REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN
KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH BERDASARKAN
AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
Disampaikan oleh:
DR. SUHAJAR DIANTORO M.SI
STAF AHLI MENTERI DALAM NEGERI BIDANG PEMERINTAHAN
UU ttg
Pemilihan
KDH/WKDH
MEMPERKUAT ASPEK
IMPLEMENTASI REGULASI
SOSIALISASI, EVALUASI,
PEMBINAAN, PENGAWASAN
& PENINGKATAN
KAPASITAS
UU 6/2014 ttg
Desa
2
KEPEMIMPINAN
KDH & DPRD
KAPASITAS
PEMERINTAHAN
DAERAH
PARTISIPASI
DAN KONTROL
MASYARAKAT
KUNCI SUKSES
PENYELENGGARAAN
OTONOMI DAERAH
ABSOLUT
PERTAHANAN
KEAMANAN
AGAMA
YUSTISI
POLITIK LUAR
NEGERI
6. MONETER &
FISKAL
URUSAN
PEM. UMUM
1.
2.
3.
4.
5.
KONKUREN
Dibagi berdasarkan
prinsip Eksternalitas,
Akuntabilitas dan
Efisiensi
PILIHAN
WAJIB
Kes, Pendidik,
PU, dll.
PELAYANAN
DASAR
Pertambangan,
Perdagangan, dll.
NON PELAYANAYAN
DASAR
SPM
5.
6.
Pada Tanggal 2 Oktober 2016 Semua Urusan Yang Oleh Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 Beralih Kepada Tingkatan/Susunan Pemerintahan Yang Lain Harus
Sudah Dilaksanakan Sesuai Dengan Kewenangannya.
Menyambut Batas Waktu Peralihan Kewenangan Tersebut, Maka Perangkat Daerah
Harus Sudah Sesuai Dengan Kewenangan Masing-masing Daerah Sebelum Batas
Waktu Tanggal 2 Oktober 2016.
Untuk Membentuk Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah Masih Harus Melakukan
Pemetaan Urusan Pemerintahan Yang Selanjutnya Ditetapkan Oleh K/L.
Berdasarkan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan, Pemerintah Daerah Dan DPRD
Harus Membentuk Peraturan Daerah, Yang Dilanjutkan Dengan Pengisian Jabatan
Perangkat Daerah.
Perkiraan Waktu Untuk Melaksanakan Tahapan Tersebut Di Atas Oleh Daerah
Adalah :
a. Pemetaan Lebih Kurang 2 Bulan;
b. Penyusunan Dan Pembahasan Perda Lebih Kurang 3 Bulan;
c. Pengisian Jabatan Lebih Kurang 2 Bulan.
Meperhatikan Kerangka Waktu Tersebut Di Atas, Penyelesaian RPP Perangkat
Daerah Seharusnya Paling Lambat Bulan Maret 2016. Keterlambatan Penyelesaian
RPP Perangkat Daerah Dapat Mengakibatkan Kekacauan Pelaksanaan Kewenangan
Setelah 2 Oktober 2016.
5
4.
5.
5.
6.
7.
Agar perangkat daerah lebih fokus dan memudahkan koordinasi pusat dan daerah
serta kemudahan dalam menetapkan standar kompetensi, pada dasarnya setiap
urusan dapat diwadahi dalam perangkat daerah.
Tipologi perangkat daerah yang sudah diatur dalam UU No 23 Tahun 2014
dilakukan dalam rangka menyeimbangkan beban urusan antar daerah yang satu
dengan daerah yang lain.
Untuk menghemat struktur birokrasi, jumlah unit kerja pada setiap perangkat
daerah dikurangi yaitu 2 bidang utk tipe C, 3 Bidang Untuk tipe B dan 4 bidang
untuk tipe A.
penentuan besaran masing-masing perangkat daerah ditentukan berdasarkan
indikator beban kerja makro yang mampu membedakan beban suatu daerah
dengan daerah lain. Indikator setiap urusan ditetapkan berdasarkan masukan
dalam pembahasan bersama K/L.
Pengukuran beban urusan dilakukan melalui pemetaan urusan berdasarkan
indikator urusan yang sudah ditentukan.
Hasil pemetaan urusan ditetapkan oleh K/L setelah mendapat persetujuan
Mendagriyang menjadi dasar bagi daerah untuk menetapkan kebijakan perangkat
daerah. Hasil pemetaan menghasilkan beban urusan kategori besar, sedang, dan
kecil atau sangat kecil.
