oleh:
1. Veronita
2. Mareny Triana
3. Hasmila Devi
(04031181320009)
(04031181320029)
(04031181320039)
Abstract:
Karies gigi adalah salah satu penyakit mulut yang memiliki prevalensi tergolong
tinggi di Indonesia, terutama pada anak. Salah satu etiologi karies adalah
mikroorganisme. Mikroba patogen yang dominan sebagai penyebab karies adalah
Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Dengan mengurangi tingkat Streptococcus
mutans di rongga mulut, maka akan memastikan pencegahan terjadinya karies gigi.
Anak-anak merupakan usia yang sangat rentan terkena karies, hal ini disebabkan karena
kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan manis dan pembersihan rongga mulut yang
kurang efektif. Upaya pembersihan rongga mulut dapat dilakukan secara mekanis dan
kimiawi. Secara mekanis dapat dilakukan dengan menggosok gigi. Sedangkan secara
kimiawi dapat dilakukan dengan penggunaan obat kumur. Penggunaan obat kumur juga
menjadi salah satu upaya untuk menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut.
Salah satu contoh obat kumur yang sangat mudah diperoleh di pasaran yaitu
klorheksidin. Klorheksidin merupakan obat kumur yang efektif mengurangi jumlah
Streptococcus mutans. Namun, klorheksidin dapat menyebabkan rasa tidak enak dan
menyebabkan stain pada gigi. Telah banyak penelitian mengenai tanaman herbal yang
memiliki potensi besar sebagai obat pencegah penyakit gigi dan mulut, misalnya teh
hijau. Teh hijau mengandung flovonoid, tanin, vitamin, fluorida dan garam mineral
lainnya. Komponen aktif teh hijau yaitu polifenol. Sejumlah besar polifenol teh hijau
tersebut adalah flavonol yang dikenal sebagai cathechin yang dilaporkan dapat
menghasilkan oksidatif stress sehingga merusak membran sel bakteri dan dapat
mencegah aktivitas enzimatik Streptococcus mutans. Oleh karena itu, teh hijau dapat
digunakan sebagai obat kumur untuk menghambat pembentukan plak serta mencegah
karies gigi, penyakit periodontal, halitosis, dan kanker mulut. Kesimpulan: Berkumur
dengan teh hijau dapat mengurangi jumlah koloni Streptococcus mutans pada anak.
BAB I
PENDAHULUAN
Karies gigi adalah salah satu penyakit mulut yang memiliki prevalensi tergolong
tinggi di Indonesia, terutama pada anak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RIKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi karies gigi di Indonesia mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2007 yaitu 43,4% menjadi 53,2%.1,2 Karies gigi merupakan
salah satu penyakit infeksi pada gigi yang menyebabkan kerusakan jaringan keras gigi yang
ditandai dengan adanya kavitas pada gigi. Karies memiliki etiologi multifaktorial seperti
substrat, mikroorganisme, host, dan waktu yang mengakibatkan demineralisasi email.3
Mikroba patogen yang dominan sebagai penyebab karies adalah Streptococcus
mutans dan Lactobacillus.4 Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya hubungan
yang erat antara jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans pada saliva dengan prevalensi
karies gigi. Anak-anak dengan tingkat karies tinggi juga mengalami peningkatan jumlah
koloni Streptococcus mutans.3 Bakteri ini merupakan flora nomal dalam rongga mulut,
namun apabila terjadi perubahan lingkungan pada rongga mulut, bakteri ini dapat menjadi
patogen. Dengan mengurangi tingkat Streptococcus mutans di rongga mulut, maka akan
memastikan pencegahan terjadinya karies gigi.
