Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT. Kuoki Coal Mining adalah perusahaan swasta nasional yang berfokus pada
penambangan batubara. Penambangan batubara yang di lakukan berlangsung di desa
supat Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi Banyuasin. PT. Kuoki Coal Mining juga
bekerjasama dengan PT Berkawan Kontrindo sebagai kontraktor pada proyek kegiatan
pertambangan.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Kuoki Coal Mining adalah Sistem
Tambang Terbuka (Surface Mining) dengan metode Strip Mine kegiatan penambangan
yang dilakukan pada setiap wilayah kerja dimulai dari land clearing sampai stock pilling
batubara.
PT. Kuoki Coal Mining merupakan perusahaan yang berdiri pada 27 November
1995. .Kegiatan Penyelidikan Umum pada wilayah PKP2B PT. Kuoki Coal Mining
dilaksanakan pada areal 100.000 ha berdasarkan Surat Direktorat Batubara/Dirjen
Pertambangan Umum No. 595/21.02/DBR/1998 tanggal 6 April 1998 dengan
KW98PB0078 di Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan.
Permulaan tahap Kajian Kelayakan PT. Kuoki Coal Mining dilaksanakan pada
wilayah PKP2B seluas 39.480 ha dengan KW05PB0078. Setelah tahap permulaan
dilampaui maka hasilnya adalah dilakukan perpanjangan tahap Kajian Kelayakan yang
berakhir pada 4 Juli 2007 pada wilayah seluas 28.680 ha (KW06PB0078) dan penciutan
seluas 10.800 ha. Berdasarkan dokumen tersebut yang merupakan Kajian Kelayakan
PKP2B PT. Kuoki Coal Mining pada areal seluas 28.680 ha (KW06PB0078) yang
meliputi empat Blok, yaitu Blok Sirius, Blok Orion, Blok Lyra, dan Blok Orpheus.
Karena terbatas perijinan luas maksimal PKP2B 25.000 ha, maka luas
KW06PB0078 akan diciutkan menjadi 14.299 ha, maka Kajian Kelayakan dibatasi pada
blok yang lebih potensial yaitu hanya terkonsentrasi pada Blok Sirius dan Orion dengan
sumberdaya batubara terukur untuk masing masing bloknya : Blok Sirius sebanyak
4.006.244 ton dan Blok Orion sebanyak 20.594.080 ton.
B. Maksud dan Tujuan
1. Mendeskripsikan keadaan umum perusahaan yang akan melakukan penambangan
bahan galian batubara di daerah desa supat Kecamatan Sungai Lilin Kabupaten Musi
Banyuasin, yang meliputi kelayakan dalam segi perizinan serta tanggung jawab
terhadap lingkungan.
2. Mendeskripsikan keadaan umum daerah yang ingin di usahakan bahan galian
batubara yang meliputi lokasi, luas wilayah kuasa pertambangan, sarana, keadaan
daerah serta morfologi daerah tersebut.
3. dll
C. Ruang Lingkup dan Metoda Studi
Adapun ruang lingkup yang akan dijelaskan pada laporan studi kelayakan ini
meliputi:
1. Rencana penambangan yang akan dilakukan PT. Kuoki Coal Mining.
2. Rencana pengangkutan dan penimbunan yang akan dilakukan PT. Kuoki Coal Mining.
3. Dll
D.

Pelaksana Studi

Studi kelayakan perusahaan pertambangan PT. Kuoki Coal Mining ini dilakukan oleh
sekelompok mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya angkatan 2013, berikut
ini di lampirkan biodata pelaksana studi kelayakan PT. Kuoki Coal Mining dengan lokasi
daerah Muara Enim, Sumatera Selatan.
E.

Jadwal Waktu Studi


No Kegiatan
1
2
3
4
5
7

8
9
10

Bulan ke1
2

Peninjauan umum dan daerah


lokasi studi
Studi pustaka
Perhitungan cadangan
Pembuatan
rencana
penambangan
Pembuatan
rencana
pengangkutan dan penimbunan
Pembuatan rencana pengelolaan
lingkungan
dan
jaminan
terhadap
keselamatan
dan
kesehatan kerja
Pembuatan rencana pemasaran
PT. Kuoki Coal Mining
Pembuatan rencana investasi dan
analisis kelayakan
Pembuatan
laporan
studi
kelayakan
BAB II
KEADAAN UMUM

A.

