083202087
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek
Kerja Profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati ingin menyampaikan
Klinis di RSUP.
Instalasi Sterili
Medis RSUP H.
selaku Pembimbing
14. Bapak Drs. Parlaungan Butar-butar, MM., Apt., selaku Kepala Instalasi Steril
isasi
Pusat (CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan.
15. Ibu Dra. Ratna Panggabean, Apt., selaku Kepala Instalasi Gas Medis RSUP H.
Adam Malik Medan.
16. Ibu Dra. Musniarti, Apt. dan Ibu Dra. Rosidah, M.Si., Apt, selaku Pembimbing
Praktek Kerja Profesi Apoteker RSUP H. Adam Malik Medan.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
17. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Bapa
k
Drs. Wiryanto, MS., Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan Profesi
Apoteker USU Medan.
18. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker dan staf Instalasi Farmasi yang telah ban
yak
membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi di RSUP H. Adam
Malik Medan.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi
kita semua dan khususnya demi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Farmasi.
Medan, Februari 2009
Penulis
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.. i
LEMBAR PENGESAHAN..... ii
KATA PENGANTAR..... iii
DAFTAR ISI. v
DAFTAR GAMBAR viii
RINGKASAN........... ix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang.............. 1
1.2 Tujuan.......................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT..... 3
2.1 Definisi Rumah Sakit... 3
2.2 Tugas Rumah Sakit...................... 3
2.3 Fungsi Rumah Sakit..........................................................
................................... 3
2.4 Klasifikasi Rumah Sakit...... 6
2.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit secara umum... 6
2.4.1 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah......... 7
2.5 Rekam Medik...... 7
2.6 Panitia Farmasi dan Terapi.............. 8
2.7 Sistem Formularium................................................. 10
2.8 Instalasi Farmasi...........................................................
....................................... 10
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
........................ 40
4.2.3 Kelompok Kerja Farmasi Klinis ...........................................
....................... 43
4.2.4 Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi .................................
............. 44
4.2.5 Depo Farmasi............................................... .............
................................... 45
4.3 Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) ............. 46
4.4 Instalasi Gas Medis .......................................................
....................................... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
................ 48
5.1 Kesimpulan .................................................................
.......................................... 48
5.2 Saran .....................................................................
................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................
.............................. 51
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Struktur Organisasi RSUP H. Adam Malik ......................................
............... 16
2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ....................
..... 24
3. Struktur Organisasi Instalasi CENTRAL STERILIZED SUPPLY DEPARTMENT (CSSD)
RSUP H. Adam Malik ............................................................
...................... 32
4. Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik...................
... 34
5. Prosedur Pemesanan Gas Medis 35
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
RINGKASAN
Pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat. Salah s
atu
tempat pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah salah satu sar
ana
kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah m
edik
untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah Sakit Umum Pusat Haj
i
Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dan salah satu sarana dalam
mewujudkan upaya kesehatan masyarakat. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan
salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermu
tu.
Untuk melaksanakan pelayanannya di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi dibagi kedalam
empat kelompok kerja (Pokja) yang dipimpin oleh kepala instalasi dan wakil kepal
a
instalasi. Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab atas seluruh pekerjaa
n serta
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit dan memberikan pelayanan farmasi klinis.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kes
ehatan
yang mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
BAB II
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT
2.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik
dalam
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan
3. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas da
n
kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
4. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas da
n
kemampuan pelayanan medik dasar.
2.5. Rekam Medik
Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan
kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah sakit dipers
yaratkan
mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untu
k
pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Suatu rekam medik yang lengkap
mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesaki
tan yang
sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data labora
torium
klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan med
ik atau
bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lan
jut,
dan temuan otopsi (Siregar, 2004).
Kegunaan rekam medik:
1. Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita.
2. Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang
berkontribusi pada perawatan penderita.
3. Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan
penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit.
4. Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang
diberikan kepada penderita.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
5. Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi y
ang
bertanggung jawab.
6. Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian
keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita.
2.6. Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)
PFT adalah organisasi yang berada di bawah komite medik rumah sakit yang
diketuai oleh dokter dan dibantu seorang sekretaris yaitu apoteker dari IFRS. An
ggota
PFT terdiri dari dokter yang mewakili Staf Medik Fungsional (SMF) dan apoteker y
ang
mewakili farmasi serta tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit.
PFT rumah sakit bertugas membantu direktur rumah sakit dalam menentukan
kebijakan pengobatan dan penggunaan obat.
Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah:
1. Menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para dokter dalam
memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke dalam
formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi, keamanan serta
harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk obat yang sama. PFT
berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau menolak produk obat atau dosis oba
t
yang diusulkan oleh SMF.
2. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk
kategori khusus.
3. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan meneliti re
kam
medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
4. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
5. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan
perawat.
6. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakankebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai
dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional (Siregar, 2004).
2.7 Sistem Formularium
Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik di suatu
rumah sakit untuk mengevaluasi, menilai dan memilih produk obat dianggap paling
berguna dalam perawatan penderita. Obat yang ditetapkan dalam formularium harus
tersedia di IFRS (Siregar, 2004).
Sistem formularium merupakan sarana penting dalam memastikan mutu
penggunaan obat dan pelegalisasian harganya. Sistem formularium menetapkan
pengadaan, penulisan, dan pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat deng
an
nama generik apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut.
Kegunaan sistem formularium di rumah sakit:
1. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat dalam rumah sakit.
2. Sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar.
3. Memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar, 2004).
2.8 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian di rumah sakit di
bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan
tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerj
aan
serta pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan memberikan pelayanan farmasi klin
is.
(Siregar, 2004).
Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien
lebih dari orientasi kepada produk, dengan penerapan pengetahuan dan keahlian fa
rmasi
dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien
secara individual. Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntunga
n
terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan o
bat,
karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan
,
kemanfaatan dan keamanan terapi obat. Menurut SK MenKes
No.1197/MenKes/SK/X/2004 pelayanan farmasi klinis meliputi:
1. Melakukan konseling
2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
3. Pencampuran obat suntik secara aseptik
4. Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi
O2 +
O2 +
He +
N2O
N2
CO2
O2
+ O2 + N2
BAB III
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
H. ADAM MALIK MEDAN
3.1. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
244/MENKES/PER/III/2008 tentang organisasi dan tata kerja RSUP H. Adam Malik
Medan, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Umum kelas A yang mempunyai
tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan mengupayakan peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dapat
dilihat pada gambar 1.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSUP H. Adam Malik mempunyai
fungsi:
a. Menyelenggarakan pelayanan medis
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
penunjang
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Direktur medik dan Keperawatan terdiri dari:
a. Bidang Pelayanan Medik
b. Bidang Pelayanan Keperawatan
c. Bidang Pelayanan Penunjang
d. Kelompok Jabatan Fungsional
e. Instalasi
3. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan
Direktorat SDM dan Pendidikan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di
bawah dan bertanggungjawab pada Direktur Utama. Direktorat Sumber Daya Manusia
dan Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan Sumber Daya Manusia,
pendidikan dan penelitian.
Dalam melaksanakan tugas Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, pendidikan, dan pelatihan s
erta
penelitian dan pengembangan
b. Koordinasi dan pelaksanaan pengeloloaan sumber daya manusia
c. Koordinasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengemba
ngan
d. Pengendalian, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan, pengelolaan sumber daya
manusia, pendidkan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan terdiri dari:
a. Bagian Sumber Daya Manusia
b. Bagian Pendidikan dan Penelitian
c. Instalasi
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
d. Kelompok Jabatan Fungsional
4. Direktorat Umum dan Operasional
Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Umum dan
Operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan data dan informasi, hukum,
organisasi dan hubungan masyarakat serta administrasi umum.
