SEORANG PRIA 45 TAHUN DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK, PERDARAHAN
SALURAN CERNA BAGIAN ATAS, PENYAKIT HEPAR KRONIK, INFILTRAT PARU, ASCITES, DAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK Latar Belakang Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yaitu perdarahan yang berasal dari dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster, dan esophagus. Hal tersebut mengakibatkan muntah darah (hematemesis) dan berak darah berwarna hitam seperti aspal (melena). Tujuan Mendeskripsikan penegakan diagnosis dan penanganan pada pasien. Metode Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hasil Dari anamnesis dengan istri pasien didapatkan keluhan muntah darah. 3 hari sebelum masuk RS pasien muntah darah, muntah berwarna merah segar, banyak, sehingga membuat pasien lemas dan tidak dapat beraktivitas sehingga hanya tiduran. Muntah tidak diperberat dan diperingan oleh apapun. Gejala penyerta : mual (+), perut membesar (+), buang air besar hitam seperti petis (+) banyak, buang air kecil seperti teh (-), kaki bengkak (+), nyeri ulu hati (-), demam (-), batuk (-), sesak napas (-). Pasien pernah masuk RS pada bulan Januari 2014 dengan keluhan yang sama, dirawat di rumah sakit selama 4 hari dan menerima transfusi darah 2 kantung. Riwayat minum jamu pegel linu kapsul 3 kali dalam seminggu. Pasien bekerja sebagai tukang bangunan, istri menjual makanan di pasar, memiliki 2 orang anak yang belum mandiri. Pembiayaan dengan menggunakan Jamkesda. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien pucat, lemah, dengan penurunan kesadaran (GCS = 7). Tekanan darah 130/60 mmHg, nadi 100 xkali / menit, RR = 22 kali / menit, dan suhu = 38,5 C. Didapatkan konjungtiva palpebra pucat (+/+). Pada pemeriksaan pulmo didapatkan ronkhi basah kasar di basal pulmo (+/+), pada pemeriksaan abdomen didapatkan venektasi (+), area troube pekak, hepar tidak teraba, liver span 5 cm, pekak sisi (+) meningkat, pekak alih (+), edema ekstremitas inferior (+/+). Dari pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan anemia hiprokromik mikrositik ( Hb = 5,4 gr/dl , MCH = 23,2 pg, MCV = 74,7 Fl), Penurunan kadar hematokrit (17,4%), penurunan trombosit (123 ribu/ U1), Peningkatan PTT waktu prothrombin (15,5 detik) , peningkatan PTT waktu thromboplastin (45,7 detik), penurunan gula darah sewaktu (62 mg/dl), peningkatan kadar bilirubin total (1,77 mg/dl), peningkatan kadar bilirubin direk (1,21 mg/dl), hipoalbuminemia (3 gr/dl), peningkatan SGOT (368 U/1), peningkatan SGPT (198 U/1), peningkatan Gamma GT (125 U/1), peningkatan kadar ureum (109 mg/dl) , peningkatan chlorida (112,5 mmol/L). Dengan rencana dilakukan pemeriksaan darah rutin, urin rutin, LFT, USG, dan EGD. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Infus D10% 20-30 tpm, NGT, injeksi Cefotaxim 1 gram /8 jam iv, Ceftriaxon 1x 2 gr iv, Somatostatin 250 mcg/jam, Omeprazol 2x40 mg iv, Transfusi PRC 1 kolf/hari, dan Paracetamol 500 mg bila demam.
Kesimpulan Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosa dengan ensefalopati hepatik, perdarahan saluran cerna bagian atas, penyakit hepar kronik, anemia hipokromik mikrositik, infiltrat paru, dan ascites. Kata Kunci Ensefalopati hepatik, perdarahan saluran cerna bagian atas, penyakit hepar kronik, infiltrate paru, ascites, anemia hipokromik mikrositik.