Anda di halaman 1dari 3

PERTANYAAN

1. Bagaimana kualitas kebijakan energi Indonesia? Apakah sudah baik


dibandingkan negara lain?
Jawab :
Kebijakan energi negara berkembang seperti Indonesia mempunyai
prioritas yang berbeda dengan negara maju. Negara berkembang biasanya lebih
banyak menekankan kebijakan masalah energi domestik dengan memperhatikan
daya beli masyarakat. Sedangkan kebijakan energi negara maju dengan taraf
kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera cenderung seiring dengan upaya
mempertahankan kegiatan ekonomi yang sudah berjalan baik. Namun bagaimana
kualitas kebijakan energi Indonesia itu sendiri dibanding negara lain? Jika
berbicara kebijakan energi, maka kebijakan energi yang dirumuskan antara satu
negara dengan negara lain tentunya berbeda tergantung dari keadaan ekonomi,
politik, sosial budaya, dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi perumusan
kebijakan energi negara tersebut. Namun yang membedakan adalah penerapan
dari kebijakan energi itu sendiri. Poin-poin yang telah dirumuskan dalam
kebijakan energi hanya dapat dilaksanakan dalam kerangka tata kelola yang baik
(good governance), yang setidaknya harus ditegakkan oleh empat pilar: prinsip
kepastian hukum, transparansi, akuntabilitas dan profesionalisme. Hal tersebut
yang mengakibatkan kualias pengelolaan energi di Indonsia tidak berjalan
sebagaiman mestinya. Tanpa tata kelola yang baik, tujuan yang dicita- citakan
hanya tinggal mimpi yang tak akan dapat dicapai.

2. Apa peran Pemerintah dalam suatu Kebijakan Energi ?


Jawab :
Dari penjelasan di atas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai
pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal yang
seharusnya dilakukan pemerintah :
1. Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan
mendukung serta memberikan dana bagi institusi atai individu yang
melakukan pembaharuan teknologi tersebut. Misalnya teknologi Biogas,
Biopori, dan minyak biji jarak.
2. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan
SDA untuk ikut serta menjaga SDA yang ada, dengan mendorong mereka
melakukan corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung
jawab terhadap eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU
perihal kewajiban perusahaan melakukan CSR.
3. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang
sampah pada tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi yang tegas
bagi para pelanggar (tanpa pandang levelitas).
4. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek
masyarakat, agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut
berperan serta memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.
5. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM)
seperti pengetahuan serta keteranpilan SDM dalam pengelolaan dan
pengembagan program CSR.

3. Apa hubungan antara ekonomi energi dengan kebijakan energi ?


Jawab :
Ekonomi energi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana individu atau kelompok individu dalam masyarakat, memilih,
memutuskan, memanfaatkan atau mengalokasikan sumber daya yang langka
secara efisien dan efektif sesuai dengan berbagai alternatif pemakaian dalam
produksi komoditas dan distibusi untuk konsumsi masa kini/sekarang atau masa
yang akan datang.
Sementara kebijakan energi adalah suatu ketentuan dalam menggunakan
energi seefisien dan seoptimal mungkin yang di dalamnya terdapat usaha
penghematan energi. Kebijakan energi yang dirumuskan oleh Pemerintah
digunakan sebagai aturan main bagi pihak-pihak yang terlibat dalam industri
energi.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan energi
merupakan bagian dari ilmu ekonomi energi itu sendiri dimana untuk mencapai
tujuan ekonomi energi, yaitu mengalokasikan sumber daya secara efisien dan
efektif dibutuhkan suatu ketentuan atau aturan main yang dirumuskan oleh
Pemerintah untuk mengatur pihak-pihak yang terlibat dalam industri energi.

Anda mungkin juga menyukai