Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsure penentu status
kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada Ibu hamil.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling klinis
karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi.
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal dan pertiganya meninggal pada minggu
pertama, penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi pada
kehamilan dan persalinan seperi Afeksia, Sepsis dan komplikasi berat lahir rendah kurang lebih
98% kematian ini terjadi dinegara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah
dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat.
B. Tujuan Pedoman
1) Tujuan Umum :
Memberikan pelayanan yang bermutu, professional serta tanggap dalam melayani pasien
di RS Martha Friska.
2) Tujuan Khusus :
Mengurangi angka kematian di RS Martha Friska
Mengurangi angka kecatatan dan kesakitan di RS Martha Friska
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan yang mencakup :
Ruang IGD, ruangan VK, ruangan OK, rawat inap dan ruang ICU.

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 1

D. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
IGD adalah pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dengan melibatkan berbagai multi disiplin.

E.

Landasan Hukum
Yang menjadi landasan hukum pelaksanaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal :
1.

Undang undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2.

Undang undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3.

Undang undang No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

4.

Undang-undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

5.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 129/ Menkes/ SK/ II/ 2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

6.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701/ Yan Med / RSKS/ 60 / VII / 1991 Tentang
Pelayanan Gawat Darurat

7.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 1601 / Menkes / PER / VII / 2001 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit

8.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 0202 / MenKes / 148 / 2010

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 2

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
1.

Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) PONEK RS

No

Jabatan

Pendidikan

Sertifikasi

1
2
3

Ketua
Sekretaris
Anggota

Dokter spesialis anak


D III Kebidanan
D III Kebidanans

ATLS / ACLS

Jumlah
Kebutuhan
1 orang
1 orang
6 orang

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Farmasi yaitu :
a.

Untuk Dinas Pagi :


Yang bertugas sejumlah 7 (tujuh) orang, dengan kategori 4 orang petugas racik, 2 orang
petugas Entry BOJL dan CPO serta 1 orang distribusi

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 3

b.

Untuk Dinas Sore :


Yang bertugas sejumlah 7 (tujuh) orang dengan kategori 5 orang petugas racik, 1 orang
petugas Entry BOJL,serta 1 orang distribusi.

c.

Untuk Dinas Malam :


Yang bertugas sejumlah 4 (empat) orang dengan kategori 3 orang petugas racik dan 1
orang distribusi.

C. Pengaturan Jaga
I.

Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas instalasi farmasi dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Kasie Apotik dan diketahui oleh Direktur Penunjang Medis.
Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu 1 bulan dan direalisasikan oleh seluruh staff
instalasi farmasi.
Untuk staff yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka dapat
mengajukan permintaan dinas. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan,
maka permintaan disetujui).
Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, libur dinas malam
memberitahu Kasie Farmasi sehari sebelumnya. Sebelum memberitahu Kasie Farmasi,
diharapkan petugas yang bersangkutan sudah memberitahu petugas pengganti, apabila
petugas yang bersangkutan tidak mendapatkan petugas pengganti, maka Kasie Farmasi
akan mencari petugas pengganti yaitu petugas yang libur atau cuti pada hari tersebut
dengan mengisi form pertukaran dinas ke bagian personalia dan mengkonfirmasikan
alasan perubahan jadwal.
Apabila ada petugas tiba-tiba tidak dapat bertugas sesuai jadwal seperti yang telas
ditetapkan (tidak terencana), maka Kasie Farmasi akan mencari petugas pengganti
yang hari itu libur. Apabila petugas pengganti tidak didapatkan, maka Ass Kasie
Instalasi Farmasi yang akan mencari penggantinya dari jadwal dinas lain.

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 4

BAB III
Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 5

STANDAR FASILITAS
I.

Denah Ruangan
Terlampir

II.

Standar Fasilitas
1.