Dalam melaksanakan tugas, direktorat umum dan operasional menyelenggarakan
fungsi:
a. Pengelolaan data dan informasi
b. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan hubungan masyarakat
c. Pelaksanaan urusan administrasi umum
Direktorat Umum dan Operasional terdiri dari:
a. Bagian data dan informasi
b. Bagian hukum, organisasi dan hubungan masyarakat
c. Bagian umum
d. Instalasi
e. Kelompok Jabatan Fungsional
5. Direktorat Keuangan
Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Keuangan mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan anggaran, pengelolaan perbendaharaan, mobilisasi dan
a,
akuntansi dan verifikasi.
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat keuangan menyelenggarakan fungsi:
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
kemandirian.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Misi RSUP H. Adam Malik Medan:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bermutu yang menghasilkan Sumber
Daya Manusia yang profesional di bidang kesehatan.
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan.
4. Menyelenggarakan pelayanan yang menunjang peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, RSUP H. Adam Malik Medan juga mempunyai MOTTO, yaitu:
mengutamakan pasien dengan memberikan pelayanan
P : Pelayanan cepat
A : Akurat
T : Terjangkau
E : Efisien
N : Nyaman
3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.
01.01.11. 249, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggungjawab langsung kepada Wakil Direk
tur
Penunjang Medis dan Penelitian.
Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik merupakan fasilitas untuk melakukan
kegiatan peracikan, penyimpanan, penyaluran obat-obatan dan bahan kimia,
penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran serta alat perawatan dan alat kesehat
an.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Instalasi Farmasi bertugas membantu Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitia
n
untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan
mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi RSUP H.Adam Malik
sesuai SK Direktur RSUP H.Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.249 mempunyai
fungsi:
- Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi da
n
melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
- Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, memproduksi dan
pendistribusian perbekalan farmasi
- Melaksanakan fungsi pelayanan Farmasi Klinis
- Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP H. Adam Malik Medan No.
OT.01.01.11.249 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi Rum
ah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tanggal 26 Maret 2005, IFRS dipimpin oleh seorang
kepala instalasi. Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi dibantu ole
h wakil
kepala instalasi, tata usaha, empat kelompok kerja dan tiga depo.
Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada
gambar 2.
Tata usaha farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi
dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan,
mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian Instalasi Farmasi.
3.2.4 Kelompok Kerja
3.2.4.1 Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusa
t
H. Adam Malik. Mempunyai tugas membantu kepala Instalasi farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian perbekalan farmasi (Alat Kesehatan Habis Pakai, instrumen dasar,
reagensia, radiofarmasi, obat dan cairan), mem- produksi obat-obatan dan penguji
an
mutu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit serta melaksanakan pencatatan, pelapora
n dan
evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perbekalan.
3.2.4.2 Pokja Apotek
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Pokja Apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusa
t
H. Adam Malik. Mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien
rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat dan melaksanakan pencatatan, pelapo
ran
dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Apotek.
3.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis
Pokja Farmasi Klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusa
t
H. Adam Malik. Mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal
mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan Farmasi Klinik dan
melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan Pokja Farmasi Klinis.
3.2.4.4 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Umum Pusat H. Adam Malik. Mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi
dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan perbekalan farmas
i
untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian d
i
RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan
pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan P
okja
Perencanaan dan Evaluasi.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Kepala CSSD
Wa.Ka. Instalasi
IGD
IBP
IPI
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Sistem pelayanan gas medis dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama
adalah dengan menggunakan oxygen gas cylinder (cara konvensional), misalnya tabu
ng 6
m3. Cara kedua adalah dengan menggunakan instalasi gas medis tangki (oksigen cai
r),
merupakan tangki double wall yang dilengkapi dengan sistem vacum sehingga tidak
terjadi perpindahan panas dari luar tangki ke dalam tangki.
Jenis gas medis yang sering dilayani di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan meliputi:
- Gas O2 (silinder dan liquid)
- Gas N2O
- Gas N2
- Gas CO2
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
- Udara Tekan (UT)
s
tentang kebutuhan gas medis.
e. Memberikan data pemakaian gas medis oleh pasien kepada petugas verifikasi gun
a
penagihan biaya pemakaian gas medis.
f. Membuat laporan tentang penggunaan gas medis oleh pasien.
g. Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan diklat dan litbang di lingkungan
Instalasi Gas Medis.
3.4.1 Prosedur Pemesanan Gas Medis
Memesan gas medis dengan surat pesanan sement
sementara melalui fax dan telepon
Diterima oleh panitia penerima
Dilaporkan kepada panitia pengadaan barang
Gambar 5. Prosedur pemesanan Gas Medis
3.4.2 Prosedur Pendistribusian Gas Medis
Pemesanan dilakukan oleh perawat melalui telepon dari ruang perawat ke nomor
645, dan telepon diterima oleh petugas Instalasi Gas Medis, kemudian petugas med
is
mengkonfirmasi pemesanan gas medis tersebut lalu gas medis didistribusikan ke ru
ang
yang membutuhkan.
Instalasi Gas Medis
Gas Medis datang
Gas Medis disimpan
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
3.4.3 Permasalahan Gas Medis
1. Bila order gas datang terlambat ke rumah sakit dan mempengaruhi pelayanan
kesehatan.
2. Bila stok kosong (untuk N2O) di PT. Aneka Gas Industri Medan pelayanan di kam
ar
operasi akan terganggu.
3. Untuk O2 cair, jika gas sudah dipesan tetapi stok dari pabrik tidak cukup unt
uk
didistribusikan ke seluruh wilayah kota Medan dan harus berbagi dengan rumah sak
it
lain.
4. Untuk O2 silinder: tabung 1m
3 dan 2m3 rumah sakit belum memiliki buffer stok
tabung kecil yang sesuai dengan yang diinginkan dan petugas cenderung
memberanikan diri untuk memindahkan isi tabung 6 m3 ke tabung 1m3 dan 2m3
3.4.4 Prosedur Tetap Instalasi Gas Medis
1. Pemesanan gas medis harian.
2. Pemesanan gas medis dalam tabung 6m3.
3. Penyimpanan gas medis.
4. Pendistribusian gas medis.
5. Pengembalian tabung kosong.
6. Penerimaan oksigen cair.
7. Pelaporan gas medis.
8. Pencatatan penggunaan gas medis sentral dan tabung 6m3 di ruangan.
9. Penggunaan tabung oksigen kecil.
10. Evaluasi pelayanan gas medis.
11. Pemesanan gas medis dari ruang instalasi.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit umum
kelas A yang dan merupakan pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang melipu
ti
Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau dan diharapkan pada tahun
2015 bertumpu pada kemandirian.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Sejak tanggal 1 Juli 2007 pelayanan kesehatan untuk pasien yang berasal dari
keluarga miskin (Gakin) di RSUP H. Adam Malik Medan ditanggung oleh pemerintah
yang langsung dikelola oleh rumah sakit. Perubahan ini terjadi dari pelayanan As
keskin
yang dikelola oleh PT. Askes Cabang Medan menjadi pelayanan Jamkesmas (Jaminan
Kesehatan Masyarakat). Pelayanan obat yang diberikan untuk pasien yang berasal
dari
keluarga miskin (Jamkesmas) tidak lagi mengacu kepada DPHO (Daftar Plafon Harga
Obat) tetapi mengacu kepada formularium yang dikeluarkan oleh Menkes sesuai deng
an
SK Menkes nomor 417/Menkes/SK/IV/2007 tanggal 1 Juli 2007 dan pengadaannya
dikelola oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Pada tanggal 23 Agustus 2007, formu
larium
ini dilengkapi lagi dengan berbagai obat yang belum terdapat pada formularium
sebelumnya. Formularium ini lebih dikenal dengan nama Pedoman Pelaksanaan (Manla
k)
yaitu berisi obat-obat yang telah diresepkan oleh dokter kepada pasien dan farma
si hanya
melayani obat-obat yang terdapat pada formularium tersebut.
