oleh:
Lidatu Nara Shiela, S.Kep
NIM. 122311101048
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan pada pasien dengan Spondilitis TBC
di ruang Poli
Oktober 2015
Jember,
Pembimbing Klinik
Oktober 2015
Mahasiswa
(..............................................)
NIP.
(............................................)
NIM
Pembimbing Akademik,
(..................................................)
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
SPONDILITIS TBC
Oleh: Lidatu Nara Shiela, S.Kep
tuberculosa
pada
awalnya
terjadi
melalui
saluran
infeksi yang paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan
genitourinaria (Vitriana, 2002).
Penyebaran basil dapat terjadi melalui arteri intercostal atau lumbar
yang memberikan suplai darah ke dua vertebrae yang berdekatan, yaitu
setengah bagian bawah vertebra diatasnya dan bagian atas vertebra
dibawahnya melalui pleksus Batsons yang mengelilingi culumna vertebralis
sehingga menyebabkan banyak vertebra yang terkena (Vitriana, 2002). Lesi
tuberkulosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi paradiskus.
Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang
belakang dan osteoporosis terjadi pada tulang. Destruksi tulang terjadi
akibat lisis jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lunak dan gepeng
akibat gaya gravitasi dan tarikan otot torakolumbal. Selanjutnya, destruksi
tulang diperberat oleh iskemi sekunder akibat tromboemboli, periarteritis,
endarteritis. Karena transmisi beban gravitasi pada vertebra torakal lebih
terletak pada setengah bagian anterior badan vertebra, maka lesi kompresi
lebih banyak ditemukan pada bagian anterior badan vertebra sehingga badan
vertebra bagian anterior menjadi lebih pipih daripada bagian posterior
(Zuwanda, 2013).
Destruksi yang terjadi secara progresif di tulang belakang bagian
anterior dan kolapsnya bagian tersebut akan menyebabkan hilangnya
kekuatan mekanis tulang untuk menahan berat badan sehingga akan terjadi
kolaps vertebra dengan sendi intervertebral dan lengkung syaraf posterior,
jadi akan timbul deformitas berbentuk kifosis yang progretifitasnya
(angulasi posterior) tergantung pada derajat kerusakan, level lesi dan jemlah
vertebra yang terlibat. Bila sudah timbul deformitas ini, maka hal tersebut
merupakan tanda bahwa penyakit ini sudah meluas (Vitriana, 2002).
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala spondilitis tuberkulosa sangat bervariasi. Tipe dan
intensitas gejala bergantung pada tingkat keterlibatan spinal, keparahan
penyakit, dan durasi infeksi (McLain, 2009, dalam Fitri, 2010). Pasien
biasanya mengeluh nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang
3.
4.
Kifosis, hal ini terjadi karena kerusakan tulang yang terjadi sangat
hebat sehingga tulang yang mengalami destruksi juga sangat besar
5.
(Paramarta, 2008).
Cedera corda spinalis (spinal cord injury), dapat terjadi karena
6.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan khusus yang
penunjang
yang
dilakukan
untuk
mendiagnosis
normokrom,
trombositosis
dengan
atau
tanpa
mengatakan
memerlukan
pengobatan
hanya
6-9
bulan,
Izoniazid
Rifampisin
Dosis harian
(mg/kgBB/hr)
5 15 (300 mg)
10 20 (600 mg)
Pyrazinamid
Ethambutol
15 40 (2)
15 25 (2,5)
Streptomisin
15 40 (1)
Nama obat
Efek samping
Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas
Gastrointestinal,
reaksi
kulit,
hepatitis,
trombositopenia, ensim hepar, cairan tubuh berwarna
oranye
Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Neuritis optik, penurunan visus, hipersensitif,
gastrointestinal
Ototoksik, nefrotoksik
B. Clinical Pathway
Mycobacterium tuberculosa pada paruparu, kelenjar limfe mediastinum,
mesenterium, servikal, ginjal dan alatalat dalam lainnya
Hematogen
paraplegia
Toracal 10 ke atas
Lumbal
Vertebra
Gangguan
mobilisasi
Perlunakan
Osteoporosis