Lokasi
Lokasi daerah Kajian Kelayakan PKP2B PT. Sembarang Batubara KW06PB0078
setelah perubahan terakhir, secara administratif terletak di Kabupaten Muara Enim, Propinsi
Sumatera Selatan dengan koordinat geografis pada koordinat antara 3o45 4o00 Kuoking
Selatan (LS) dan antara 103o15 103o30 Bujur Timur (BT).
B.

Kesampaian Daerah dan Sarana Setempat


Lokasi penyelidikan terletak pada jalur trans Sumatra sehingga akses menuju
lokasi cukup mudah. Sarana perhubungan dari Kota Muara Enim menuju lokasi
penyelidikan telah tersedia dengan adanya angkutan darat menggunakan kendaraan roda
empat dan juga bisa dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua yang ditunjang oleh
fasilitas jalan Kabupaten dan jalan Kecamatan.
C.

Keadaan Daerah ( Iklim dan Cuaca )


Lokasi mempunyai Iklim tropis basah dengan suhu maksimum rata - rata 30,47oC
dan suhu minimum yaitu rata-rata 22,16oC. Variasi curah hujan pertahun rata-rata 251,27 mm
atau 425 mm perbulan dengan jumlah hari hujan sebanyak 79 hari atau rata-rata 11 hari setiap
bulannya. Kelembaban udara rata-rata sebesar 78,50% dengan rata-rata kecepatan angin
4,66 Km/jam. Musim kemarau umumnya berkisar antara bulan April sampai dengan

Oktober setiap tahunnya, sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan Oktober
sampai dengan bulan April. Penyimpangan musim biasanya berlangsung lima tahun
sekali, berupa musim kemarau yang lebih panjang dari musim penghujan dengan suhu udara
bervariasi minimum 21,37oC sampai dengan 32,39oC, bermuara kearah Timur.
Keadaan iklim di daerah penyelidikan dipengaruhi oleh iklim tropis basah seperti
halnya didaerah lain di Indonesia yang terletak di sekitar ekuator. Suhu udara berkisar antara
23C - 34C. Data curah hujan 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2001 - 2005, menunjukkan
musim kemarau mulai pada bulan Mei dan berakhir pada bulan September, sedangkan musim
penghujan mulai bulan Oktober sampai bulan April. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan
Maret tahun 2004 yaitu 459 mm selama 17 hari dan curah hujan terkecil pada bulan Juli
tahun 2001 - 2002 dengan tanpa ada hujan. Curahhujan rata-rata terbesarumumnya terjadi
pada bulanJanuari tahun 2004, sedang kancurah hujan rata - rata terendah umumnya pada
bulan Juli di tahun yang sama. Jumlah hari hujan terpanjang terjadi pada bulan Januari
tersebut yaitu 24 hari. Fluktuasi ketinggian muka air sungai antara musim kemarau dan
musim penghujan sekitar 0,5 hingga 3,0 meter. Intensitas curah hujan dan jumlah hari hujan
ini sangat berpengaruh terhadap kegiatan pertambangan, karena sangat berpengaruh baik
pada kegiatan pengangkutan overburden dan batubara maupun pola penanganan air tambang.
D.

Morfologi Daerah
Secara umum Topografi di lokasi penambangan terdiri dari dataran rendah 0 - 100
meter dengan luas 17,28 % diats permukaan laut (dpl), dataran rendah >100 meter dengan
luas 28,77 % dpl, dataran tinggi >500 meter dengan luas 37,20 meter dan dataran tinggi
>1000 dpl dengan luas 16,74. Daerah yang memiliki ketinggian 25 - 100 meter di atas
permukaan laut berada di kecamatan Muara Enim. Untuk daerah lain rata-rata mempunyai
topografi berbukit dan bergelombang.
Sejarah Geologi
Berdasarkan hasil kajian Sumuyut dan Sarjito, 1989 dan S. Gafoer, dkk
(Puslitbang Geologi, 1986), secara regional wilayah kerja PKP2B PT. Kuoki Coal
Mining termasuk kedalam Peta Geologi Lembar Palembang yang wilayahnya secara
keseluruhan merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatra
Basin). Proses pengendapan sedimen di Cekungan ini berlangsung pada waktu
Tersier, diawali dengan diendapkannya Kelompok Telisa yang runtunan lithologinya
menunjukkan, bahwa kelompok ini merupakan satuan batuan yang terbentuk dalam
fase genang laut (transgression).
Sebaliknya, Kelompok Palembang yang merupakan satuan stratigrafi
berikutnya adalah batuan sedimen yang diendapkan pada fase susut laut
(regression).Kelompok Palembang (Palembang Group) ini terdiri dari Fm. Air
Benakat, Fm. Muara Enim, dan Fm. Kasai, di mana Fm. Muara Enim (Palembang
Tengah, Puslitbang Geologi , 1986) diyakini bertindak sebagai formasi pembawa
batubara (coal bearing zone) di wilayah ini.
E.