Dalam rangka efisiensi, daerah dapat menurunkan tipologi perangkat daerah
menjadi lebih rendah satu tingkat. Perangkat daerah tipe C yang beban urusannya
7
tidak maksimal dapat digabung.
PP NO 41 TAHUN 2007
PP NO 41/2007
2.
TIPOLOGI
PERANGKAT
DAERAH
1. Jumlah
Perangkat
Daerah dibatasi dan
diwajibkan
dilakukan
perumpunan.
2. Tidak
ada
tipologi
perangkat daerah, yang
ada
hanya
tipologi
daerah.
3.
PEMETAAN
URUSAN
4.
JUMLAH
PERANGKAT
DAERAH
PP NO 41/2007
10
2.
3.
I.
1.
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
DAPAT DIBENTUK LEMBAGA LAIN Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pelaksanaan
peraturan perundang- undangan
Akibatnya:
1. Tidak sinergis kelembagaan daerah dengan Urusan pemerintahan (Misal: Dinas Perhubungan dan Kominfo,
Dinas Perdagangan, Perindustrian, UMKM dan Tenaga Kerja).
2. Dengan dibukanya lembaga lain, perangkat daerah berkembang tanpa batas walaupun jumlah dinas dan badan
sudah dibatasi
3. Kriteria penentuan nilai dilakukan berdasarkan kriteria besaran daerah, sehingga tidak mencerminkan beban
dari urusan pemerintahan tersebut
Untuk mendorong kehadiran Negara secara efektif dalam melayani seluruh lapisan masyarakat perlu
menata ulang Kelembagaan Pemda sesuai dengan perubahan kewenangan antar susunan
pemerintahan sebagai bagian dari penguatan otonomi daerah dan reformasi birokrasi.
Pengaturan kelembagaan bersifat asimetris yang memungkinkan kelembagaan dari satu daerah
berbeda dengan daerah yang lain karena perbedaan prioritas Daerah dalam pelaksanaan otonomi
yang seluas-luasnya.
Mendorong terwujudnya sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah agar
jelas pemangku kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional.
Memastikan tersedianya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan
untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, sehingga Pemerintah Daerah akan
mempunyai birokrasi karir yang kuat dan memadai dalam aspek jumlah dan kompetensinya.
c. inspektorat;
d. dinas; dan
e. badan.
a. sekretariat daerah;
b. sekretariat DPRD;
c. inspektorat;
d. dinas;
e. badan; dan
f. kecamatan
Dinas dibentuk untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
Badan sebagaimana dibentuk untuk melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
(Dinas dan Badan melaksanakan fungsi
PADA
PRINSIPNYA
SETIAP
DILAKSANAKAN OLEH 1 DINAS
PADA
PRINSIPNYA
SETIAP
DILAKSANAKAN OLEH 1 BADAN
URUSAN
FUNGSI
PEMERINTAHAN
PENUNJANG
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi UPT dinas Daerah provinsi dan
pembentukan UPT dinas Daerah provinsi diatur dengan Peraturan Menteri
setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri terkait dan menteri
yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.
UPT dinas Daerah kabupaten/kota dibedakan dalam 2 (dua) klasifikasi, terdiri dari:
1. UPT dinas Daerah kabupaten/kota kelas A untuk mewadahi beban kerja yang
besar; dan
2. UPT dinas Daerah kabupaten/kota kelas B untuk mewadahi beban kerja yang
kecil.
Pembentukan UPT dinas Daerah kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan
Bupati/Wali kota setelah dikonsultasikan secara tertulis kepada gubernur sebagai
wakil Pemerintah Pusat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi UPT dinas Daerah kabupaten/kota dan
pembentukan UPT dinas Daerah kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Menteri
setelah mendapat pertimbangan tertulis dari menteri terkait dan menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang aparatur negara.
Administrator: 4
Pengawas : 12
Pelaksana: ?
Administrator: 3
Pengawas : 9
Pelaksana: ?
Administrator 2
Pengawas : 6
Pelaksana: ?
Administrator: 4
Pengawas : 12
Pelaksana: ?
Administrator: 3
Pengawas : 9
Pelaksana: ?
Administrator 2
Pengawas : 6
Pelaksana: ?