Kompresi
Chaperonin
Menyebar ke
ligamentum
nonparaplegia longitudinal
anterior
Destruksi
korpus
vertebra
Eksudat
Nyeri
Kifosis
Menembus
ligamentum dan
bereksplorasi ke
ligament yang
lebih lemah
Abses lumbal,
pleura,
cervical
Risiko
C. Asuhan
Keperawatan
Kompresi
infeksi
1. Pengkajian
saraf
Masalah
Masalah
a. Identitas Klien
Pernafasan
Biodata klien terdiri dari nama, umur, Kosmeti
jenis kelamin, agama, pendidikan,
k
alamat, No. RM, pekerjaan, status perkawinan,
Tanggal MRS, Tanggal
Operasi
Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang
menjalar. Infeksi yang mengenai tulang servikal akan terasa nyeri di
daerah telingan atau nyeri yang menjalar ke tangan. Lesi di torakal atas
akan menampakkan nyeri yang terasa di dada dan intercostal. Pada lesi
di bagian torakal bawah maka nyeri dapat berupa nyeri menjalar ke
bagian perut. Rasa nyeri akan menghilang dengan beristirahat dan
semakin parah saat terjadi pergerakan pada tulang belakang. Untuk
mengurangi nyeri pasien akan menahan punggungnya menjadi kaku, pola
berjalan menyesuaikan rigiditas proyektil dari tulang belakang, langkah
kaki biasanya pendek untuk mencoba menghindari rasa nyeri.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
Terjadinya spondilitis tuberkulosa biasanya pasien mempunyai riwayat
penyakit tuberkulosis paru atau riwayat gejala-gejala klasik seperti
demam lama, diaforesis nokturnal, batuk lama, dan penurunan berat
badan jika diagnosa TB paru belum ditegakkan.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Pasien dengan penyakit spondilitis tuberkulosa salah satu penyebab
timbulnya adalah klien pernah atau masih kontak dengan penderita lain
mempunyai penyakit tuberkulosis atau pada lingkungan keluarga ada yang
menderita penyakit tersebut.
c. Pola Persepsi Kesehatan
1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien yang kurang mengerti tentang perjalanan penyakit yang dialami
sebagian besar menimbulkan persepsi yang salah, sehingga pasien merasa
cemas akan keadaan yang dialami.
2. Pola nutrisi/ metabolik
Kondisi tubuh yang mengalami infeksi menyebakan metabolisme
meningkat, sehingga akan mengalami gangguan pada status nutrisi klien.
Sehingga pada pasien spondilitis tuberkulosis dapat mengalami penurunan
berat badan.
3. Pola eliminasi
Pasien yang mengalami nyeri punggung dapat menyebabkan terjadinya
perubahan dalam cara eliminasi, tindakan perawatan yang mengharuskan
pasien untuk diimobilisasi menyebabkan pasien harus eliminasi dengan
menggunakan alat, bila pasien belum biasa melakukan hal tersebut maka
akan dapat mengganggu proses eliminasi.
4. Pola aktivitas & latihan
Pasien yang mengalami nyeri dibagian punggung menyebabkan pasien
sangat berhati-hati dalam melakukan aktivitas. Saat berjalan langkah kaki
pasien pendek, dan pola jalan mereflesikan regiditas proyektil dari tulang
belakang untuk menghindari terjadinya nyeri.
5. Pola tidur & istirahat
Pada saat malam hari pasien mengalami keringat dingin dan deman yang
berlangsung secara intermitten terutama sore dan malam hari, hari tersebut
dapat menggangu pola tidur dan istirahat pasien.
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi panca indra klien tidak mengalami gangguan, terkecuali jika
komplikasi paraplegi sudah terjadi.
7. Pola persepsi diri
Pasien dengan spondilitis tuberkulosis sering measa malu terhadap bentuk
perubahan tubuh yang mengalami perubahan.
8. Pola seksualitas & reproduksi
Kebutuhan seksualitas dan reproduksi tidak mengalami gangguan,
terkecuali bila pasien yang hospitalisasi kemungkinan kebutuhan tersebut
akan terganggu.
9. Pola peran & hubungan
Hubungan peran pasien dapat mengalami perubahan jika pasien yang
mengalami nyeri mulai mengurangi aktiviats yang seperti biasa dilakukan,
selain itu pasien yang merasa malu akan mulai membatasi dirinya dengan
orang lain.
