cairan
ekstraseluler.
Respon
di
dalam
klasik
tubuh,
terhadap
khususnya
kehilangan
kompartemen
darah
harus
dimana
karbondioksida
akan
dilepaskan
untuk
1.
2.
3.
syok
hemoragik
bermula
dari
trauma
yang
yang
terjadi
mekanisme
kompensasi
tersebut
dapat
aldosteron
bertanggungjawab
pada
reabsorbsi
natrium
10
11
12
13
c. Tahap ireversibel ; yang muncul setelah tubuh mengalami jejas sel dan
jaringan yang berat sehingga walaupun gangguan hemodinamikanya
telah diperbaiki, tidak mungkin bertahan hidup lagi.5
Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya
memasuki tahap irreversible. Jejas sel yang meluas tercermin oleh
adanya kebocoran enzim lisosom, yang semakin memperberat keadaan
syok. Fungsi kontraksi miokard akan memburuk, yang sebagiannya
disebabkan oleh sintesis nitrit oksida. Jika usus iskemik memungkinkan
masuknya flora usus ke dalam peradaran darah, dapat muncul pula syok
endotoksik. Pada tahap ini, pasien mempunyai ginjal yang sama sekali
tidak berfungsi akibat nekrosis tubular akut, dan meskipun dilakukan
upaya yang hebat, kemunduran klinis yang terus terjadi hampir secara
pasti menimbulkan kematian.5
E. KLASIFIKASI
Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American
College of Surgeon Committee on Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem
ini berguna untuk memastikan tanda-tanda dini syok hemoragik.4,12
Tabel 1. Perkiraan Kehilangan Cairan dan Darah Berdasarkan Presentasi
Penderita Semula
Parameter
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
750
1500
Kehilangan
>2000
<750
1500
2000
darah (ml)
15%
Kehilangan
<15%
30% - 40%
>40%
darah (%)
30%
100 - 120
Nadi (x/menit)
<100
120 140
> 140
Tekanan darah
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Frekuensi
20 30
pernapasan
14 - 20
30 40
>35
(x/menit)
14
Produksi urin
(ml/jam)
Gejala pada
saraf pusat /
status mental
Penggantian
cairan (1:3)
1.
>30
20 30
5 15
Hampir
tidak ada
Normal
Cemas
Cemas,
bingung
Bingung,
lesu
Kristaloid,
Koloid
Kristaloid
koloid,
mungkin
transfusi
Kristaloid
koloid,
perlu
transfusi
Kristaloid
15
berubah sedikit pada syok yang dini karena itu penting untuk lebih
mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada tekanan sistolik.
Penemuan klinis yang lain yang akan ditemukan pada tingkat
kehilangan darah ini meliputi perubahan sistem saraf sentral yang
tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap permusuhan. Walau
kehilangan darah dan perubahan kardiovaskular besar, namun
produksi urin hanya sedikit terpengaruh. Aliran air kencing biasanya
20-30 ml/jam untuk orang dewasa. Kehilangan cairan tambahan dapat
memperberat manifestasi klinis dari jumlah kehilangan darah ini. 5,12
3.
Perdarahan Kelas III (Kehilangan volume darah
30% - 40%)
Akibat kehilangan darah sebanyak ini dapat sangat parah.
Penderita hampir selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak
adekuat, termasuk takikardi dan takipnue yang jelas, perubahan
penting dalam status mental, dan penurunan tekanan darah sistolik.
Dalam keadaan yang tidak berkomplikasi, inilah jumlah kehilangan
darah paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan sistolik menurun.
Penderita dengan kehilangan darah tingkat ini hampir selalu
memerlukan tranfusi darah. Keputusan untuk memberi tranfusi darah
didasarkan atas respons penderita terhadap resusitasi cairan semula
dan perfusi dan oksigenisasi organ yang adekuat. 5,12
4.
Perdarahan Kelas IV (Kehilangan volume darah
lebih dari 40%)
Dengan kehilangan darah sebanyak ini, jiwa penderita terancam.
Gejala-gejalanya meliputi takikardi yang jelas, penurunan tekanan
16
darah sistoluk yang cukup besar, dan tekanan nadi yang sangat sempit.
Produksi urin hampir tidak ada, dan kesadaran jelas menurun. Pada
kulit terlihat pucat dan teraba dingin. Penderita ini sering kali
memerlukan tranfusi cepat dan intervensi pembedahan segera.
