Anda di halaman 1dari 11

Contoh Makalah Osteoporosis

LatarBelakang
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya
menimbulkan
akibat
meningkatnya
kerapuhan.
Tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).Menurut National Institute of
Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang
yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan
kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas
tulang (Junaidi, 2007).Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang
mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan
membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan .karena
berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.

BABI
PENDAHULUAN
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan
kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan
dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang
merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas
tulang (Junaidi, 2007).Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh.
Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya
memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga
terus mengalami perubahan .karena berbagai stres mekanik dan terus
mengalami
pembongkaran,perbaikan
danpergantiansel.

Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran


dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang
yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami
kemunduran ketika usia semakin tua. Pembentukan ulang paling cepat terjadi pada usia akil
balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin esar, makin panjang, makin tebal, dan makin
padat yang akan mencapai puncaknya pada sia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa
tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, ang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun,
dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang
mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis
BABII
2.1

TINJAUAN
Pengertian

PUSTAKA
Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan
kerapuhan
tulang
(
Tandra,
2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah,
disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah
tulang (Suryati, 2006).Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi
oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan
dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang .Tulang adalah jaringan yang hidup
dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan
hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus
mengalami perubahan .karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran,
perbaikan
dan
pergantian
sel.
Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran
dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang
yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami
kemunduran ketika usia semakin tua. Pembentukan ulang paling cepat terjadi pada usia akil
balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan

makin padat yang akan mencapai puncaknya pada sia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya
massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, ang akan makin bertambah setelah di atas 40
tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah
yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis
(
Tandra,
2009).
2.2
Beberapa

Penyebab
penyebab

Osteoporosis
osteoporosis,

yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama


pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Biasanya
gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih
cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum
menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat
menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah
menopause.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis
senilis
dan
pasca
menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal
ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obatobatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat emperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari
rapuhnya
tulang
(
Junaidi,
2007).
2.3

Stadium

Osteoporosis

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat
daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun
(osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan
atau
benturan
ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah
tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo,
2009).
2.4

Gejala

Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa
keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur,
akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya
akan
memberikan
keluhan
atau
gejala
sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
2.5

Tinggi
Bungkuk
Nyeri

badan
bentuk

atau

bila

ada

Patah
patah

Faktor

tubuh

tulang

(Tandra,

Risiko

berkurang
berubah
tulang
2009).
Osteoporosis

Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko
Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang
dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:
1.

Jenis

kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum
pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam
tubuh
sejak
usia
35
tahun.
2.

Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang
semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi
karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh
untuk
menyerap
kalsium.
3.

Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras
Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena
osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat
dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga
tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi
pada
ras
Afrika.
4.

Pigmentasi

dan

tempat

tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena
osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah
kutub
seperti
Norwegia
dan
Swedia.
5. Riwayat keluarga Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai
massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena
osteoporosis.
6.

Sosok

tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga
seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang
bertumbuh
besar.
7.

Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi
memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan
mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan
bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan
tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium
terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan
lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena osteoporosis. Berikut ini
faktor faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya
berhubungan
dengan
kebiasaan
dan
pola
hidup.
1.

Aktivitas

fisik

Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi
kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk
menghindarinya, dianjurkan melakukan olahraga teratur .minimal tiga kali dalam seminggu
(lebih baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat tulang).
2.

Kurang

kalsium

Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan
mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang
ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat
dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus (Suryati, 2006).
3.

Merokok

Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah
diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami
masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang
terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan
penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.
4.

Minuman

keras/beralkohol

Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini
menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah)
yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.
5. Minuman sodaMinuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan kafein (caffein).
Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein
meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis,
sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu atau mengonsumsi
kalsium
ekstra
(Tandra,
2009)

6.

Stres

Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh
kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium
kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga
meningkatkan
terjadinya
osteoporosis.
7.

Bahan

kimia

Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan
buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti
organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh
termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang
(Waluyo,
2009).
2.6

Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa
reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:
1. Asupan kalsium cukup Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D
setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang
dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia
1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang kaya
kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
2.
Paparan
sinar
matahari
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan
oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama
20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan
sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).
3.
Melakukan
olahraga
dengan
beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai
beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik,
berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang
penting.
Tinggalkan
gaya
hidup
santai,
mulailah
berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting .adalah
melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita
osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.Latihan yang tidak boleh
dilakukan
oleh
penderita
osteoporosis
adalah
sebagai
berikut
:
Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang
punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang
punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa
lompatan,
senam
aerobik
dan
joging.

Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung
melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang.
Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.
Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau
menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena
tulang
panggul
dalam
kondisi
lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :
Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima
kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih
cepat
(6
km/jam)
akan
bermanfaat
untuk
jantung
dan
paru-paru.
. Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat dumbble kecil untuk
menguatkan
pinggul,
paha,
punggung,
lengan
dan
bahu.

