Anda di halaman 1dari 6

KANDIDIASIS ORAL

Kandidiasis oral merupakan infeksi oportunistik pada rongga mulut yang


disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur Kandida terutama Candida
albican. Kandida merupakan organisme komensal normal yang banyak ditemukan
dalam rongga mulut dan membran mukosa vagina.
Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kandidiasis oral merupakan suatu infeksi jamur yang umumnya disebabkan oleh
jamur Kandida albikan. Faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral terdiri atas
faktor lokal dan sistemik. Beberapa faktor lokal tersebut seperti penggunaan gigi
tiruan, xerostomia, dan kebiasaan
memberikan

lingkungan

merokok. Penggunaan gigi tiruan dapat

yang kondusif bagi pertumbuhan jamur Kandida yaitu

lingkungan dengan pH yang rendah, sedikit oksigen, dan keadaan anaerob. Faktor
lokal seperti xerostomia juga dapat menimbulkan kandidiasis oral.

Xerostomia

merupakan suatu kondisi dimana mulut terasa kering. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya produksi saliva, penggunaan obat-obatan (obat antihipertensi), terapi
radiasi dan kemoterapi. Adanya kebiasaan merokok dapat menyebabkan iritasi kronis
dan panas yang mengakibatkan perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur.
Seperti yang diketahui, di dalam saliva terdapat komponen anti Kandida seperti
lisozim, histatin, laktoferin, dan calprotectin, sehingga apabila produksi saliva
berkurang seperti pada

keadaan xerostomia dan perokok, maka Kandida

dapat

mudah berkembang.
Selain faktor lokal, beberapa faktor sistemik seperti penyakit defisiensi imun
(HIV/AIDS), kemoterapi, radioterapi, dan penggunaan obat antibiotik dan steroid juga
dapat menyebabkan timbulnya kandidiasis oral. Pada penderita HIV/AIDS terjadi
defisiensi imun yang mengakibatkan infeksi oportunistik seperti kandidiasis

oral

mudah terjadi.

Di samping

itu, terapi

radiasi daerah kepala dan

leher

mengakibatkan kerusakan dan gangguan fungsi kelenjar saliva mayor dan minor sehingga
memudahkan terjadinya xerostomia. Prevalensi xerostomia setelah terapi radiasi dijumpai
melebihi 90%. Pengobatan kemoterapi juga dapat berdampak pada berkurangnya aliran
saliva. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keadaan xerostomia yang dapat timbul
akibat radioterapi dan kemoterapi bisa memudahkan perkembangan

jamur

Kandida.

Penggunaan obat antibiotik dan steroid juga dihubungkan dengan terjadinya kandidiasis
oral.
Patogenesis
Adapun mekanisme infeksi Kandida Albikan pada sel inang sangat kompleks.
Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenesis dan proses infeksi adalah adhesi,
perubahan dari bentuk ragi ke bentuk hifa (morfogenesis) dan produksi enzim hidrolitik
ekstraseluler. Adhesi merupakan proses melekatnya sel Kandida albikan ke sel inang.
Perubahan

bentuk dari ragi ke

hifa

berhubungan dengan patogenitas dan proses

penyerangan Kandida terhadap sel inang yang diikuti pembentukan lapisan biofilm
sebagai salah satu cara spesies Kandida untuk mempertahankan diri dari obat antifungi.
Ada keyakinan bahwa bentuk hifa adalah invasif dan patogen, sedangkan bentuk ragi tidak
bersifat patogen. Produksi enzim hidrolitik ekstraseluler seperti aspartyl proteinase juga
sering dihubungkan dengan patogenitas Kandida albikan.

Pseudomembranous Candidiasis
Jenis pesudomembranosis tampak seperti membran putih/kuning yang semi-melekat
dan dapat dikelupas dengan jalan mengeroknya, meninggalkan mukosa eritamtus di
bawahnya. Keadaan ini dapat mengenai mukosa yang mana saja, tetapi lidah dan
palatum lunak adalah daerah yang paling sering terkena. Kondisi ini biasanya akut,
tetapi pada penderita HIV bisa bertahan untuk beberapa bulan.