Fasilitas dan Sarana


a. Alat medis di :
-

Tensimeter

Termometer

Sungkup Ambu

Aparat 02

Daftone Elektrik

Timbangan

Jangka Panggul

Bad Cexnecologi

b. Alat Persalinan
-

Bak Instrument

Gunting Tali Pusat

Kocher

Penjepit Tali Pusat

Pinset

Gunting

Nald

c. Alat Curetage
-

Spekulum Lims

Busi Hegar

Teraculum Gigi 1 & 2

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 6

Sonde Uterus

Ovale Cleam

Sendok Kunt Tajam dan Tumpul

d. Daftar Nama Obat


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Nama Obat
Gentamycin
Nipedipin
Buscopan
Abocat
Cat Gut Chromic
Cefotaxime
Dextrose
Folley Chateer
Infus Set
Dexamethasone
Lidocain
Magnesium Sulfat 40%
Magnesium Sulfat 20%
Meylor 8,4 % 25 ml
Miomergin
Nacl 0,9%
Neo K
Ringa Lactat
Sotatic
Suction Chateter
Syntocinon
Vicryl
Vit K 10 mg
Induxine

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Satuan

Page 7

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


1.

Petugas Penanggung Jawab


- Perawat VK, IGD (terlampir dalam SPO)
- Petugas pendaftaran rawat inap dan rawat jalan (terlampir dalam SPO)

2.

Perangkat Kerja
Berkas keterangan status pasien (pembayaran umum atau asuransi kesehatan lainnya)
Status rekam medis pasien

3.

Tata laksana pendaftaran pasien VK


Bila pasien dalam keadaan gawat darurat ataupun mau rawat inap, pasien ataupun keluarga

pasien mendaftar di Recepsionist rawat inap, setelah itu pasien dapat naik langsung ke VK atau
kamar bersalin untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan hasil pemeriksaan atau observasi
keadaan ibu, jika tidak diteruskan diupayakan penanganan keadaan fisiologis. Setelah selesai
observasi pasien diantar di rawat inap apabila ditemukan masalah pada saat observasidan
memerlukan tindakan khusus seperti (pembedahan), pasien akan ditangani dan diantar ke OK
untuk dilakukan tindakan dalam upaya penyelamatan keadaan ibu dan bayi. Setelah selesai pasien
akan diantar keruang rawat inap tetapi apabila ditemukan kendala atau penanganan yang serius
pasien dapat masuk ke ruangan ICU dan jika keadaan sudah membaik keruangan rawat inap dan
setelah itu pasien boleh pulang.
TATA LAKSANA SISTEM KOMUNIKASI
Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 8

1. Petugas Penanggung Jawab


-

Petugas Operator

Dokter /Bidan VK

2. Perangkat Kerja
-

Pesawat telepon

Status rekam medis pasien

3. Tata Laksana Sistem Komunikasi


-

Antara VK dengan unit lainnya didalam RS Vita Insani mempunyai no extension


masing-masing

Antara VK dan dokter konsulen/rumah sakit lain/yang terkait dengan pelayanan diluar
rumah sakit adalah menggunakan pesawat telepon langsung dari VK dengan menekan
angka 0 (nol) yang akan tersambung melalui operator

Antara VK dengan petugasambulans yang berada dilapangan menggunakan pesawat


telepon yang dismabungkan oleh operator kepada supir ambulans yang sedang diluar

Dari luar RS Vita Insani dapat langsung melalui operator

4. Tata Laksana Pengisian Informed Consent


1. Petugas penanggungjawab
-

Dokter jaga

Bidan VK

2. Perangkat Kerja
-

Formulir persetujuan tindakan kedokteran

5. Tata Laksana Informed Consent


1. Tata laksana informed consentt VK yang sedang bertugas menjelaskan tindakan yang
akan dilakukan sampai pasien mengerti dan penjelasan tentang tujuan dari pengisian
informed consent pada pasien atau keluarga pasien

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 9

2. Meminta

persetujuan

dengan

mengisi

informed

consent

dengan

lengkap

ditandatangani oleh pasien / keluarga dan saksi


3. Setelah diisi dimasukkan dalam status rekam medis pasien
6. Tata Laksana Transportasi Pasien
1. Petugas penanggungjawab
- Bidan VK / ruangan
- Supir ambulance
2. Perangkat kerja
- Ambulance
- Alat tulis
3. Tata laksana transportasi pasien dari yang terkait
1. Bagi pasien yang memerlukan pengguna ambulance RS Vita Insani sebagai
transportasi maka perawat terkait menghubungi IGD No Ext 8122
2. Petugas ambulance memerlukan data-data pengguna ambulance nama pasien,
uang rawat inap, waktu penggunaan dan tujuan penggunaan
3. Petugas ambulance menghubungi bagian / supir ambulance untuk menyiapkan
keadaan
4. Perawat ruangan yang memesan ambulance menyiapkan alat medis sesuai dengan
kondisi pasien
7. Tata Laksana Transportasi Pasien Intra Rumah Sakit
1. Petugas Penanggungjawab
- Dokter jaga
- Bidan terkait
2. Perangkat kerja
- Brankard
- Rostul

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 10

BAB V
LOGISTIK

A.

Prosedur permintaaan barang habis pakai ke logistik seperti kapas, alkohol, betadine,
sarung tangan, masker, plester, fixomull, bettol, dll.

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 11

Kepala ruangan VK akan menulis kebutuhan barang habis pakai di formulir


permintaan yang akan ditandatangani oleh kepala bidang keperawatan dan diketahui
oleh Direktur Medis.

Blangko pengisian tersebut diserahkan ke kepala bidang keperawatan dan direktur


medis

Setelah ditandatangani oleh petugas Kepala Bidang Keperawatan dan ditandatangani


oleh Direktur Medis maka form permintaan barang diberikan ke bagian farmasi untuk
dilakukan pemesanan

Apabila barang sudah ada dan diantar oleh bagian apabila dan diantar ruangan VK

Kepala ruangan / perawat yang menerima barang tersebut yang menerima barang
harus menandatangani bukti sudah terima barang.

B.

Prosedur permintaan barang tidak habis pakai seperti Alkes Medis dan Non Medis

Jika ada barang yang rusak baik alat medis atau non medis, maka kepala ruangan
akan berkoordinasi dengan ke bagian teknisi medis dan non medis untuk memeriksa
alat tersebut.

Jika alat tersebut tidak bisa diperbaiki oleh teknisi akan membuat berita acara
memakai barang tersebut.

Kepala ruangan akan membuat permintaan barang tersebut dengan mengisi form
pergantian barang tersebut dengan melampirkan berita acara dari teknisi baik medis
dan non medis

Form tersebut kemudian ditandatangani ke bidang perawatan dan Direktur Medis &
Keperawatan

Belangko isian tersebut diserahkan ke bagian logistik untuk di tandatangan oleh


Direktur Administrasi dan Keuangan dan jika sudah disetujui agar barang segera
dipenuhi sesuai permintaan

Petugas logistik memberikan barang/alat ke perawat dengan menandatangani serah


terima barang

C.

Penyimpanan Barang

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 12

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A.

Pengertian
Keselamatan pasien (pasien safety) adalah suatu sistem dimana RS membuat asuhan lebih

aman. Sistem tersebut meliputi :

Asesment risiko

Identifikasi dan pengelolahan yang berhubungan dengan risiko pasien

Pelaporan dan analisa insiden

Kemampuan belajar dan insiden dan tidak lanjutnya

Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh


-

Kesalahan akibat

Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B.

Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien Rumah Sakit
Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Rumah Sakit
Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi kejadian tidak diinginkan
(KTD)

C.

Standar Keselamatan Pasien


Hak pasien
Mendidik pasien dan keluarga
Keselamatan pasien dan keseimbangan pelayanan

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 13

Penggunaan metoda-metoda peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien
Mendidik staf tentang keselamatan pasien
Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
Komunikasi merupakan sarana bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

D.

Ruang lingkup keselamatan pasien


1.

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) Adverse Want adalah suatu kejadian yang tidak
diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit
dasarnya atau kondisi pasien. cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

2.

Kejadian Yang Tidak Dapat Dicegah (Unpreventable Adverse Event)


Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi penyakit tersebut yang tidak dapat dicegah
dengan pengetahuan muktahir

3.

Kejadian Nyata Cedera (KNC) Near Miss


adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil yang dapat mencederai pasien tetapi cedera serius
tidak terjadi

4.

Karena keberuntungan

Karena pencegahan

Karena peringatan

Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 14

5.

Kejadian Sentinel (Sentinel Evants)


Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian dan cedera yang serius biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharpkan atau tidak dapat diterima seperti :
operasi pada bagian tubuh yang salah, pemilihan luka Sentinel terkait dengan
keseriusan keseriusan yang terjadi (seperti amputasi pada kaki yang salah) sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan.

E.

Tata Laksana
a.

Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

b.

Melaporkan pada dokter

c.

Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga

d.

Mengobservasi keadaan umum pasien

e.

Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir pelaporan insiden keselamatan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A.

Pendahuluan
HIV / AIDS adalah ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena

mengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun
dan 14.000 penduduk berusia 15-45 tahun terinfeksi HIV dan keseluruhan kasus bar 25% terjadi
di Negara-negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan
yang memadai.
Angka pengidap HIV / AIDS di Indonesia terus meningkat dengan peningkatan kasus yang
sangat bemakna ledakan kasus HIV/AIDS terjadi akibat masuknya harus secara langsung ke
masyarakat cukup tinggi melalui penduduk migrant. Sementara potensi penunaran di masyarakat
Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 15

cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung pelayanan kesehatan yang
belum aman karena belum ditetapkan kewaspadaan umum dengan baik penggunaan bersama
peralatan menembus kulit, tato, tindik, dan lain-lain).
Penyakit Hepatitis B dan C yang yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan sebagai ilustrasi di kemudian bahwa menurut data PMI angka
kesakitan Hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,8% pada tahun 1998 dan angka
kesakitan Hepatitis C di masyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10% kedua penyakit ini
sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya penyebaran infeksi dikenal melalui kewaspadaan umum atau universal precation
yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman petugas
kesehatan.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai risiko terjangkit
infeksi oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dicurigai dari
risiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
B.

Tujuan
- Petugas kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai risiko
terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut setiap petugas harus menerapkan prinsip Universal Precaution.

C.

Tindakan Berisiko Terpajan


-

Cuci tangan yang kurang benar

Pengguna sarung tangan yang kurang tepat

Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman

Pembungan peralatan tajam secara tidak aman

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 16

D.

Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat

Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai


Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higine sanitasi individu. Higine sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan ketiga
prinsip tersebut dijabarkan menjadi lima (5) kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain
3. Pengelolaan alat yang berkas pakai
4. Pengelolaan jarum tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 17

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
I.

Pendahuluan
Peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama di semua rumah sakit, dimana

masyarakat cenderung menurut pelayanan yang lebih baik, baik, ramah, dan lebih bermutu
termasuk pula dalam pelayanan maternal dan neonatal. Pelayanan kesehatan yang tepat dimulai
dari masa kehamilan sehingga dapat menghasilkan generasi penerus yang berkualitas di Rumah
Sakit Vita Insani menyadari pentingnya pelayanan kesehatan tersebut sehingga mengembangkan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dalam satu unit pelayanan yaitu unit pelayanan
perinatal. Pengendalian mutu dalam bidang perinatal sangat diperlukan sebagai dasar untuk
meningkatkan pelaynaan terhadap maternal dan neonatal.
tingginya angka kelahiran setiap tahunnya membuktikan bahwa Rumah Sakit Vita Insani
sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Disamping
tingginya angka kelahiran sering ditemukan adanya masalah dalam proses persalinan yang
membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai. Pada kenyataannya sepanjang tahun 2010
pelayanan maternal dan neonatal di RSMF sudah memberikan 1091 kasus, pelayanan antenatal,
560 kasus pelayanan intranatal dan postnatal. Dimana tidak ada terdapat kasus kematian ibu
ditahun 2010 tetapi terdapat 10 kasus kematian neonates atau sekitar 1,77% dari kelahiran hidup.
Unit pelayanan maternal dan neonatal di RS Vita Insani merupakan salah satu pelayanan yang
menerima rujukan untuk penanganan masalah dan tindakan yang tepat dan akurat. oleh sebab itu
dibutuhkan kontroling terhadap mutu pelayanan yang akan menghasilan berbagai hal perbaikan
dan juga mengetahui kekuarangan di pelayanan maternal dan perinatal.
II.

Tujuan
1. Meningkatkan mutu pelayanan maternal dan neonatal
2. Meningkatkan kualitas manajemen program-program sumber daya kesehatan
3. Meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan maternal dan neonatal

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 18

4. Meningkatkan mutu kesehatan ibu dan anak


III. Indikator Mutu
1. Angka keterlambatan pelayanan maternal dan neonatal
Dasar pemikiran :
- Terlambat mengenal tanda-tanda bahaya pada ibu hamil dan melahirkan
- Terlambat dalam mengambil keputusan
- Terlambat dalam melakukan tindakan pada ibu hamil dan melahirkan yang beriko
tinggi
2. Angka kematian di pelayanan maternal dan neonatus
Dasar pemikiran :
- Angka kematian ibu di tahun 2009 ada sekitar 7 orang dari 563 ibu melahirkan sekitar
1,24% dan pada tahun 2010 tidak terdapat angka kematian ibu
- Angka kematian bayi pada tahun 2009 sekitar 4,57% dan pada tahun 2010 kematian
bayi sekitar 1,94% dari kelahiran hidup.
IV.

Laporan
1. Setiap bulannya dibuat laporan angka kelahiran dan angka kematian ibu dan bayi dan
dilaporkan ke Direktur Medis dan Keperawatan dan laporan tersebut diantar ke Dinas
Kesehatan
2. Setiap tahun di evaluasi secara keseluruhan apakah terjadi kenaikan atau penurunan AKI
dan AKB.

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 19

BAB IX
PENUTUP
I.

Kesimpulan
1.

Standar ketenagaan pelayanan PonekSssss RS Vita Insani terdiri dari kepala rungan,
dokter jaga, asisten kepala ruangan, penanggungjawab shift, dan pelaksana dengan
jadwal yang sudah ditentukan oleh kepala ruangan

2.

Fasilitas di pelayanan materal dan neunatus di RS Vita Insani sesuai dengan pedoman
pelayanan materal dan neunatus

3.

Tata laksana pasien pelayanan materal dan neunatus dilakukan cara sistem atau

4.

Prosedur permintaan barang habis dan tidak habis pakai dilakukan sesuai prosdur

5.

Keselamatan pasien RS Vita Insani diatur secara sistematis untuk membuat asuhan
pasien

6.

Setiap ketenagaan RS Vita Insani wajib bekerja sesuai prinsip keselamatan pasien

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 20

7.

Pengendalian mutu pelayanan materal dan neunatus di RS Vita Insani dinilai 2 indikator
yaitu Keterlambatan pelayanan dan emergency ketelitian pasien

II.

Saran
1.

Dilakukan sosialisasi pedoman pelayanan materal dan neunatus

2.

Dipatuhi dan dilaksanakan setiap tindakan di pelayanan materal dan neunatus sesuai
dengan pedoman pelayanan

3.

Dilakukan pengawasan terhadap pelaksana pedoman pelayanan materal dan neunatus.

Pedoman Pelayanan Poli Klinik

Page 21

Anda mungkin juga menyukai