Anda di halaman 1dari 2

Ferritin merupakan protein tempat menyimpan zat besi untuk digunakan oleh tubuh manusia saat tubuh memerlukan

zat besi. Jumlah ferritin yang


ada di dalam darah berbanding lurus dengan jumlah zat besi di dalam darah. Artinya, bila seseorang memiliki jumlah ferritin yang tinggi di dalam
darahnya, dapat disimpulkan bahwa ia juga memiliki jumlah zat besi yang tinggi.
Terlalu banyaknya kadar ferritin di dalam tubuh merupakan salah satu gejala dari Hemokromatosis. Hemokromatosis adalah kelainan metabolisme
tubuh yang diindikasikan dengan penyerapan zat besi yang berlebihan. Secara umum, ada 4 jenis Hemokromatosis genetis. Hemokromatosis tipe 1
biasanya muncul pada laki-laki berusia 40-60 tahun dan pada wanita yang telah berhenti menstruasi (menopause). Hemokromatosis tipe 2 (dikenal
denganJuvenile Hemochromatosis) biasanya terjadi pada anak-anak. Gejala juvenile hemochromatosisini biasanya berupa tertundanya
pubertas (pada anak), atau bisa juga berupa kurangnya hormon seksual di dalam tubuh. Hemokromatosis tipe 3 biasanya muncul pada laki-laki dan
perempuan yang berusia 20-30 tahun. Dan Hemokromatosis tipe 4 (kadang-kadang disebutFerroportin disease) muncul pada laki-laki dan
perempuan berusia sekitar 40 tahun.
Hemokromatosis tipe 1,2, dan 3 merupakan penyakit darah resesif autosomal. Artinya, hemokromatosis tipe 1,2, dan 3 dapat terjadi jika ada 2
salinan gen resesif yang termutasi, masing-masing diturunkan dari ayah dan ibu, bertemu di tubuh si anak. Berbeda dengan hemokromatosis tipe
1,2, dan 3, hemokromatosis tipe 4 merupakan penyakit darah dominan autosomal. Artinya, hanya satu salinan gen dominan yang termutasi dari
salah satu orang tua yang diperlukan untuk menyebabkan penyakit tersebut.
Tubuh manusia tidak bisa mengatasi kelebihan zat besi di dalam tubuh. Bila seseorang menderita hemokromatosis, zat besi yang berlebihan
disimpan di jaringan-jaringan tubuh tertentu seperti hati, limpa, dan jantung. Zat besi yang berlebihan di dalam suatu organ bisa merusak fungsi
organ tersebut secara permanen, yang akhirnya bisa berakhir dengan kegagalan organ, bahkan kematian.
Salah seorang teman saya (yang namanya ingin dirahasiakan) adalah seorang penderita Hemokromatosis non-genetis. Ia menderita hemokromatosis
karena ia merupakan penderita gagal ginjal, yang menyebabkan berkurangnya produksi hormon erythropoietin di dalam
tubuhnya. Erythropoietin merupakan hormon yang memengaruhi pembentukan sel darah merah. Dalam pembentukan 0,5 Liter sel darah merah,
diperlukan 0,5 gram zat besi. Karenaerythropoietin di dalam tubuh teman saya ini kurang, sel darah merahnya pun menjadi kurang. Zat besi yang
seharusnya menjadi bahan untuk membentuk sel darah merah pun menjadi tidak terpakai. Efeknya, kadar ferritin di dalam tubuh teman saya ini
menjadi sangat tinggi.
Untuk menurunkan kadar ferritin, teman saya ini menggunakan sebuah obat peng-khelat zat besi bernama Desferal. Desferal dapat mengikat zat
besi yang berlebihan di dalam tubuh, kemudian membuangnya melalui feces.
Pemakaian obat ini cukup merepotkan. Obat ini tidak dimakan seperti kebanyakan obat lainnya. Satu gram obat ini harus diinjeksikan ke bawah
kulit selama 8 jam. Tentu saja tidak mungkin secara manual menginjeksikan obat sesedikit itu ke dalam tubuh dalam waktu 8 jam. Karena itu,
teman saya ini menggunakan alat pompa yang memungkinkan obat masuk sedikit demi sedikit selama 8 jam. Teman saya menyebut alat
ini desferal pump

Seseorang sedang memakai desferal pump untuk injeksi desferal

Dalam satu minggu, teman saya harus memakai alat ini sebanyak 5 kali. Cukup merepotkan memang. Ia sudah menggunakan alat ini selama 3 bulan.
Namun, kadar ferritin di dalam tubuhnya belum kunjung normal. Sampai hari Selasa kemarin, ferritin di dalam tubuhnya masih 1559 ng/mL, jauh
lebih tinggi dari rentang normal 150-400 ng/mL.
Selain dengan memakain Desferal, pengobatan hemokromatosis juga bisa dilakukan dengantherapeutic phlebotomy. Therapeutic
phlebotomy adalah pengambilan sebagian darah dari pasien sampai kadar ferritin menjadi normal. Proses pengambilan darahnya serupa dengan
proses donor darah. Teman saya ini tidak diterapi dengan therapeutic phlebotomy. Therapeutic phlebotomy biasanya diterapkan pada pasien
yang mengalami hemokromatosis berat.
SO CAN NOOTROPICS HELP?
For people with brain damage racetams may help to improve cognitive functioning. Racetams like piracetam will not work to reverse damages. With this said
damages to the cholinergic system as a result of brain injury or aging may be helped by possibly enhancing the function of existing neurons.
People with damages to the cholinergic system may suffer primarily from memory loss and cognitive deficits relating to learning and memory. Even though
racetams may not work to recover damaged cholinergic neurons, they may help to improve the effectiveness of existing ones. Certain cholinergic nootropics may
also have neuroprotective qualities by helping preserve the integrity of the existing neurons.

Anda mungkin juga menyukai