Pelayanan kesehatan untuk pasien Askes ditanggung oleh PT Askes cabang
Medan. Pelayanan obat yang diberikan untuk pasien Askes mengacu kepada DPHO yang
diterbitkan oleh PT Askes. Setiap tahun DPHO disempurnakan dan disesuaikan denga
n
perkembangan yang ada.
n
berdasarkan daftar permintaan dan penyerahan perbekalan farmasi. Dalam menerima
perbekalan farmasi harus memeriksa, meneliti perbekalan tersebut meliputi keadaa
n
fisik, jumlah, jenis dan tanggal kadaluarsanya.
4. Penyimpanan
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Penyimpanan adalah kegiatan pengamanan dengan cara menempatkan obat-obat yang
diterima pada tempat yang aman, terdiri dari:
a. Penyimpanan berdasarkan jenis (obat, cairan, AKHP)
b. Penyimpanan berdasarkan sifat (misal, obat-obat termolabil disimpan dalam lem
ari
pendingin)
c. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep)
d. Penyimpanan khusus untuk narkotika dan psikotropika
Penyimpanan dilakukan berdasarkan sistem FIFO dan FEFO dan harus mudah
pengembalian barang-barang yang akan expired.
5. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan dalam rangka pengeluaran perbekalan farmasi dar
i
apotek ke pasien rawat jalan, pasien IGD, pasien umum, sesuai dengan resep yang
ditulis dokter.
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan adalah kegiatan penatausahaan perbekalan farmasi secar
a
tertib yang diterima, disimpan, dan yang didistribusikan. Pencatatan yang ada di
apotek meliputi:
a. Buku pencatatan perbekalan farmasi yang diterima
b. Buku pencatatan perbekalan farmasi yang keluar
c Kartu stok untuk pencatatan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar.
Pelaporan meliputi:
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
a. Obat generik
b. Mutasi barang
c. Stok opname
d. Obat kadaluarsa
e. Laporan tahunan
7. Pengawasan terhadap SDM
Pengawasan terhadap SDM adalah serangkaian kegiatan untuk menilai kinerja
pegawai dalm melaksanakan tugasnya dengan cara:
a. Mengamati kehadiran pegawai
b. Disiplin kerja
c. Komunikasi pegawai
d. Memberikan teguran
e. Meningkatkan motivasi kerja
8. Pengawasan Terhadap Pengelolaan
Pengawasan terhadap pengelolaan adalah kegiatan untuk menilai kinerja dalam
melaksanakan tugas dengan cara mengawasi sistem penyimpanan, penerimaan,
pengeluaran berdasarkan kartu stok, kondisi fisik, tanggal kadaluarsa dan mengaw
asi
stok opname dan evaluasi.
9. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja dalah kegiatan menilai hasil kerja yang telah dilaksanakan, ber
tujuan
untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan telah dilaksanakan dengan baik
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
dengan cara mengisi Daftar Penilaian Pelaksanaan Kerja Pegawai (DP3), merekap
kehadiran dan mengamati perilaku pegawai.
10. Evaluasi Pelayanan
Evaluasi pelayanan adalah kegiatan yang menilai hasil kerja yang telah dilaksana
kan,
bertujuan apakah pelayanan sudah sesuai dengan rencana kerja dengan cara
memeriksa laporan penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, permintaan,
pelaksaanaan tugas serta pencatatan.
4.2.3 Kelompok Kerja Farmasi Klinis
Dari hasil pengamatan Farmasi Klinis telah melaksanakan pemantauan
penggunaan obat, pengkajian penggunaan obat, penanganan sitostatika, MESO
(Monitoring Efek Samping Obat), konseling dan PIO. Kegiatan pelayanan farmasi kl
inis
yang belum terlaksana sepenuhnya antara lain:
1. Pencampuran obat suntik secara aseptis
2. Menganalisa efektivitas biaya
3. Penentuan kadar obat dalam darah
4. Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN)
4.2.4 Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi
Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, perencanaan
dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang
bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai denga
n
kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan
efisiensi penggunaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode yang dapat
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain Konsumsi
,
Epidemiologi atau kombinasi keduanya.
Berdasarkan hasil pengamatan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah melakukan
perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan
menggunakan metode konsumtif. Metode ini didasarkan pada analisa data konsumsi o
bat
sebelumnya. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang
diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta rencana
tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga
melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di
lingkungan pokja perencanaan. Untuk evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di R
SUP
H. Adam Malik dan pelaksanakan SIRS belum dilaksanakan secara maksimal oleh Pok
ja
Perencanaan dan Evaluasi.
Perbekalan farmasi yang direncanakan untuk diadakan hanya AKHP dan obatobatan yang termasuk dalam all in tarif. Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah
melakukan pemilihan perbekalan, tetapi wewenang untuk memutuskan perbekalan
farmasi yang hendak diadakan tersebut berada pada Panitia Pengadaan Barang.
Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, pengelolaan
perbekalan farmasi dimulai dengan pemilihan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
pelayanan di rumah sakit. Dalam hal ini pelaksananya adalah instalasi farmasi. J
adi
seharusnya perencanaan didasarkan pada pemilihan yang dilakukan oleh instalasi
farmasi, sehingga sampai pada proses pengadaan dapat tetap sesuai dengan pemilih
an
yang dilakukan oleh instalasi farmasi. Dengan ini dapat tetap dikontrol mutu dar
i
perbekalan yang digunakan. Hal ini erat kaitannya dengan upaya pengelolaan dan
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
penggunaan obat secara rasional, dimana profesi farmasis dapat berperanserta dal
am hal
mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu (high quality), merata, dan dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (accessable and affordable).
4.2.5 Depo Farmasi
Depo farmasi merupakan perpanjangan tangan dari instalasi farmasi yang
bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi ke pasien yang ada di instalasi
Rindu
A, Rindu B, dan CMU lantai III. Perbekalan farmasi didistribusikan secara sistem
unit
dose dispensing, floor stock dan resep individual.
Berdasarkan hasil pengamatan, sistem distribusi obat Unit Dose Dispensing
(UDD) diterapkan untuk pasien Askes dan Jamkesmas. Pada pasien Askes, obat yang
diluar DPHO diterapkan resep umum.
Berdasarkan hasil pengamatan, sistem distribusi perbelakan farmasi yang
digunakan adalah sistem UDD, resep individual dan floor stock. Sistem UDD belum
sepenuhnya dilaksanakan sesuai protap karena walaupun obat telah dikemas menjadi
satu
dosis tunggal tetapi penyerahannya kepada pasien oleh perawat diberikan sekaligu
s untuk
pemakaian satu hari bukan untuk satu kali pakai. Keuntungan sistem distribusi ob
at unit
dose adalah meningkatkan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat;
mengurangi kesalahan pemberian obat; mencegah terjadinya pemborosan obat oleh
pasien.