Gambar1. Kandidiasis pseudomembranosa pada AIDS


a. Erythematosa (atrophic) candidiasis
Bentuk kandidiasis eritematosa (atropik) akan tampak secara klinis sebagai daerah
merah yang luas, biasanya terletak pada bagian dorsum lidah. Pada lokasi ini,
berhubungan dengan hilangnya papila filiformis dan disebut sebagai median romboid
glositis. Lesi kontak besar dan kemerahan yang ukuran dan bentuknya berhubungan
dengan lesi lidah akan tampak di bagian palatum. Meskipun biasanya tidak bergejala,
pasien mungkin melaporkan adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar , atau perubahan
pengecapan.

Gambar 2. Kandidiasis atrofik (eritematosa)


b. Kandidiasis Hiperplastik Kronis
Kandidiasis hiperplastik kronis pada penderita HIV merupakan subtipe yang paling
langka, tetapi dapat menimbulkan bercak putih yang melekat pada kedua mukosa bukal.
Kandidiasis hiperplastik kronis harus dibedakan dari hairy leukoplakia yang seringkali
juga mengandung candida pada permukaannya. Semua jenis kandidosis dapat diikuti
oleh terjadinya keilitis angularis yang terdiri atas fisur merah pada sudut-sudut mulut,
terutama pada penderita HIV- positif.

Gambar 3. Kandidiasis Hiperplastik Kronik


c. Cheilitis Angularis
Cheilitis angularis merupakan infeksi C.albicans pada sudut mulut, dapat bilateral
maupun unilateral.Sudut mulut yang terinfeksi tampak merah dan pecah-pecah, serta
terasa sakit.

Gambar 4. Cheilitis Angularis


Diagnosis
Candidiasis dapat diagnosis melalui permukaan lesi dengan cara melakukan smear
untuk menentukan jenis jamur. Biasanya menggunakan potassium hydroxide (KOH),
PAS, atau Gram'sstain. Candida dideteksi dengan melihat hifa dan blastophore
menggunakan mikroskop. Kultur juga dapat digunakan untuk menentukan spesies dari
candida
Pengobatan
Tindakan pengobatan kandidosis oral pada penderita HIV-positif terdiri atas
pemberian obat-obat topikal, seperti nystatin atau amphotericin, tetapi obat-obat
tersebut kadangkala tidak efektif, dan gejala-gejala dapat kambuh lagi. Oleh karena itu,
sering harus dilakukan terapi sistemik dalam bentuk ketoconazole, fluconazole atau

itraconazole. Penggunaan obat-obat sistemik tersebut ternyaata sangat efektif, tetapi


terjadinya kekebalan diantara beberapa strain candida perlu diwaspadai.

Pengobatan Agen Antijamur


Obat
Anfotericin b

Nystatin

formulasi
50 mg untuk infusi

Suspensi 60ml

Dosis
100 200mh / 6

Efek samping

jam

tulang belakang dan

4-6ml / 6 jam

saraf
Ditoleransi dengan

Ginjal, jantung,

baik.

Salep 30g

Aplikasi 2 4 / hari Jarang

Tablet

2 setiap 8 jam

Gel 1 %

3 kali /hari

Kadang-kadang

Tablet 10mg

5 kali / hari

iritasi kulit, rasa

Miconazole

Gel

100mg / 6 jam

Ketoconazole

Gel 2%

3 kali / hari

Tablet

200mg 1-2 / hari

Suspensi 30 / 10cc
Tablet

50-100mg/hari

Suspensi

10mg/ml

Capsul

100-200mg/hari

Mual, muntah, efek


gastrointestinal

Clotrimazole

Fluconazole

Itraconazole

Daftar pustaka

terbakar
Jarang namu bisa
menyebabkan
sensasi terbakar,
iritasi, mual, diare,
Mual, muntah
sakit perut
Mual, muntah,
diare, sakit perut
Mual, muntah,
diare, sakit perut

1. Yuvraj Singh Dangi, Murari Lal Soni, Kamta Prasad Namdeo. Oral
Candidiasis:

Review.

International

Journal

Of

Pharmacy

and

Pharmaceutical Sciense Vol. 2, Issue 4, 36 41. 2010.


2. Caria Garcia Cuesta, Maria Gracia Sarrion. Curreant Treatment of Oral

Candidiasis: A Literature Review. Journal section: Oral Medicine and


Pathology, 6(5): e576-82.2014.

Anda mungkin juga menyukai