
5.4 Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut
5.5 Anjurkan klien untuk memanfaatkan cara yang telah dipelajari saat jengkel / marah
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan
Orientasi
Salam terapeutik
Selamat pagi Bapak? Masih ingat dengan saya ? bagus.
Evaluasi atau validasi data
Bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? apakah ada yang membuat Bapak marah
kemarin ? bagaimana dengan perasaan cara marah dan akibat marahnya Bapak masih
ada tambahan ? bagus.
Kontrak
: Bapak masih ingat apa yang kita latih sekarang ? betul, hari ini kita akan latihan cara
marah yang sehat.
: mau kemana kita bercakap-cakap pak? betul, disini saja seperti kemarin ?
Waktu
: Mau berapa lama Bapak ? 15 menit saja ya ?
Fase kerja
Begini Bapak ada 4 cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari ya Pak ?
Cara yang pertama latihan nafas dalam, kedua dengan mengatakan bahwa anda

sedang kesal, yang ketiga dengan memukul bantal / kasur atau olahraga misalnya
jogging, lari, push up, yang keempat berdoa.
Diantara 4 cara tadi Bapak mau memilih cara yang mana ?
Baiklah kita latihan nafas dalam, caranya seperti ini. Kita bisa berdiri atau duduk tegak.

Lalu tarik nafas dan hidung dan keluarkan dari mulut.


Coba ikuti suster, tarik nafas dalam dari hidung, ya. Bagus tahan sebentar -/+ 10 detik

lalu keluarkan dari mulut, oke ulang sampai 6 kali.


Jadi kalau Bapak lagi kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam

1.
a.
b.

c.
Topik
Tempat

agar marah yang lama tidak terjadi.


3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan tadi ? ada perasaan lega ?
Obyektif : sekarang coba Bapak ulangi apa yang sudah kita pelajari tadi ! bagus.
b. Rencana tindak lanjut

Nah berapa kali Bapak mau latihan cara marah yang sehat yang perawat ajarkan
tadi ? bagaimana kalau 3 kali ? mau kapan saja ? juga lakukan kalau ada yang
membuat Bapak marah atau kesal.
c. kontrak
Topik
: Benarkah besok saya akan coba bertemu keluarga Bapak
Tempat
: Mau dimana ? disini lagi.
Waktu
: Dimulai jam berapa ? berapa lama ? baiklah sampai besok ya Bapak ?

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Pertemuan IV
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi klien.
Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang biasa
dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa keperawatan.
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan.
3. Tujuan khusus.
Klien dapat memanfaatkan obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, dosis
dan efek).
4. Rencana tindakan keperawatan.
4.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien.
4.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seizin dokter.
4.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada botol ? obat, dosis
obat, waktu dan cara minum).
4.4 Ajarkan Klien minta obat dan minum tepat waktu.
4.5 Anjurkan klien melaporkan pada perawatan / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenengkan.
4.6 Beri pujian jika Klien minum obat dengan benar.
B. Strategi komunikasi pelaksanaan keperawatan.
1. Orientasi.
a. Salam terapeutik.
Selamat pagi Bapak ? masih ingat dengan saya. bagus.
b. Evaluasi / validasi.
Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? bagus.
c. Kontrak.
Topik
: Bapak ingat apa yang akan kita bicarakan sekarang ?
Sekarang suster akan menjelaskan pada Bapak obat-obatan yang diminum Bapak
disini.
Tempat : Bapak ingin kita bicara dimana ? disini saja

