Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kota-kota besar seringkali diikuti dengan pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas di berbagai sektor dalam
perkotaan yang menarik mobilitas penduduk dari wilayah perkotaan (urban),
wilayah pinggiran (suburban) maupun wilayah penyanggah (rural) dari suatu
kota. Pertumbuhan penduduk yang tinggi kemudian diikuti oleh peningkatan
kebutuhan lahan untuk permukiman. Pusat kota yang padat dengan nilai lahan
yang

tinggi

memaksa

perkembangan

permukiman

ke

arah

suburban.

Perkembangn permukiman terjadi secara sporadis dan tidak terencana, sehingga


mengakibatkan terjadinya pemanfaatan lahan tunggal di wilayah suburban.
Fenomena tersebut kemudian disebut Urban Sprawl.
Kota Makassar sebagai salah satu kota yang berkembang pesat di Indonesia
juga megalami fenomena Urban Sprawl. Hal ini ditandai dengan terjadinya
beberapa permasalahan diantaranya, single use zoning, low density zoning pada
kawasan suburban yang menghasilkan car-dependent community menuju ke pusat
kota (Rahmi, 2012). Menurut Wunas (2011) pola pertumbuhan Kota Makassar
menjauh dari pusat kota, berkembang secara sporadis di wilayah suburban,
dengan intensitas rendah, yang fungsi lahan umumnya tunggal (perumahan), telah
menyebabkan inefisiensi penggunaan lahan, inefisiensi perkembangan jaringan
sanitasi dan utilitas (infrastruktur).
Permasalahan tersebut terjadi di sepanjang Koridor Jl. Perintis Kemerdekaan.
Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan jalan arteri di sisi timur Kota Makassar.
Jalan ini merupakan jalur utama menuju ke pusat kota bagi masyarakat dari
Kecamatan Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya yang merupakan wilayah
suburuban Kota Makassar. Fenomena Urban Sprawl yang terjadi di Kota
Makasssar menjadikan fungsi lahan di suburban khususnya di Kecamatan
Tamalanrea dan Kecamatan Biringkinaya menjadi monofungsi. Pembangunan
perumahan permukiman terjadi secara horizontal dan belum dilengkapi sarana
prasarana kawasan sehingga terjadi inefisiensi dalam penggunaan lahan.

Menurut Veronica (2010), sarana prasarana (fasilitas sosial dan fasilitas


ekonomi) di kawasan suburban Makassar khususnya pada Kecamatan
Biringkanaya dan Kecamatan Tamalanrea, tersebar pada lokasi-lokasi dengan
fungsi lahan tunggal, sehingga cukup sulit untuk melakukan 2-3 aktifitas pada
satu area fasilitas. Permasalahan tersebut mendorong masyarakat melakukan
perjalanan menuju pusat kota untuk memenuhi kegiatan sosial dan ekonominya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya car-dependent community atau ketergantungan
masyarakat terhadap kendaraan pribadi.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kawasan
permukiman yang terdapat di wilayah suburban tersebut menghasilkan bangkitan
transportasi yang besar. Sehingga, besarnya bangkitan pergerakan dari Kecamatan
Tamalanrea dan Kecamatan Biringkanaya menghasilkan kepadatan lalu lintas
pada Jl. Perintis Kemerdekaan yang menghasilkan kemacetan di beberapa titik.
Selain dari wilayah suburban, penumpukan bangkitan pergerakan di Jalan
Perintis Kemerdekaan juga berasal dari wilayah penyanggah Kota Makassar.
Jalan Perintis Kemerdekaan menjadi akses utama masyarakat dari sebelah utara
Kota Makassar. Banyaknya komuter dari daerah lain utamanya kabupaten Maros
yang berbatasan langsung dengan Kota Makassar juga menjadi sumber bangkitan
pergerakan yang melalui Jalan Perintis Kemerdekaan.
Munculnya mobilitas dengan intensitas tinggi dari suburban menuju perkotaan
berujung pada permasalahan kemacetan. Hal ini terjadi

akibat tidak adanya

dukungan pengembangan sistem transportasi dan penggunaan lahan yang


memadai.
Konsep yang berkembang saat ini dalam mengatasi permasalahan transportasi
perkotaan kepadatan tinggi tersebut ialah pengembangan sistem transit intermoda
yang terintegrasi dengan pemanfaatan guna lahan yang dikenal dengan konsep
Transit Oriented Development (TOD). Transit Oriented Development (TOD)
adalah kawasan mixed use permukiman dan area komersial yang didesain untuk
memaksimalkan akses menuju lokasi transit sarana angkutan umum. Pada
kawasan TOD terdapat hunian, sistem transit kendaraan umum, serta tempat
parkir (Envision Utah, 2014). Menurut Wunas (2011), penerapan Program TOD

perlu dilakukan apabila, pertumbuhan kota cepat, terjadi kemacetan, pertumbuhan


wilayah tidak seimbang antara pusat dan tepi kota, perkembangan gaya hidup,
perkotaan berkualitas, dan perkembangan gaya hidup (walkable) yang jauh dari
lalu lintas. Pengembangan TOD bertujuan untuk mengurangi pergerakan,
menciptakan jalan bebas hambatan, menjaga hirarki jalan arteri, serta membangun
komnitas nyaman dan aman. Konsep TOD yang akrab dengan penggunaan sarana
angkutan umum massal (SAUM) akan meminimalisir bangkitan pergerakan
dengan kendaraan pribadi seperti yang terjadi pada Kecamatan Tamalanrea.
Konsep TOD dengan penggunaan lahan campuran juga mampu mengurangi jarak
perjalanan sehingga bangkitan pergerakan menuju ke pusat kota dapat dikurangi.
Ewing (1997) dan Watson (2001) mengusulkan 2 konsep sistem TOD yaitu,
transit corridors dan transit nodes. Dimana transit corridors dikembangkan pada
jalan utama dengan stasiun transit dan lahan parkir, sedangkan transit nodes
dikembangkan pada lokasi yang memiliki fungsi komersial.
Konsep TOD perlu diterapkan di Kota Makassar pada umumnya dan di
Kecamatan Tamalanrea pada khususnya. Oleh karena itu, perlu diketahui faktorfaktor apa saja yang menjadi penentu lokasi pengembangan TOD. Berdasarkan
faktor-faktor yang ada sehingga dapat ditunjukkan dimana lokasi potensial
pengembangan TOD di Kecamatan Tamalanrea dan bagaimana penerapan prinsiprinsip dan sistem TOD yang sesuai pada masing-masing lokasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan sebelumnya, maka selanjutnya
disusun rumusan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana faktor-faktor yang menjadi penentu

lokasi

potensial

pengembangan TOD?
2. Dimana lokasi potensial pengembangan TOD serta bagaimana penerapan
prinsip dan sistem TOD yang sesuai pada masing-masing lokasi potensial di
Koridor Jl. Perintis Kemerdekaan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penentu lokasi potensial


pengembangan TOD.
2. Menentukan lokasi potensial pengembangan TOD serta penerapan prinsip
dan sistem TOD yang sesuai pada masing-masing lokasi potensial di Koridor
Jl. Perintis Kemerdekaan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Aplikasi dari ilmu pengetahuan yang telah diperoleh, dan merupakan
sumbangsih kembali terhadap ilmu pengetahuan di masa depan khususnya
bidang sistem manajemen transportasi berbasis TOD.
2. Sebagai bahan masukan maupun bahan pertimbangan terhadap pemerintah
ataupun peneliti selanjutnya terkait dengan penerapan konsep TOD di Koridor
Jl. Perintis Kemerdekaan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Sebagai pengarah agar penelitian dan permasalahan yang dikaji lebih
mendetail dan sesuai dengan judul dan tujuan penulisan tugas ini, maka di adakan
ruang lingkup penelitian dalam membatasi masalah yang akan dibahas berikut ini:
1. Ruang lingkup lokasi penelitian ditujukan pada Koridor Jl. Perintis
Kemerdekaan..
2. Penelitian ini terkait identifikasi lokasi yang sesuai dalam penerapan konsep
TOD di Koridor Jl. Perintis Kemerdekaan.
F. Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini terdiri atas lima bab dengan rincian pembahasan untuk
masing-masing bab adalah :
1. Bagian pertama pendahuluan, pada bab ini akan dibahas mengenai latar
belakang pembuatan laporan, rumusan masalah yang diangkat, tujuan yang
akan dicapai, manfaat laporan ini bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
ruang lingkup pembahasan laporan, dan sistematika penulisan.
2. Bagian kedua tinjauan pustaka, pada bab ini akan dibahas mengenai hasil
studi pustaka atau referensi-referensi yang digunakan dalam menyusun
laporan. Referensi tersebut adalah pendekatan-pendekatan teoritik yang

berkaitan dengan prinsip-prinsip TOD dan penerapan Konsep TOD, kawasan


suburban, urban sprawl, serta bangkitan dan tarikan transportasi. Bab ini juga
menjelaskan mengenai keterkaitan antar masing-masing teori serta berbagai
macam contoh bentuk arahan pengembangan ideal yang telah diterapkan
sebelumnya, tinjauan studi banding serta studi penelitian terdahulu terkait
kasus sejenis serta merumuskan kerangka pikir dari penelitian yang akan
dilakukan.
3. Bagian ketiga metode penelitian, bab ini menjelaskan mengenai metode
penelitian yang dilakukan hingga mencapai output. Adapun yang menjadi
pembahasan dalam bab ini adalah, jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, kebutuhan data, serta kerangka penelitian.
4. Bagian Keempat gambaran umum, pada bab ini akan dibahas mengenai letak
geografis dan administratif, aspek demografis, dan gambaran umum Koridor
Jl. Perintis Kemerdekaan
5. Bagian kelima pembahasan, bab ini berisi hasil pembahasan dan analisis.
Pada bab ini akan dilakukan analisis dari data-data yang diperoleh untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian, untuk menentukan lokasi
potensial pengembangan TOD.
6. Bagian Keenam penutup, bab ini terdiri atas dua sub bab yakni kesimpulan
dan saran. Bagian kesimpulan akan menjawab lokasi-lokasi yang berpotensi
untuk pengembangan TOD.

Anda mungkin juga menyukai