Anak-anak merupakan usia yang sangat rentan terkena karies. Hal ini disebabkan
karena kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan manis dan pembersihan rongga mulut yang
kurang efektif. Upaya pembersihan rongga mulut dapat dilakukan secara mekanis dan
kimiawi. Secara mekanis dapat dilakukan dengan menggosok gigi. Sedangkan secara kimiawi
dapat dilakukan dengan penggunaan obat kumur.5,6 Penggunaan obat kumur juga menjadi
salah satu upaya untuk menurunkan jumlah koloni bakteri dalam rongga mulut. Di Indonesia,
salah satu contoh obat kumur yang sangat mudah diperoleh di pasaran yaitu klorheksidin.
Klorheksidin merupakan agen antimikroba berspektrum luas dan memiliki efek bakterisidal
terhadap semua jenis mikroba, termasuk bakteri, jamur, dan virus. Klorheksidin terbukti
dapat menghambat pembentukan plak, mengurangi inflamasi gingiva dan mencegah karies
gigi. Selanjutnya, klorheksidin 0,2% sebanyak 10 ml sekali sehari dapat mereduksi koloni
Streptococcus mutans 30-50%. Klorheksidin merupakan obat kumur yang efektif mengurangi
jumlah Streptococcus mutans. Namun, klorheksidin dapat menyebabkan rasa tidak enak dan
menyebabkan stain pada gigi.3
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak penelitian mengenai tanaman herbal yang
memiliki potensi besar sebagai obat pencegah penyakit gigi dan mulut, misalnya teh hijau. 3
Teh hijau (Camellia sinensis) merupakan salah satu tanaman yang sudah banyak digunakan
sebagai obat terutama karena sifat antibakteri dan antioksidan seperti anti kanker, anti
hipertensi, anti virus dan mengurangi peluang penyakit kardiovaskuler. Aktivitas antibakteri
dari teh hijau juga sudah banyak diselidiki dan didokumentasikan. 7,8 Teh hijau mengandung
flovonoid, tanin, vitamin, fluorida dan garam mineral lainnya. Komponen aktif teh hijau yaitu
polifenol. Sejumlah besar polifenol teh hijau tersebut adalah flavonol yang dikenal sebagai
cathechin yang dilaporkan dapat menghasilkan oksidatif stress sehingga merusak
membran sel bakteri dan dapat mencegah aktivitas enzimatik Streptococcus mutans.7 Oleh
karena itu, teh hijau dapat digunakan sebagai obat kumur untuk menghambat pembentukan
plak serta mencegah karies gigi, penyakit periodontal, halitosis, dan kanker mulut.1
Dalam penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa polifenol teh hijau dapat
menghambat pertumbuhan dan perlekatan patogen periodontal. Teh hijau juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri kariogenik.
Rasheed dan Haider menjelaskan efek antibakteri dari catechin teh hijau terhadap bakteri
Streptococcus mutans dan menyatakan bahwa catechin dapat mengurangi prevalensi
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan terjadinya karies. Tsuchiya et al. juga
melaporkan bahwa ekstrak teh hijau memiliki efek pencegahan terhadap karies gigi, dan
menyimpulkan bahwa ketika mulut dibilas dengan larutan ekstrak teh hijau (5.0 mg/ml) yang
mengandung catechin, dan hasil mengungkapkan bahwa catechin dapat dipertahankan dalam
air liur selama 60 menit.6 Signoretto et al. juga menunjukkan bahwa minum teh dapat
menurunkan koloni Streptococcus mutans dan Lactobacillus pada plak gigi dan air liur.9
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa komponen bioaktif dari teh hijau dapat
mempengaruhi proses pembentukan karies melalui beberapa mekanisme yang berbeda seperti