Subjektif
Obyektif

Waktu
: berapa lama kita akan mengobrol ? bagaimana kalau 10 menit
2. Kerja.
Ini lho Pak obat-obatan yang diminum oleh Bapak yang merah orange ini
namanya CPZ, yang putih kecil ini Haloperidol. Dua obat ini bergabung untuk
mengendalikan emosi Bapak marah, obat ini diminum 3 x sehari.
Masing-masing 1 tablet, jangan lebih jangan minus. Dengan minum obat ini
mungkin Bapak akan mengalami perasaan ngantuk, lemas, pengin tidur terus, bibir jadi
kering, itu semua adalah efek samping obat ini, jangan panik perawat akan selalu
memonitor tekanan darah Bapak merasa kaku. Kaku otot / tremor, mata melihat keatas,
sulit menggerakan anggota badan, banyak keluar air ludah, tolong Bapak hubungi
perawat untuk mendapatkan obat penangkalnya. Kalau dokter datang ceritakan yang
Bapak rasakan saat memanfaatkan obat-obatan ini. Obat ini wajib diminum terus,
mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun, jangan khawatir obat ini jika diminum
sesuai peraturan. Jangan berhenti minum obat walaupun Bapak sudah sehat dan Bapak
wajib selalu konsultasi dengan kami. Kalau Bapak berhenti minum obat gejala-gejala
seperti yang Bapak alami sekarang akan muncul lagi, sudah jelas Bapak ?
Bapak ada lima hal yang wajib diingat saat Bapak minum obat, benar bahwa obat
ini untuk Bapak, benar caranya, benar waktu dan benar frekuensinya, ingat ya Pak,
bagus.
3. Terminasi
a. Evaluasi.
: Bagaimana Bapak sekarang sudah paham tentang obat. Obat
yang diminum
Bapak selama ini ? bagus
: coba sekarang Bapak sebutkan jenis obat yang diminum Bapak bagus ! sekarang lima
benar kalau kita minum obat apa saja Pak ? ya bagus sekali.
b.
Rencana tindakan lanjut.
Karena Bapak sudah paham tentang obat-obatan yang Bapak minum. Bapak
dapat langsung minta obat jika waktu pemberian obat sudah tiba.
c.
Kontrak yang akan datang.
Berhubung disini perawat isqi cuma 2 minggu, jika nanti Bapak mengalami
kesulitan Bapak bisa menghubungi suster atau perawat yang ada disini.
Mari Bapak saya perkenalkan dengan suster atau perawat yang ada disini.

Tanggal Pengkajian
Tanggal Masuk
Ruang
I.
PENGKAJIAN
A. Identitas Klien

BAB III
TINJAUAN KASUS
: 14 Januari 2013
: 20 Desember 2012
: Perkasa

Nama
: Tn. T
Umur
: 29 Tahun
Alamat
: Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: MI
Pekerjaan
: Pedagang
No. CM
: 03 74 38
B. Penganggung Jawab
Nama
: Tn. J
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung
Alamat
: Jenggotan Pranggon Andong Boyolali
II.
KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan sering marah karena tidak bisa hidup seperti orang lain yang normal,
terkadang mengamuk, mengancam hingga memukul orang.
III. ALASAN MASUK
2 hari sebelum masuk rumah sakit klien bingung, labil, marah marah, mengamuk
mengancam, gelisah, sulit tidur, hyperaktif, bicara kacau dan bicara sendiri, sulit
dikendalikan, memukul orang lain.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
A. Klien mengalami gangguan jiwa 15 tahun yang lalu, pernah rawat inap di Rumah Sakit
Jiwa Solo > 20 x.
B. Kontrol tidak rutin, putus obat 6 bulan, pengobatan minus berhasil.
C. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
D. Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang menakutkan yaitu pernah di kroyok oleh
teman temannya dan kepalanya berdarah.
V.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,2 0C
Pernafasan
: 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggai badan : 172 cm
Berat badan
: 64 Kg
C. Kondisi Fisik :
Klien tidak mengeluh sakit apa apa, jika ada bagian tubuh yang terasa sakit langsung minta
obat, tidak ada kelainan fisik.
VI. PSIKOSOSIAL

A. Genogram

Ket :

: Laki laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah

B.

Konsep Diri
Citra tubuh
: Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah kaki, karena kuat.
dentitas
: Klien mengatakan anak ke 2 dari 7 bersaudara.
Peran
: Klien mengatakan dirumah atau di dalam keluarga sebagai anak.
deal diri
: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, klien merasa bosan keluar masuk rumah
sakit jiwa.
Harga diri
: Klien mengatakan orang yang paling dekat dengan klien adalah ibu dan ayahnya, klien
mengatakan malu karena belum menikah dan sepertinya tidak ada harapan untuk menikah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
C. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan klien adalah ayah dan ibu.