4.4.1 Instalasi Central Sterilized Supply Departement (CSSD)
Berdasarkan pengamatan, CSSD telah melaksanakan kegiatan: pencucian,
pengeringan, pengemasan/paket, pemberian label, pemberian indikator, sterilisasi
,
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
penyimpanan, dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan ster
il.
CSSD juga telah melakukan sterilisasi ruangan dengan cara pengasapan (fogging),
juga
sterilisasi dengan Etylen Oxyde untuk alat yang tidak tahan panas.
CSSD juga memberikan penyuluhan kepada petugas kesehatan, pasien dan
keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dalam upaya pencegahan infeksi nosokomi
al
dengan menempelkan poster himbauan disetiap unit-unit pelayanan kesehatan.
Sumber kontaminasi pada infeksi nosokomial berasal dari udara, ruang instrumen,
sumber daya manusia (SDM) dan pasien. Sumber infeksi yang paling berpengaruh ada
lah
SDM dan pasien. Oleh karena SDM dan pasien diharapkan menjaga dan mematuhi
tindakan aseptis dengan cara menjaga kebersihan.
4.4.2 Instalasi Gas Medis
Pengelolaan gas medis sudah ditangani oleh suatu instalasi khusus yaitu Instalas
i
Gas Medis sejak Februari 2005. Ini dilakukan untuk pengembangan pelayanan,
mengingat gas medis merupakan perbekalan farmasi yang termasuk life saving yang
sangat penting, dimana bila terjadi keterlambatan beberapa menit saja dapat
menyebabkan kejadian yang cukup fatal, bahkan kematian.
Dari hasil pengamatan, distribusi gas medis ke unit-unit yang membutuhkan
belum maksimal. Pokja Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis menghadapi
kendala dalam hal pendataan jumlah gas medis yang dipakai oleh pasien, hal ini
disebabkan kurang aktifnya petugas di setiap user untuk mengisi formulir pemakai
an gas
medis yang diberikan oleh Instalasi Gas Medis. Titik outlet oksigen belum sesuai
dengan
jumlah tempat tidur terutama untuk rumah sakit kelas A.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pasien yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan umumnya pasien
Jamkesmas dan pasien Askes, serta sebagian kecil pasien umum.
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit AH. Adam Malik telah melaksanakan fungsi
pelayanan perbekalan farmasi dan fungsi farmasi klinis. Dimana fungsi pelayanan
perbekalan dilakukan oleh pokja Perencanaan dan Evaluasi, pokja Perbekalan,
Pokja Apotek, Depo Rindu A dan Depo Rindu B, serta Central Medical Unit
(CMU). Sedangkan fungsi farmasi klinis dilakukan oleh pokja Farmasi Klinis.
3. Pokja Farmasi Klinis telah melakukan:
a. Pelayanan Informasi Obat, konseling pasien rawat jalan dan rawat inap, visite
ke ruangan rawat inap, dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
b. Pencampuran obat-obat sitostatika
c. Sementara pencampuran obat suntik secara aseptis, penyiapan TPN,
penentuan kadar obat dalan darah belum terlaksana karena sarana dan
prasarana belum memadai serta tenaga terlatih yang masih sedikit.
4. Pelayanan obat-obatan di RSUP H. Adam Malik Medan untuk pasien Jamkesmas,
Askes, dan umum telah melalui sistem satu pintu karena kegiatan pengelolaan dan
penggunaan obat dan alat kesehatan sudah dilakukan sepenuhnya oleh Instalasi
Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan
5. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan
pelaksanaan SIRS telah dilaksanakan oleh Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Keputusan Menkes RI No. 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit Umum.
Depkes RI, Keputusan Menkes RI No. 547/MENKES/SK/VI/1993 tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik Medan.
Depkes RI, (1994). Pedoman Instalasi Gas Medis Rumah Sakit. Jakarta.
Depkes RI, Keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Halaman
JUDUL .........................................................................
...........................
i
DAFTAR ISI ....................................................................
........................ ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................
1
1.1 Latar Belakang ...........................................................
.... 1
1.2 Tujuan ...................................................................
......... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................
3
2.1 Anemia aplastik...... . ...................................
3
2.1.1 Definisi
.......................................................
............ 3
2.1.2 Sinonim
...........................................................
....... 3
2.1.3 Epidemiologi ......................................................
....... 3
2.1.4 Etiologi ..........................................................
............. 3
2.1.5 Patofisiologi .....................................................
......... 5
2.1.6 Diagnosis .........................................................
.......... 5
2.2 Hepatitis............. ..................................................
............. 6
2.2.1 Definisi
............................................................
........ 6
2.2.2 Etiologi .............................................................
......... 7
2.2.3 Patofisiologi .........................................................
...... 7
2.2.4 Diagnosis
..........................................................
...... 7
BAB III
TINJAUAN UMUM OBAT ..................................................
8
3.1. Cefotaxime ..............................................................
........ 8
3.2. Asam Traneksamat .......................................................
.. 9
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
3.3. Parasetamol..............................................................
........ 10
3.4. Urdafalk.................................................................
................ 11
3.5. Andriol testo............................................................
.............. 11
3.6. Ranitidin................................................................
................ 12
BAB IV PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PELAYANAN ........... 14
4.1 Studi kasus. ..............................................................
......... 14
4.1.1 Identitas Pasien ....................................................
...... 14
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus
diwujudkan. Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dilakukan melalui up
aya
kesehatan, dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan dise
but
sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan das
ar
atau upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu upa
ya
kesehatan dasar dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan di bidan
g
kesehatan. Salah satu bagian dari sarana pelayanan kesehatan dimana dilakukan
pekerjaan kefarmasian adalah instalasi farmasi.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri ata
u
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan berhubung
an
satu sama lain membentuk suatu jaringan yang saling terkait menjadi satu kesatua
n yang
utuh dan terpadu.
Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik jika masing-masing profesi
kesehatan memberikan pelayanan kepada pasien didasarkan pada standar profesi, et
ika,
dan norma-norma.
Profesi farmasi merupakan salah satu penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dimana perannya didasarkan pada filosofi pharmaceutical care (asuhan kefarmasian
).
Definisi asuhan kefarmasian menurut international pharmaceutical federation adal
ah
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
tanggung jawab profesi farmasi dalam hal farmakoterapi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian merupakan proses kolabora
tif
yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat
dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Peran farmasi diharapkan tidak hanya menjual obat tetapi lebih kepada menjamin
tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup aman, ny
aman
bagi pemakaiannya dan harga yang wajar serta pada saat penyerahannya disertai
informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan
akhirnya dilakukan evaluasi
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah untuk memantau penggunaan obat
pada pasien anak yang di rawat di Instalasi Rindu B anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia aplastik
2.1.1 Definisi
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Anemia aplastik merupakan suatu gangguan yang mengancam-jiwa pada sel
induk di sumsum tulang yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak
mencukupi (Price, 2002).
2.1.2 Sinonim
Anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia aregenerati
f,
aleukia hemoragika, panmieloftisis dan anemia paralitik
http://www.cetrione.blogspot.com.