menghambat pertumbuhan Streptococcus, mengganggu proses adhesi bakteri enamel gigi,
dan bertindak sebagai inhibitor dari glucosyl transferase dan amilase. Selain itu, penelitian
ini juga mengatakan bahwa teh hijau aman dan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan dengan sodium fluoride.9 Dengan demikian, pada makalah ini akan dibahas
mengenai pengaruh berkumur teh hijau (Camellia sinensis) terhadap penurunan jumlah
koloni Streptococcus mutans pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teh Hijau (Camellia sinensis)
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi
TAKSONOMI
Kingdom
Plantae
Subkingdom
Tracheobionta
Superdivisi
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
berbunga)
Dicotyledoneae
Sub Kelas
belah)
Dilleniidae
Ordo (bangsa)
Theales
Familia (suku)
Theaceae
Genus (marga)
Camellia
Spesies
Camellia sinensis
(tumbuhan
(tumbuhan
biji
memiliki rambut-rambut putih pendek di bagian bawahnya, dan untuk daun yang
lebih tua berwarna lebih hijau. Usia daun yang berbeda menghasilkan perbedaan
kualitas teh, dikarenakan komposisi kimianya yang berbeda.10
2.1.2 Kandungan Kimia
Protein
Asam amino
Kandungan Senyawa5
15-20 %
1-4 %, seperti tanin atau 5-N-etilglutamin,
asam glutamat, triptofan, glisin, serin,
asam aspartat, tirosin, valin, leusin,
Karbohidrat
Lemak
Sterols
Vitamin
Basis Xanthic
Volatil
dan hidrokarbon
5 %, seperti seperti kalsium, magnesium,
kromium, mangan, besi, tembaga, seng,
selenium, sodium, kobalt, nikel, potasium,
fluoride, dan alumunium
juga akan
Monera
Divisio
Firmicutes
Class
Bacilli
Order
Lactobacilalles
Family
Streptococcaceae
Genus
Streptococcus
Species
Streptococcus mutans
ini
memanfaatkan
enzim
glucosyltransferase
(GTF)
dan
glucosyltransferase
fructosyltransferase
(glucan)n + n-fructose
(fructan)n + n-fructose
terjadi karena adanya reseptor dextran pada permukaan gigi sehingga terjadi
interaksi antar sel selama pembentukan plak gigi. Streptococcus mutans lebih
banyak mensintesis dextran ikatan (1-6) yang tidak larut dalam air, sehingga
Streptococcus mutans lebih efisien dalam membentuk plak gigi daripada
Streptococcus sanguis. S. sanguis tidak memiliki reseptor dekstran pada
permukaan gigi. Oleh karena itu, Streptococcus mutans banyak ditemukan pada
karies superficial terkait virulensi S. mutans dalam kemampuannya membentuk
plak gigi (biofilm).13,17
Plak dapat menghambat difusi asam keluar dalam saliva sehingga
konsentrasi asam pada permukaan enamel meningkat. Asam akan melepaskan ion
hidrogen yang bereaksi dengan kristal apatit dan merusak enamel, berpenetrasi
lebih dalam ke dalam gigi sehingga kristal apatit menjadi tidak stabil dan
larut. Selanjutnya infiltrasi bakteri asidurik dan asidogenik pada dentin
menyebabkan dekalsifikasi dentin yang dapatcmerusak gigi. Hal ini menyebabkan
produksi asam meningkat, reaksi pada kavitas oral juga menjadi asam dan kondisi
ini akan menyebabkan proses demineralisasi gigi terus berlanjut.13,14,19
sumber utama dalam memproduksi energy. Bakteri ini dapat hidup pada
lingkungan dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini dapat hidup dalam lingkungan yang
sangat asam sekalipun, seperti
BAB III
PEMBAHASAN
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tehrani MH (2011) dilaporkan bahwa berkumur
dengan teh hijau dapat mengurangi jumlah koloni Streptococcus mutans secara signifikan.
