Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH TEKNOLOGI BIOMASSA

FERMENTASI ETANOL

Disusun Oleh :
M.Afif Arsyadi

NIM : 0614 4041 0775

Yosirham Abdu Salam

NIM : 0614 4041 0788

Kelas : 5 EG. A
Dosen Pembimbing : Zurohaina, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
2016
1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul Fermentasi Biomassa. Shalawat dan salam
penulis persembahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat serta pengikutnya hinggai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis masih mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah di masa
yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Zurohaina, selaku dosen mata kuliah Teknologi Biomassa.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan berguna baik bagi penulis maupun bagi pembaca, Aamiin.

Palembang, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul..........................................................................i
Kata Pengantar........................................................................ii
Daftar Isi................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................1
1.4 Manfaat.............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Etanol...................................................................3
2.2 Definisi Etanol..................................................................4
2.3 Proses Pembuatan Etanol..................................................4
2.4 Kegunaan Etanol.............................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

16

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Etanol merupakan senyawa alcohol yang tidak bersifat racun. Etanol dapat

diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati atau dari bahan
tanaman yang mengandung lignoselulosa, melalui proses fermentasi dengan
bantuan mikro-organisme. Sebagian besar etanol dimanfaatkan sebagai pelarut
dalam industry farmasi, pereaksi pada industri kimia dan pengawet contoh-contoh
biologik (hewan dan tumbuhan) . Namun pada saat ini, etanol banyak digunakan
sebagai bahan bakar alternatif, karena semakin berkurangnya cadangan minyak
bumi dan meningkatnya biaya eksplorasi dan eksploitasi bahan bakar, yang
menyebabkan industri petrokimia menghadapi kesulitan untuk pengembangan
lebih lanjut. Produksi etanol banyak dilakukan secara biologi atau melalui
teknologi biokonversi yaitu teknologi berupa konversi bahan baku secara
enzimatik dan biologik (melalui fermentasi). Bahan baku yang digunakan untuk
produksi etanol dapat berupa tebu, gula bit, tapioka,sorgum, meizena, barley,
gandum, padi,kentang dan bahanbahan berlignoselulosa seperti : kayu dan
limbah pertanian.
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1. Apa itu etanol dan apa manfaatnya ?
2. Bagaimana proses pembuatan etanol ?
3. Apa itu fermentasi etanol ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan latar belakang dan tujuan masalah diatas, ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan makalah ini,diantaranya:
1. Mengetahui apa itu etanol dan manfaatnya
2. Mengetahui proses pembuatan etanol
1

3. Mengetahui apa itu fermentasi etanol


1.4

MANFAAT

Dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang fermentasi etanol dan


manfaatnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Etanol


Etanol telah digunakan manusia sejak zaman prasejarah sebagai bahan
pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan
keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara menunjukkan bahwa
minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah dari masa Neolitik.
Campuran dari (Bio)etanol yang mendekati kemurnian untuk pertama kali
ditemukan oleh Kimiawan Muslim yang mengembangkan proses distilasi pada
masa Kalifah Abbasid dengan peneliti yang terkenal waktu itu adalah Jabir ibn
Hayyan (Geber), Al-Kindi (Alkindus) dan al-Razi (Rhazes). Catatan yang disusun
oleh Jabir ibn Hayyan (721-815) menyebutkan bahwa uap dari wine yang
mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) dengan tegas menjelaskan tentang
proses distilasi wine. Sedangkan (Bio)etanol absolut didapatkan pada tahun 1796
oleh Johann Tobias Lowitz, dengan menggunakan distilasi saringan arang.
Antoine Lavoisier menggambarkan bahwa (Bio)etanol adalah senyawa yang
terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Pada tahun 1808 Nicolas-Thodore
de Saussure dapat menentukan rumus kimia etanol. Lima puluh tahun kemudian
(1858), Archibald Scott Couper menerbitkan rumus bangun etanol. Dengan
demikian etanol adalah salah satu senyawa kimia yang pertama kali ditemukan
rumus bangunnya. Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di
Inggris oleh Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday
membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun
1982 yang digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini.
Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat,
pada tahun 1880-an Henry Ford membuat mobil quadrycycle dan sejak tahun
1908 mobil Ford model T telah dapat menggunakan (bio)etanol sebagai bahan
bakarnya. Namun pada tahun 1920an bahan bakar dari petroleum yang harganya
lebih murah telah menjadi dominan menyebabkan etanol kurang mendapatkan
perhatian. Akhir-akhir-akhir ini dengan meningkatnya harga minyak bumi,
bioetanol kembali mendapatkan perhatian dan telah menjadi alternatif energi yang
terus dikembangkan.

