Anda di halaman 1dari 4

DISENTRI BASILER

DEFINISI
Disentri

berasal

dari

bahasa

Yunani,

yaitu dys (gangguan)

dan enteron(usus), yang berarti infeksi pada usus yang dapat menyebabkan diare
yang disertai darah dan lendir.
ETIOLOGI
Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab
tersering disentri pada anak. Sedangkan disentri yang disebabkan oleh amuba
dikenal dengan disentri amuba.
Pada disentri basiler disebabkan bakteri shigella sp. Dari genus shigella, secara
morfologi bakteri shigella berbentuk batang ramping, tidak berkapsul, tidak
bergerak, tidak membentuk spora, bentuk cocobasil dan gram-. Ada 4 spesies
Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe
O dari shigella.
PATOGENESIS
Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri, yaitu suatu keadaan
yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja biasanya lunak, disertai
eksudat inflamasi yang mengandung leukosit polymorfonuclear (PMN) dan darah.
Kuman Shigella secara genetik bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat
melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air, makanan, dan
lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya.
Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum
terminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat biasanya di daerah
sigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja. Pada keadaan akut dan fatal
ditemukan mukosa usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi
biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel

limfoid, dan pada selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus


yangdangkal dan kecil, tepi ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk
ulkus bergaung.
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain
ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat enterotoksik, sitotoksik,
dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen
sehingga kuman lebih mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan
menyebabkan kelainan pada selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang
khas. Pada infeksi yang menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5
cm sehingga dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil.
Dapat terjadi perlekatan dengan peritoneum.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dan keparajhan shigellosis tergantung pada spesies yang
menginfeksi, usia, status nutrisi, dan status imunologi pejamu. Shigellosis secara
tipikal berkembang melalui 4 fase yaitu fase masa inkubasi, watery diarrhea,
dysentery, dan fase post infeksi.. Gejala shigellosis secara tipikal dimulai 24-72
jam setelah kuman ini tertelan dengan demam dan malaise, diikuti dengan diare
yang pada awalnya adalah watery diarrhea secara cepat berkembang menjadi diare
dengan mukus dan darah yang merupakan karakteristik dari infeksi shigella,
disentri ditandai dengan diare sedikit-sedikit dengan darah dan lendir disertai
dengan tenesmus, kram perut dan nyeri saat akan defekasi sebagai akibat
inflamasi dan ulserasi mukosa kolon dan proktitis.
Tidak semua infeksi shigella akan menyebabkan disentri, ditentukan oleh jenis
dan virulensi strain yang menhginfeksi. Pasien dengan infeksi S. sonnei tidak
pernah berkembang menjadi disentri, disentri akan terjadi jika terinfeksi S.
dysentriae type 1
Pada infeksi shigella dapat tidak ditemukan muntah maupun tanda dehidrasi yang
berat sebagai manifestasi klinisnya, dikarenakan pada shigellosis, lambung dan
usus halus tidak terlibat, meskipun demikian dapat ditemukan tanda dehidrasi

ringan atau sedang sebagai akibat kehilangan cairan lewat diare, peningkatan
insensible water loss akibat demam dan penurunan asupan makan dan minum.
TATALAKSANA
Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah
atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika.

Cairan dan elektrolit


Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral.
Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat
badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus
untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak
muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu
atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat
diberikan.

Diet
Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari,
kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Pengobatan spesifik
Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati
dengan antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan,
terapi diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotika diganti
dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dan tetrasiklin
hampir universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap
ampisilin, namun apabila ternyata dalam uji resistensi kumanterhadap
ampisilin masih peka, maka masih dapat digunakan dengan dosis 4 x 500
mg/hari selama 5 hari. Begitu pula dengan trimetoprimsulfametoksazol, dosis
yang diberikan 2 x 960 mg/hari selama 3-5 hari.
Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler karena tidak
efektif.

Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti


siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk
pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500
mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal
dan sefiksim 400 mg/hari selama 5 hari. Pemberian siprofloksasin merupakan
kontraindikasi terhadap anak-anak dan wanita hamil.
Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae tipe 1 yang
multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asamnalidiksik dengan dosis 3 x 1
gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang dianjurkan dalam pengobatan
stadium carrier disentribasiler
Sumber: IPD jilid 1 Edisi VI

Anda mungkin juga menyukai