Penelitian ini menggunakan 60 anak sehat yang berusia 8-12 tahun, yang dibagi dalam dua
kelompok, yaitu kelompok 1 (berkumur dengan teh hijau) dan kelompok 2 (berkumur dengan
sodium fluoride). Anak-anak diinstruksikan untuk berkumur dengan 20 ml obat kumur yang
mengandung 0.05% sodium fluoride dan 0.5% teh hijau selama 60 detik, selama dua hari
sekali dalam 2 minggu setelah menggosok gigi pagi hari dan malam hari. Obat kumur teh
hijau diperoleh dari proses ekstraksi teh hijau yang dilarutkan dengan etanol. Lalu 6% ekstrak
teh hijau didilusi dengan air dan akan menghasilkan 0,5% obat kumur teh hijau yang
mengandung phenol. Obat kumur yang mengandung 0,05% sodium flouride (NaF) diperoleh
dari melarutkan 1 gram NaF dengan air. Perhitungan jumlah koloni S. mutan diambil dari
saliva anak, dimana pengambilan saliva tersebut dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
diberi perlakuan dan setelah 2 minggu diberi perlakuan.9
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah koloni Streptococcus
mutans secara signifikan setelah berkumur teh hijau. Tetapi jika dibandingkan dengan sodium
flouride (kelompok kontrol positif) tidak ada perbedaan yang bermakna dari kedua jenis obat
kumur ini. Dengan kata lain, kedua obat kumur ini dapat menurunkan jumlah koloni
Streptococcus mutans secara bermakna.9
Penelitian Thomas A (2016) juga melaporkan bahwa berkumur dengan teh hijau dapat
mengurangi jumlah Streptococcus mutans secara signifikan dibandingkan kelompok kontrol
positif (klorheksidin). Penelitian ini menggunakan 30 anak-anak dengan Early Caries
Childhood (ECC) yang berusia 4-6 tahun. Anak-anak dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok 1 (berkumur dengan 0,5% teh hijau) dan kelompok 2 (berkumur dengan 0,2%
klorheksidin). Anak-anak diinsruksikan berkumur sebanyak 5 ml selama 1 menit sehari sekali
dalam waktu 2 minggu setelah sarapan pagi. Teh hijau yang mengandung 6% phenol didilusi
dengan air menjadi 0,5% teh hijau yang mengandung phenol. Sedangkan 0,2% klorheksidin
dibeli secara komersial. Perhitungan jumlah koloni Streptococcus mutans diambil dari 2 ml
saliva anak sebelum perlakuan dan setelah 2 minggu diberi perlakuan.22
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa berkumur dengan teh hijau secara signifikan dapat
menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans pada anak ECC dibandingkan berkumur
dengan klorheksidin. Selain Streptococcus mutans, penelitian ini juga meneliti jumlah koloni
Lactobacillus dan C. albicans. Dapat dilihat bahwa klorheksidin lebih efektif mengurangi
jumlah Lactobacillus dibandingkan teh hijau. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari kedua
obat kumur dalam menurunkan jumlah C. albicans. 22
Penelitian Nandan N (2016) melaporkan bahwa teh hijau efektif sebagai obat kumur
dalam mengurangi jumlah Streptococcus mutans plak gigi. Penelitian ini menggunakan 60
anak berusia 12-15 tahun yang memiliki skor DMFT 3. Anak-anak dibagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok 1 (berkumur dengan teh hijau) dan kelompok 2 (berkumur dengan
klorheksidin). Anak-anak diinstruksikan untuk berkumur 10 ml obat kumur selama 1 menit,
dua kali sehari selama 21 hari, 30 menit setelah sarapan dan 30 menit setelah makan malam.