Kehilangan lebih dari 50% volume darah penderita mengakibatkan
ketidaksadaran, kehilangan denyut nadi dan tekanan darah. 5,12
F. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan syok hemoragik penting
dalam menemukan sumber perdarahan. Hal penting yang harus diperiksa
adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan. Syok umumnya memberi gejala klinis seperti turunnya
tanda vital tubuh: hipotensi, takikardi, penurunan urin output, dan
penurunan kesadaran. Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme
kompensasi tubuh. Gejala umum lainnya yang bisa timbul adalah kulit
kering, pucat, dan dengan diaphoresis. Pada fase awal nadi cepat dan
dalam, tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam batas normal karena
kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia
kronik.5
Pendarahan saat trauma kadang sulit ditaksir jumlahnya. Karena
rongga pleura, kavum abdominalis, mediastinum dan retroperitoneum bisa
menampung darah dalam jumlah yang sangat besar dan bisa menjadi
penyebab kematian. Perdarahan trauma eksternal bisa ditaksir secara baik,
tapi bisa juga kurang diawasi oleh petugas emergensi medis. Laserasi kulit
kepala bisa menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah besar. Fraktur
17
18
penyelamatan
nyawa
telah
RESUSITASI CAIRAN
1.
AKSES VASKULER
19
20
21
cairan
dari
ruang
intravaskular
ke
interstitial
22
meskipun
dalam
jumlah
sedikit
dapat
mempertahankan
TRANSFUSI DARAH
Dalam rangka mempertahankan pengiriman oksigen jaringan. Indikasi
transfusi adalah pasien dengan perdarahan akut sampai Hb < 8 gr/dL
atau Ht < 30%. Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung Hb <
10 gr/dL, pada kelas perdarahan III-IV, dan pada bedah mayor
kehilangan darah > 20% volume darah.16
A
B
C
Gambar 7. Algoritme resusitasi cairan awal
Pada kasus A, infus dilambatkan dan biasanya transfusi tidak
diperlukan. Pada kasus B, jika hemoglobin kurang dari 8 gr/dL atau
hematokrit kurang dari 25%, transfusi sebaiknya diberikan. Tetapi
seandainya akan dilakukan pembedahan untuk menghentikan suatu
perdarahan, transfusi dapat ditunda sebentar sampai sumber perdarahan
23
DAN
PERFUSI ORGAN
Tanda dan gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan
untuk diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respon
penderita. Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi, dan denyut
nadi merupakan tanda positif yang menandakan perfusi sedang kembali
ke normal.Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak memberi
informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada sistem saraf pusat dan
peredaran darah kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan
perfusi, tetapi kuantitas sukar ditentukan.5
Jumlah produksi urin juga merupakan indikator yang cukup sensitif
untuk perfusi ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya
menandakan aliran darah ginjal yang cukup, bila tidak dimodifikasi
dengan pemberian obat diuretik. Sebab itu, keluaran urin merupakan
salah satu pemantau utama resusitasi dan respon penderita.5
Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan
keluaran urin sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam
pada anak dan 2 ml/kg/jam pada bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila
kurang atau makin turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik,
maka ini menandakan resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut
ditambah penggantian volume dan usaha diagnostik.5
24
25
urin keluar 1-2 L. Lakukan digitalisasi atau berikan dopamine drip 510 g/kgBB/menit. Sebagai terapi simptomatik berikan oksigen.5
I. KESIMPULAN
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh
yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif yang ditandai dengan
penurunan volume darah, akral dingin, pucat, takikardi, hipotensi, dan
penurunan kesadaran.
Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan
perdarahan dan menggantikan kehilangan volume darah, meliputi
pemeriksaan jasmani, akses pembuluh darah, terapi cairan, transfusi darah,
dan terapi lain.
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah
penggantian volume yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan
agresif untuk memulihkan perfusi organ akan memperkecil kejadian yang
tidak dikehendaki sedikitpun. Terdapat beberapa penyulit pula dalam
pemberian cairan resusitasi, sehingga harus berhati-hati terdapat
pemberian cairan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Vincent JL. Hemodynamic support of the critically ill patient. In:
Longnecker D. Anesthesiology. Second edition. China: Mc Graw Hill Inc.
2012. p: 1398-1405
2. Hardisman. Memahami
Patofisiologi
dan
Aspek
Klinis
Syok
27
28