Latihan
untuk
meningkatkan
keseimbangan
dan
kesigapan.
Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk
dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan
punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat
punggung.
Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang
bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi
osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri waktu kirakira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih senam
tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam
dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari pertama senam, hari
kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam
dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan
aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahlah salah
satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30 menit,
paling sedikit tiga kali seminggu. dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan
lengan.
Setiap
latihan
fisik
harus
diawali
dengan
pemanasan
untuk:
Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingga
mencegah
terjadinya
cedera.
Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan

Menimbulkan
rasa
santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki,
lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan
peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan
menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara
berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan
peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki
Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau
berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. Utamakan gerakan,
tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang
punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan. Kemudian lakukan
juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat
digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan untuk
pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah
cukup
memadai
dengan
beban
dari
tubuh
itu
sendiri.

Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan seperti
awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas
secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan
ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan
perlahan
dalam
posisi
nyaman,
rileks
dan
napas
yang
teratur
4.
Hindari
rokok
dan
minuman
beralkohol
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko
terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.
5.
Deteksi
dini
osteoporosis
Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala,
maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah
pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau
belum, sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah selanjutnya.
Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah
sebagai
berikut
(Nissl,
2004)
:
a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat
digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X
dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan lunak yang .dibandingkan dengan bagian yang
lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-X
yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan
mineral tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun.
Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah
tetapi
lebih
mahal
dibandingan
dengan
metode
ultrasounds.
b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi dari
DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi
tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang
atau pangkal paha. Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka
pengukuran dengan PDEXA tidak diperlukan. Mesin P-DEXA mudah dibawa,
menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan
konvensional
dibandingkan
DEXA.
c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan
radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga
menggunakan radiasi sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang
cukup
lama.
d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya
mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan
DEXA. Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral
tulang, biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui
udara dan sebagian lagi melalui air. .Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan
tidak
menggunakan
radiasi
seperti sinar-X. Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan
mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga
lebih
terbatas
dibandingkan
DEXA.
e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat
mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT
(pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan.

Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan karena sangat mahal,
menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat dibandingkan dengan DEXA,
PDEXA,atau
DPA
2.7

Pengertian

WUS

WUS (Wanita Usia Subur) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2006) adalah wanita
dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun
yang
belum
menikah.
2.8

Pengetahuan

(Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman, bisa juga didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman,
buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif .merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif
mempunyai
6
tingkatan
yaitu:
1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah
diterima.
2. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut
secara
benar.
3. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang
dipelajari
pada
situasi
atau
kondisi
real
(sebenarnya)
4. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya
satu
sama
lain.
5. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi
yang
ada..
6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.9

Sikap

(Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus
atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seorang terhadap sesuatu.

Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang yang terdekat dengan kita. Mereka dapat
mengakrabkan diri kepada sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya (Ahmadi, 1999)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang
diberikan
(objek).
2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau
menyelesaikan
tugas
yang
diberikan
adalah
suatu
indikasi
dari
sikap.
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah
adalah
suatu
indikasi
sikap
tingkat
tiga.
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya
dengan
segala
risiko
merupakan
sikap
yang
paling
tinggi.
Sedangkan
fungsi
sikap
dibagi
menjadi
4
golongan
yaitu:
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable,
artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula .menjadi milik bersama. Sikap
bisa
menjadi
rantai
penghubung
antara
orang
dengan
kelompok
atau
dengan
kelompok
lainnya.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang
sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan,
akan
tetapi
terdapat
adanya
proses
secara
sadar
untuk
menilai
perangsangan-perangsangan
itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalamanpengalaman
secara aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia,
tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua
pengalaman
diberi
penilaian
lalu
dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini
disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena
itu
dengan
melihat
sikap
pada
objek
tertentu,
sedikit
banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan
pribadi.
2.10
Tindakan
(Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain di dalam praktek atau tindakan terdapat
tingkat-tingkat
praktek
yaitu:
1. Persepsi(perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan
dengan tindakan yang diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktek
tingkat
tiga.
4. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan
tersebut.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan,
yaitu:

1. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui


terlebih
dahulu
terhadap
stimulus
atau
objek.
2.
Interest,
dimana
orang
mulai
tertarik
pada
stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya).
Hal
ini
berarti
sikap
responden
sudah
lebih
baik.
4.
Trial,
dimana
orang
telah
mulai
mencoba
perilaku
hidup
baru
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku
melaui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka
perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
2.11

Variabel

yang

diteliti

Dilihat dari tinjauan pustaka maka variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap dan
tindakan
pencegahan
osteoporosis
pada
Wanita
Usia
Subur.
Variabel
yang
diteliti
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
tentang
pencegahan
osteoporosis
pada
Wanita
Usia
Subur
BAB

III

PENUTUP

Kesimpulan
Osteoporosis bukan hanya disebabkan oleh faktor Usia, namun dapat disebabkan oleh faktor
kekurangan beberapa zat misalnya kalsium , hal lain seperti kurang gerak (oleh raga) juga
merupakan
salah
satu
penyebab
osteoporosis
Kurangnya pengetahuan tentang osteoporosis juga merupakan faktor secara tidak langsung
banyaknya orang terkena osteoporosis.

Anda mungkin juga menyukai