2.2. Definisi Etanol


Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol
saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna,
dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan seharihari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman
beralkohol dan termometer modern.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia
C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari
dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut
yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.
Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol merupakan senyawa yang tidak terdapat secara bebas di alam. Zat
ini adalah golongan alkohol biasa atau alkohol primer yang dibuat dari glukosa
atau jenis gula yang lain dengan jalan peragian.
Agar alkohol yang digunakan sebagai bahan bakar dan keperluan farmasi
serta industri tidak diminum, maka etanol dibuat tidak terminum dengan cara
diberi metanol dan zat pewarna(denaturasi alkohol), misalnya alkohol yang
dipakai sebagai spiritus bakar.
2.3. Proses Pembuatan Etanol
Ada dua cara mendapatkan etanol berdasarkan sumber bahan pembuatnya,
yakni secara petrokimia melalui hidrasi etena dan secara hayati melalui fermentasi
gula dengan ragi.

Hidrasi Etena Menjadi Etanol (Sintesis)


Etanol dibuat dalam skala produksi dengan mereaksikan etena dengan uap.

Katalis yang digunakan adalah silikon dioksida padat yang dilapisi dengan asam
fosfat. Reaksi yang terjadi dapat balik (reversibel).

Hanya 5% dari etena yang diubah menjadi etanol pada setiap kali
pemasukan ke dalam reaktor. Dengan mengeluarkan etanol dari campuran
kesetimbangan dan mendaur ulang etena, maka pengubahan etena menjadi etanol
secara keseluruhan dapat mencapai 95%.
Pembuatan etanol dengan hidrasi etilen ini relatif tidak murah karena
etilen adalah bahan baku bagi berbagai produk petrokimia yang bernilai tinggi. Di
samping itu prosesnya yang melibatkan bahan baku yang berasal dari fosil
termasuk bahan yang tidak dapat diperbarui.

Proses Hayati (Fermentasi)


Proses hayati pembuatan etanol sering disebut sebagai proses fermentasi.

Cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan
bantuan mikroorganisme disebut dengan bioetanol. Fermentasi atau respirasi
anaerob adalah proses produksi energi dalam sel yang berlangsung tanpa adanya
oksigen. Jadi, fermentasi etanol adalah proses penguraian glukosa menjadi etanol
dan karbondioksida dengan bantuan mikroorganisme dalam keadaan tanpa
oksigen. Pada proses fermentasi, energi selular yang dihasilkan dalam bentuk
senyawa

organik

berupa

adenosine

triphosphate

(ATP)

sangat

sedikit

dibandingkan dengan respirasi aerob. Satu molekul glukosa hanya dapat


menghasilkan 2 molekul ATP, sedangkan pada respirasi aerob, satu molekul
glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.

Dalam proses fermentasi alkohol digunakan ragi. Ragi ini dapat merubah
glukosa menjadi alkohol dan gas CO 2. Ragi merupakan mikroorganisme bersel
satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan Eumycetes. Dari golongan ini
dikenal

beberapa

jenis,

antara

lain

Saccharomyces

anamensis,

Schizosacharomyces pompe dan Saccharomyces cerevisiae. Masing-masing


mempunyai kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda.