BUPATI/WALIKOTA
SEKRETARIAT DAERAH
dilakukan untuk
memperoleh informasi
tentang intensitas urusan
pemerintahan wajib dan
potensi urusan pilihan serta
beban kerja
peneyelnggaraan urusan.
Pemetaan urusan
pemerintahan digunakan
untuk menentukan susunan
dan tipe perangkat daerah.
Ketentuan Peralihan
Pasal 407
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan secara langsung dengan Daerah wajib
mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya
pada Undang-Undang ini.
NO
1
1
SKALA NILAI
BOBOT (%)
SKOR
Jumlah Penduduk
a.
600.000
a.
600.001 1.200.000
a.
1.200.001 4.000.000
a.
4.000.0016.000.000
a.
>6.000.000
200
400
600
800
1.000
70
140
280
420
560
700
a.
> 551
200
a.
401 550
400
a.
251 400
600
a.
250 51
800
80
a.
50
1.000
100
20
10
40
60
30
26
Dokumen
Standar Kompetensi Jabatan:
Hard-competency
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan
Soft-competency
37
Peta Profil
Kompetensi Individu:
Hard-competency
REWARD
ASS-CEN
PSI-TEST
ASPEK:
KINERJA
PNS
PRESTASI
KERJA
PNS
S
K
P
PERILAKU
KERJA
PNS
OBYEKTIF
TERUKUR
AKUNTABEL
ASPEK:
PENGAMATAN
PARTISIPASI
MINAT
BAKAT PNS
TRANSPARAN
KONTRAK
KINERJA
KUANTITAS
KUALITAS
WAKTU
BIAYA
ORIENTASI
PELAYANAN
INTEGRITAS
KOMITMEN
DISIPLIN
KERJASAMA
KEPEMIMPINAN
BOBOT
60 %
HASIL
PENILAIAN
BOBOT
40 %
BAIK
FEEDBACK
HASIL
PENILAIAN
REKOMENDASI
TINDAK
LANJUT
HASIL
PENILAIAN
BURUK
REKOMENDASI
PEMBINAAN
PUNISHMENT
ASS-CEN
PSI-TEST
REKOMENDASI
POTENSI
PNS
PSIKOTES
ASSESSMENT
CENTER
40
Pengawas : 5
Pelaksana: ?
Ketrampilan
Keahlian
Sesuai
kebutuhan
Ketrampilan
Keahlian
Sesuai
kebutuhan
harus
Nama
Tempat/Tgl Lahir
Jabatan Sekarang
NIP
Pangkat/Gol.
Riwayat Pendidikan
APDN Riau 1987
S1 Ilmu Sosial Politik IIP Jakarta 1990
S2 Universitas Airlangga Surabaya 2003
S3 Ilmu Sosial Konsentrasi Ilmu Pemerintahan,
PPs Universitas Padjadjaran Bandung 2011
43
Riwayat pekerjaan:
1. Staf Protokol Gub Riau 1987-1988
2. Staf Biro Kepegawaian Prov.Riau, 1990
3. Sekwilcam Karimun, Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1991-1993
4. Camat Serasan Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1993-1995
5. Camat Kundur Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau 1996-1999
6. Camat Karimum, Kab.Kepulauan Riau, Prov.Riau, 1999-2000
7. Kadispenda Kab.Karimun, Prov.Riau 2000-2004
8. Kepala Bappeda Kab.Karimun, Prov. Kepulauan Riau , 2004-2007
9. Kepala Badan Kepegawaian Prov.Kepulauan Riau, 2007-2008
10. Kepala Bappeda Prov.Kepulauan Riau, 2008-2010
11. Sekretaris Daerah Prov.Kepulauan Riau, 2010-2013
12. Rektor IPDN, 2013-2015
13. Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Pemerintahan, 2015 (Sejak
Juli 2015)
14. Penjabat Gubernur Bengkulu (2 Desember 2015-15 Februari 2016)
Organisasi:
1. Ketua Yayasan pendidikan Prov.Kepulauan Riau, 2007-2012 (sampai
penegrian universitas maritim raja ali haji)
2. Ketua Kwarda Prov.Kepulauan Riau
3. Ketua Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI)
Prov.Kepulauan Riau
4. Ketua Ikatan Keluarga Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan
44
(IKAPTK) Prov.Kepulauan Riau