PENDAHULUAN
1.1
tercapainya
kesejahteraan
masyarakat
melalui
peningkatan
diharapkan
mampu
meningkatkan
daya
saing
daerah
dengan
Pendapatan
Asli
Daerahnya
masing-masing
dengan
terhadap
pelaksanaan
program/kegiatan
pemerintah
daerah
Sejauh ini penggunaan SiLPA bersifat pro dan kontra. Penggunaan SiLPA
yang bersifat pro yaitu terhadap pengalokasian belanja modal. Kontra yang terjadi
pada pengalokasian SiLPA terhadap belanja pegawai. Sebagian besar SiLPA
disumbangkan ke belanja langsung berupa belanja modal yang secara langsung
menyentuh kebutuhan masyarakat. Tetapi pada kenyataan penggunaan SiLPA
masuk kedalam belanja pegawai. SiLPA juga digunakan untuk permasalahan
krusial yang sebelumnya sudah disetujui oleh pihak legislatif. SiLPA yang
cenderung besar menunjukkan lemahnya eksekutif di bidang perencanaan dan
pengelolaan dana (Lulung dalam Ardhini, 2011).
Sisa Lebih pembiayaanAnggaran (SiLPA) dalam Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 adalah selisih antara surplus/defisit anggaran dengan pembiayaan
neto, dalam penyusunan APBD angka SiLPA ini seharusnya sama dengan nol.
Artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit anggaran
yang terjadi, namum dalam realisasinya SiLPA tahun berkenaan terdapat surplus
anggaran.
SiLPA merupakan indikator yang menggambarkan efesiensi pengeluaran
pemerintah. SiLPA sebenarnya merupakan indikator efisiensi, karena SiLPA
hanya terbentuk bila terjadi pembiayaan neto yang positif, dimana komponen
penerimaan lebih besar dari komponen pengeluaran pembiayaan (Balai Litbang
NTT,2008). Sebagian besar SiLPA disumbangkan ke Belanja Langsung berupa
Belanja Modal yang secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Jumlah
Belanja Langsung berupa pembangunan infrastruktur, pengadaan aset, dan
sebagainya yang di dalamnya juga terdapat Belanja Tidak langsung lebih kecil
atau
daerah
tersebut
(Ardhini,2011).
Berdasarkan
data
yang
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional (Ardhini,2011).
Anggaran belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan saran dan
prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk
fasilitas publik. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, salah
satu variabel yang mencerminkan kebutuhan atas penyediaan sarana dan prasarana
adalah luas wilayah. Daerah dengan wilayah yang lebih luas tentulah
membutuhkan sarana dan prasarana yang lebih banyak sebagai syarat untuk
pelayanan kepada publik bila dibandingan dengan daerah dengan wilayah yang
tidak begitu luas (Kusnandar dan Siswantoro,2012).
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Pemerintah
Daerah wajib mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam
APBD untuk menambah asset tetap. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 tentang Sistem Akuntansi Pemerintahan, ditegaskan bahwa belanja
modal ini ialah alokasi pengeluaran anggaran yang digunakan untuk perolehan
asset tetap dan asset lainnya yang dapat member manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Dalam kaitannya dengan peningkatan penerimaan daerah, belanja
modal memiliki peranan yang amat penting terkait dengan peningkatan sarana dan
prasarana publik pada suatu daerah publik.
Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara atau
Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahunan anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali
oleh pemerintah. Menurut pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 2 (2011),
(2012)
menggunakan
sampel
laporan
keuangan
pemerintah
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai
2.
3.
4.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Kontribusi praktis
Memperkuat penelitian sebelumnya berkenaan dengan adanya pengaruh
Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa lebih Pembiayaan
Anggaran, dan Luas Wilayah terhadap Belanja Modal yang dilakukan
secara empiris pada Kabupaten/Kota di Jawa Timur.
2.
Kontribusi teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan untuk dijadikan bahan pembelajaran kemajuan pendidikan.
Serta bahan referensi data tambahan bagi Penelitilainnya yang tertarik
pada bidang kajian ini dan juga sebagai informasi dan pengembangan
untuk Peneliti selanjutnya.
1.5
1.
Subjek penelitian
Penelitian dilakukan pada data keuangan pemerintah Kabupaten/Kota di
Objek penelitian
Dalam penelitian ini, objek penelitian hanya fokus pada Dana Alokasi
Umum, Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, dan
Luas Wilayah dan Belanja Modal Kabupaten/Kota di Jawa Timur pada
tahun 2012-2015.