Lithologi dan Stratigrafi


Berdasarkan Lithologi batuan yang ditemukan tersingkap di wilayah ini didominasi
oleh endapan sedimen berumur Tersier, Kuarter, dan Resen yang diendapkan di sepanjang
Sungai Musi dan Batang Harileko. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan
sedimen berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir dari Fm. Air Benakat (Tma) yang di atasnya
secara berangsur-angsur kemudian diendapkan Fm. Muara Enim (Tmpm) berumur Miosen
Akhir-Pliosen Awal yang umumnya mengandung sejumlah lapisan batubara (coal seams)
dengan pelamparan yang cukup luas.

BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
A.

Sejarah Geologi
Berdasarkan hasil kajian Sumuyut dan Sarjito, 1989 dan S. Gafoer, dkk (Puslitbang
Geologi, 1986), secara regional wilayah kerja PKP2B PT. Kuoki Coal Mining termasuk
kedalam Peta Geologi Lembar Palembang yang wilayahnya secara keseluruhan merupakan
bagian dari Cekungan Sumatera Selatan (South Sumatra Basin). Proses pengendapan sedimen
di Cekungan ini berlangsung pada waktu Tersier, diawali dengan diendapkannya Kelompok
Telisa yang runtunan lithologinya menunjukkan, bahwa kelompok ini merupakan satuan
batuan yang terbentuk dalam fase genang laut (transgression).
Sebaliknya, Kelompok Palembang yang merupakan satuan stratigrafi berikutnya
adalah batuan sedimen yang diendapkan pada fase susut laut (regression).Kelompok
Palembang (Palembang Group) ini terdiri dari Fm. Air Benakat, Fm. Muara Enim, dan Fm.
Kasai, di mana Fm. Muara Enim (Palembang Tengah, Puslitbang Geologi , 1986) diyakini
bertindak sebagai formasi pembawa batubara (coal bearing zone) di wilayah ini.
B.

Lithologi dan Stratigrafi


Lithologi batuan yang ditemukan tersingkap di wilayah ini didominasi oleh endapan
sedimen berumur Tersier, Kuarter, dan Resen yang diendapkan di sepanjang Sungai Musi dan
Batang Harileko. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan sedimen berumur
Miosen Tengah-Miosen Akhir dari Fm. Air Benakat (Tma) yang di atasnya secara berangsurangsur kemudian diendapkan Fm. Muara Enim (Tmpm) berumur Miosen Akhir-Pliosen Awal
yang umumnya mengandung sejumlah lapisan batubara (coal seams) dengan pelamparan
yang cukup luas.
Di dalam formasi ini paling sedikit terdapat empat lapisan batubara (coal seams)
dengan ketebalan bervariasi dari beberapa sentimeter hingga lebih dari 8.0 meter. Secara
umum Fm. Muara Enim di wilayah kajian memiliki perlapisan yang baik, meskipun di
beberapa tempat, lapisan batubara ini terkadang terbelah (splitting) menjadi lapisan yang
tipis-tipis. Lapisan batubara umumnya memiliki jurus barat laut-tenggara (NW - SE) dengan
kemiringan lapisan batubara berkisar 2o - 36o.
C.

Keadaan Endapan
Lapisan (seam) endapan batubara di daerah studi, secara umum tersingkap di
permukaan tanah sebagai out-crop. Kemiringan (dip) seam rata - rata antara 100 - 290 ke arah
Barat Daya dengan ketebalan rata - rata berkisar antara 0,75 6,99 meter. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa lapisan endapan batubara yang akan ditambang, letaknya relatif
dekat dengan permukaan tanah dengan kemiringan relatif datar.
D.

Sifat dan Kualitas endapan


Analisis kimia contoh-contoh batubara PT. Kuoki Coal Mining dilakukan di
laboratorium batubara Direktorat Sumberdaya Mineral Bandung seperti yang dapat terlihat
pada tabel II.2.
Spesifikasi

Blok A
(Muara 10)

Blok B
(Sunda)

Blok C
(Permata)

TM(%, ar)
IM (%, adb)
TS (%,adb)

46
12,8-15
0,6-1,4

51,4
15,8
0,3

52,6-54
13,7-14,3
0,5-0,8

Ash (%, adb)


FC (%, adb)
VM (%, adb)
CV (Kcal/kg)
HGI

4,7-8,6
33-36,8
43,7-45,5
5300
58

4,6
36,1
42,5
5202
62

7,4-8,8
33,7-33,9
43,7-45,5
5140
62

E.