Peran serta dalam masyarakat / kelompok : Klien sebelum sakit sering mengikuti ronda di
desanya.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : selama klien sering keluar masuk rumah
sakit jiwa temannya berkurang karena lebih suka berdiam diri di rumah.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah.
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat / tidak genap 5x sehari, sehabis sholat klien berdoa agar
diberikan kesembuhan.
VII. STATUS MENTAL
pilan
: Penampilan klien minus rapi, rambut jarang disisir, berpakaian klien rapi, klien
memanfaatkan baju yang disediakan rumah sakit.
caraan
: Klien bicara cepat, dapat dipahami.
tas Motorik : Klien beraktifitas sesuai, klien kooperatif.
Perasaan
: Klien mengatakan sedih dengan keadaannya dan terkadang marah jika merenungi keadaan.
: Klien labil dan mudah marah.
Masalah Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
aksi Selama Wawawncara : Klien aktif, selalu menjawab jika ditanya.
si
: Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
ikir
: Tidak ada waham, obsesi, delusi, dll.
at Kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari senin tanggal 14 Januari 2013 jam
14.30 WIB.
ri
: Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
k Konsentrasi dan Berhitung : Klien sekolah sampai 6 MI, berhitung klien lancar, contoh 25 + 25 = 50.
mpuan Penilaian : Klien dapat menilai antara menolong orang atau melanjutkan perjalanan, klien memilih
menolong orang.
Tilik Diri
: Klien tahu dan sadar bahwa dirinya di rumah sakit jiwa sedang sakit jiwa.
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
A. Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum 6 gelas / hari, mandiri.
B. BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari, mandiri.
C. Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi, dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
D. Berpakaian / Berhias
Klien mengatakan baju dengan benar, mampu memakai sendiri.
E. Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang jarang, tidur malam jam 19.00 04.30 WIB.
F. Penggunaan Obat
Klien minum obat 3x sehari, setelah makan, heloperidol 25 mg, trihexiperidine 22 mg,
resperidone 22 mg.
G. Pemeliharaan Kesehatan

Klien baru di rawat di Rumah Sakit Jiwa Klaten, sebelumnya di rawat di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta.
H. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien di rumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah.
IX. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain, terlihat malu.
B. Klien mampu menjelaskan masalah ringan, misalnya kebersihan diri klien dengan sendiri.
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain, lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
X.
MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
A. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
B. Masalah berhubungan dengan lingkungan : klien menarik diri dari lingkungan.
C. Masalah dengan kesehatan (-)
D. Masalah dengan perumahan : klien tinggal dengan ibu dan ayahnya.
E. Masalah dengan ekonomi : kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.
XI. ASPEK MEDIK
A. Inj. Lodomer 1 amp IM extra
B. Haloperidol 25 mg
C. Trihexiperidine 22 mg
D. Resperidone 22 mg
XII. MASALAH KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan
B. Harga Diri Rendah
C. Menarik Diri
D. Koping Individu Tidak Efektif
XIII. POHON MASALAH

( Efek )

( Core Problem

( Causa / Peny

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Menarik Diri

Harga Diri Rendah


Koping Individu Tidak Efektif
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
B. Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan.

XV. ANALISA DATA


No

Data

Ds
1. :
Klien malu dengan teman.

Etiologi

Problem

Koping Individu
Tidak Efektif

Harga Diri Rendah

Harga Diri Rendah

Perilaku Kekerasan

Klien mengatakan belum menikah dan


sepertinya tidak ada harapan untuk
menikah.
Klien mengatakan tidak punya teman
semenjak sakit.
Do :
Klien tampak malu saat berbicara.
Ds
2. :
Klien Mengatakan marah
memikirkan keadaannya.

jika

Do :
Klien tampak marah, nada bicara
tinggi.
Ds
3. :

Perilaku Kekerasan

Klien mengatakan mengamuk jika


sudah terlalu kesal dan jengkel
memikirkan keadaan.

Resiko Mencederai
Diri Sendiri, Orang
Lain dan Lingkungan.

Do :

XVI. RENCANA KEPERAWATAN


Tgl.

Dx. Keperawatan

16-

Perilaku

01-

Kekerasan

13

berhubungan
dengan Harga
Diri Rendah

Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

TUM :

Klien mau membalas salam. Beri salam/panggil nama

Klien tidak

Klien mau menjabat tangan.

Sebutkan nama perawat

Klien mau menyebutkan

Jelaskan maksud hubungan

melakukan perilaku
kekerasan.

nama.
TUK :
1. Klien dapat membina
hubungan saling
percaya.

Klien mau tersenyum.


Klien mau kontak mata.
Klien mau mengetahui nama

interaksi
Jelaskan akan kontrak
yang akan dibuat
Beri rasa aman dan sikap
empati

perawat.
Lakukan kontak singkat
tapi sering
2. Klien dapat
mengidentifikasi
penyebab perilaku
kekerasan.

Klien dapat mengungkapkan Berikan kesempatan klien


perasaannya.
Klien dapat mengungkapkan
penyebab perasaan

3. Klien dapat
mengidentifikasi
tanda dan gejala

untuk mengungkapkan
perasaan
Bantu klien untuk

jengkel/kesal (dari diri sendiri,

mengungkapkan penyebab

lingkungan atau orang lain).

perasaan jengkel/kesal

Klien dapat mengungkapkan Anjurkan klien


perasaan saat marah/jengkel.

mengungkapkan apa yang


dialami dan dirasakan saat

Klien dapat menyimpulkan

perilaku kekerasan.

tanda dan gejala perilaku


kekerasan.

masih jengkel
Observasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan pada
klien
Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala
jengkel/kesal yang akan
dialami

Klien dapat mengungkapkan Anjurkan klien untuk

4. Klien dapat
mengidentifikasi

perilaku kekerasan yang biasa

mengungkapkan perilaku

perilaku kekerasan

dilakukan.

kekerasan yang biasa

yang biasa dilakukan.

