Anda di halaman 1dari 1

1.

Levotiroksin
Pada pasien-pasien tua (lansia) --terutama yang dengan penyakit kardiovaskular-- harus
mulai terapi perlahan-lahan. Levotiroksin diberikan dengan dosis 0,025 mg/hari untuk
untuk 2 minggu, dengan meningkatkan 0,025 mg setiap 2 minggu sampai mencapai
dosis 0,1 atau 0,125 mg per hari. Biasanya diperlukan waktu 2 bulan untuk seorang
pasien mencapai keseimbangan dengan dosis penuh. Pada pasien-pasien ini, jantung
sangat peka terhadap kadar tiroksin yang beredar dan bila terjadi angina pektoris atau
aritmia jantung, perlu untuk menurunkan dosis tiroksin dengan segera. Kasus gawat
darurat hipotirodisme adalah koma miksedema. Faktor predisposisinya adalah infeksi
paru, penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung kongestif. Pada kasus ini diberikan
levotiroksin melalui intravena (Sucipto, K.W., 2009)
 Rancangan bentuk sediaan: Injeksi
 Rute Pemberian: Intravena. Beberapa alasan pemberian hormon T3 secara
intravena ini adalah onsetnya yang lebih cepat, mempunyai aktivitas biologik ysng lebih
tinggi dibandingkan T4 dan tergangguya konversi T4 menjadi T3 pada keadaan
hipotiroid.
 Cara Pakai: Dosis awal sejumlah 300-400 g levotiroksin intravena setiap diikuti
oleh 50 g levotiroksin intravena setiap hari.
 Frekuensi pemberian: 1 kali sehari
 Bioavaibilitas obat: 80-90%.
 Efek Terapi (termasuk onset/awitan, farmakokinetik dan farmakodinamik obat)
dan meminimalkan efek samping): Waktu paruh levotiroksin kira-kira 7 hari, jadi hanya
perlu diberikan sekali sehari. Levotiroksin diekskresikan ek dalam empedu dan tinja.
Levotiroksin yang menjadi terapi pengganti dari kerja hormon tiroid pun memiliki fungsi
kerja yang sama dengan hormon tiroid dan tentunya setiap individu akan memberikan
hasil yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penyesuaian dosis akan sangat diperlukan
selama pemberian terapi. Levotiroksin dapat digunakan sebagai obat penekan sekresi
TSH dalam hubungannya dengan kondisi goiter eutiroid, termasuk nodul tiroid, Tiroiditis
Hashimoto, goiter multinodular, dan terapi tambahan pada manajemen kanker tiroid
terdiferensiasi baik tergantung tirotropin (Katzung BG, 2009)

Sucipto, K.W., 2009. Myxedema Coma. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 9(2), pp.91-95.

Katzung BG, et.al.2009. Thyroid and Antithyroid Drugs, In: Katzung BG, Masters SB,
Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology. United states: McGraw Hill. 11th ed.

Anda mungkin juga menyukai