Anda di halaman 1dari 1

Obat antiepilepsi yang secara luas digunakan di Indonesia dan merupakan

obat utama yang digunakan pada anak dengan epilepsi adalah asam valproat.
Asam valproat merupakan obat antiepilepsi yang bisa digunakan pada semua tipe
epilepsi, terutama pada epilepsi umum yang idiopatik (Brodie dan Dichter, 1996).
Mekanisme kerja asam valproat dalam pengobatan epilepsi adalah dengan
meningkatkan inaktivasi kanal Na+, sehingga menurunkan kemampuan syaraf
untuk menghantarkan muatan listrik (Ikawati, 2011).
Tingginya prevalensi epilepsi dapat berimbas pada tingginya penggunaan
obat-obat antiepilepsi dan hal tersebut dapat meningkatkan risiko timbulnya efek
samping obat. Semua obat antiepilepsi secara umum dapat menyebabkan
toksisitas pada hepar walaupun reaksi yang fatal sangat jarang terjadi
(Nurmalasari, 2012). Obat antiepilepsi yang memiliki efek hepatotoksik adalah
karbamazepin, fenitoin, dan asam valproat. Adapun efek samping dari asam
valproat adalah kerusakan hepar (peningkatan enzim ALT dan AST), gangguan
gastrointestinal (mual, diare dan pancreatitis), gangguan sistem saraf (sedasi),
gangguan metabolism (hyperammonaemia) (Lacy dkk., 2009).
Asam valproat selain memiliki banyak efek samping juga termasuk dalam
golongan obat-obat dengan indeks terapi sempit dengan kisar terapi 50-100 mg/L
3
(Winter, 1994). Obat dengan indeksi terapi sempit merupakan obat-obat dengan
batas keamanan yang sempit. Pada obat dengan indeks terapi sempit, perubahan
sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan
atau bahkan efek toksik. Oleh karena itu, obat-obat ini memerlukan pengawasan
pada level obat dalam plasma dan penyesuaian dosis untuk mencegah timbulnya
efek toksik (Kang dan Lee, 2009).
Pelaksanaan TDM (Therapeutic Drug Monitoring) di Indonesia belum
dapat dilakukan mengingat biaya yang diperlukan relatif mahal. Padahal
penggunaan obat dengan indeks terapi sempit salah satunya asam valproat masih
cukup banyak. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk dilakukan pemantauan
terhadap penggunaan obat tersebut. Keberhasilan terapi dengan obat terletak pada
pendekatan sejauh mana optimalisasi keseimbangan antara efek terapetik yang
diinginkan dengan efek samping atau efek toksik yang tidak diinginkan (Usman,
2007; Shargel dkk., 2005).

Anda mungkin juga menyukai