Klien dapat bermain peran


sesuai perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan.
Klien dapat mengetahui cara
yang biasa dilakukan untuk
menyelesaikan masalah.

dilakukan klien (verbal,


pada orang lain, pada
lingkungan dan diri
sendiri)
Bantu klien bermain peran
sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan oleh klien
Bicarakan dengan klien
apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya
selesai

5. Klien dapat

Klien dapat menyelesaikan

mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan.

Bicarakan akibat/ kerugian

akibat dari cara yang

dari cara yang dilakukan

diberdayakan klien :

klien

Akibat pada klien sendiri

Akibat pada orang lain

Akibat pada lingkungan

Bersama klien
menyimpulkan akibat dari
cara yang dilakukan oleh
klien
Tanyakan kepada klien
apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat?

XVII. TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Tg

Dx. Kep.

SP

Implementasi

Evaluasi

l
16-

SP 1 Membina hubungan saling percaya

01-

dengan menerapkan prinsip

13

komunikasi terapeutik :

S:
Klien mau menjawab salam dan
mengatakan selamat pagi, dan

Menyapa klien dengan ramah secara

nama lengkap, senang di panggil

verbal dan non verbal

T
Klien mengatakan marah jika

Memperkenalkan diri dengan sopan

terlalu memikirkan keadaannya


Menanyakan nama lengkap klien dan
Klien mengatakan mengamuk jika

nama panggilan yang disukai klien

sedang marah
Menjelaskan tujuan pertemuan
O:
Menunjukkan sikap empati dan penuh
Klien mau berjabat tangan

perhatian pada klien


Mengidentifikasi penyebab perilaku

Klien menjawab pertanyaan

kekerasan

dengan terarah

Mengidentifikasi tanda dan gejala

Klien tenang dan ada kontak mata

perilaku kekerasan
A : SP 1 tercapai
Mengidentifikasikan perilaku
Pp : Lanjutkan SP 2

kekerasan yang dilakukan

Mengidentifikasikan akibat perilaku Pk : Anjurkan klien untuk berlatih tarik


nafasdalam
kekerasan
Menyebutkan cara mengontrol
perilaku kekerasan ( latihan nafas
dalam)
Menganjurkan klien memasukkan
dalam kegiatan
SP 2 Melatih klien mengontrol perilaku

S :Klien mengatakan sholatnya masih

kekerasan dan penenangan dengan cara


sholat dan berdoa

jarang tidak genap 5 waktu dan

Menganjurkan klien memasukkan

berdoa setiap setelah sholat

dalam jadwal kegiatan


O:
A : SP 2 tidak tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien untuk sholat 5
waktu dan berdoa
SP 3 Melatih klien minum obat dengan
teratur

S :Klien mengatakan minum obat


secara teratur setelah makan (pagi,

Menganjurkan klien memasukkan


dalam jadwal kegiatan harian

siang, sore)
O :Klien mau minum obat tanpa
paksaan perawat
A :SP 3 tercapai
Pp : Lanjutkan SP 1 keluarga
Pk : Anjurkan klien minum obat secara
teratur

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

1.

Pada masalah perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. T tindakan yang
dilakukan sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu
klien mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau
kerugian dari cara yang diberdayakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang
konstruktif dalam berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk
menyalurkan energy marah yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan
lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)
Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.

2.
3.
4.
5.
1.
2.

3.
4.
5.
1.
2.

1.
2.

Ekspresikan marah dengan memanfaatkan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit
Untuk perawat :
Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada klien
untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk dapat
pemecehan masalahya.
Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.
Untuk di Rumah Sakit :
Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan askep disetiap sub keperawatan.
Untuk mahasiswa :
Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola masalah kelompok agar
dapat memberikan askep secara profesional.
Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Kelliat, 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta. EGC
Keliat, B.A. (1999). Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial, Menarik
diri.
Jakarta : FKUI
Keliat, B.A. (1999). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC
Stuart GW, Sunden . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta EGC
Maramis, WF.1998, Proses keperawatan Kesehatan jiwa, (Terjemahan ).Penerbit
Buku Kedokteran,EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai