TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Umum
Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan manusia setiap
harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perjalanan ini menyebabkan
perpindahan seseorang dari suatu tempat ke tempat lainnya yang disebut sebagai
kegiatan transportasi. Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
kehidupan kita. Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang
penting dipikirkan khususnya daerah perkotaan, sedangkan angkutan barang
sangat penting untuk menunjang kehidupan perekonomian. Dari pengertian diatas
telah menggambarkan fungsi utama dari transportasi yaitu untuk menghubungkan
manusia dengan tata guna lahan.
Dengan kata lain transportasi menjadi fasilitas pendukung seluruh
kegiatan, tanpa harus melihat lokasi, perkembangan transportasi harus setara
dengan perkembangan kegiatan kehidupan.
Untuk memenuhi hal tersebut, pengadaan transportasi sebagai pendukung
kegiatan kehidupan harus diperhitungkan secara tepat dan secermat mungkin.
Pengadaan ataupun perencanaan transportasi tersebut bukanlah hal yang mudah
dan instan, karena memerlukan tahapan dan prosedur yang harus dilalui untuk
memperoleh hasil yang baik agar tidak tersendatnya perkembangan dan kegiatan
hidup manusia.
Akhirnya suatu daerah baik itu kawasan industry, kota, pusat bisnis dan lain
sebagainya akan menjadi kawasan mati yang tidak bisa ditempati.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka
dilakukanlah perencanaan transportasi untuk mencapai suatu keseimbangan.
Menurut Bruton (1970), proses perencanaan transportasi perkotaan didasarkan
pada seperangkat prinsip dan asumsi yang paling dasar yaitu bahwa pola
perjalanan yang nyata, stabil dan dapat diprediksi. Berikut prinsip-prinsip dalam
perencanaan transportasi menurut Bruton (1970):
1.
Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur.
ii.
iii.
Menjangkau
seluruh
pelosok
wilayah
daratan
untuk
menunjang
nanti, sangat ditentukan oleh karakteristik tata guna lahan/petak-petak lahan serta
karakteristik tata guna lahan serta karakteristik sosioekonomi tiap-tiap kawasan
tersebut yang terdapat dalam ruang lingkup wilayah kajian tertentu, seperti area
kota, regional/propinsi atau nasional.
Adib Kanafani (1983), mengatakan bahwa analisa bangkitan perjalanan secara
konvensional dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Produksi perjalanan (Trip Production), yang mengacu pada jumlah
perjalanan yang dilakukan oleh seorang individu atau rumah tangga,
melalui kelompok rumah tangga seperti dengan zona tempat tinggal.
2.
i
Pergerakan dari zona asal (i)
Zona
i
Zona
d
Pemisahan ruang. Jarak antara dua buah tata guna lahan merupakan batas
pergerakan. Jarak yang jauh atau biaya yang besar akan membuat pergerakan
antara tata guna lahan menjadi lebih sulit (aksesibilitas rendah).
Pemisahan ruang dan intensitas tata guna lahan. Daya tarik suatu tata guna
lahan akan berkurang dengan meningkatnya jarak. Interaksi antardaerah sebagai
fungsi dari intensitas setiap daerah dan jarak kedua daerah tersebut dapat dilihat
pada Table II.1.
Tabel II.1 Interaksi antardaerah
Interaksi dapat
Interaksi
Interaksi
diabaikan
rendah
menengah
Interaksi
Interaksi
Interaksi
rendah
menengah
sangat tinggi
Kecil-Kecil
Kecil-Besar
Besar-Besar
jauh
jarak
dekat
Berikut salah satu contoh gambaran pola penyebaran perjalanan dari dan
ke berbagai zona:
Zona Asal i
Menghasilkan
1000 perjalanan
menyebar
Zona tujuan J3 (500trip)
500 trip
Zona tujuan J4 (200trip)
200 trip
Dalam
transportasi,
biasanya
berupa
program-program
Disebut sebagai:
o Strategi
o Perspektif
o Cakrawala
o Horizon Plan
Secara hirarki, rencana ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat dan mutlak flexible dengan perubahan situasi yang
terjadi selama jangka waktu rencana.
merupakan
bagian
informasi
yang
sangat
berharga
dalam
Oi
From
1
Dd
Program Linear
Oleh
Tamin,
(1997).
Metode
untuk
mendapatkan
MAT
dapat
penggunaan metode ini, seperti kesalahan teknis dan kesalahan manusia yang
sering terjadi. Berikut adalah beberapa teknik yang tersedia dalam metode
langsung untuk mendapatkan nilai MAT.
Wawancara di rumah
factor
pertumbuhan
dan
metode
sintetis
oleh
Bruton,
dikelompokkan oleh Tamin sebagai metode tidak langsung. Dalam metode ini
dilakukan pemodelan, yang mana pemodelan tersebut merupakan kegiatan
penyederhanaan dengan menggunakan suatu system dalam bentuk unsur atau
factor yang dapat dipertimbangkan mempunyai kaitan dengan situasi yang hendak
digambarkan.
(Pers.2.1)
Dimana:
= jumlah perjalanan masa sekarang dari zona asal ke zona i ke zona tujuan d.
E = tingkat pertumbuhan
Tergantung dari metode yang digunakan, tingkat pertumbuhan ( E ) dapat berupa
satu faktor saja atau merupakan kombinasi dari berbagai faktor, yang bisa didapat
dari proyeksi tata guna lahan atau bangkitan lalulintas.
Adapun pengembangan kelima metode analogi itu secara kronologis
adalah:
Model fratar
Model Detroit
Model furnes.
Dimana:
= jumlah perjalanan masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d.
= jumlah perjalanan masa sekarang dari zona asal ke zona i ke zona tujuan d.
E = tingkat pertumbuhan
T = total pergerakan pada masa mendatang di dalam daerah kajian
t = total pergerakan pada masa sekarang di dalam daerah kajian
ini
dikembangkan
oleh
pakar
transportasi
yang
dalam
Dimana:
= perkiraan jumlah perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d.
= jumlah perjalanan masa mendatang yang diharapkan berdasarkan hasil
bangkitan perjalanan dari zona asal i.
= jumlah perjalanan masa sekarang dari zona asal i ke
seluruh zona-zona tujuan d.n yang lainnya.
= factor pertuumbuhan masing-masing zona dalam wilayah studi
Iterasi ke-1
Iterasi ke-2
Iterasi ke-3
Dan seterusnya secara selang seling(Pers.2.7)
Dimana:
= jumlah perjalanan pada masa mendatang dari zona asal i ke zona tujuan d.
= jumlah perjalanan masa sekarang dari zona asal i ke zona tujuan d.
= faktor pertumbuhan di zona asal i.
= faktor pertumbuhan di zona tujuan d.
Sama halnya seperti metode analogi, metode sintetis juga memiliki modelmodel yang dapat dipakai untuk memprediksi arus perjalanan masa yang akan
datang. Adapun model-model yang terdapat dalam metode sintetis ini antara lain
adalah:
Model Gravity
Model Opportunity
Model Gravity-Opportunity.
= konstanta gravitasi.
untuk seluruh d.
Dimana:
adalah jumlah pergerakan yang berasal dari zona i dan yang berakhir
di zona d.
adalah konstanta yang terkait dengan setiap zona bangkitan dan
tarikan, dimana konstanta ini disebut sebagai faktor penyeimbang.
adalah fungsi hambatan atau ukuran aksesibilitas (kemudahan) antara zona
i dengan zona d.
Dalam model UCGR ini, jumlah bangkitan dan tarikan yang dihasilkan tidak
harus sama dengan perkiraan hasil bangkitan pergerakan. Namun, persyaratan
yang perlu diperhatikan adalah total pergerakan yang dihasilkan model harus
sama dengan total pergerakan yang di dapat dari hasil bangkitan pergerakan.
persamaan yang digunakan persis sama dengan persamaan (2.10), tetapi dengan
syarat batas yang berbeda, yaitu:
(Pers 2.11)
Dimana:
adalah jumlah pergerakan yang berasal dari zona i dan yang berakhir
di zona d.
adalah konstanta yang terkait dengan setiap zona bangkitan dan
tarikan, dimana konstanta ini disebut sebagai faktor penyeimbang.
adalah fungsi hambatan atau ukuran aksesibilitas (kemudahan) antara zona
i dengan zona d.
Pada model UCGR, nilai
untuk seluruh d.
persamaan (2.11) untuk setiap zona tujuan i. Konstanta ini memberikan batasan
bahwa total baris dari matriks harus sama dengan total baris dari matriks hasil
tahap bangkitan pergerakan.
yang didapat dengan pemodelan tidak harus sama. Untuk model ini persamaan
yang digunakan persis sama dengan persamaan (2.10), tetapi dengan syarat batas
yang berbeda, yaitu:
(Pers 2.12)
Dimana:
adalah jumlah pergerakan yang berasal dari zona i dan yang berakhir
di zona d.
adalah konstanta yang terkait dengan setiap zona bangkitan dan
tarikan, dimana konstanta ini disebut sebagai faktor penyeimbang.
adalah fungsi hambatan atau ukuran aksesibilitas (kemudahan) antara zona
i dengan zona d.
Dimana dalam model ini, konstanta
untuk setiap zona tujuan d. Konstanta ini memberikan batasan bahwa total kolom
dari matriks harus sama dengan total kolom dari matriks hasil tahap bangkitan
pergerakan.
II.8.1.D Model Dengan Batasan di Zona Asal dan Tujuan (ProductionAtraction Constrain Gravity/PACGR)
Dalam model ini, bangkitan dan tarikan pergerakan harus selalu sama
dengan yang dihasilkan oleh tahap bangkitan pergerakan. Untuk model ini
persamaan yang digunakan persis sama dengan persamaan (2.10), tetapi dengan
syarat batas sebagai berikut:
(Pers 2.11)
(Pers 2.12)
Dimana:
adalah jumlah pergerakan yang berasal dari zona i dan yang berakhir
di zona d.
adalah konstanta yang terkait dengan setiap zona bangkitan dan
tarikan, dimana konstanta ini disebut sebagai faktor penyeimbang.
adalah fungsi hambatan atau ukuran aksesibilitas (kemudahan) antara zona
i dengan zona d.
Kedua konstanta ini menjamin bahwa total baris dan kolom dari matriks hasil
pemodelan harus sama dengan total baris dan kolom dari matriks yang didapat
dari hasil bangkitan pergerakan.
lebih cocok untuk pergerakan jarak jauh, sedangkan fungsi eksponensial sering
digunakan untuk pergerakan jarak pendek, dan fungsi tanner mengkombinasikan
kedua faktor tersebut.
Banyak peneliti berpendapat bahwa parameter fungsi hambatan
dapat
Metode Sederhana
Metode Hyman
]...(Pers 2.18)
....(Pers 2.19)
.....(Pers 2.20)
dengan mengasumsikan
Dengan transformasi linear tersebut, maka dengan menggunakan analisis regresilinear, parameter A dan B dapat dihitung dan dihasilkan beberapa nilai sebagai
berikut:
dan
) (
dengan persamaan:
...(Pers 2.21)
.(Pers 2.22)
adalah nilai rerata dari
Dengan nilai
dan
yang digunakan.
]..(Pers 2.25)
....(Pers 2.26)
.....(Pers 2.27)
ditulis
kembali
sebagai
mengasumsikan
persamaan
dan
linear
dengan
Dengan transformasi linear tersebut, maka dengan menggunakan analisis regresilinear (persamaan 2.21 dan 2.22), parameter A dan B dapat dihitung dan
dihasilkan beberapa nilai sebagai berikut:
Dengan nilai
dan
yang digunakan.
].(Pers 2.30)
..(Pers 2.31)
...(Pers 2.32)
ditulis
kembali
mengasumsikan
sebagai
persamaan
dan
linear
dengan
.
ditentukan sesuai dengan jenis batasan model gravity
yang digunakan.