Teh hijau dan klorheksidin dibeli secara komersial. Perhitungan koloni Streptococcus mutans
diambil dari plak gigi anak pada permukaan bukal gigi permanen molar pertama rahang
bawah yang non karies. Pengambilan plak tersebut dilakukan sebelum perlakuan dan setelah
21 hari perlakuan.5
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah Streptococcus
mutans yang signifikan setelah berkumur dengan teh hijau. Namun tidak ada perbedaan yang
bermakna dari kedua obat kumur (teh hijau atau klorheksidin) dalam mengurangi jumlah
Streptococcus mutans pada plak anak.5
Pada penenlitian Fajriani (2014) melaporkan bahwa berkumur dengan obat kumur
yang mengandung 2,5% teh hijau dapat menurunkan jumlah Streptococcus mutans secara
signifikan. Penelitian ini menggunakan 30 anak berusia 6-12 tahun, yang memiliki OHIS
kurang/buruk (3,1-6,0) dan memiliki minimal 4 gigi yang mengalami karies. Anak-anak
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 (berkumur dengan teh hijau 2,5%) dan
kelompok 2 (berkumur dengan klorheksidin 0,2%). Anak-anak diinstruksikan untuk
berkumur selama 30 detik. Larutan teh hijau dibuat dengan cara menyeduh 7,5 gram teh hijau
merk Tong Tji dengan aquades 300 ml bersuhu 70-80oC. Sedangkan klorheksidin diperoleh
dari pembelian di pasaran bermerk Minosep. Penghitungan jumlah koloni Streptococcus
mutans dilihat dari saliva anak. Saliva diambil sebelum berkumur, 15 menit dan 30 menit
setelah berkumur. Sebelumnya, obat kumur telah diberikan dan digunakan selama 1 minggu.3
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah Streptococcus mutans
secara signifikan sebelum berkumur larutan teh hijau dan setelah 15 menit maupun 30 menit
berkumur larutan teh hijau. Jika dibandingkan dengan kontrol positif (klorheksidin), maka
tidak ada perbedaan yang bermakna dari kedua obat kumur ini dalam mengurangi jumlah
Streptococcus mutans.3
Dari keempat penelitian diatas dapat dilihat bahwa berkumur dengan teh hijau dapat
menurunkan jumlah Streptococcus mutans pada saliva maupun plak anak, baik anak dalam
kondisi sehat maupun karies. Berkumur teh hijau juga dapat menurunkan jumlah
Lactobacillus dan C. albicans. Tetapi apabila dibandingkan dengan sodium fluoride, tidak
ada perbedaan yang bermakna dari kedua obat kumur tersebut. Namun, jika dibandingkan
dengan klorheksidin, terdapat penelitian yang kontroversi. Ada penelitian yang mengatakan
bahwa berkumur dengan teh hijau lebih efektif dalam mengurangi jumlah Streptococcus
mutans, namun ada juga penelitian yang melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan dari kedua obat kumur.
Pada penelitian Awandalla HI (2011) juga melaporkan bahwa berkumur dengan teh
hijau dapat mengurangi jumlah Streptococcus mutans pada saliva dan plak orang dewasa
secara signifikan. Penelitian ini menggunakan 25 subjek yang menderita karies, gingivitis,
maupun peridontitis dan berusia 21-46 tahun. Semua pasien diminta berkumur menggunakan
10% sukrosa selama 2 menit, setelah 7 menit saliva dan plak diambil (sebelum berkumur).
Setelah itu pasien berkumur air dan setelah 1 jam, pasien diminta berkumur dengan 2% teh
hijau selama 5 menit, dan kemudian setelah 20 menit pasien diminta berkumur dengan 10%
sukrosa selama 2 menit. Setelah 7 menit saliva dan plak diambil lagi (setelah berkumur).6
Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa setelah berkumur dengan teh hijau terdapat
penurunan jumlah Streptococcus mutans secara signifikan baik pada saliva maupun plak
pasien dewasa. Penelitian ini dan beberapa penelitian diatas menunjukkan bahwa berkumur
dengan teh hijau dapat mengurangi jumlah koloni Streptococcus mutans baik pada anak
maupun dewasa.6
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berkumur dengan teh hijau dapat mengurangi jumlah koloni Streptococcus mutans
pada anak.
3.2 Saran
Teh hijau dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan obat kumur yang dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya karies.
REFERENSI
spp. and Candida albicans in children with severe early childhood caries: A
randomized. Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry.