PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsure penentu status
kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada Ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling klinis
karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal dan pertiganya meninggal pada minggu
pertama, penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi pada
kehamilan dan persalinan seperi Afeksia, Sepsis dan komplikasi berat lahir rendah kurang lebih
98% kematian ini terjadi dinegara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah
dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat.
B. Tujuan Pedoman
1) Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan yang bermutu, professional serta tanggap dalam melayani pasien
di RS Martha Friska.
2) Tujuan Khusus :
Mengurangi angka kematian di RS Martha Friska
Mengurangi angka kecatatan dan kesakitan di RS Martha Friska
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan yang mencakup :
Ruang IGD, ruangan VK, ruangan OK, rawat inap dan ruang ICU.
Page 1
D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
IGD adalah pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dengan melibatkan berbagai multi disiplin.
E.
Landasan Hukum
Yang menjadi landasan hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal :
1.
2.
3.
4.
5.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/ Menkes/ SK/ II/ 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701/ Yan Med / RSKS/ 60 / VII / 1991 Tentang
Pelayanan Gawat Darurat
7.
8.
Page 2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
1.
No
Jabatan
Pendidikan
Sertifikasi
1
2
3
Ketua
Sekretaris
Anggota
ATLS / ACLS
Jumlah
Kebutuhan
1 orang
1 orang
6 orang
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Farmasi yaitu :
a.
Page 3
b.
c.
C. Pengaturan Jaga
I.
Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas instalasi farmasi dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Kasie Apotik dan diketahui oleh Direktur Penunjang Medis.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan direalisasikan oleh seluruh staff
instalasi farmasi.
Untuk staff yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka dapat
mengajukan permintaan dinas. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan,
maka permintaan disetujui).
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur dinas malam
memberitahu Kasie Farmasi sehari sebelumnya. Sebelum memberitahu Kasie Farmasi,
diharapkan petugas yang bersangkutan sudah memberitahu petugas pengganti, apabila
petugas yang bersangkutan tidak mendapatkan petugas pengganti, maka Kasie Farmasi
akan mencari petugas pengganti yaitu petugas yang libur atau cuti pada hari tersebut
dengan mengisi form pertukaran dinas ke bagian personalia dan mengkonfirmasikan
alasan perubahan jadwal.
Apabila ada petugas tiba-tiba tidak dapat bertugas sesuai jadwal seperti yang telas
ditetapkan (tidak terencana), maka Kasie Farmasi akan mencari petugas pengganti
yang hari itu libur. Apabila petugas pengganti tidak didapatkan, maka Ass Kasie
Instalasi Farmasi yang akan mencari penggantinya dari jadwal dinas lain.
Page 4
BAB III
Pedoman Pelayanan Poli Klinik
Page 5
STANDAR FASILITAS
I.
Denah Ruangan
Terlampir
II.
Standar Fasilitas
1.
Tensimeter
Termometer
Sungkup Ambu
Aparat 02
Daftone Elektrik
Timbangan
Jangka Panggul
Bad Cexnecologi
b. Alat Persalinan
-
Bak Instrument
Kocher
Pinset
Gunting
Nald
c. Alat Curetage
-
Spekulum Lims
Busi Hegar
Page 6
Sonde Uterus
Ovale Cleam
Nama Obat
Gentamycin
Nipedipin
Buscopan
Abocat
Cat Gut Chromic
Cefotaxime
Dextrose
Folley Chateer
Infus Set
Dexamethasone
Lidocain
Magnesium Sulfat 40%
Magnesium Sulfat 20%
Meylor 8,4 % 25 ml
Miomergin
Nacl 0,9%
Neo K
Ringa Lactat
Sotatic
Suction Chateter
Syntocinon
Vicryl
Vit K 10 mg
Induxine
Satuan
Page 7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2.
Perangkat Kerja
Berkas keterangan status pasien (pembayaran umum atau asuransi kesehatan lainnya)
Status rekam medis pasien
3.
pasien mendaftar di Recepsionist rawat inap, setelah itu pasien dapat naik langsung ke VK atau
kamar bersalin untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan hasil pemeriksaan atau observasi
keadaan ibu, jika tidak diteruskan diupayakan penanganan keadaan fisiologis. Setelah selesai
observasi pasien diantar di rawat inap apabila ditemukan masalah pada saat observasidan
memerlukan tindakan khusus seperti (pembedahan), pasien akan ditangani dan diantar ke OK
untuk dilakukan tindakan dalam upaya penyelamatan keadaan ibu dan bayi. Setelah selesai pasien
akan diantar keruang rawat inap tetapi apabila ditemukan kendala atau penanganan yang serius
pasien dapat masuk ke ruangan ICU dan jika keadaan sudah membaik keruangan rawat inap dan
setelah itu pasien boleh pulang.
TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI
Pedoman Pelayanan Poli Klinik
Page 8
Petugas Operator
Dokter /Bidan VK
2. Perangkat Kerja
-
Pesawat telepon
Antara VK dan dokter konsulen/rumah sakit lain/yang terkait dengan pelayanan diluar
rumah sakit adalah menggunakan pesawat telepon langsung dari VK dengan menekan
angka 0 (nol) yang akan tersambung melalui operator
Dokter jaga
Bidan VK
2. Perangkat Kerja
-
Page 9
2. Meminta
persetujuan
dengan
mengisi
informed
consent
dengan
lengkap
Page 10
BAB V
LOGISTIK
A.
Prosedur permintaaan barang habis pakai ke logistik seperti kapas, alkohol, betadine,
sarung tangan, masker, plester, fixomull, bettol, dll.
Page 11
Apabila barang sudah ada dan diantar oleh bagian apabila dan diantar ruangan VK
Kepala ruangan / perawat yang menerima barang tersebut yang menerima barang
harus menandatangani bukti sudah terima barang.
B.
Prosedur permintaan barang tidak habis pakai seperti Alkes Medis dan Non Medis
Jika ada barang yang rusak baik alat medis atau non medis, maka kepala ruangan
akan berkoordinasi dengan ke bagian teknisi medis dan non medis untuk memeriksa
alat tersebut.
Jika alat tersebut tidak bisa diperbaiki oleh teknisi akan membuat berita acara
memakai barang tersebut.
Kepala ruangan akan membuat permintaan barang tersebut dengan mengisi form
pergantian barang tersebut dengan melampirkan berita acara dari teknisi baik medis
dan non medis
Form tersebut kemudian ditandatangani ke bidang perawatan dan Direktur Medis &
Keperawatan
C.
Penyimpanan Barang
Page 12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A.
Pengertian
Keselamatan pasien (pasien safety) adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan lebih
Asesment risiko
Kesalahan akibat
B.
Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien Rumah Sakit
Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit
Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak diinginkan
(KTD)
C.
Page 13
D.
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Adverse Want adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
2.
3.
4.
Karena keberuntungan
Karena pencegahan
Karena peringatan
Page 14
5.
E.
Tata Laksana
a.
Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b.
c.
d.
e.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A.
Pendahuluan
HIV / AIDS adalah ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena
mengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun
dan 14.000 penduduk berusia 15-45 tahun terinfeksi HIV dan keseluruhan kasus bar 25% terjadi
di Negara-negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV / AIDS di Indonesia terus meningkat dengan peningkatan kasus yang
sangat bemakna ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya harus secara langsung ke
masyarakat cukup tinggi melalui penduduk migrant. Sementara potensi penunaran di masyarakat
Pedoman Pelayanan Poli Klinik
Page 15
cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkan kewaspadaan umum dengan baik penggunaan bersama
peralatan menembus kulit, tato, tindik, dan lain-lain).
Penyakit Hepatitis B dan C yang yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan sebagai ilustrasi di kemudian bahwa menurut data PMI angka
kesakitan Hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,8% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan Hepatitis C di masyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10% kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya penyebaran infeksi dikenal melalui kewaspadaan umum atau universal precation
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman petugas
kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai risiko terjangkit
infeksi oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dicurigai dari
risiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B.
Tujuan
- Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai risiko
terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip Universal Precaution.
C.
Page 16
D.
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higine sanitasi individu. Higine sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan ketiga
prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima (5) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat yang berkas pakai
4. Pengelolaan jarum tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
Page 17
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
I.
Pendahuluan
Peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama di semua rumah sakit, dimana
masyarakat cenderung menurut pelayanan yang lebih baik, baik, ramah, dan lebih bermutu
termasuk pula dalam pelayanan maternal dan neonatal. Pelayanan kesehatan yang tepat dimulai
dari masa kehamilan sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas di Rumah
Sakit Vita Insani menyadari pentingnya pelayanan kesehatan tersebut sehingga mengembangkan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dalam satu unit pelayanan yaitu unit pelayanan
perinatal. Pengendalian mutu dalam bidang perinatal sangat diperlukan sebagai dasar untuk
meningkatkan pelaynaan terhadap maternal dan neonatal.
tingginya angka kelahiran setiap tahunnya membuktikan bahwa Rumah Sakit Vita Insani
sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Disamping
tingginya angka kelahiran sering ditemukan adanya masalah dalam proses persalinan yang
membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Pada kenyataannya sepanjang tahun 2010
pelayanan maternal dan neonatal di RSMF sudah memberikan 1091 kasus, pelayanan antenatal,
560 kasus pelayanan intranatal dan postnatal. Dimana tidak ada terdapat kasus kematian ibu
ditahun 2010 tetapi terdapat 10 kasus kematian neonates atau sekitar 1,77% dari kelahiran hidup.
Unit pelayanan maternal dan neonatal di RS Vita Insani merupakan salah satu pelayanan yang
menerima rujukan untuk penanganan masalah dan tindakan yang tepat dan akurat. oleh sebab itu
dibutuhkan kontroling terhadap mutu pelayanan yang akan menghasilan berbagai hal perbaikan
dan juga mengetahui kekuarangan di pelayanan maternal dan perinatal.
II.
Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan maternal dan neonatal
2. Meningkatkan kualitas manajemen program-program sumber daya kesehatan
3. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan maternal dan neonatal
Page 18
Laporan
1. Setiap bulannya dibuat laporan angka kelahiran dan angka kematian ibu dan bayi dan
dilaporkan ke Direktur Medis dan Keperawatan dan laporan tersebut diantar ke Dinas
Kesehatan
2. Setiap tahun di evaluasi secara keseluruhan apakah terjadi kenaikan atau penurunan AKI
dan AKB.
Page 19
BAB IX
PENUTUP
I.
Kesimpulan
1.
Standar ketenagaan pelayanan PonekSssss RS Vita Insani terdiri dari kepala rungan,
dokter jaga, asisten kepala ruangan, penanggungjawab shift, dan pelaksana dengan
jadwal yang sudah ditentukan oleh kepala ruangan
2.
Fasilitas di pelayanan materal dan neunatus di RS Vita Insani sesuai dengan pedoman
pelayanan materal dan neunatus
3.
Tata laksana pasien pelayanan materal dan neunatus dilakukan cara sistem atau
4.
Prosedur permintaan barang habis dan tidak habis pakai dilakukan sesuai prosdur
5.
Keselamatan pasien RS Vita Insani diatur secara sistematis untuk membuat asuhan
pasien
6.
Setiap ketenagaan RS Vita Insani wajib bekerja sesuai prinsip keselamatan pasien
Page 20
7.
Pengendalian mutu pelayanan materal dan neunatus di RS Vita Insani dinilai 2 indikator
yaitu Keterlambatan pelayanan dan emergency ketelitian pasien
II.
Saran
1.
2.
Dipatuhi dan dilaksanakan setiap tindakan di pelayanan materal dan neunatus sesuai
dengan pedoman pelayanan
3.
Page 21