2.1.3 Epidemiologi
Insiden terjadinya anemia aplastik didapat di Eropa dan Israel adalah dua kasus
per 1 juta populasi setiap tahunnya. Di Thailand dan Cina, angka kejadiannya yai
tu lima
hingga tujuh orang per satu juta populasi. Pada umumnya, pria dan wanita memilik
i
frekuensi yang sama. Distribusi umur biasanya biphasic, yang berarti puncak keja
diannya
pada remaja dan puncak kedua pada orang lanjut usia (Harrison, 2008).
2.1.4 Etiologi
Asal anemia aplastik telah dihubungkan dengan beberapa kejadian klinis terkait
namun hubungan ini seringkali tidak tepat dan mungkin bukan etiologi. Walaupun
kebanyakan kasus anemia aplastik bersifat idiopatik, adanya riwayat medis memisa
hkan
kasus idiopatik dari kasus dengan dugaan etiologi seperti paparan obat.
a. Radiasi
Radiasi merusak DNA; jaringan bergantung pada mitosis aktif yang biasanya
terganggu.
b. Zat Kimia
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Benzena merupakan penyebab yang diketahui dari kegagalan sum-sum tulang.
Banyak data laboratorium, klinis dan epidemiologi yang menghubungkan antara papa
ran
benzena dengan anemia aplastik, leukimia akut, abnormalitas darah dan sum-sum tu
lang.
c. Obat-obatan
Banyak obat kemoterapi yang mengsupresi sum-sum tulang sebagai toksisitas
utamanya; efeknya tergantung dengan dosis dan dapat terjadi pada semua pengguna.
Berbeda dengan hal tersebut, reaksi idiosinkrasi pada kebanyakan obat dapat
menyebabkan anemia aplastik tanpa hubungan dengan dosis.
d. Infeksi
Hepatitis merupakan infeksi yang paling sering terjadi sebelum terjadinya anemia
aplasia, dan kegagalan sum-sum paska hepatitis terhitung 5 % dari etiologi pada
banyak
kejadian. Pasien biasanya pria muda yang sembuh dari peradangan hati 1 hingga 2
bulan
sebelumnya, pansitopenia biasanya sangat berat.
e. Penyakit Immunologis
Aplasia merupakan konsekuensi utama dan penyebab kematian yang tak
terhindarkan, yang dapat terjadi setelah infus produk darah kepada pasien
immunodefisiensi.
f. Kehamilan
Anemia aplastik sangat jarang terjadi dan sembuh setelah melahirkan atau setelah
terjadinya keguguran (Harrison, 2008).
2.1.5 Patofisiologi
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak
jelas, dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat diduga disebabkan oleh
obatobat: busulfan, kloramfenikol, asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol, metil
dopa,
penisilin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.
Akibat radiasi, pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi. Pada beberapa
anemia
aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit yang menghambat pertumbuhan sel-sel
sumsum tulang pada biakan (Permono, 2009).
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis anemia aplastik biasanya dilakukan dengan cepat, berdasar dari
kombinasi pansitopenia dengan sum-sum tulang kosong dan berlemak. Anemia aplasti
k
merupakan penyakit dewasa muda dan sebaiknya menjadi diagnosis utama pada seoran
g
remaja atau dewasa yang mengalami pansitopenia. Jika yang terjadi adalah pansito
penia
sekunder, diagnosis utama biasanya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisis:
pembesaran limpa seperti pada sirosis alkoholik, riwayat metastasis kanker atau
sistemik
lupus eritematosus atau tubercolosis miliar pada gambaran radiologi.
Masalah diagnosis dapat timbul dengan gambaran penyakit yang atipikal dan
merata. Dimana pansitopenia sangat umum terjadi, beberapa pasien dengan
hiposelularitas pada sum-sum memiliki penurunan hanya pada satu atau dua dari ti
ga
jenis sel darah, seringkali memperlihatkan perkembangan menjadi anemia aplastik.
Diagnosis dapat dipengaruhi oleh riwayat keluarga, hitung jenis darah abnormal a
tau
keberadaan dari anomali fisik yang terkait.
2.2 Hepatitis
2.2.1 Defenisi
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Hati (liver) adalah salah satu organ tubuh yang penting. Hati dapat membantu
proses metabolisme nutrisi ataupun obat-obatan dalam tubuh. Selain itu organ ini
juga
mempunyai peranan yang penting untuk membersihkan darah di dalam tubuh dari prod
uk
limbah yang beracun. Namun demikian jika kita tidak menjaga fungsi hati dengan b
aik
maka organ penting ini akan mengalami kerusakan. Salah satu penyakit hati yang s
ering
terjadi adalah hepatitis.
Hepatitis yang berarti peradangan dalam hati dapat diakibatkan oleh berbagai
macam hal seperti infeksi bakteri, racun, ataupun karena sistem imun di dalam tu
buh
sendiri yang dapat menyerang hati. Meskipun ada beberapa jenis hepatitis, pada
umumnya ada 3 jenis hepatitis yang disebabkan oleh virus dan sering terjadi yait
u
hepatitis A, B, dan C.
2.2.2 Etiologi
Dari keseluruhan, infeksi yang disebabkan oleh virus adalah penyebab terbanyak
dan paling umum terjadi pada sebagian besar pasien hepatitis.
2.2.3 Patofisiologi
Virus dapat masuk ke sirkulasi (biasanya melalui inokulasi oral atau parenteral
dan atau oleh hubungan seks) dan terakumulasi pada sinusoid hati dan bagian dala
m dari
hepatosit. Virus bereplikasi di hepatosit dan menyebar masuk ke dalam darah empe
du
dan cairan tubuh lainnya.
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan peningkatan ringan serum bilirubin,
gama-globuli dan transaminasi hati sekitar dua kali normal. Sebagian pasien meng
alami
kerusakan hepatosit yang cukup banyak sehingga terjadi perubahan fungsi hati ber
makna
Tri Hernita Zebua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB III
TINJAUAN UMUM OBAT
3.1. Cefotaxim
Cefotaxim merupakan antibiotik golongan sefalosforin generasi ketiga yang
memiliki cincin -laktam ( Gam ar 3.1).
Gam ar 3.1. Struktur Cefotaxim
Cefotaxim ekerja mengham at pem entukan dinding sel akteri melalui
pem entukan ikatan satu atau le ih ikatan protein-penisilin (PBPs) yang mengham
at
langkah akhir transpeptidasi dari sintesis peptidoglikan dalam dinding akteri.
Dinding
akteri terdiri dari senyawa polimer kompleks, peptidoglikan yang terdiri dari
polisakarida dan polipeptida. Polisakarida mengandung gula amino, N-acetylglucos
amin
dan N- asam acetylmuramic. Pengikatan protein dengan penisilin (PBPs) akan
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
mengkatalisis reaksi transpeptidasi (Gam ar 3.2) yang memindahkan terminal alani
n
menjadi entuk crosslink dengan peptide di sekitarnya, sehingga mem entuk dindin
g sel
akteri. Anti iotik -laktam memiliki struktur yang analog dengan su strat D-Ala-D
-Ala
dan mem entuk ikatan kovalen oleh PBPs pada sisi yang aktif. Setelah anti iotik laktam di erikan, dan mem entuk ikatan dengan protein, maka reaksi transpeptidas
is
diham at, sintesis peptidoglikan diham at dan sel akan mati.