Cadangan
Cadangan batubara adalah bagian dari totalitas sumber daya ekonomis batubara (60%
- 90%, reserve bases) yang tergantung kondisi lokal dan layout penambangan yang diusulkan.
Dari totalitas sumber daya tersebut (reserve bases) melahirkan dua macam istilah, yaitu
cadangan terkira (probable) dan cadangan terbukti (proven). Adapun cadangan terkira
merupakan gabungan dari sumberdaya/cadangan klasifikasi terukur dan tertunjuk.
Sedangkan cadangan terbukti merupakan kuantitas cadangan dengan klasifikasi
terukur yang telah dikaji ke-ekonomiannya. Perubahan klasifikasi cadangan menunjukkan
adanya peningkatan dalam hal kelayakan ekonomi dan keyakinan geologinya, sehingga
akhirnya akan diperoleh suatu cadangan yang dapat ditambang secara ekonomis berdasarkan
studi kelayakannya seperti yang dapat di lihat pada tabel II.2
Mengacu kepada hasil perhitungan dengan metode BESR, ditetapkan bahwa nisbah
pengupasan yang diterapkan dalam operasi penambangan adalah 1 : 5. Secara ekonomi nilai
SR (Stripping Ratio) tersebut masih memberikan keuntungan pada kegiatan penambangan.
Oleh sebab itu, kegiatan penambangan di daerah studi, apabila dilakukan dengan cara
mengupas lapisan penutup, secara ekonomi masih dapat dilakukan.
CADANGAN

VOLUME
No. LOKASI BLOK PROBABLE
OB
PROVEN
(JUTA
BCM)
(JUTA TON) (JUTA TON)
1
2
3
4

Blok A
(Muara 10)
Blok B
(Sunda)
Blok C
(Permata)
TOTAL

STRIPPING
RATIO

1.00

8.40

42.0

5.0

0.60

4.20

21.0

5.0

1.80

13.2

66.0

5.0

3.40

25.62

129.0

15.0

BAB IV
RENCANA AKTIFITAS PENAMBANGAN
A.

Sistem Penambangan
Sistem penambangan yang direncanakan adalah sistem surface mining (tambang
terbuka). Pengupasan lapisan penutup (stripping of overburden) meliputi beberapa tahap
sebagai berikut :
1.
Pembersihan Lahan (land clearing)
Pembersihan Lahan merupakan pekerjaan pembersihan tempat kerja dari semaksemak, pohon maupun pembersihan pohon yang sudah di tebang. Penebangan pohon-pohon
diusahakan seminimal mungkin, hanya yang benar-benar tidak dapat dihindari, seperti front
penambangan, bangunan pabrik pemurnian dan fasilitas penting lain.
2.

Stripping of over burden.

Untuk mendapatkan endapan batubara, maka dilakukan pekerjaan pengupasan lapisan


penutup. Alat yang dipakai adalah Bulldozer Komatsu D 65 P. Setelah dilakukan pengupasan,
maka dilanjutkan dengan mendorong tanah/material penutup ketempat pembuangan, tetapi
harus diperhatikan humusnya sehingga tanah tersebut bisa di manfaatkan untuk pertanian,
atau untuk penghijauan.
B.

Proses Penambangan
Pemilihan metode penambangan didasarkan pada pertimbangan hal-hal sebagai
berikut : kedalaman lapisan (seam), ketebalan lapisan dan penyebarannya, kondisi lapisan
tanah penutup serta struktur geologinya. Secara ekonomis dipertimbangkan nisbah
pengupasan atau Stripping ratio, yaitu besarnya volume pengupasan tanah penutup untuk
mendapatkan setiap ton batubara.
Metode penambangan yang dipilih adalah metode tambang terbuka atau Open Pit
Mining, metode ini didasarkan pertimbangan factor-faktor teknis yang mencakup model
geologi, kondisi lapisan tanah penutup, kondisi lapisan batubara, serta pertimbangan jumlah
cadangan batubara. Metode penambangan ini menggunakan system kerja Konvensional
yang merupakan kombinasi antara excavator sebagai alat gali muat, truck sebagai alat angkut
dan Bulldozer sebagai alat bantu pengupasan.
C.