10. Pola manajemen koping-stress
Pasien yang belum mengerti tentang perjalanan penyakit yang dialami
sebagian besar akan merasa rasah dan sering bertanya-tanya tentang
kondisi yang dialami.
11. System nilai & keyakinan
Tidak terjadi gangguan pada nilai dan keyakinan pasien. Sebagain besar
pasien mengalami penyakit akan lebih mendekat diri kepada Yang Maha
Esa karena berharap pertolongan dan agar cepat diberikan kesembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Pasien sebagaian besar mempunyai kesadaran composmentis.
Tanda vital:
Respiration rate pasien lebih cepat karena diakibatkan oleh hambatan
pengembangan volume paru oleh tulang belakang yang kifosis atau infeksi
paru oleh kuman TB.
oksipital.
Mata
Tidak terjadi gangguan mata pada pasien.
Telinga
Tidak terjadi gangguan pada telinga pasien.
Hidung
Tidak terjadi gangguan pada hidung pasien.
Mulut
Tidak terjadi gangguan pada mulut pasien.
Leher
Terjadi rigiditas pada leher bila infeksi menjalar ke area servikal, dapat
bersifat asimetris sehingga menyebabkan timbulnya gejala klinis
torticollis. Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di leher atau
bahunya. Jika terdapat abses, maka tampak pembengkakan di kedua sisi
leher.
7. Dada
Jika infeksi mengenai regio torakal dan terdapat abses maka abses dapat
berjalan di bagian kiri atau kanan mengelilingi rongga dada dan tampak
sebagai pembengkakan lunak dinding dada. Jika menekan, abses ini
berjalan ke bagian belakang maka dapat menekan korda spinalis dan
menyebabkan paralisis.
8. Abdomen
Tidak terjadi gangguan pada abdomen pasien.
9. Urogenital
peningkatan
termoregulasi
3. Perencanaan keperawatan
No
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri kronis
berhubungan dengan
terjadinya penekanan saraf
akibat pembentukan abses
paravertebral
Intervensi Keperawatan
NIC :
Pain Management:
a. Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen
nyeri
b. Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
c. Kolaborasikan analgetik atau codein
d. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
e. Lakukan tehnik nonfarmakologis (relaksasi)
bila perlu
g. Membatasi pengunjung
h. Memberikan penerangan yang cukup
i. Menganjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
j. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
k. Memindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan
l. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga
atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan. Format
evaluasi yang sering dipakai adalah format SOAP, dalam format ini kita
dapat mengetahui perkembangan keadaan pasien. Apakah masalah
keperawatannya sudah terselesaikan atau belum.
5. Discharge Planning
a. OAT harus tetap diberikan dengan pengawasan yang baik
b. Menurut Smeltzer dan Bare (2001), pendidikan untuk klien ditekankan
pada cara berpostur tubuh yang baik, yaitu berusaha menjaga tulang
vertebra klien tetap lurus ketika beraktivitas.
c. Menjaga agar udara rumah tetap bersih dengan ventilasi yang baik dan
tidak ada udara yang terkontaminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., et al. Tanpa tahun. Nursing Interventions Classification
(NIC). Fifth Edition. Mosby Elsevier
Fitri, Fasihah Irfani. 2010. Spondilitis Tuberkulosa Servikalis. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28161. [diakses tanggal 30
Oktober 2016].
Moorhead, Sue., et al. Tanpa tahun. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Mosby Elsevier.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Paramarta, I Gede Epi, dkk. 2008. Spondilitis Tuberkulosis. [serial online].
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-3-6.pdf. [diakses tanggal 30 Oktober
2016].
Vitriana.
2002.
Spondilitis
Tuberkulosa.
[serial
online].
http://pustaka.unpad.ac.id/wpontent/uploads/2009/05/spondilitis_tuberkulo
sa.pdf. [diakses tanggal 3 Oktober 2014].
Wilkison, J. M. dan Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosis
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.
Zuwanda, dan Raka Janitra. 2013. Diagnosis dan Penatalaksanaan Spondilitis
Tuberkulosis.
[serial
online].
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_208Diagnosis%20dan
%20Penatalaksanaan%20Spondilitis%20Tuberkulosis.pdf.
[diakses
tanggal 30 Oktober 2016].