Cefotaxim di erikan secara injeksi dalam entuk garam natrium. Konsentrasi
puncak plasma kira-kira 12 sampai 20 mcg/ml 30 menit setelah pem erian 0,5 dan 1
g
cefotaxim. Segera setelah injeksi intravena 0,5; 1, atau 2 g cefotaxim, konsentr
asi puncak
plasma 38, 102 dan 215 mcg/ml akan dicapai dengan jarak konsentrasi dari 1 sampa
i 3
mcg/ml setelah 4 jam. Waktu paruh cefotaxim kira-kira 1 jam. Kira-kira 40% cefot
axim
mem entuk ikatan dengan protein. Meta olit yang tidak aktif dieliminasi melalui
ginjal
sekitar 40-60%. Cefotaxim dimeta olisme di hati.
Interaksi dengan Mezlocillin (golongan Penicillin) akan meningkatkan
konsentrasi cefotaxim dalam tu uh. Pada saat cefotaxim (30 mg/kg) dan mezlocilli
n (50
mg/kg) di erikan secara infus ersama-sama le ih dari 30 menit pada 8 su jek nor
mal,
kinetik mezlicillin tidak eru ah, tetapi clearens cefotaxim di reduksi 40-42%.
Pem erian
ersama Pheno ar ital pada anak menunjukkan reaksi kulit yang serius. Dengan
Pro enecid, konsentrasi cefotaxime dalam serum akan meningkat. Cefotaxim tidak
erinteraksi dengan ofloxacin sehingga dapat di erikan ersamaan. (Stocley, H.I,
2001).
3.2. Asam Traneksamat
Asam traneksamat merupakan inhi itor kompetitif dari aktivasi plasminogen dan
pengham at plasmin. Plasmin sendiri erperan menghancurkan fi rinogen, fi rin da
n
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
faktor pem ekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan un
tuk
mengatasi perdarahan aki at fi rinolisis yang erle ihan (Mary, J.M., 2001).
Gam ar 3.2. Struktur Asam Traneksamat
Asam traneksamat cepat dia sorpsi dari saluran cerna. Eksresi melalui urin
se esar 40% dari satu dosis oral dan 90% dari satu dosis IV.
3.3 Parasetamol
Parasetamol merupakan golongan o at analgetik non narkotik. Tidak seperti o at
AINS, o at ini tidak mempunyai aktifitas antiinflamasi. Di anding analgetik nark
otik,
maka keuntungan terapi analgetik non narkotik tidak menim ulkan ketergantungan f
isik
atau toleransi. Parasetamol ekerja dengan cara mengham at sintesis prostaglandi
n di
hipotalamus/SSP. Ini menerangkan efek antipiretik dan analgetiknya. Efeknya kura
ng
terhadap siklooksigenase jaringan perifer yang mengaki atkan aktivitas antiinfla
masinya
lemah. Parasetamol dia sor si cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentr
asi
tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3
jam. O at ini terse ar keseluruh cairan tu uh di dalam plasma, 25 % parasetamol
terikat
Gam ar 3.3. Struktur kimia Parasetamol
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
pada protein plasma. O at ini di meta olisme oleh enzim mikrosom hati. Dosis
uk
nyeri dan demam: oral 2-3 x sehari 0,5-1 gram maksimal 4 gram per hari. Pada
pneggunaan kronis 3-4 gram per hari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis
tas 6
gram mengaki atkan nekrosis hati yang tidak reversi el. Interaksi o at: pada
is tinggi
dapat memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis iasa tidak interaktif.
a paruh
kloramfenikol dapat diperpanjang. (Ganiswara, 1995).
unt
dia
dos
Mas
BAB IV
PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN PENATALAKSANAAN
4.1 Studi Kasus
Anemia Aplastik + Hepatitis
4.1.1. Identitas Pasien
Nama : EN
No. MR : 36.98.42
Umur : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 31 kg
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Parsam ilan
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Status : Jam Kes Mas
Tgl masuk : 17 Januari 2009
Ruangan : Rindu B-Anak
4.1.2. Ringkasan Pada Waktu Pasien Masuk RSUP H. Adam Malik Medan
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan melalui
Instalasi Gawat Darurat pada tanggal 17 Januari 2009, dengan keluhan pendarahan
pada
mulut, mimisan dengan volume sekitar sendok makan, atuk erdarah, pilek, dan
le am-le am pada kedua kaki. Pendarahan hilang tim ul diawali dari luka pada ag
ian
mulut kanan dalam. Pasien kemudian langsung dirawat di instalasi Rindu B dengan
diagnosa anemia aplastik dan hepatitis.
4.2 Pemeriksaan Yang Dilakukan
Pemeriksaan Fisik Pasien
Sensorium : Compos Mentis
Denyut Nadi : 72x/i
Pernafasan : 28x/i
Suhu Tu uh :38,5C
Pemeriksaan La oratorium
Hasil pemeriksaan La oratorium Patologi Klinik
Tanggal
22 Jan 09
Pemeriksaan
elektrolit
Hasil
Normal
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Na 134 mEq/L 135-155
K 3,3 mEq/L 3,6-5,5
Cl 99 mEq/L 96-106
Pemeriksaan
Tanggal
Unit
Normal
22Jan 09 03 Fe 09
Protrom ine time 14,0 15,1 detik 10,7
INR 1,13 1,21 - aPTT 22,8 29,6 detik 31,2
Trom in time 14,3 13,0 detik 10,5
Pemeriksaan Darah Rutin
tanggal
Darah Rutin 17/01 22/01
24/01 30/01 01/02 03/02 06/02 10/02 12/02 Normal
Leukosit
(ri u/mm3)
3,5 5,20 1,91 1,87 1,3 1,73 1,73 1,27 2,0 5-11
Eritrosit
(juta/mm3)
3,23 4,40 3,88 2,84 4,47 4,28 2,80 2,54 4,51 L:4,5-6,5
P:3,8-5,8
Hemoglo in
(g/dl)
7,3 11,1 9,69 6,48
11,9
10,7
7,05
6,34
12,5
L=13-18
P=12-16
Trom osit
(ri u/mm3)
362 343 20
150-450
Hematocrit
(vol%)
24,4 32,8 29,0 19,7
34,2
32,2
20,9
18,7
37,1
37-47
LED
(mm/jam)
45 80 55 45 79 < 15
Pemeriksaan Unit Tgl 3 fe
Faal Hati
-Billiru in Total
-Billiru in Direk
-Alkalin Fosfat
09 Normal
- SGOT
- SGPT
- Al umin
mg/dl
mg/dl
U/L
U/L
U/L
g/DL
1,50
0,41
183
217
974
<1
<0,25
A:<650,L:40-129
P:35-104
L:<38, P:31
L:<40, P:32
3,7-5,1
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Faal ginjal
- Ureum
- Creatinin
- Uric Acid
- Natrium
- Kalium
- Chlorida
Mg/dl
Mg/dl
Mg/dl
mEq/L
mEq/L
mEq/L
20
0,5
1,6
130
3,0
103
10-50
0,7-1,4
L:3,0-7,0
P:2,4-6,0
135-155
3,6-5,5
96-106
Analisa Gas darah
PH
P.CO2
P.O2
Bikar onat
Total CO2
Base exes
Saturasi O2
mmHg
mmHg
7,454
37,5
89,3
25,8
26,9
1,9
97,2
7,35-7,45
38-42
85-100
22-28
19-25
-2-2+2
95-100
Meta olisme
kar ohidrat
-Ad random
mg %
122
<200
4.3. Diagnosis Penyakit
Dari hasil pemeriksaan penunjang maka dokter mendiagnosis anemia aplastik + hepa
titis.