Umur Tambang Eksplorasi


Berdasarkan hasil Eksplorasi yang dilakukan pada tahun 2006 diketahui data jumlah
cadangan batubara tertambang 25.600.000 MT. Dengan angka Mining Recovery 85%, dan
target produksi pertahun pertama sebesar 1.000.000 MT, atau 83.333,33 MT perbulan, maka
didapatkan umur tambang dari rencana proyek ini, yaitu sebagai berikut :
Perhitungan Umur Tambang
Dari data lapangan hasil Eksplorasi didapatkan sebagai berikut :
Cadangan Terukur
= 27.500.000 MT
Faktor Kehilangan
= 15 %
Cadangan Tertambang= 25.600.000 MT
Rencana Produksi
= 100.000 MT / Year
Maka,
Umur Tambang (UT) dapat diperkirakan sebagai berikut :
UT
= Cadangan Tertambang : Rencana Produksi
= 25.600.000 MT : 1.000.000 / Year
UT
= 25,6 Year
UT
= 768 Months
Jadi, Umur tambang kira-kira 25,6 Tahun.
D.

Jam Kerja Efektif Pertahun Pertambangan


Waktu kerja operasi penambangan, mencakup semua kegiatan penggalian, pemuatan,
pengangkutan dan pengolahan batubara serta spreading tanah penutup, direncakan 2
shift/hari, dengan tetap memperhatikan UU No. 13 tahu 2003 bahwa maksimal jam kerja
adalah 40 jam dalam seminggu, rencana jam kerja efektif adalah 18 jam/hari, sehingga waktu
kerja per shift adalah 9 jam dengan komposisi 7 jam kerja wajib dan dilanjutkan 2 jam
berikutnya merupakan lembur karyawan terutama hari Senin sampai Jumat sedangkan hari
Sabtu adalah 5 jam kerja dengan 4 jam kerja merupakan lembur. Untuk hari minggu adalah
hari libur, kecuali karyawan tertentu yang harus tetap melakukan kegiatan produksi 12 jam
dan akan diperhitungkan sebagai lembur. Asumsi hari hujan adalah 15 % dari total kerja yang
ada, sehingga total jam kerja efektif alat adalah 5.304 jam/tahun.

BAB V
RENCANA PENGOLAHAN DAN PENCUCIAN
PT. Kuoki Coal Mining melaksanakan pengolahan di lokasi Crushing Plant dimana
lokasi ini berada di lokasi penumpukan batubara dari tambang. Pengolahan batubara PT.
Kuoki Coal Mining bertujuan untuk mereduksi ukuran (size reduction) batubara produksi
operasi penambangan atau Run Of Mine (ROM) sehingga mencapai ukuran yang diinginkan.
Proses pencucian tidak akan dilakukan karena rata-rata kadar abu (8,99%) dan kadar belerang
(0,43%) di nilai cukup rendah. Berdasarkan pemeriksaan petrografi batubara, kandungan
mineral - mineral pengotor seperti pirit, clay dan shale juga cukup rendah.
Dalam rangka melakukan reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa penanganan
terhadap batubara produksi penambangan (ROM), antara lain :
a.
Proses penghancuran/pemecahan batubara (coal breaking/coal crushing)
b.
Proses klasifikasi ukuran fraksi batubara (coal screening/coal classification)
c.
Proses penanganan pemindahan batubara antar lokasi (coal handling)
A.

Cara Pengolahan
Pengolahan batubara PT. Kuoki Coal Mining secara garis besar adalah proses
pereduksian ukuran batubara sampai ukuran - 50 mm. Proses Pengolahan Batubara, yaitu :
a.
Proses Reduksi Ukuran Batubara
Untuk gambaran proses reduksi ukuran batubara dapat dilihat diagram alir
(flow sheet) seperti terlihat pada Gambar 5.2. Dalam diagram alir tersebut
digambarkan urutan proses-proses yang berlangsung.
Umpan (feed) untuk proses pengolahan batubara yang di rencanakan adalah
batubara langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM) atau yang telah tersedia
di raw coal stockpile. Fraksi batubara sebagai umpan direncanakan berukuran
maksimum 500 mm. Apabila dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari
500 mm, maka terlebih dahulu harus diremukkan.
b.

Penggerusan Batubara (Coal Crushing)


Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan suatu ukuran fraksi batubara,
menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diharapkan.

c.