Syarat-syarat yang diperlukan dalam memilih ragi untuk fermentasi adalah :

Cepat berkembang biak


Tahap terhadap alkohol tinggi
Tahan terhadap suhu tinggi
Mempunyai sifat yang stabil
Cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang difermentasi
Untuk memperoleh jenis ragi yang mempunyai sifat-sifat seperti diatas,
harus dilakukan percobaan-percobaan dalam laboratorium dengan teliti. Pada
umumnya ragi yang dipakai untuk membuat alkohol adalah jenis Saccharomyces
cerevisiae, yang mempunyai pertumbuhan sempurna pada suhu 30 oC dan pH
4,8.
Ragi menurut kegiatan selama fermentasi terbagi atas dua bagian, yaitu :

Top Yeast (Ragi Atas)


Ragi yang aktif pada permukaan atas media, yang menghasilkan etanol

dan CO2 dengan segera. Jenis ini biasanya dijumpai pada industri alkohol dan
anggur.

Bottom Yeast (Ragi Bawah)


Ragi yang aktif pada bagian bawah. Biasanya industri penghasil bir yang

menggunakan ragi bawah ini yang menghasilkan etanol sedikit dan membutuhkan
waktu yang lama untuk kesempurnaan fermentasi. Dalam kondisi yang normal,
ragi atas cenderung untuk berflokulasi dan memisahkan diri dari larutan, ketika
fermentasi berjalan sudah sempurna. Strain ragi yang bervariasi itu berbeda dalam
kemampuan berflokulasi.

Proses fermentasi etanol tergantung dari bahan bakunya. Bahan yang


mengandung gula biasanya tidak atau hanya sedikit memerlukan pengolahan
pendahuluan. Tetapi bahan-bahan yang mengandung pati atau selulosa harus
dihidrolisa terlebih dahulu menjadi gula barulah dilakukan fermentasi menjadi
etanol.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan, fermentasi etanol dibagi

menjadi 3 kelompok, yaitu :


Fermentasi etanol untuk bahan-bahan sakarin
Bahan-bahan sakarin yang digunakan untuk produksi etanol pada skala
besar adalah jus dan molase dari tebu dan gula bit. Molase adalah produk
sampingan yang berupa biang cair terkonsentrasi setelah kristalisasi gula.
Konsentrasi

gula

dari

molase

adalah

sekitar

50%

dan

mengandung

glukosa,frukosa, dan sukrosa sebagai komponen gula utama. Berikut tahapan


dalam proses produksi bioetanol dari tetes (molase) :
1. Tahap Fermentasi
Proses fermentasi ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
pembiakan ragi dan fermentasi.
Tahap pembiakan ragi
Tahap ini menggunakan tangki prefermentor yang dilengkapi pipa aliran
udara dan pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding tangki. Tahap ini
bertujuan untuk mengembangbiakkan ragi jenis saccharomyces cereviseae dengan
menggunakan media tetes. Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali
dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15o C dan tetes 40o brix dari tangki
pengendap tetes ke dalam tangki seeding dan mencampurnya hingga mencapai
kekentalan sekitar 12 - 13o brix yang disertai aliran udara dari blower dengan
fungsi ganda yaitu untuk mempercepat tercampurnya tetes dengan air dan juga
untuk konsumsi kebutuhan oksigen bagi ragi saccharomyces cereviseae yang
berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga menjaga suhu tangki konstan
pada 30o C dengan mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak dijaga,
maka ragi sedang dikembangbiakkan akan terganggu kelangsungan hidupnya dan
kemudian akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) yang telah dilarutkan
dengan air secukupnya. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium

phospat, dan ammonia. PHP juga ditambahkan ke dalam larutan ini dengan tujuan
untuk mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 5. Dari hasil campuran
ini didapatkan biakan ragi. Pada Tangki pre-fermentor terdapat beberapa reaksi
yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian urea serta reaksi pertumbuhan yeast.
Asumsi pada reaksi hidrolisa adalah konversi yang terjadi 95%. Persamaan reaksi
hidrolisa sebagai berikut: C12H22O11 +H2O

2C6H12O6

Persamaan reaksi pada 95% konversi proses penguraian urea adalah:


(NH2)2CO + H2O

2NH3 + H2O

Persamaan reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:


C6H12O6

3.198O2

0.316NH3

1.929CH1.703N0.171O0.459 +4.098CO2+ 4.813H2O (Hr 298 = -855.7055


kcal/kg)
(Atkinson, hal 132)
Tahap fermentasi
Tahap ini menggunakan tangki fermentor dengan dilengkapi pipa aliran
udara dan pipa aliran air pendingin yang berasal dari air sungai untuk menjaga
suhu fermentasi pada 30-32o C. Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan
alcohol dengan kadar 8,5 9 % atau lebih. Pertama-tama dimulai dengan
sterilisasi tangki fermentor yamg masih kosong dengan uap air panas (steam)
sampai suhu 121o C lalu membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30o C.
Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu 30o C, larutan tetes 40o brix,
proses fermentasi ini berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang telah
dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa masuk ke tangki fermentor. Setelah
itu, tetes 40o brix dipompa masuk ke tangki dan proses berlangsung selama 36
jam. Untuk pH larutan ini dijaga sekitar 4,5 - 5. Kemudian memasukkan ragi roti
yang telah dilarutkan dengan air secukupnya dan yeast cream. Untuk nutrisinya,
dimasukkan urea, ammonium, dan diammonium phospat. Sedangkan turkey red
oil ditambahkan sebagai anti foam untuk mencegah pembentukan foam selama
proses terjadi. Hal ini dilakukan selama 15 menit setelah persiapan media pada
tangki fermentor selesai. Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki fermentor pada
waktu yang disesuaikan dengan jam awal fermentasi. Tahap fermentasi ini
berlangsung selama 24 jam hingga kadar alkohol mencapai 8,5 - 9% dan
8

kekentalan 6,5 - 7o brix. Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi, larutan
hasil fermentasi dipompa menuju separator untuk dipisahkan antara hasil
fermentasi (cairan mash) dengan ragi (yeast cream). Separator ini menggunakan
alat rotary vacuum filter yang merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga
ragi (yeast cream) dan cairan hasil fermentasi (cairan mash) yang memilliki
perbedaan massa jenis dapat dipisahkan. Ragi yang didapatkan masih dalam
konsentrasi yang tinggi. Dari hasil fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya,
hanya sekitar 80-90% saja. Sisanya 10-20% tidak diambil raginya karena
mengandung kotorankotoran sisa berupa endapan garam mineral. Hasil fermentasi
yang telah dipisahkan ini langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan
selanjutnya didestilasi hingga menjadi alkohol prima (fine alkohol) dengan kadar
mencapai 96,5%. Pada tahap fermentasi ini terjadi reaksi hidrolisa, dimana
sukrosa diubah menjadi glukosa. Persamaan reaksi hidrolisa yaitu:
C12H22O11 +H2O

2C6H12O6

Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, dimana glukosa diubah menjadi
etanol dan air. Persamaan reaksinya adalah:
C6H12O6

2 C2H5OH + 2CO2

Pada main fermenter selain terbentuk etanol, juga akan terbentuk produk samping.
Hasil samping dalam persen berat (%gula) adalah sebagai berikut:
Asam asetat = 0,65%
Fusel Oil = 0,85%
Asetaldehid = 0,05%
(Prescot hal 128)
Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter yaitu:
C6H12O6

C3H8O3 + CH3CHO + 2 CO2

C6H12O6 + H2O

2 C3H8O3 + CH3COOH + C2H5OH +

2CO2 (Hr 298 = -324.3860 kcal/kg)