4.4. Terapi
Terapi yang di erikan untuk pasien secara lengkap ditunjukkan pada ta el lampira
n 1.
.
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
BAB V
PEMBAHASAN
Pasien masuk ke Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan melalui
Instalasi Gawat Darurat pada tanggal 17 Januari 2009, dengan keluhan pendarahan
pada
mulut, mimisan dengan volume sekitar sendok makan, atuk erdarah, pilek, dan
le am-le am pada kedua kaki. Pendarahan hilang tim ul diawali dari luka pada ag
ian
mulut kanan dalam. Pasien kemudian langsung dirawat di instalasi Rindu B dengan
diagnosis anemia aplastik dan hepatitis. Untuk mengetahui tindakan dan kondisi p
asien
le ih lanjut maka dilakukan serangkaian pemeriksaan la oratorium. Pemantauan
penggunaan o at dimulai dari tanggal 08 Fe ruari hingga tanggal 20 Fe ruari 2009
.
Pengo atan yang di erikan adalah:
Tgl Jenis O at Sedaan Dosis sehari Rute
Bentuk Kekuatan
09-20
Fe ruari
IVFD NaCl Infus 0,9 % 20 gtt/mnt iv
Asam traneksamat Injeksi 250 mg/5 ml
ampul
350mg/8 jam iv
Cefotaxime Injeksi 1gr/vial 750mg/8 jam iv
Ranitidin Injeksi 50mg/ampul 30mg/8 jam iv
Urdafalk Kapsul 250 mg 3 x 120 mg oral
Paracetamol Ta let 500 mg 3 x 400 mg
(kalau perlu)
oral
Andriol Testo Kapsul Kapsul 40 mg 1 x 2 kapsul oral
Dari pemeriksaan darah rutin diketahui ahwa kadar leukosit pasien erada di aw
ah
normal dan kemungkinan menunjukkan adanya infeksi sehingga anti iotik cefotaxim
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
di erikan. Cefotaxim merupakan anti iotik golongan sefalosporin yang ekerja
mengham at pem entukan dinding sel akteri. Berdasarkan hasil la oratorium juga
diketahui kadar hemoglo in pasien menurun sehingga di erikan andriol. Andriol
mengandung testoterone yang merangsang pem entukan eritropoetin. Pem erian andri
ol
hanya diulang ila hematokrit turun ke kadar se elum terapi.
Berdasarkan hasil la oratorium tanggal 03 Fe ruari terlihat ahwa faal hati
menunjukkan hasil yang a normal hal ini dise a kan karena pasien mengalami gangg
uan
pada hati melalui pemeriksaan kadar illiru in yang tinggi sehingga kemampuan ha
ti
untuk mengadakan konjugasi dan mengekskresikan iliru in terganggu. Pemeriksaan
SGOT & SGPT erdasarkan pada pelepasan enzim dari sel-sel hati yang rusak, enzim
ini
akan meninggi pada kerusakan sel hati. Fungsi faal hati yang a normal isa juga
diaki atkan riwayat pasien menggunakan o at-o at yang dimeta olisme di hati.
Pasien di eri injeksi asam traneksamat yang merupakan pengham at ersaing dari
aktivator plasminogen dan pengham at plasmin. Plasmin sendiri erperan dalam
menghancurkan fi rinogen, fi rin, dan faktor pem ekuan darah lain. Oleh karena i
tu
asam traneksamat dapat mem antu mengatasi perdarahan erat aki at fi rinolisis y
ang
erle ihan. Dugaan akan adanya fi rinolisis yang erle ihan dapat didasarkan ata
s hasil
tes la oratorium erupa waktu trom in dan protrom in yang memanjang. (Ganiswara,
1995).
Pasien perlu di eri elektrolit untuk menjaga keseim angan cairan tu uh dan
mengganti cairan tu uh yang hilang sehingga tu uh tidak mengalami dehidrasi
intravaskular.
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Pasien juga sering demam maka di erikan paracetamol (kalau perlu), o at ini
ekerja dengan cara mengham at sintesis prostaglandin di hipotalamus/SSP. Raniti
din
di erikan untuk mencegah pengeluaran asam lam ung erle ihan aki at penggunaan
andriol testo, urdafalk, dan asam traneksamat. Dan juga dengan kondisi pasien ya
ng
susah makan. Ranitidin ekerja dengan cara mengham at reseptor H2. Urdafalk
digunakan untuk mengo ati hepatitis yang diderita pasien.
Namun pem erian dosis o at-o at ini harus dipantau karena o at-o at ini di
meta olisme di hati dimana pasien juga menderita penyakit hati menye a kan fungs
i
utama hati se agai organ pemeta olisme mengalami penurunan aki atnya kadar o at
dalam darah meningkat sehingga dapat menye a kan respon yang erle ihan atau efe
k
toksik.
Pada tanggal 11, 12, dan 14 Fe ruari pasien ditransfusi darah PRC dan FFP untuk
memper aiki homeostasis yang terganggu.
Pada tanggal 08 Fe ruari sampai 20 Fe ruari 2009 pasien masih menjalani
perawatan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Uji kultur tidak dilakukan terhadap pasien, sehingga pem erian anti iotik y
ang
di erikan erdasarkan empiris.
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
2. Pasien menderita anemia aplastik dan hepatitis, pem erian o at-o at yang
dimeta olisme di hati dapat mengurangi meta olisme o at, aki atnya kadar o at
dalam darah meningkat.
3. Penggunaan o at terlalu lama dapat menye a kan gangguan fungsi hati dan
ginjal.
6.2 Saran
1. Hendaknya uji kultur dilakukan se elum pasien di eri anti iotik.
2. Hendaknya komponen pelayanan medis yaitu dokter, apoteker, perawat visite
ersama-sama agar dapat mem erikan terapi yang tepat.
3. Pem erian o at hendaknya harus mempertim angkan kondisi pasien dan efek
samping o at agar tidak menim ulkan penyakit aru
4. Se aiknya terhadap pasien dilakukan pemantauan dan pemeriksaan erkala
terhadap faal hati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2006). MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi 2006/2007. Edisi 6. Jakarta :
PT.
Info Master.
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain, BNF For Children. BMJ Pu lishing
Group Ltd. 2005.London.
Ganiswara, S., (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakol
ogi
dan Terapi FK UI.
Hardjasaputra, P., (2002). Daftar O at Indonesia. Edisi 10. Pener it Grafidian M
edipress.
Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th Ed.2008.