Pengayakan Batubara (Coal Screening)


Kegiatan pemisahan ukuran adalah kegiatan yang bertujuan untuk
memisahkan fraksi-fraksi batubara atas dasar ukuran yang diinginkan. Kegiatan
pemisahan ukuran ini dilakukan pada beberapa unit operasi, yaitu :
Scalper Grizzly Screen
Tahap pertama pemisahan ukuran dilakukan dengan menggunakan scalper
grizzly screen yang digunakan untuk memisahkan batubara dari tambang (ROM)
pada fraksi ukuran 500 mm, sebelum masuk sebagai umpan primary crushing. Fraksi
yang terpisah dengan ukuran +500 mm sebagai oversize, akan diremukkan secara
manual dengan menggunakan hand hammer untuk dikembalikan lagi sebagai
umpan; sedangkan fraksi dengan ukuran 500 mm yang lolos, akan diperlakukan
sebagai undersize untuk umpan primary crusher.
d.

Recovery Pengolahan
Pada umumnya recovery pengolahan batubara antara 95,0 sampai 97,5 % yang
diakibatkan oleh hilangnya batubara halus (debu batubara). Debu batubara ini

ditampung dan disiram serta langsung dialirkan ke kolam pengendap didekat unit
pengolahan batubara untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan. Air dalam kolam
pengendap akan dinetralkan kembali dengan menggunakan batu gamping (limestone).
B.

Unit Pengolahan Batubara


TABEL V. 1
PERALATAN REDUKSI UKURAN BATUBARA PADA UNIT PENGOLAHAN
BATUBARA PT. KUOKI COAL MINING
No

Nama Alat

Primary Crusher

Secondary Crusher

Scalper Grizzly
Screen

Vibrating Screen
Deck I

Vibrating Screen
Deck II

Belt Conveyor I

Belt Conveyor II

Loading Conveyor

Wheel Loader

Spesifikasi
Single Roll Crusher, 600 t/jam, 35 KVA,
Diameter x panjang = (800 x 1.000) mm
Double Roll Crusher, 450 t/jam, 30 KVA,
Diameter x panjang = (615 x 615) mm
(800 x 800) mm, Steel-Iron Bar
(50 x 50) mm, 300 t/jam, 17 25 deg
downward-sloping, low magnitude
vibration, 700 RPM, 25 KVA
(25 x 25) mm, 300 t/jam, 17 25 deg
downward-sloping, low magnitude
vibration
300 t/jam, 800 mm, 0.5 m/s, max
conveying angle = 16 deg, 25 m-length, 35
KVA
300 t/jam, 650 mm, 0.5 m/s, max
conveying angle = 16 deg, 50 m-length, 25
KVA
600 t/jam, 650 mm, 0.5 m/s, max
conveying angle = 16 deg, 50 m-length, 25
KVA
KomatsuWA 500-3, Bucket Cap. 5 ton.

Unit
3
3
3
6

3
2

C.
Pengolahan Batubara
Proses pengolahan Batubara yang direncanakan oleh PT. Kuoki Coal Mining adalah
proses reduksi ukuran batubara produksi operasi penambangan sampai pada ukuran seragam
yang diinginkan sesuai dengan permintaan konsumen. Proses ini dilakukan dengan satu unit
Crusher.
Proses peremukkan Crushing batubara akan dilaksanakan dilokasi pelabuhan
khusus batubara yang ada ditepi sungai Muara Enim kecil yang berjarak kurang lebih 2 - 3
km dari penambangan.
D.

Kualitas Batubara

Batubara dilokasi rencana penambangan dapat diklasifikasikan sebagai batubara subbituminous atau steaming coal. Kisaran nilai rata - rata kualitas batubara dilokasi
penyelidikan hasil analisa dalam basis kering adalah sebagai berikut :
1)
Kandungan Air
: 2,50% - 4,22%
2)
Kadar Abu (Ash)
: 7,10% - 15,60%
3)
Kandungan Sulfur
: 0,54% - 2,61%
4)
Nilai Kalori
: 6129 - 7116 Kalori/kg
Atas dasar parameter tersebut diatas, maka pada lokasi rencana penambangan dibagi
menjadi 3 blok penambangan, yaitu Blok Muara 10, Blok Sunda, dan Blok Permata yang
secara geologi tambang layak untuk dilakukan penambangan secara terbuka.
Luasan lahan yang diajukan ke tahap eksploitasi adalah seluas 235 Ha, namun luasan
yang akan ditambangan kurang dari luasan tersebut. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
antara lain sisa luasan sebagai areal penimbunan tanah penutup (overburden) dan topsoil.
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
A.