2. Tahap Distilasi
Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir
(beer)dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi
bertingkat.Beer mengandung 8 10% alkohol.Maksud dan proses distilasi adalah

untuk memisahkan etanol dari campuranetanol air. Untuk larutan yang terdiri dari
komponen-komponen yang berbedanyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara
yang paling mudah dioperasikandan juga merupakan cara pemisahan yang secara
thermal adalah efisien.Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol
mendidih padasekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang
memungkinkan pemisahancampuran etanol air.Prinsip : Jika larutan campuran
etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada
air. Jika uap-uap ini didinginkan(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam
cairan yang dikondensasikan ituakan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya.
Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka
konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini bisa diulangi terus, sampai
sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada
batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih
yang sama(azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 95-96% alkohol ini
dipanaskan, maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan
sama. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan
air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis.
Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi
hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.
Fermentasi etanol dari bahan yang mengandung pati
Proses produksi etanol dari hasil pertanian yang mengandung pati ( seperti
jagung, gandum, dan lain-lain) hampir sama dengan proses produksi etanol
dengan bahan dasar molase. Namun, dalam proses fermentasi kali ini, pada tahap
awal akan dibutuhkan proses tambahan yang tidak dilakukan pada fermentasi
molase. Tahap tahap nya adalah sebagai berikut:
1. Proses Gelatinasi
Dalam proses gelatinasi, bahan baku ubi kayu, ubi jalar, atau jagung
dihancurkan dandicampur air sehingga menjadi bubur, yang diperkirakan
mengandung pati 27-30 persen.Kemudian bubur pati tersebut dimasak atau
dipanaskan selama 2 jam sehingga berbentuk gel. Proses gelatinasi tersebut dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu:Bubur pati dipanaskan sampai 130 oC selama 30
menit, kemudian didinginkan sampaimencapai temperatur 95oC yang diperkirakan
10

memerlukan waktu sekitar jam. Temperatur 95oC tersebut dipertahankan selama


sekitar 11/4 jam, sehingga total waktu yang dibutuhkan mencapai 2 jam. Bubur
pati ditambah enzyme termamyl dipanaskan langsung sampai mencapai
temperatur 130oC selama 2 jam. Gelatinasi cara pertama, yaitu cara pemanasan
bertahap mempunyai keuntungan , yaitu pada suhu 95 0C aktifitas termamyl
merupakan yang paling tertinggi, sehingga mengakibatkan yeast atau ragi cepat
aktif. Pemanasan dengan suhu tinggi (1300C) pada cara pertama ini dimaksudkan
untuk memecah granula pati, sehingga lebih mudah terjadi kontak dengan air
enzyme. Perlakuan pada suhu tinggi tersebut juga dapat berfungsi untuk sterilisasi
bahan, sehingga bahan tersebut tidak mudah terkontaminasi. Gelatinasi cara
kedua, yaitu cara pemanasan langsung (gelatinasi dengan enzymetermamyl) pada
temperature 130oC menghasilkan hasil yang kurang baik, karenamengurangi
aktifitas yeast. Hal tersebut disebabkan gelatinasi dengan enzyme pada
suhu130oC akan terbentuk tri-phenyl-furane yang mempunyai sifat
racun terhadap yeast.Gelatinasi pada suhu tinggi tersebut juga akan
berpengaruh terhadap penurunan aktifitastermamyl, karena aktifitas termamyl
akan semakin menurun setelah melewati suhu 95oC(Wasito, 1981).
2. Proses Saccharifikasi
Tahap sakarifikasi merupakan tahap pemecahan gula kompleks menjadi
gula sederhanayang dilakukan pada sebuah tabung pada rangkaian peralatan untuk
produksi bioethanol.Saccharifikasi melibatkan proses sebagai berikut:
Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
Pengaturan pH optimum enzim Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 600C, sampai proses
saccharifikasi selesai (Dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang
dihasilkan).
3. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan
dimasukkan ke dalam fermentor. Kalau anda menggunakan fermentor yang
tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan tampak gelembung-gelembung