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
http://www.cetrione. logspot.com
ISFI. (2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta. ISFI
Jay, T.H., (2002). O at-O at Penting. Edisi Kelima. Cetakan Kedua. Pener it PT E
lex
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Lampiran 1. Ta el diagnosa dan terapi
Pengam
atan
08
Fe
09
Fe
10
Fe
11
Fe
12
Fe
13
Fe
14
Fe
15
Fe
16
Fe
17
Fe
18
Fe
19
Fe
20
Fe
Keteranga
n
KU
Umum
Nyeri
kepala
+ + - - - Perdara
han
hidung
- - + + + BAB
erdara
h
- - - - - Demam + + Gusi
engkak
+ + + + + +
Sensori
um
CM = Compos
T ( C) 37
.8
38
.8
37
.5
36
.8
36
.7
37
.3
38
.7
38 37
Keadaan
- - - - - - -
+ - + - + + -
+ + - - + - - - - + + - - + - + - - + + + +
Mentis
.1
37
.5
39
.4
37
.5
37
.2
T=suhu
RR
(x/mnt)
26 28 36 20 16 22 32 28 28 25 30 20 20 RR=respir
atory rate
HR
(x/mnt)
89 94 13
6
11
0
70 80 10
4
82 68 88 10
0
86 88 HR= heart
rate
TD
(mmHg
)
10
0
/6
0
10
0
/8
0
10
0
/7
0
TD=tekan
an darah
Diagnos
a
Anemia Aplastik + Hepatitis
Terapi
o at
NaCl 20
tts/menit
Cefotax
im
750 mg/8
jam
Ranitidi
n
30 mg/8
jam/iv
Asam
traneksa
mat
jam/iv
Urdafal
k
mg
Andriol
Tri Hernita Ze ua
Adam Malik Medan,
kapsul
Paraseta
mol
mg
350 mg/8
3 x 120
1 x 2
: Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
2009.
3 x 500
Nama pasien: EN, NRM: 36.98.42, umur: 12 tahun, BB: 31 kg, Status pelayanan:
Jamkesmas.
Sampai pengamatan selesai pasien masih menjalani perawatan di ruang rawat inap R
B
Anak RSUP H. Adam Malik Medan
Lampiran 2. Ta el Farmakologi O at
Nama
O at
Komposisi/ ent
uk sediaan
Dosis
lazim
Indikasi Mekanisme
kerja
Efek
samping
NaCl Larutan infus
IV
Disesuaika
n dengan
kondisi
penderita
Untuk
mengem alik
an
keseim anga
n elektrolit
Mengandung
cairan dan
elektolit tu uh
yang dapat
secara
langsung
menggantikan
cairan dan
elektrolit
tu uh yang
hilang
Tim ulny
a panas
atau
infeksi
pada
tempat
penyuntik
an
Injeksi Ampul 10 mg/kg Pendarahan Mengham at Gangguan
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
Asam
Traneksam
at
250mg/5ml (max 1
grma) 2-3
x sehari
a normal
eserta
gejalanya
aktivasi
plasminogen
sehingga
pem entukan
plasmin tidak
terjadi
GI,
nausea,
vomiting,
anorexia,
dan sakit
kepala
pada
pem erian
oral
Injeksi
cefotaxim
Vial 1 gram 50 mg/kg
tiap 8-12
jam
Infeksi
saluran nafas
agian atas,
infeksi
saluran
kemih,
infeksi
ginekologi,
akterimia
dan
septikemia,
infeksi SSP,
infeksi kulit
dan jaringan
lunak, infeksi
intraa domin
al, infeksi
tulang dan
sendi, infeksi
pasca operasi
Cefotaxim
ekerja
mengham at
pem entukan
dinding sel
akteri melalui
pem entukan
ikatan satu
atau le ih
ikatan proteinpenisilin
(PBPs) yang
mengham at
langkah akhir
transpeptidasi
dari sintesis
peptidoglikan
dalam dinding
akteri
Ruam,
pruritus,
demam,
mual,
muntah,
diare,
sakit
kepala
Urdafalk Kapsul 250 mg 8-10 mg/kg
BB ter agi
dalam 2-3
dosis
Hepatitis
kolestatis,
hepatitis aktif
kronik
Bekerja
dengan cara
menekan
sintesa
hepatik,
sekresi dan
mengham at
a sor si
kolesterol pada
intestin. Juga
mempunyai
sedikit efek
mengham at
sintesa dan
sekresi asam
empedu
endogen tanpa
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
mempengaruhi
sekresi
fosfolipid ke
kandung
empedu.
Andriol Kapsul 40 mg Awal 120160
mg/hari
selama 2-3
minggu.
Pemelihara
an 40120mg/hari
Terapi
pengganti
testoteron
Testoteron
erikatan
dengan
reseptor di
sitoplasma,
kemudian
kompleks
steroid
reseptor ini
mengalami
modifikasi dan
translokasi ke
dalam nukleus
dan erikatan
dengan tempat
ikatan spesifik
pada
kromosom.
Priapismu
s dan
gejala lain
dari
stimulasi
seksual
erle ihan
. Retensi
garam dan
air.
Keluhan
GI,
nausea,
ansietas,
sakit
kepala.
Injeksi
ranitidin
Ampul 25
mg/ml
1 mg/kg
(max 50
mg) tiap 68 jam
Pengo atan
hipersekresi
asam
lam ung,
pengo atan
perdarahan
gastrointestin
al
Ranitidin
adalah
antihistamin
pengham at
reseptor H2.
Perangsangan
reseptor H,
akan
merangsang
sekresi asam
lam ung.
Dalam
mengham at
reseptor H2
ranitidin
ekerja cepat,
spesifik dan
reversi el
melalui
pengurangan
volume dan
kadar ion
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
hidrogen
cairan
lam ung.
Ranitidine
juga
meningkatkan
pengham atan
sekresi asam
lam ung
aki at
perangsangan
o at
muskarinik
atau gastrin.
parasetam
ol
Ta let 500 mg 250 mg500 mg/4-6
jam
Analgetik
dan
antipiretik
Parasetamol
ekerja dengan
cara
mengham at
sintesis
prostaglandin
di
hipotalamus/S
SP.
jam
iv R R R R R R
Urdafalk 250 mg 3 x 120 mg po R
14-15
Fe ruari
2009
Anemia
Aplastik +
Hepatitis
NaCl 0,9 % 20
tetes/menit
iv R R R R R R
Ranitidin 25
mg/ampul
30 mg/8 jam iv R R R R R R
Asam
traneksamat
250
mg/5ml
ampul
350 mg/8
jam
iv R R R R R R
Urdafalk 250 mg 3 x 120 mg po R
Parasetamol 500 mg 3 x 500 mg
(kalau
demam)
po R R R R R R
17
Fe ruari
2009
Anemia
Aplastik +
Hepatitis
NaCl 0,9 % 20
tetes/menit
iv R R R R R R
Ranitidin 25
mg/ampul
30 mg/8 jam iv R R R R R
Asam
traneksamat
250
mg/5ml
ampul
350 mg/8
jam
iv R R R R R R
Urdafalk 250 mg 3 x 120 mg po R
Andriol 40 mg 1x 2 kapsul po R
18-19
Fe ruari
2009
Anemia
Aplastik +
Hepatitis
NaCl 0,9 % 20
tetes/menit
iv R R R R R R
Ranitidin 25 30 mg/8 jam iv R
R R R R R
R R R R R
R R R R
TR TR R R R
R R R R
Tri Hernita Ze ua : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H.
Adam Malik Medan, 2009.
mg/ampul
Asam
traneksamat
250
mg/5ml
ampul
350 mg/8
jam
iv R R R R R R
Urdafalk 250 mg 3 x 120 mg po R
Andriol 40 mg 1x 2 kapsul po R
Parasetamol 500 mg 3 x 500 mg
(kalau
demam)
po R R R R R R
20
Fe ruari
2009
Anemia
Aplastik +
Hepatitis
Ranitidin 25
mg/ampul
30 mg/8 jam iv R R R R R R
Asam
traneksamat
250
mg/5ml
ampul
350 mg/8
jam
iv R R R R R R
Urdafalk 250 mg 3 x 120 mg po R
Andriol 40 mg 1x 2 kapsul po R
R R R R R
TR TR R R R
R R R R R
TR TR R R R