Umum Daerah Penambangan


Untuk pengaturan jalannya kegiatan pertambangan dan penambangan batubara
diwilayah tersebut, maka wilayah pertambangan PT. Kuoki Coal Mining dibagi menjadi 3
blok utama, yaitu Blok Permata, Blok Muara 10, dan Blok Sunda. Pembagian blok - blok
tersebut disesuaikan dengan fungsi dan kegunaannya untuk kelancaran proses penambangan
diwilayah tersebut.
Untuk kelancaran proses pengangkutan dan penimbunan batubara maupun
overburden, maka dilakukan pada blok - blok tertentu. Daerah loading point merupakan
daerah penggalian overburden pada Blok Sunda dan Blok Muara 10 (Gambar 6. 1). Jenis
batuan yang digali tidak terlalu keras yaitu top soil (tanah merah) dan clay sehingga tidak
memerlukan proses peledakan. Material ini kemudian diangkut dan di dumping area yang
berjarak 1,7 km dari front penambangan pada Blok Muara 10 dan Blok Sunda (lokasi
dumping area terletak pada Blok Sunda). Sistem penambangan batubara pada Blok Muara 10
dan Blok Sunda ini menggunakan sistem penambangan secara terbuka (Surface Mining)
secara konvensional, yaitu kombinasi antara alat gali muat yaitu Excavator dengan alat
angkut yaitu Dump Truck.
BAB VII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA
A.

Sistem Manajemen K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Berdasarkan Peraturan Kementerian Ketenagakerjaan No. Per. 05/1996 adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaiatan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yanag aman, efisien dan produktif.
Sistem Manajemen K3 bervariasi tergantung pada perusahaan, negara dan faktor lokal.
Secara umum, Sistem Manajemen K3 mensyaratkannya :

Adanya suatu Kebijakan K3

Metode untuk mengevaluasi keberhasilan penerapan dan adanya umpan balik

Rencana tindakan perbaikan untuk peningkatan secara berkesinambungan.

B.

Pengawasan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan


Pengawasan K3 Pertambangan dilaksanakan dengan tujuan menghindari kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Ruang lingkup K3 pertambangan meliputi:
1.
Keselamatan kerja,
Yang dimaksud keselamatan kerja antara lain berupa:
a. Manajemen risiko,
b. Program keselamatan kerja,
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja,
d. Administrasi keselamatan kerja,
e. Manajemen keadaan darurat,
f. Inspeksi dan Audit keselamatan kerja,
g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
C.

Pembinaan K3 dan Keselamatan Operasi Pertambangan


Berdasarkan Pasal 139 Ayat 1, UU No. 4 Tahun 2009, menteri melakukan pembinaan
terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya. Oleh karena itu,
pembinaan K3 dan keselamatan operasi yang diberikan kepada aparat Dinas ESDM (Energi
dan Sumberdaya Mineral) Provinsi, Kabupaten/Kota antara lain:
1. Pemberian pedoman, standard pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan
2. Inspeksi bersama aparat dinas daerah dan pusat
3. Pemberian bimbingan dan konsultasi
4. Pendidikan dan pelatihan
D.

Langkah - Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan


Secara umum langkah-langkah pelaksanaan K-3 Pertambangan adalah sebagai
berikut:
1. Mencatat dan melaporkan setiap kecelakaan atau kejadian yang berbahaya, kejadian
sebelum terjadinya kecelakaan, penyebab kecelakaan, menganalisa kecelakaan dan
pencegahan kecelakaan.
2. Memberikan penerangan dan petunju-petunjuk mengenai keselamatan dan kesehatan kerja
kepada semua pekerja tambang dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah,
diskusi, pelatihinspeksi rut an dan lain-lain.
3. Melakukan inspeksi rutin ke tempat-tempat kerja di tambang dalam melaksanakan
fungsinya
E.

Dampak Lingkungan
Kegiatan penambangan batubara tersebut akan menimbulkan dampak, baik dampak
positif maupun dampak negatif terhadap komponen lingkungan. Dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan ini akan terjadi pada tahap persiapan, operasi, dan pasca tambang. Dampak
yang telah ditelaah akan dikonsentrasikan pada dampak penting yang dikaitkan dengan sebab
dan akibat dampak, sifat dan karakteristik dampak, serta luas dan pola penyebaran dampak.
BAB VIII
PEMASARAN
A. Harga Patok Penjualan Batubara Peraturan Menteri Energi DanSumber Daya

Mineral No. 17 Tahun 2010


Harga Batubara adalah harga batubara yang disepakati antara penjual dan pembeli
batubara pada suatu saat tertentu dengan mengacu pada Harga Patokan Batubara. Penjualan
Langsung (spot) adalah penjualan mineral atau batubara untuk jangka waktu kurang dari 12
(dua belas) bulan. Penjualan Jangka Tertentu (term) adalah penjualan mineral atau batubara
untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan atau lebih.
B.