11

udara kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung udara ini adalah


gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Kadang-kadang terdengar
suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi ini
usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 5.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari.
Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya
gelembung-gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang
lebih 7% 10 %.
4. Distilasi dan Dehidrasi
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam
evaporator atau boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79
81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol
dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator.
Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar
etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar
etanolnya 95%. Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau
penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau
zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu
didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%
Fermentasi Etanol dari Lignoselulosa
Secara umum sintesis bioetanol yang berasal dari biomassa terdiri dari dua
tahap utama, yaitu hidrolisis dan fermentasi. Hidrolisis dimaksudkan untuk
memperoleh gula dari selulosa. Biasanya selulosa tidak langsung tersedia dalam
biomassa. Selulosa berada dalam kondisi terikat oleh lignin dalam suatu ikatan
lignoselulosa. Maka hidrolisis juga biasanya diawali dengan praperlakuan
(pretreatment).
Biomassa lignoselulosa umumnya terdiri atas selulosa,hemiselulosa, dan
lignin.
Secara umum, proses produksi bioetanol dari material lignoselulosa
terbagi menjadi empat tahap. Pertama, proses praperlakuan(atau perlakuan awal)

12

untuk mendegradasikan atau mendekomposisi lignin dengan tujuan memperlancar


proses reaksi hidrolisis dan fermentasi. Kedua, proses hidrolisis yaitu untuk
memecah rantai polisakarida menjadi monosakarida, jika selulosa maka akan
terkonversi menjadi glukosa dan jika substratnya xylan maka akan terkonversi
menjadi xylosa. Ketiga adalah proses fermentasi untuk mengubah monosakarida
menjadi etanol,biasanya proses fermentasi menggunakan yeast. Saccharomyces
cerevisiae. Keempat adalah proses pemurnian etanol, umumnya dilakuakn dengan
menggunakan distilasi.
Gambar 1.11 memperlihatkan secara singkat target konversi material
lignoselulosa menjadi etanol dengan proses hidrolisis multienzim menggunakan
enzim selulase, selubiase, dan xylanase serta fermentasi menggunakan S.
Cervisiae.

2.4.

Kegunaan Etanol
Kegunaan ethanol/bioethanol (alkohol) berdasarkan literatur adalah sebaga
berikut:
Menurut Fessenden ( 1992) kegunaan ethanol adalah:
-

Digunakan dalam minuman keras.

Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri.

Sebagai bahan bakar.


Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12.800 Btu/lb. Sedangkan jika
dicampur dengan gasoline dimana presentase 10% etanol dan 90% gasoline akan

13

menghasilkan produk dengan nama dagang Gashol dihasilkan kalor (Q) sebesar
112.000 Btu/gallon.
Menurut Austin ( 1984) kegunaan ethanol adalah:
-

Sebagai bahan industri kimia.

Sebagai bahan kecantikan dan kedokteran.

Sebagai pelarut dan untuk sintesis senyawa kimia lainnya.

Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat ratusan senyawa kimia lain,
seperti asetaldehid, etil asetat, asam asetat, etilene dibromida, glycol, etil klorida,
dan semua etil ester.
Menurut Uhlig (1998) kegunaan ethanol adalah :

Sebagai pelarut dalam pembuatan cat dan bahan-bahan komestik.

Diperdayakan di dalam perdagangan domestik sebagai bahan bakar

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan penulisan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
3.1.1. Fermentasi etanol adalah proses penguraian glukosa menjadi etanol dan
karbondioksida dengan bantuan mikroorganisme dalam keadaan tanpa
oksigen.

14

3.1.2. Berdasarkan sumber bahan pembuatnya, etanol dapat diperoleh secara


petrokimia melalui hidrasi etena dan secara hayati melalui fermentasi gula
dengan ragi.
3.1.3. Fermentasi etanol dapat dilakukan dari bahan baku yang mengandung
sakarin, pati, maupun lignoselulosa.

DAFTAR PUSTAKA

Gozan, Misri. 2013. Teknologi Bioetanol Generasi-Kedua. Jakarta: Erlangga.


The Japan Institute of Energi. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia.
Tri, Yuda. 2013. Makalah KarbohidratBioetanol, (Online),
(http://anjennnnng.blogspot.co.id/2014/02/makalah-karbohidrat-bioetanol.html,
diunduh 3 Oktober 2016).

15

Suryani, Irma. 2013. Industri alkohol, (Online), (http://irmateknikkimia.blogspot.co.id/2013/04/industri-alkohol-etanol.html, diunduh 3


Oktober 2016).

16

Anda mungkin juga menyukai