Penjualan
PT. Kuoki Coal Mining akan menjalankan strategi pemasaran yang meliputi
komitmen jaminan kualitas produk, pelayanan pelanggan, koordinasi dan implementasi
Supply Chain Management System. Untuk menjamin pelayanan pada pelanggan, PT. Kuoki
Coal Mining akan membuka layanan pengaduan dengan menyediakan saluran telpon, email
maupun surat kepada pelanggan. Selama tahun 2011 PT. Kuoki Coal Mining menerima 2
(dua) kali pengaduan dan telah ditindak lanjuti oleh
PT. Kuoki Coal Mining melakukan penjualan batubara dalam bentuk kontrak
penjualan jangka panjang maupun melalui pasar spot dengan harga penjualan yang mengacu
pada harga pasar batubara thermal internasional. Trend rata-rata harga jual batubara
Perseroan dalam beberapa tahun terakhir cenderung meningkat.
BAB IX
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
A.
1.

Investasi
Modal Tetap
Modal tetap adalah biaya yang besarnya relatip tidak berubah atau tergantung pada
volume produksi atau tingkat aktifitas yang dilakukan.
Modal tetap terdiri dari:
a.
Biaya Pra-penambangan
Biaya pra-penambangan terdiri dari:
TABEL IX. 1
TABEL BIAYA PRA PENAMBANGAN
No
Uraian
Biaya (Rp.)
1
Biaya perijinan
630.000.000
2
Biaya kegiatan eksplorasi
577.500.000
3
Biaya UPL/UKL
210,000,000
4
Biaya jaminan reklamasi
262.500.000
Jumlah
1.680.000.000.00
B.

Metode Penilaian Investasi


Pada penilian investasi ini akan dinilai dengan metode Payback Period, Net Present
Value, Internal Rate of return, dan Profitability Index. Berikut ini adalah perincian
perhitungan penilaian investasi.
a.
Payback Period
Untuk menilai jangka waktu (tahun) pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan
dalam suatu royek dengan menggunakan aliran kas sebagai dasar perhitungan.
Perhitungan payback period untuk rencana usaha ini adalah :
Nilai Investasi
Payback Period
x : ta h un
Kas Masuk Bersih

PP

7.739.507 .334
x :ta h un
8.180 .977 .109

PP = 1,144 menjadi 1 tahun 1 Bulan


BAB X
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan dibawah ini ;
Aspek

Hasil

Layak

Tidak Layak

Aspek Pasar
dan
Pemasaran

LAYAK

Memiliki segmentasi pasar,


adanya bauran pemasaran
dan strategi pemasaran
yang jelas

Tidak menentukan
segmentasi pasar,
bauran dan strategi
pemasaran tidak
ditetapkan

Aspek
Teknis atau
operasi

LAYAK

Adanya penggunaan
teknologi, tersedianya tata
letak kantor, luas dan
wilayah produksi sudah
ditentukan

Tidak memilki ijin


luas dan wilayah
produksi,
penggunaan
teknologi yang tidak
semestinya

Aspek
manajemen
dan Sumber
Daya
Manusia

LAYAK

Adanya struktur organisasi


dan badan usaha yang telah
ditetapkan oleh pemerintah,
system kerja dan gaji

Tidak adanya
struktur organisasi
dan badan usaha
yang tidak terdaftar
ke Negara

Aspek
Hukum

LAYAK

Sistem badan hokum yang


jelas, adanya surat tanda
daftra perusahaan, NPWP,
dan ijin pertambangan yang
sudah terdaftar ke
Pemerintah

Tidak terdaftarnya
TDP dan NPWP ke
pemerintahan

Aspek
Ekonomi
Sosial

LAYAK

Mengetahui keadaan
ekonomi social di daerah
yang akan dijadikan tempat
bisnis

Tidak tahu tentang


data perekonomian
daerah yang akan
dijadikan tempat
berbisnis

Aspek
Dampak
Lingkungan

LAYAK

Adanya rencana
pemantauan dan
penanganan terhadap
dampak-dampak yang
timbul

Tidak adanya
penanganan dan
solusi atas masalah
dari dampak yang
timbul

Aspek
Keuangan

LAYAK

PP < 2 Tahun, NPV positif,


IRR > 20 %, PI > 1 kali

PP > 2 Tahun, NPV


Negatif, IRR < 20
%, PI < 1 kali

STUDI KELAYAKAN TAMBANG

TUGAS STUDI KELAYAKAN TAMBANG


Dibuat sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Studi Kelayakan Tambang
pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh:
Rionaldi Alamsyah Kuoki
03021181320022

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
2016

Anda mungkin juga menyukai